Lompat ke isi

Abdullah bin Zubair: Perbedaan antara revisi

tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 71: Baris 71:
Amru bin Sa'id, Hakim Mekah dan [[Madinah]] atas perintah Yazid mengirimkan pasukan untuk menyerang Ibnu Zubair. Namun pasukan yang dikirim Yazid mengalami kekalahan. <ref> ''Al-Thabaqāt al-Asyrāf'', jld. 5, hlm. 141; ''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 330. </ref> Pemimpin pasukan ini yang merupakan saudara tiri Yazid <ref>Silahkan lihat: jld. 5, hlm. 141; ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 198. </ref> bersama dengan sekelompok orang lainnya menjadi tawanan Ibnu Zubair dan kemudian dipenjarakan dan akhirnya tewas. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 331. </ref>  
Amru bin Sa'id, Hakim Mekah dan [[Madinah]] atas perintah Yazid mengirimkan pasukan untuk menyerang Ibnu Zubair. Namun pasukan yang dikirim Yazid mengalami kekalahan. <ref> ''Al-Thabaqāt al-Asyrāf'', jld. 5, hlm. 141; ''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 330. </ref> Pemimpin pasukan ini yang merupakan saudara tiri Yazid <ref>Silahkan lihat: jld. 5, hlm. 141; ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 198. </ref> bersama dengan sekelompok orang lainnya menjadi tawanan Ibnu Zubair dan kemudian dipenjarakan dan akhirnya tewas. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 331. </ref>  


Pada zaman ini Mekah berada di bawah kendali Ibnu Zubair. [Masih memerlukan referensi] Begitu juga dengan kota Madinah, karena adanya Peristiwa Karbala dan ketidaklayakan Yazid menjadi khalifah serta kuatnya pengaruh Ibnu Zubair, menjadikan masyarakat lebih menaruh perhatian kepadanya. Utsman bin Muhammad bin Abu Sufyan, Hakim muda kota Madinah membawa rombongan ke Madinah dan setelah menyelesaikan manasik [[haji]], ia segera pergi ke Syam karena takut ketahuan oleh Yazid dan mata-matanya yang dilakukannya selama di Mekah. <ref>Maskawaih, jld. 2, hlm. 85. </ref> Namun apa boleh diperbuat, perbuatan membuat semakin kelihatan atas ketidakayakan Yazid menjadi khalifah.
Pada zaman ini Mekah berada di bawah kendali Ibnu Zubair.<ref>tidak ada referensi</ref>. Begitu juga dengan kota Madinah, karena adanya Peristiwa Karbala dan ketidaklayakan Yazid menjadi khalifah serta kuatnya pengaruh Ibnu Zubair, menjadikan masyarakat lebih menaruh perhatian kepadanya. Utsman bin Muhammad bin Abu Sufyan, Hakim muda kota Madinah membawa rombongan ke Madinah dan setelah menyelesaikan manasik [[haji]], ia segera pergi ke Syam karena takut ketahuan oleh Yazid dan mata-matanya yang dilakukannya selama di Mekah. <ref>Maskawaih, jld. 2, hlm. 85. </ref> Namun apa boleh diperbuat, perbuatan membuat semakin kelihatan atas ketidakayakan Yazid menjadi khalifah.


Kelakuan Yazid yang jauh dari nilai-nilai [[Islam]] dihadapan rombongan Madinah menyebabkan mereka menjadi tidak senang kepada Yazid dan setelah mereka kembali dari Mekah, merela secara terang-terangan mengatakan kepada masyarakat bahwa Yazid tidak layak untuk menempati jabatan sebagai pemegang kekhalifahan. Karena kejadian ini Yazid menulis surat yang berisi kemarahannya kepada masyarakat Madinah. <ref> ''Tajarub al-Umam'', Ibid, jld. 2, hlm. 85, ''Tārikh Thabari'', jld. 5, hlm. 480. </ref>  
Kelakuan Yazid yang jauh dari nilai-nilai [[Islam]] dihadapan rombongan Madinah menyebabkan mereka menjadi tidak senang kepada Yazid dan setelah mereka kembali dari Mekah, merela secara terang-terangan mengatakan kepada masyarakat bahwa Yazid tidak layak untuk menempati jabatan sebagai pemegang kekhalifahan. Karena kejadian ini Yazid menulis surat yang berisi kemarahannya kepada masyarakat Madinah. <ref> ''Tajarub al-Umam'', Ibid, jld. 2, hlm. 85, ''Tārikh Thabari'', jld. 5, hlm. 480. </ref>  


Ibnu Zubair, dalam khutbahnya membakar masyarakat untuk menurunkan Yazid dari tahta kepemilikan. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 319, 372; ''Al-Badā wa al-Tārikh'', jld. 6, hlm. 18. </ref> Kemudian ia menulis surat kepada masyarakat Madinah dan meminta mereka untuk membait Abdulah bin Muthi’ ‘Adawi sebagai wakil darinya sebagai khalifah bagi kaum mukminin. <ref>''Ansābul-Asyrāf'', jld. 5, hlm. 337. </ref> Setelah itu, masyarakat mengusir Utsman bin Muhammad, Hakim Yazid dan sekelompok orang dari Bani Umayah dari kota Madinah. <ref>''Murūj al-Dzahab'', jld. 3, hlm. 69. </ref>
Ibnu Zubair, dalam khutbahnya membakar masyarakat untuk menurunkan Yazid dari tahta kepemilikan. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 319, 372; ''Al-Badā wa al-Tārikh'', jld. 6, hlm. 18. </ref> Kemudian ia menulis surat kepada masyarakat Madinah dan meminta mereka untuk membait Abdulah bin Muthi' 'Adawi sebagai wakil darinya sebagai khalifah bagi kaum mukminin. <ref>''Ansābul-Asyrāf'', jld. 5, hlm. 337. </ref> Setelah itu, masyarakat mengusir Utsman bin Muhammad, Hakim Yazid dan sekelompok orang dari [[Bani Umayah]] dari kota Madinah. <ref>''Murūj al-Dzahab'', jld. 3, hlm. 69. </ref>


Yazid mengirim laskar ke Hijaz untuk menekan Ibnu Zubair dan pendukungnya dan mengancam dengan berat. <ref>Murūj al-Dzahab, jld. 3, hlm. 69. </ref> Laskar Yazid pertama kalinya mengepung Madinah dan meminta masyarakat supaya membaiat Yazid dan bersama mereka untuk memadamkan kekuatan Ibnu Zubair namun masyarakat tidak menerimanya. <ref> ''Ansābul-Asyrāf'', jil 5, hlm. 340; ''Al-Badā wa al-Tārikh'', jld. 6, hlm. 13-14. </ref> Dan pada tahun 28 Dzulhijjah tahun 63 H, dua pasukan Madinah dan Suriah saling berhadap-hadapan. <ref>''Al-Muntadzam'', jld. 5, hlm. 16. </ref>
Yazid mengirim laskar ke Hijaz untuk menekan Ibnu Zubair dan pendukungnya dengan ancaman yang berat. <ref>Murūj al-Dzahab, jld. 3, hlm. 69. </ref> Laskar Yazid pertama kalinya mengepung Madinah dan meminta masyarakat supaya membaiat Yazid dan bersama mereka untuk memadamkan kekuatan Ibnu Zubair, namun masyarakat tidak menerimanya. <ref> ''Ansābul-Asyrāf'', jil 5, hlm. 340; ''Al-Badā wa al-Tārikh'', jld. 6, hlm. 13-14. </ref> Dan pada tahun 28 [[Dzulhijjah]] tahun 63 H/683, dua pasukan Madinah dan Suriah saling berhadap-hadapan. <ref>''Al-Muntadzam'', jld. 5, hlm. 16. </ref>


