Lompat ke isi

Abu Bakar bin Abi Quhafah: Perbedaan antara revisi

tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 227: Baris 227:
==Penaklukan-penaklukan di Luar Jazirah Arab==
==Penaklukan-penaklukan di Luar Jazirah Arab==
{{main|Penaklukan-penaklukan}}
{{main|Penaklukan-penaklukan}}
Abu Bakar setelah perang Riddah dan menundukkan kekacauan-kekacauan yang terjadi di kawasan, dengan bermaksud menaklukkan Irak dan Syam mulai memperluas daerah kekuasaannya.
Abu Bakar setelah [[Perang Riddah]] dan meredam berbagai kekacauan yang terjadi di kawasan, ia juga mulai menaklukkan Irak dan Syam dengan tujuan untuk memperluas daerah kekuasaannya.


===Serangan ke Iran===
===Serangan ke Iran===
{{main|Penaklukan Iran}}
{{main|Penaklukan Iran}}
Di masa khilafah Abu Bakar, pemerintahan Sasanian disebabkan perang saudara dan pergantian raja yang terus menerus di Ctesiphon menjadikan mereka lemah dan hal ini menyebabkan keruntuhan kekuasaan mereka. Salah satu dari kaum muslimin bernama Matsna bin Haritsah datang ke Madinah dan meminta kepada Khalifah untuk berperang melawan Iran. Abu Bakar mulanya melantik dia untuk melaksanakan hal itu, namun kemudian ia memerintahkan Khalid bin Walid yang pergi ke Irak untuk mengomandaninya dan dia juga menulis surat kepada Matsna untuk bergabung dengan Khalid. <ref> Baladzuri, Futuh al-Buldān, hlm.242; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.343, 344, 346.</ref> Dalam peperangan ini mereka dengan cepat berhasil menguasai para ketua Sasanian dalam berbagai pertempuran dan di berbagai titik kawasan Iran dan mereka juga mampu menguasai kota Hirah pada bulan Safar tahun12 Hijriah.<ref> Lihat: Baladzuri, Futuh al-Buldān, hlm.243-244; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.344, 345, 348, 351, 353, 355, 358; Zarrinkub, Tārikhe Irān ba’daz Islām, hlm.346-350.</ref>
Di masa khilafah Abu Bakar, pemerintahan [[Sasanian]] menjadi lemah karena beberapa faktor seperti; perang saudara dan pergantian raja yang terus menerus di Ctesiphon (sebelah timur sungai Tigris). Faktor ini menyebabkan keruntuhan kekuasaan mereka. Salah satu dari kaum muslimin bernama [[Matsna bin Haritsah]] datang ke [[Madinah]] dan meminta kepada Khalifah untuk berperang melawan Iran. Pada awalnya Abu Bakar melantik dia untuk melaksanakan hal itu, namun kemudian ia memerintahkan [[Khalid bin Walid]] yang pergi ke Irak untuk memimpin serangan tersebut. Ia juga menulis surat kepada Matsna untuk bergabung dengan Khalid. <ref> Baladzuri, Futuh al-Buldān, hlm.242; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.343, 344, 346.</ref> Dalam peperangan ini mereka dengan cepat berhasil menundukkan para pemimpin Sasanian dalam berbagai pertempuran serta menguasai berbagai titik kawasan Iran. Mereka juga mampu menguasai kota Hirah pada bulan [[Safar]] tahun 12 H/633.<ref> Lihat: Baladzuri, Futuh al-Buldān, hlm.243-244; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.344, 345, 348, 351, 353, 355, 358; Zarrinkub, Tārikhe Irān ba’daz Islām, hlm.346-350.</ref>