==Pengepungan Pertama kota Mekah dan Ibnu Zubair==
==Pengepungan Pertama kota Mekah dan Ibnu Zubair==
Dalam pertempuran antara masyarakat [[Madinah]] dengan pasukan Syam, masyarakat Madinah kalah dan masyarakat Suriah atas komando Yazid memubahkan nyawa dan harta masyarakat. <ref> ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 25. </ref> Mereka membunuh secara besar-besaran [[sahabat]] nabi oleh itu, meletuslah [[Peristiwa Harrah]]. Pasukan Suriah untuk menekan Zubair dan pendukungnya pergi ke [[Mekah]]. <ref> ''Al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld. 1, hlm. 231; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 220. </ref>
Dalam pertempuran antara masyarakat [[Madinah]] dengan pasukan Syam, masyarakat Madinah kalah dan masyarakat Suriah atas komando Yazid memubahkan nyawa dan harta masyarakat. <ref> ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 25. </ref> Mereka membunuh secara besar-besaran [[sahabat]] Nabi saw. Oleh sebab itu, meletuslah [[Peristiwa Harrah]]. Pasukan Suriah pergi ke [[Mekah]] untuk memberantas Zubair beserta pendukungnya. <ref> ''Al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld. 1, hlm. 231; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 220. </ref>


Ibnu Zubair dan pendukungnya dikepung oleh pasukan Suriah semenjak 13 Safar 64 H hingga 40 hari setelah kematian [[Yazid]] pada tanggal 14 [[Rabiul Awal]] tahun 64 H. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 359; ''Tārikh Damisyq'', jil 14, hlm. 387. </ref> Ibnu Zubair menetap di [[Masjidil Haram]]. Orang-orang Suriah berkemah di bukit dekat Masjidil Haram. <ref>''Akhbār Makkah'', Azraqi, jld. 1, hlm. 203; ''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 359. </ref> Dan dengan melempar batu dan bola api membakar Zubair dan pasukannya. Pada akhirnya batu-batu itu menabrak [[Ka’bah]] dan membuat tirai Ka’bah terbakar. <ref>''Akhbār Makkah'', Azraqi, jld. 1, hlm. 198; hlm. 203; ''Akhbar al-Kiram''. </ref> Ya’qubi (w. 292 H) meriwayatkan bahwa Ibnu Zubair tidak memadamkan api supaya masyarakat Mekah ikut turut serta dalam berperang melawan pasukan Suriah. <ref>''Tārikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 252. </ref>
Ibnu Zubair dan pendukungnya dikepung oleh pasukan Suriah semenjak 13 [[Safar]] 64 H/684 hingga 40 hari setelah kematian [[Yazid]] pada tanggal 14 [[Rabiul Awal]] tahun 64 H/684. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 359; ''Tārikh Damisyq'', jil 14, hlm. 387. </ref> Ibnu Zubair menetap di [[Masjidil Haram]]. Orang-orang Suriah berkemah di bukit dekat Masjidil Haram. <ref>''Akhbār Makkah'', Azraqi, jld. 1, hlm. 203; ''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 359. </ref> Mereka melempari batu dan bola api ke arah Zubair dan pasukannya. Akhirnya, batu-batu itu mengenai [[Ka'bah]] dan membuat tirainya terbakar. <ref>''Akhbār Makkah'', Azraqi, jld. 1, hlm. 198; hlm. 203; ''Akhbar al-Kiram''. </ref> Ya'qubi (w. 292 H) meriwayatkan bahwa Ibnu Zubair sengaja tidak memadamkan api supaya masyarakat Mekah ikut turut serta dalam berperang melawan pasukan Suriah. <ref>''Tārikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 252. </ref>


Ya'qubi meriwayatkan bahwa, Ibnu Zubair tidak memadamkan api untuk menjaga agar pengikut dan orang-orang berkemauan keras melawan tentara Yazid. Kelompok orang yang berbeda bertempur bersama Ibn Zubair untuk membela Masjidil Haram termasuk dua ratus pejuang yang dikirim dari raja Abbasiah untuk membela Ka'bah. Banyak kelompok berada dibarisan Ibnu Zubair untuk melawan pasukan Suriah diantaranya 200 orang penduduk Habasyiyah yang dikirimkan oleh Raja Habasyi untuk melindungi Ka’bah. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 362-372. </ref> Pasukan Suriah tidak berhasil mengalahkan pertahanan pasukan Ibnu Zubair. Orang-orang Mekah karena mengetahui bahwa Yazid sudah mati dan kabar meninggalnya 40 hari kemudian telah sampai ke pasukan Suriah, maka pada akhirnya pasukan ini tidak lagi mengepung kota Mekah dan kembali ke Suriah.
Ya'qubi meriwayatkan bahwa, Ibnu Zubair tidak memadamkan api untuk menjaga agar pengikut dan orang-orang berkemauan keras melawan tentara Yazid. Banyak kelompok berada dibarisan Ibnu Zubair untuk melawan pasukan Suriah diantaranya 200 orang penduduk Habasyah yang dikirimkan oleh Raja Habasyi untuk melindungi Ka'bah. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 362-372. </ref> Pasukan Suriah tidak berhasil mengalahkan pertahanan pasukan Ibnu Zubair. Disebabkan kematian Yazid, dan 40 hari kemudian kabar kematiannya itu sampai ke telinga pasukan Suriah, maka pada akhirnya pasukan ini meninggalkan kota Mekah dan kembali ke Suriah.


==Kekhalifahan==
==Kekhalifahan==
Sumber-sumber sejarah berbeda pendapat tentang ajakan Ibnu Zubair supaya membaiat dirinya. Sebagian rujukan menulis pada tanggal 9 [[Rajab]] tahun 64 H. <ref> ''Tārikh Khalifah'', hlm. 160. </ref> Sebagian menyebutkan bahwa [[baiat]] kepada Zubair diberikan oleh masyarakat pada tiga bulan setelah kematian [[Yazid]]. <ref>Abdullah bin Zubair, hlm. 119. </ref> Diberitakan bahwa setelah kematian Yazid di Suriah, Ibnu Zubair mendapatkan dukungan dari masyarakat Suriah, oleh itu pasukan Suriah sebelum bergerak ke arah Suriah menginginkan supaya Ibnu Zubair melupakan hal-hal yang telah terjadi seperti [[Peristiwa Harrah]] dan pergi ke Suriah bersama dengannya, namun Ibnu Zubair dengan dalil-dalil tertentu menolak ajakannya. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 344, 372. </ref> <ref>Dalil yang lebih mendetail: Nijati, ''Dānesy Nāmeh Haj wa Haramain Syarifain'', bagian Ibnu Zubair http://hajj.ir/99/3019#_ftn127</ref>
Sumber-sumber sejarah berbeda pendapat tentang ajakan Ibnu Zubair supaya membaiat dirinya. Sebagian rujukan menulis pada tanggal 9 [[Rajab]] tahun 64 H/684. <ref> ''Tārikh Khalifah'', hlm. 160. </ref> Sebagian menyebutkan bahwa [[baiat]] kepada Zubair diberikan oleh masyarakat pada tiga bulan setelah kematian [[Yazid]]. <ref>Abdullah bin Zubair, hlm. 119. </ref> Diberitakan bahwa setelah kematian Yazid di Suriah, Ibnu Zubair mendapatkan dukungan dari masyarakat Suriah, oleh itu pasukan Suriah sebelum bergerak ke arah Suriah menginginkan supaya Ibnu Zubair melupakan hal-hal yang telah terjadi seperti [[Peristiwa Harrah]] dan pergi ke Suriah bersama dengannya, namun Ibnu Zubair dengan dalil-dalil tertentu menolak ajakannya. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 344, 372. </ref> <ref>Dalil yang lebih mendetail: Nijati, ''Dānesy Nāmeh Haj wa Haramain Syarifain'', bagian Ibnu Zubair http://hajj.ir/99/3019#_ftn127</ref>


Tak lama setelah itu, orang-orang dari negara-negara seperti Damisq, [[Kufah]], Basrah, Yaman dan tempat-tempat lain seperti [[Khurasan]] membaiat perwakilan Ibnu Zubair. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 373-374; ''Tārikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 255. </ref> Ibnu Zubair memperlakukan keluarga [[Bani Umayyah]] dengan kasar dan mengusir mereka dari [[Mekah]]. <ref>''Al-Futuh'', jld. 5, hlm. 156. </ref> Dia juga membunuh Atabat bin Abu Sufyan beserta lima puluh anggota Bani Umayyah di sekitar [[haram (tempat suci)|haram]]. <ref>Ibid. </ref> Tindakan ini membuat Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Abbas mengkritik keras atas perbuatannya. <ref>''Akhbār Makkah'', Fakihi, jld. 3, hlm. 364; ''Ansābul Asyrāf'', jld. 3, hal, 335. </ref>Hubungan antara Ibnu Zubair dan Bani Hashim juga tidak membaik. Muhammad bin al-Hanafiyyah menolak untuk memberi sumpah setia kepadanya dan mengatakan bahwa dia akan memberikan baiat dengan syarat jika semua umat [[Islam]] telah menerima kekhalifahan Ibnu Zubair, sebuah syarat yang tidak mungkin akan dapat dipenuhi. <ref> ''Ansābul Asyrāf'', jld. 3, hlm. 372; ''Al-Futuh'', jld. 6 hlm. 248. </ref> Ibnu Zubair juga berkhutbah menghina [[Imam Ali as]] dan hal ini membuat Muhammad bin Hanafiyyah dalam pidatonya mengkritik Ibnu Zubair dalam pidatonya. Masyarakatpun mengkritik khutbah Ibnu Zubair itu.  [[Quraisy]] untuk melakukan tindakan yang benar. <ref>''Tārikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 262; ''Al-Futuh'', jld. 6, hlm. 248.  </ref>
Tak lama setelah itu, orang-orang dari negara-negara seperti Damaskus, [[Kufah]], [[Basrah]], Yaman dan tempat-tempat lain seperti [[Khurasan]] membaiat perwakilan Ibnu Zubair. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 373-374; ''Tārikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 255. </ref> Ibnu Zubair memperlakukan keluarga [[Bani Umayyah]] dengan kasar dan mengusir mereka dari [[Mekah]]. <ref>''Al-Futuh'', jld. 5, hlm. 156. </ref> Dia juga membunuh Atabat bin Abu Sufyan beserta lima puluh anggota Bani Umayyah di sekitar [[haram (tempat suci)|haram]]. <ref>Ibid. </ref> Tindakan ini membuat Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Abbas mengkritik keras atas perbuatannya. <ref>''Akhbār Makkah'', Fakihi, jld. 3, hlm. 364; ''Ansābul Asyrāf'', jld. 3, hal, 335. </ref>Hubungan antara Ibnu Zubair dan Bani Hasyim juga tidak membaik. [[Muhammad bin al-Hanafiyah]] menolak untuk memberi sumpah setia kepadanya dan mengatakan bahwa dia akan memberikan baiat dengan syarat jika semua umat [[Islam]] telah menerima kekhalifahan Ibnu Zubair, sebuah syarat yang tidak mungkin akan dapat dipenuhi. <ref> ''Ansābul Asyrāf'', jld. 3, hlm. 372; ''Al-Futuh'', jld. 6 hlm. 248. </ref> Ibnu Zubair juga berkhutbah menghina [[Imam Ali as]] dan hal ini membuat Muhammad bin al-Hanafiyyah dalam pidatonya mengkritik Ibnu Zubair dalam pidatonya. Masyarakat dan para pembesar [[Quraisy]]pun melakukan tindakan yang sama. <ref>''Tārikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 262; ''Al-Futuh'', jld. 6, hlm. 248.  </ref>