===Serangan ke Syam===
===Serangan ke Syam===
{{main|Penaklukan Syam}}
{{main|Penaklukan Syam}}
Abu Bakar pada tahun 12 H<ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.387.</ref> mulai mempersiapkan kekuatan militer yang akan dikirim ke Syam dan mempersiapkan laskar pasukan dan laskar ini berhasil menang dan menaklukan daerah-daerah di kawasan Syam.<ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.115-116.</ref> Dalam proses kemenangan-kemenangan, kekaisaran Byzan, telah menyiapkan laskar pasukan yang besar untuk dikirim berperang berhadap-hadapan dengan kaum muslimin. Dua laskar besar di Yarmuk saling berhadap-hadapan. Kaum muslimin meminta bantuan dari Abu Bakar dan khalifah memerintahkan Khalid bin Walid supaya dari Irak berangkat ke Syam.<ref> Baladzuri, Futuh al-Buldān, hlm.140-141; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.314-392.</ref> Khalid tiba di Yarmuk setelah menaklukan beberapa daerah dan berhasil meraih kemenangan atas sekelompok dari pasukan-pasukan Roma di Bosra(termasuk dari provinsi Horan-Suriah) dan Ajnadayn. Dalam kesibukan-kesibukan perang, seorang utusan dari Madinah sampai ke Yarmuk dengan sebuah surat dari Umar yang menceritakan tentang meninggalnya Abu Bakar, Umar menjadi khalifah setelahnya, pencopotan Khalid dari kepanglimaan pasukan dan jatuhnya kepengurusan di tangan Abu Ubaidah atas pertempuran-pertempuran Syam,  namun semua itu disembunyikan hingga akhir kemenangan-kemenangan kaum muslimin.<ref> Baladzuri, Futuh al-Buldān, hlm.118-122; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.395, 406, 407, 434.</ref>
Abu Bakar pada tahun 12 H/633<ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.387.</ref> mulai menyusun kekuatan militer dan mempersiapkan laskar pasukan yang akan dikirim ke Syam . Pasukan ini berhasil menang dan menaklukan daerah-daerah di kawasan Syam.<ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.115-116.</ref> Setelah meraih berbagai kemenangan ini, menyebabkan kekaisaran Bizantum menyiapkan laskar pasukan yang besar untuk dikirim berperang menghadapi kaum muslimin. Dua laskar besar di Yarmuk saling berhadap-hadapan. Kaum muslimin meminta bantuan dari Abu Bakar, iapun memerintahkan Khalid bin Walid supaya dari Irak berangkat ke Syam.<ref> Baladzuri, Futuh al-Buldān, hlm.140-141; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.314-392.</ref> Khalid tiba di Yarmuk setelah menaklukkan beberapa daerah dan berhasil meraih kemenangan atas sekelompok pasukan Roma di Bosra (termasuk dari provinsi Horan-Suriah bagian selatan) dan Ajnadayn. Dalam keadaan perang masih berkecamuk, seorang utusan dari [[Madinah]] sampai ke [[Yarmuk]] dengan membawa sepucuk surat dari Umar yang menceritakan tentang meninggalnya Abu Bakar dan naiknya Umar menjadi khalifah setelahnya. Begitu juga dengan pencopotan Khalid bin Walid sebagai komandan pasukan perang di Syam dan digantikan oleh Abu Ubaidah. Namun semua itu disembunyikan hingga akhir kemenangan-kemenangan kaum muslimin.<ref> Baladzuri, Futuh al-Buldān, hlm.118-122; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.395, 406, 407, 434.</ref>