Ibn Zubair terus-menerus bersikeras untuk mengambil sumpah setia dari [[Muhammad bin Hanafiyah]]. Setelah pemberontakan [[Mukhtar al-Tsaqafi]] di Kufah dan pengusiran Abdullah bin Muti, perwakilan Abdullah bin Zubair, dia memenjarakan Muhammad bin Hanafiyah dan sahabat-sahabatnya di Hujrah Zamzamaz dan bersumpah kepada [[Tuhan]] untuk membakar mereka atau memenggal kepala mereka jika mereka menolak untuk memberikan sumpah setia kepadanya. <ref> ''Ansābul Asyrāf'', jld. 3, hlm. 472-473; ''Tārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 76. </ref>
Ibnu Zubair terus-menerus bersikeras untuk mengambil sumpah setia dari [[Muhammad bin Hanafiyah]]. Setelah pemberontakan [[Mukhtar al-Tsaqafi]] di Kufah dan pengusiran Abdullah bin Muti, perwakilan Abdullah bin Zubair, dia memenjarakan Muhammad bin Hanafiyah dan sahabat-sahabatnya di Hujrah Zamzam dan bersumpah kepada [[Tuhan]] untuk membakar mereka atau memenggal kepala mereka jika mereka menolak untuk memberikan sumpah setia kepadanya. <ref> ''Ansābul Asyrāf'', jld. 3, hlm. 472-473; ''Tārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 76. </ref>
Dikatakan bahwa Muhammad bin Hanafiyyah dalam suratnya meminta Mukhtar untuk menolongnya. <ref> ''Tārikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 261; ''Tārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 76; ''Tajārub al-Umam'', jld. 2, hlm. 188 </ref> Mukhtar mengirim rombongan ke Mekah dan hal ini terjadi ketika Zubair mengepung penjara Muhammad untuk kemudian membakarnya. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 3, hlm. 475; ''Tārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 76. </ref>  Kelompok beranggotakan 150 orang dikirim dari Kufah dengan semboyan [[Ya Latsaratal Husain]] dan memasuki [[Masjidil Haram]] dan membebaskan para tahanan dan demi untuk menjaga kesucian [[masjid]], mereka mengganti pedang dengan kayu. Mukhtar juga mengirim pasukan ke masjid dan terjadilah perang antara dua kelompok itu. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 3, hlm. 476-477; ''Tārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 77. </ref> Tiga hari kemudian, pasukan bantuan datang dari Mesir dan dengan demikian, Muhammad bin Hanafiyyah bisa keluar dari masjid dan bersama dengan pasukannya tinggal di Syi’b Ali <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 3, hlm. 478; ''Akhbar al-Daulah al-Abasiyah'', hlm. 107. </ref> hingga Mukhtar hidup. <ref>''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 287. </ref> Setelah itu, antara Zubair dan Muhammad bin Hanafiyyah selalu terjadi konflik yang berkepanjangan. <ref> Najati, ''Dānesy Nāmeh Haj wa Haramain'', Ibnu Zubair  http://hajj.ir/99/3019#_ftnref195</ref>  
Dikatakan bahwa Muhammad bin Hanafiyah dalam suratnya meminta Mukhtar untuk menolongnya. <ref> ''Tārikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 261; ''Tārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 76; ''Tajārub al-Umam'', jld. 2, hlm. 188 </ref> Mukhtar mengirim rombongan ke Mekah dan hal ini terjadi ketika Zubair mengepung penjara Muhammad untuk kemudian membakarnya. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 3, hlm. 475; ''Tārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 76. </ref>  Kelompok beranggotakan 150 orang dikirim dari Kufah dengan semboyan [[Ya Latsaratal Husain]] dan memasuki [[Masjidil Haram]] dan membebaskan para tahanan dan demi untuk menjaga kesucian [[masjid]], mereka mengganti pedang dengan kayu. Mukhtar juga mengirim pasukan ke masjid dan terjadilah perang antara dua kelompok itu. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 3, hlm. 476-477; ''Tārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 77. </ref> Tiga hari kemudian, pasukan bantuan datang dari Mesir dan dengan demikian, Muhammad bin Hanafiyah bisa keluar dari masjid dan bersama dengan pasukannya tinggal di Syi'ib Ali <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 3, hlm. 478; ''Akhbar al-Daulah al-Abasiyah'', hlm. 107. </ref> hingga Mukhtar hidup. <ref>''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 287. </ref> Setelah itu, antara Zubair dan Muhammad bin Hanafiyah selalu terjadi konflik yang berkepanjangan. <ref> Najati, ''Dānesy Nāmeh Haj wa Haramain'', Ibnu Zubair  http://hajj.ir/99/3019#_ftnref195</ref>  


Ibnu Zubair memperlakukan Ibnu Abbas dengan keras dan menghina dia dalam pidatonya. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 4, hlm. 55; ''Akhbār al-Daulah al-Abasiyah'', hlm. 110. </ref> Ibnu Abbas tidak pernah memberi sumpah setia kepada Ibnu Zubair dan menganggapnya tidak layak <ref>''Akhbār al-Daulah al-Abasiyyah'', hlm. 92. </ref> menduduki posisi khalifah karena telah melanggar kesucian Masjidil Haram. <ref>''Tārikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 250; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 339. </ref> Dengan mempertimbangkan posisi religius dan ilmiah Ibnu Abbas, maka pendapatnya terhadap Ibnu Zubair membahayakan posisinya. <ref> ''Tārikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 247. </ref> Selain itu, [[Ibnu Abbas]] adalah salah satu tentara yang bertempur bersama Imam Ali as dalam [[perang Jamal|pertempuran Jamal]]. Sebagian fatwa Ibnu Abbas diantaranya tentang kebolehan [[Nikah Mut’ah]] menyebabkan perbedaan diantara mereka. Ibnu Abbas menyatakan bahwa Ibnu Zubair adalah anak dari jenis pernikahan mut’ah. <ref>''Akhbār Makkah'', Fakihi, jld. 3, hlm. 20; ''Ansābul Asyrāf'', jld. 4, hlm. 55-56; ''Al-Futuh'', jld. 6, hlm. 326. </ref> Hal itu juga dinyatakan oleh ibu Ibnu Zubair. Akhirnya Ibnu Zubair mengeluarkan Ibnu Abbas untuk keluar dari Mekah, namun konflik mereka tetap berlanjut di Ta'if hingga Ibnu Abbas meninggal dunia. <ref>Silahkan lihat: ''Al-Thabaqāt'', jld. 3, hlm. 482; ''Murūj al-Dzahab'', jld. 3, hlm. 80. </ref>
Ibnu Zubair memperlakukan Ibnu Abbas dengan keras dan menghina dia dalam pidatonya. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 4, hlm. 55; ''Akhbār al-Daulah al-Abasiyah'', hlm. 110. </ref> Ibnu Abbas tidak pernah memberi sumpah setia kepada Ibnu Zubair dan menganggapnya tidak layak <ref>''Akhbār al-Daulah al-Abasiyyah'', hlm. 92. </ref> menduduki posisi khalifah karena telah melanggar kesucian [[Masjidil Haram]]. <ref>''Tārikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 250; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 339. </ref> Dengan mempertimbangkan posisi religius dan ilmiah Ibnu Abbas, maka pendapatnya terhadap Ibnu Zubair membahayakan posisinya. <ref> ''Tārikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 247. </ref> Selain itu, [[Ibnu Abbas]] adalah salah satu tentara yang bertempur bersama [[Imam Ali as]] dalam [[Perang Jamal|pertempuran Jamal]]. Sebagian fatwa Ibnu Abbas diantaranya tentang kebolehan [[Nikah Mut'ah]] menyebabkan perbedaan diantara mereka. Ibnu Abbas menyatakan bahwa Ibnu Zubair adalah anak dari jenis pernikahan mut'ah. <ref>''Akhbār Makkah'', Fakihi, jld. 3, hlm. 20; ''Ansābul Asyrāf'', jld. 4, hlm. 55-56; ''Al-Futuh'', jld. 6, hlm. 326. </ref> Hal itu juga dinyatakan oleh ibu Ibnu Zubair. Akhirnya Ibnu Zubair mengeluarkan Ibnu Abbas untuk keluar dari Mekah, namun konflik mereka tetap berlanjut ketika Ibnu Abbas tinggal di Tha'if hingga meninggal dunia disana. <ref>Silahkan lihat: ''Al-Thabaqāt'', jld. 3, hlm. 482; ''Murūj al-Dzahab'', jld. 3, hlm. 80. </ref>


==Pengepungan Kedua==
==Pengepungan Kedua==
Setelah Ibnu Zubair memiliki kekuasaan, [[Bani Umayyah]] termasuk [[Marwan bin Hakam]] sakit. Oleh karena itu, ia mengusir anaknya, Abdul Malik dari [[Madinah]]. Hal ini menyebabkan Marwan sebagai khalifah yang memiliki hubungan kedekatan dengan Ibnu Zubair menemukan peluang untuk melemahkan Ibnu Zubair di Suriah. <ref>''Al-Thabaqāt'', jld. 5, hlm. 31; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 241. </ref>
Setelah Ibnu Zubair memiliki kekuasaan, [[Bani Umayyah]] termasuk [[Marwan bin Hakam]] telah mengalami masa tua dan sakit. Oleh karena itu, ia mengusir anaknya, Abdul Malik dari [[Madinah]]. Hal ini menyebabkan Marwan sebagai khalifah yang memiliki hubungan dekat dengan Ibnu Zubair menemukan peluang untuk melemahkannya di Suriah. <ref>''Al-Thabaqāt'', jld. 5, hlm. 31; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 241. </ref>


Marwan berhasil mengacaukan pasukan musuh di perang Marj Rahith pada bulan [[Dzulhijjah]] tahun 64 H . <ref>''Al-Thabaqāt al-Kubra'', jil 5, hlm. 31; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 241. </ref> dan membunuh Dhahak bin Qais. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 6, hlm. 273; ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 38. </ref> Dalam waktu yang singkat kekuatan Ibnu Zubair di Suriah berakhir. Mesir juga menjadi daerah kekuasaan Marwan dan tidak lagi menjadi kekuasaan Zubair. <ref>''Al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld. 2, hlm. 22, ''Murūj al-Dzahab'', jld. 3, hlm. 88. </ref>
Marwan berhasil mengacaukan pasukan musuh di Perang Marj Rahith pada bulan [[Dzulhijjah]] tahun 64 H/684 . <ref>''Al-Thabaqāt al-Kubra'', jil 5, hlm. 31; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 241. </ref> dan membunuh Dhahak bin Qais. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 6, hlm. 273; ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 38. </ref> Dalam waktu yang singkat kekuatan Ibnu Zubair di Suriah berakhir. Mesir juga menjadi daerah kekuasaan Marwan dan tidak lagi menjadi kekuasaan Zubair. <ref>''Al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld. 2, hlm. 22, ''Murūj al-Dzahab'', jld. 3, hlm. 88. </ref>


Saat Abdul Malik bin Marwan berkuasa di Suriah pada tahun 65 H Ibnu Zubair mulai berceramah pada musim [[haji]] tentang keburukan Abdul Malik bin Marwan sehingga masyarakat akan memberikan sumpah setia kepadanya. Dalam pidatonya di [[hari Arafah]] dia mengingatkan orang tentang kutukan [[Nabi Muhammad saw]] atas Hakam bin seperti nenek moyang Abdul Malik dan keluarganya dan dia mencoba mempengaruhi orang-orang Suriah untuk mendukungnya. <ref>''Akhbār Makkah'', Fakihi, jld. 1, hlm. 356; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 280. </ref> Di sisi lain, Abdul Malik mencoba mencegah masyarakat supaya tidak menghadiri ibadah haji, dia juga menggunakan [[fatwa]] dari Al-Zuhri, seorang ulama pemerintah, bahwa umat [[Islam]] dapat melakukan ritual haji dan [[tawaf]] di [[Baitul Maqdis]]. Masyarakat Suriah pada musim haji bertawaf dan melaksanakan ibadah haji pada hari Arafah dan [[Idul Kurban]] di sana. <ref>''Akhbar Makkah'', Fakihi, jld. 1, hlm. 356; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 280. </ref>
Saat Abdul Malik bin Marwan berkuasa di Suriah pada tahun 65 H/685 Ibnu Zubair mulai berceramah pada musim [[haji]] tentang keburukan Abdul Malik bin Marwan sehingga masyarakat akan memberikan sumpah setia kepadanya. Dalam pidatonya di [[hari Arafah]] dia mengingatkan orang tentang kutukan [[Nabi Muhammad saw]] atas Hakam bin seperti nenek moyang Abdul Malik dan keluarganya dan dia mencoba mempengaruhi orang-orang Suriah untuk mendukungnya. <ref>''Akhbār Makkah'', Fakihi, jld. 1, hlm. 356; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 280. </ref> Di sisi lain, Abdul Malik mencoba mencegah masyarakat supaya tidak menghadiri ibadah haji, dia juga menggunakan [[fatwa]] dari Al-Zuhri, seorang ulama pemerintah, bahwa umat [[Islam]] dapat melakukan ritual haji dan [[tawaf]] di [[Baitul Maqdis]]. Masyarakat Suriah pada musim haji bertawaf dan melaksanakan ibadah haji pada hari Arafah dan [[Idul Kurban]] di sana. <ref>''Akhbar Makkah'', Fakihi, jld. 1, hlm. 356; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 280. </ref>


Perselisihan internal di antara Bani Bani Umayyah dan ancaman dari [[Khawarij]] dan Roma, mencegah kelompok Marwan untuk secara serius menghadapi pertentangan dari Ibnu Zubair. <ref>''Al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld. 2,hlm. 37, ''Daulat Umawiyan'', jld. 8, hlm. 280; ''Hayah al-Haiwan'', jld. 2, hlm. 58. </ref> Hingga pada tahun 72 H saat Abdul Malik berhasil mengalahkan Mus'ab bin Zubair dan menduduki Irak dia mengirim Hajjaj bin Yusuf al-Thaqafi untuk menekan Ibnu Zubair di [[Hijaz]]. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 7, hlm. 95; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 315. </ref> Hajjaj karena telah mengetahui kelemahan pasukan Ibnu Zubair dan setelah mengetahui bantuan pasukan 5000 orang telah memasuki Madinah, ia mengusir Ibnu Zubair dari Madinah. <ref>''Tārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 175; ''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 350. </ref> Kemudian ia bergerak menuju [[Mekah]] dan mengepung Ibnu Zubair di [[Masjidil Haram]]. Pengepungan ini dimulai pada bulan [[Dzulhijjah]] tahun 72 H dan setelah enam bulan dan 17 hari berakhir dengan kematian Ibnu Zubair pada hari Selasa, tanggal 17 [[Jumadil Awal]] tahun 73 H.  
Perselisihan internal di antara Bani Umayyah dan ancaman dari [[Khawarij]] dan Roma, mencegah kelompok Marwan untuk secara serius menghadapi pertentangan dari Ibnu Zubair. <ref>''Al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld. 2,hlm. 37, ''Daulat Umawiyan'', jld. 8, hlm. 280; ''Hayah al-Haiwan'', jld. 2, hlm. 58. </ref> Hingga pada tahun 72 H/691 saat Abdul Malik berhasil mengalahkan Mus'ab bin Zubair dan menduduki Irak dia mengirim [[Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi]] untuk menekan Ibnu Zubair di [[Hijaz]]. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 7, hlm. 95; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 315. </ref> Hajjaj karena telah mengetahui kelemahan pasukan Ibnu Zubair dan mengetahui bantuan pasukan 5000 orang telah memasuki Madinah, ia mengusir Ibnu Zubair dari Madinah. <ref>''Tārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 175; ''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 350. </ref> Kemudian ia bergerak menuju [[Mekah]] dan mengepung Ibnu Zubair di [[Masjidil Haram]]. Pengepungan ini dimulai pada bulan [[Dzulhijjah]] tahun 72 H/692 dan setelah enam bulan dan 17 hari berakhir dengan kematian Ibnu Zubair pada hari Selasa, tanggal 17 [[Jumadil Awal]] tahun 73 H/693.  