==Pengumpulan Alquran==
==Pengumpulan Alquran==
{{main|Alquran}}
{{main|Alquran}}
Setelah Nabi wafat dan peristiwa-peristiwa seperti peristiwa Yamamah (11 H) dan terbunuhnya sebagian besar dari sahabat dan para qari Quran, kaum muslimin merasa lebih membutuhkan untuk mengumpulkan Alquran. Pengetahuan rinci tindakan-tindakan yang dapat diambil dalam bidang ini dari berbagai riwayat yang ada merupakan hal yang cukup sulit, sampai-sampai peran Abu Bakar dalam hal ini tidak dapat ditentukan secara pasti. Berdasarkan sebuah riwayat yang dinukil oleh Bukhari dari Zaid bin Tsabit, setelah pembunuhan Yamamah, Abu Bakar dengan usulan Umar, memanggil Zaid dan dia ditugaskan untuk mengumpulkan Alquran dan Zaidpun setelah berpikir dan berenung beberapa waktu dalam hal ini mulai melakukannya dan mengumpulkan surah-surah dan ayat-ayat dari seluruh tempat. Sebagian dari surah-surah dan ayat-ayat ini disimpan di permukaan pelepah-pelepah kurma dan batu-batu putih dan sebagian ada di dada-dada masyarakat, misalnya Zaid menemukan dua ayat akhir surah Taubah di sisi Khuzaimah bin Tsabit (dzusyahadatain). <ref>Bukhari, ''Sahih Bukhari'', jld.6, hlm. 98.</ref> Oleh karena itu, riwayat suhuf ini ada pada Abu Bakar sampai ia menemukan ajalnya, kemudian berada di sisi Umar dan kemudian berada di tangan Hafsah, putri Umar.<ref>Bukhari, ''Sahih Bukhari'', jld.6, hlm. 98-99.</ref> Dengan menelaah riwayat-riwayat lain dapat ditemukan banyak informasi tentang bagaimana pengumpulan naskah Zaid, para pendukung dan pembimbing Zaid, jenis dan macam halaman-halaman yang digunakannya. Berdasarkan riwayat-riwayat ini, Utsman meminjam mushaf ini dari Hafsah untuk penyusunan akhir Alquran dan kebalikan dengan mushaf-mushaf lainnya yang dibakar, mushaf ini dikembalikan dalam keadaan utuh. Marwan bin Hakam(64-65 H/673-674) yang menjadi gubenur Madinah pada masa kekuasaan Muawiyah, sekali pernah meminta mushaf tersebut dari Hafsah, namun ia tidak memberikannya. Setelah Hafsah meninggal (45H/665) mushaf jatuh ke tangan Abdullah bin Umar dan Marwan sekali lagi mengutus seseorang dan kali ini mushaf itu dapat diambil dari Abdullah dan memerintahkan supaya itu dibawa supaya tidak timbul sebuah keraguan dalam masalah mushaf-mushaf Utsaman.<ref>Ramyar, Tārikh Quran, hlm. 304 dan seterusnya.</ref>
Setelah [[Nabi saw]] wafat dan berbagai peristiwa yang terjadi seperti [[Peristiwa Yamamah]] (11 H/632) dan terbunuhnya sebagian besar dari [[sahabat]] dan para qari Quran. Kaum [[muslimin]] merasa sangat membutuhkan untuk mengumpulkan [[Alquran]]. Untuk mengenal secara mendalam pada pelaksanaan rencana tersebut melalui penukilan berbagai riwayat yang berbeda merupakan hal yang cukup sulit, sehingga tidak ada bukti yang jelas bahwa Abu Bakar ikut berperan dalam pengumpulan Alquran. Berdasarkan sebuah riwayat yang dinukil oleh [[Bukhari]] dari [[Zaid bin Tsabit]], setelah pertempuran Yamamah, Abu Bakar dengan usulan [[Umar]], memanggil Zaid dan menugaskannya untuk mengumpulkan Alquran. Zaidpun setelah berpikir dan merenung beberapa waktu dalam hal ini mulai melakukannya dan mengumpulkan surah-surah dan ayat-ayat dari seluruh tempat. Sebagian dari surah-surah dan ayat-ayat ini disimpan di permukaan pelepah-pelepah kurma dan batu-batu putih dan sebagian lagi berada dalam hafalan kaum muslimin, misalnya Zaid menemukan dua ayat akhir [[surah At-Taubah]] di sisi Khuzaimah bin Tsabit (dzusyahadatain). <ref>Bukhari, ''Sahih Bukhari'', jld.6, hlm. 98.</ref> Oleh karena itu, riwayat suhuf ini ada pada Abu Bakar sampai ia menemukan ajalnya, kemudian berada di sisi Umar dan kemudian berada di tangan Hafsah, putri Umar.<ref>Bukhari, ''Sahih Bukhari'', jld.6, hlm. 98-99.</ref> Dengan menelaah riwayat-riwayat lain dapat ditemukan banyak informasi tentang bagaimana pengumpulan naskah Zaid, para pendukung dan pembimbing Zaid, jenis dan macam halaman-halaman yang digunakannya. Berdasarkan riwayat-riwayat ini, Utsman meminjam mushaf ini dari Hafsah untuk penyusunan akhir Alquran dan kebalikan dengan mushaf-mushaf lainnya yang dibakar, mushaf ini dikembalikan dalam keadaan utuh. Marwan bin Hakam(64-65 H/673-674) yang menjadi gubenur Madinah pada masa kekuasaan Muawiyah, sekali pernah meminta mushaf tersebut dari Hafsah, namun ia tidak memberikannya. Setelah Hafsah meninggal (45H/665) mushaf jatuh ke tangan Abdullah bin Umar dan Marwan sekali lagi mengutus seseorang dan kali ini mushaf itu dapat diambil dari Abdullah dan memerintahkan supaya itu dibawa supaya tidak timbul sebuah keraguan dalam masalah mushaf-mushaf Utsaman.<ref>Ramyar, Tārikh Quran, hlm. 304 dan seterusnya.</ref>
==Metode Kepemerintahan==
==Metode Kepemerintahan==
Pengguna anonim