Beberapa laporan menyebutkan pengepungan tersebut berlangsung selama delapan bulan dan 17 hari. <ref> ''Thārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 175; ''Al-Muntadzam'', jld. 6, hlm. 124. </ref> Berdasarkan satu hal, pada awalnya, Abdul Malik melarang Hajjaj untuk melakukan tindakan militer ke Mekah dan mendorongnya untuk menaklukkan Ibnu Zubair melalui pemboikotan ekonomi. <ref>''Al-Futuh'', jld. 6, hlm. 338. </ref> Pada musim haji tahun 72 H, Ibnu Zubair terkepung di Masjidil Haram dan karena tercegah untuk melakukan wukuf di Arafah dan juga tidak bisa melempar jumrah, maka ia tidak bisa melaksanakan ibadah hajinya. <ref> ''Al-Isti’āb'', jld. 3, hlm. 907; ''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 350. </ref>
Beberapa laporan menyebutkan pengepungan tersebut berlangsung selama delapan bulan dan 17 hari. <ref> ''Thārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 175; ''Al-Muntadzam'', jld. 6, hlm. 124. </ref> Berdasarkan satu hal, pada awalnya, Abdul Malik melarang Hajjaj untuk melakukan tindakan militer ke Mekah dan mendorongnya untuk menaklukkan Ibnu Zubair melalui pemboikotan ekonomi. <ref>''Al-Futuh'', jld. 6, hlm. 338. </ref> Pada musim haji tahun 72 H/692, Ibnu Zubair terkepung di Masjidil Haram dan karena tercegah untuk melakukan wukuf di Arafah dan juga tidak bisa melempar jumrah, maka ia tidak bisa melaksanakan ibadah hajinya. <ref> ''Al-Isti’āb'', jld. 3, hlm. 907; ''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 350. </ref>
Berdasarkan keinginan para [[sahabat]] seperti Ibnu Umar atau Jabir bin Abdullah Anshari dan Abu Sa’id Khudri, Hajjaj bin Yusuf hingga akhir musim haji dan kembalinya para haji dari Mina menahan diri untuk menyerang Ibnu Zubair dan kemudian meminta para jamaah haji untuk segera pulang dan melanjutkan peperangan. <ref> ''Akhbār Makkah'', Fakihi, jld. 2, hlm. 372; ''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 350. </ref> Ia menyebut dirinya sebagai amirul hajj dan melakukan ibadah haji bersama para hujaj dan dengan mengenakan baju perang ia hadir di arafah <ref>''Tārikh Thabari'', jld. 2, hlm. 372; ''Al-Kāmil'' jld. 4, hlm. 350. </ref> meskipun ia tidak melaksanakan [[tawaf]] Ka’bah dan sa’i antara Shawa dan Marwa. <ref>''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 350; ''Al-Thabaqāt'', Khamsah 2, hlm. 93. </ref>  
Berdasarkan keinginan para [[sahabat]] seperti [[Ibnu Umar]] atau [[Jabir bin Abdullah Anshari]] dan [[Abu Sa'id Khudri]], Hajjaj bin Yusuf hingga akhir musim haji dan kembalinya para haji dari Mina menahan diri untuk menyerang Ibnu Zubair dan kemudian meminta para jamaah haji untuk segera pulang dan melanjutkan peperangan. <ref> ''Akhbār Makkah'', Fakihi, jld. 2, hlm. 372; ''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 350. </ref> Ia menyebut dirinya sebagai amirul hajj dan melakukan ibadah haji bersama para hujaj dan dengan mengenakan baju perang ia hadir di Arafah <ref>''Tārikh Thabari'', jld. 2, hlm. 372; ''Al-Kāmil'' jld. 4, hlm. 350. </ref> meskipun ia tidak melaksanakan [[tawaf]] [[Ka'bah]] dan [[sa'i]] antara [[Shafa]] dan [[Marwa]]. <ref>''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 350; ''Al-Thabaqāt'', Khamsah 2, hlm. 93. </ref>  


Hajjaj menghalangi sampainya makanan ke pasukan Zubair dan mereka hanya diberi akses untuk bisa memanfaatkan air zam-zam. <ref>''Al-Thabaqāt'', Khamsah 2, hlm. 94; ''Akhbār Makkah'', Fakihi, jld. 2, hlm. 31. </ref> Ia menghujami Zubair dengan ketapel dan diantara lepasan ketapel ini ada yang mengenai [[Ka’bah]]. <ref>''Al-Thabaqāt'', Khamsah 2, hlm. 95; ''Al-Anbiya'', hlm. 50. </ref> Batu-batu ketapel itu juga masuk ke sumur Zam-zam dan merusakkan dinding bagian samping Ka’bah <ref>''Al-Futuh'', jld. 6, hlm. 340; ''Hayah al-Haiwan'', jld. 2, hlm. 59. </ref> dan memindahkan hajar aswad dari tempat aslinya. <ref>''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 315. </ref> Kemudian Hajjaj memerintahkan supaya menyerang Masjidil Haram dengan bola api. Hal ini menyebabkan kain Ka’bah menjadi terbakar. Tindakan ini menyebabkan Ibnu Zubair mengirim pasukan untuk mencegah kerusakan yang lebih meluas Ka’bah. <ref> ''Akhbār Makkah'', Fakihi, jld. 2, hlm. 360; ''Al-Futuh'', jld. 6, hlm. 341. </ref> Ia juga menyuruh untuk memasang perisai untuk menjaga Hajar aswad dari serangan yang lebih banyak. <ref>''Al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld. 2, hlm. 38. </ref>
Hajjaj menghalangi sampainya makanan ke pasukan Zubair dan mereka hanya diberi akses untuk bisa memanfaatkan air zam-zam. <ref>''Al-Thabaqāt'', Khamsah 2, hlm. 94; ''Akhbār Makkah'', Fakihi, jld. 2, hlm. 31. </ref> Ia menghujami Zubair dengan ketapel dan diantara lepasan ketapel ini ada yang mengenai [[Ka'bah]]. <ref>''Al-Thabaqāt'', Khamsah 2, hlm. 95; ''Al-Anbiya'', hlm. 50. </ref> Batu-batu ketapel itu juga masuk ke sumur Zam-zam dan merusakkan dinding bagian samping Ka'bah <ref>''Al-Futuh'', jld. 6, hlm. 340; ''Hayah al-Haiwan'', jld. 2, hlm. 59. </ref> dan memindahkan hajar aswad dari tempat aslinya. <ref>''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 315. </ref> Kemudian Hajjaj memerintahkan supaya menyerang Masjidil Haram dengan bola api. Hal ini menyebabkan kain Ka'bah terbakar. Tindakan ini menyebabkan Ibnu Zubair mengirim pasukan untuk mencegah kerusakan yang lebih meluas Ka'bah. <ref> ''Akhbār Makkah'', Fakihi, jld. 2, hlm. 360; ''Al-Futuh'', jld. 6, hlm. 341. </ref> Ia juga menyuruh untuk memasang perisai untuk menjaga [[Hajar Aswad]] dari serangan yang lebih banyak. <ref>''Al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld. 2, hlm. 38. </ref>


Keluarga dan pendukung Abdullah bin Zubair beserta saudaranya, Urwah menyarankannya untuk mengikuti strategi [[Imam Hasan as]] dan berdamai dengan Hajjaj bin Yusuf. Namun dengan kedudukan yang ia miliki, ia sangat memprotes saran ini. <ref>''Al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld. 2, hlm. 38. </ref> Keadaan ini bersamaan dengan pemaafan umum Hajjaj <ref>''Al-Thabaqāt'', Khāmsah 2, hlm. 99; ''Ansābul Asyrāf'', jld. 7, hlm. 124; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 330. </ref> sehingga mendorong pendukung Ibnu Zubair dan bahkan para anak-anaknya Khubaib dan Hamzah menyerah demi untuk menyelamatkan diri. <ref>''Tārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 188; ''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 352. </ref>
Keluarga dan pendukung Abdullah bin Zubair beserta saudaranya, Urwah menyarankannya untuk mengikuti strategi [[Imam Hasan as]] dan berdamai dengan Hajjaj bin Yusuf. Namun dengan kedudukan yang ia miliki, ia sangat memprotes saran ini. <ref>''Al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld. 2, hlm. 38. </ref> Keadaan ini bersamaan dengan pemaafan umum Hajjaj <ref>''Al-Thabaqāt'', Khāmsah 2, hlm. 99; ''Ansābul Asyrāf'', jld. 7, hlm. 124; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 330. </ref> sehingga mendorong pendukung Ibnu Zubair dan bahkan para anak-anaknya Khubaib dan Hamzah menyerah demi untuk menyelamatkan diri. <ref>''Tārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 188; ''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 352. </ref>


==Terbunuhnya Ibnu Zubair==
==Terbunuhnya Ibnu Zubair==
Akhirnya Ibnu Zubair mengetahui bahwa dia tidak dapat mempertahankan diri melawan tentara Suriah. Pada akhir hayatnya dalam percakapan dengan ibunya asma ia menjelaskan bahwa perlawanannya hanya karena [[Allah]] dan tidak ada unsur pengkhinatan dan dosa yang sengaja ia lakukan dan tidak mengandung mengambil keuntungan-keuntungan duniawi dan menjelaskan bahwa kezaliman-kezaliman yang dilakukan oleh pengikutnya adalah tidak menyenangkan baginya. <ref>''Tārikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 267; ''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 353. </ref> Ia dengan permintaan ibunya <ref>''Al-Thabaqāt'', Al-Khamsah 2, hlm. 98; ''Al-Muntadzam'', jld. 6, hlm. 125. </ref> dan dengan pendukung yang sedikit jumlahnya hingga waktu-waktu menjelang kematiannya dan dalam keadaan menyandar ke [[Ka’bah]] dibunuh oleh laki-laki yang berasal dari Bani Sukun dan Bani Murad. <ref> ''Al-Isti’āb'', jld. 3, hlm. 910; ''Al-Jauharah fi Nasab al-Nabi'', jld. 1, hlm. 320. </ref>  
Akhirnya Ibnu Zubair mengetahui bahwa dia tidak dapat mempertahankan diri melawan tentara Suriah. Pada akhir hayatnya dalam percakapan dengan ibunya asma ia menjelaskan bahwa perlawanannya hanya karena [[Allah swt]] dan tidak ada unsur pengkhianatan dan dosa yang sengaja ia lakukan dan tidak mengandung mengambil keuntungan-keuntungan duniawi dan menjelaskan bahwa kezaliman-kezaliman yang dilakukan oleh pengikutnya adalah tidak menyenangkan baginya. <ref>''Tārikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 267; ''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 353. </ref> Ia dengan permintaan ibunya <ref>''Al-Thabaqāt'', Al-Khamsah 2, hlm. 98; ''Al-Muntadzam'', jld. 6, hlm. 125. </ref> dan dengan pendukung yang sedikit jumlahnya hingga waktu-waktu menjelang kematiannya dan dalam keadaan menyandar ke [[Ka'bah]] dibunuh oleh laki-laki yang berasal dari Bani Sukun dan Bani Murad. <ref> ''Al-Isti’āb'', jld. 3, hlm. 910; ''Al-Jauharah fi Nasab al-Nabi'', jld. 1, hlm. 320. </ref>  


Peperangan ini menelan korban jiwa sebanyak 240 orang. Sebagian darah mereka sampai ke dalam Ka’bah. <ref>''Al-Isti’āb'', jld. 3, hlm. 910; ''Al-Jauharah fi Nasab al-Nabi'', jld. 1, hlm. 320. </ref> Kepala Ibnu Zubair bersamaan dengan kepala Abdullah Muthi’ dan Abdullah bin Shafwan dibawa ke [[Madinah]] <ref>''Tārikh Damisq'', jld. 28, hlm. 151; ''Tārikh Islām'', jld. 5, hlm. 452. </ref> dan dipajang di sana. <ref>''Tārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 192; ''Al-Ashablāh'', jld. 5, hlm. 22. </ref> Kemudian kepala ini dibawa ke hadapan Abdul Malik dan hadiah setiap pembala kepala ini adalah 500 dinar. <ref>''Al-Thabaqāt'', Khamsah 2, hlm. 113-114; ''Al-Kamil'', jld. 4, hlm. 356. </ref> Riwayat lain mengatakan bahwa Ibnu Zubair terbunuh di dekat Hajun. <ref> ''Tajārub al-Umam'', jld. 2, hlm. 247; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 342. </ref> Berdasarkan sebagian riwayat, Abdul Malik membawa kepala Ibnu Zubair untuk memaksa Abdullah bin Khazim, hakim Ibnu Zubair di Khurasan supaya mentaatinya dan akhirnya ia menguburkan kepala Ibnu Zubair disana. <ref> ''Tārikh Damisyq'', jld. 28, hlm. 151; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 326. </ref> Hajjaj menggantung jenazah Ibnu Zubair hingga satu tahun. <ref>''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 357; ''Nihāyah al-Arab'', jld. 21, hlm. 141; ''Majma’ al-Zawāid'', jld. 7, hlm. 507; ''Al-Jauharah fi Nasab al-Nabi'', jld. 1, hlm. 3199. </ref>  
Peperangan ini menelan korban jiwa sebanyak 240 orang. Sebagian darah mereka sampai ke dalam Ka'bah. <ref>''Al-Isti’āb'', jld. 3, hlm. 910; ''Al-Jauharah fi Nasab al-Nabi'', jld. 1, hlm. 320. </ref> Kepala Ibnu Zubair bersamaan dengan kepala Abdullah Muthi' dan Abdullah bin Shafwan dibawa ke [[Madinah]] <ref>''Tārikh Damisq'', jld. 28, hlm. 151; ''Tārikh Islām'', jld. 5, hlm. 452. </ref> dan dipajang di sana. <ref>''Tārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 192; ''Al-Ashablāh'', jld. 5, hlm. 22. </ref> Kemudian kepala ini dibawa ke hadapan Abdul Malik dan hadiah setiap pembala kepala ini adalah 500 dinar. <ref>''Al-Thabaqāt'', Khamsah 2, hlm. 113-114; ''Al-Kamil'', jld. 4, hlm. 356. </ref> Riwayat lain mengatakan bahwa Ibnu Zubair terbunuh di dekat Hajun. <ref> ''Tajārub al-Umam'', jld. 2, hlm. 247; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 342. </ref> Berdasarkan sebagian riwayat, Abdul Malik membawa kepala Ibnu Zubair untuk memaksa Abdullah bin Khazim, hakim Ibnu Zubair di Khurasan supaya mentaatinya dan akhirnya ia menguburkan kepala Ibnu Zubair disana. <ref> ''Tārikh Damisyq'', jld. 28, hlm. 151; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 326. </ref> Hajjaj menggantung jenazah Ibnu Zubair hingga satu tahun. <ref>''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 357; ''Nihāyah al-Arab'', jld. 21, hlm. 141; ''Majma’ al-Zawāid'', jld. 7, hlm. 507; ''Al-Jauharah fi Nasab al-Nabi'', jld. 1, hlm. 3199. </ref>  
Akhirnya dengan permohonan ibunya, asma jenazahnya diberikan kepada Ibunya. asma menguburkan jenazah anaknya di kuburan [[Hajun]] Mekah. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 7, hlm. 129; ''Nihāyah al-Arab'', jld. 21, hlm. 141. </ref> Menurut laporan Mush’ab bin Abdullah menyebutkan bahwa jenazah Ibnu Zubair dipindah ke Madinah dan dikuburkan di rumah neneknya, Shafiyyah yang kemudian menjadi bagian Masjidil Nabi. <ref>''Tārikh Damisyq'', jld. 28, hlm. 254; ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 447. </ref>
Akhirnya dengan permohonan ibunya Asma jenazahnya diberikan kepada Ibunya. Asma menguburkan jenazah anaknya di kuburan [[Hajun]] Mekah. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 7, hlm. 129; ''Nihāyah al-Arab'', jld. 21, hlm. 141. </ref> Menurut laporan Mush'ab bin Abdullah menyebutkan bahwa jenazah Ibnu Zubair dipindah ke Madinah dan dikuburkan di rumah neneknya, Shafiyyah yang kemudian menjadi bagian [[Masjid Nabi]]. <ref>''Tārikh Damisyq'', jld. 28, hlm. 254; ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 447. </ref>


==Ibnu Zubair dalam Referensi==
==Ibnu Zubair dalam Referensi==
Baris 122: Baris 122:


==Kemuliaan==
==Kemuliaan==
Dalam laporan sejarah Sunni Ibnu Zubair sangat dipuji-puji sebagiannya berkaitan dengan ibadah-ibadah yang ia lakukan. Sebagian sejarawan [[Islam]] <ref> Silahkan lihat: Nijati, ''Dānesy Nāmeh Haj wa Haramain Syaraifain'', Ibnu Zubair, http://hajj.ir/99/3019#_ftn298</ref> meragukan akan kebenaran tentang fadhilah-fadhilah yang dimilikinya seperti sujudnya yang sangat lama sehingga burung-burung hinggap di punggungnya <ref>''Tārikh Damisyq'', jld. 28, hlm. 170; ''Nihāyah al-Arab'', jld. 21, hlm. 143. </ref>, Bertawaf mengelilingi Ka’bah <ref> ''Akhbār Makkah'', Fakihi, jld. 1, hlm. 251; ''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 360. </ref>, tujuh atau 15 hari berpuasa tanpa iftar <ref> ''Khilyah al-Auliya'', jld. 1, hlm. 335, jld. 5, hlm. 440. </ref>, Ketika orang-orang telah ruku dan meskipun diantara mereka telah membaca surah-surah yang panjang seperti [[Surah Al-Baqarah]], [[Surah Ali Imran]], [[Surah Al-Nisa]], dan [[Surah Al-Maidah]], ia belum juga ruku’ <ref> ''Tarikh Damisq'', jld. 28, hlm. 171; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 334. </ref>, ia berbicara dengan para budaknya dengan menggunakan 100 bahasa <ref>''Tārikh Islām'', jld. 5, hlm. 444; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 339. </ref>, pertama kali yang ia ucapkan ketika kecil adalah pedang dan ia selalu mengulangi kata-kata itu. <ref>''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 360; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 340. </ref> ketika ia masih kecil, ia minum darah hejamat (bekam) Nabi saw <ref> ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 437, ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 333; ''Sabal al-Huda'' jld. 10, hlm. 40. </ref>, ia melihat jin perempuan melakukan thawaf disekitar [[Ka’bah]] dan ia mengusirnya <ref>''Tārikh Damisyq'', jld. 28, hlm. 185; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 336. </ref>, ia bercakap-cakap dengan jin laki-laki dan ia takut kepadanya <ref> ''Tārikh Damisyq'', jld. 28, hlm. 185; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 336. </ref>, ia berdoa di [[Hajar aswad]] untuk memperoleh kekuasaan dan kekhalifahan di [[Hijaz]] dan doanya diijabah. <ref> ''Akhbār Makkah'', Fakihi, jld. 1, hlm. 140; ''Al-Muntadzam'', jld. 6, hlm. 135. </ref> <ref> Najati, ''Dānesy Nāmeh Haj wa Haramain Syarifain'', Ibnu Zubair http://hajj.ir/99/3019#_ftn306</ref>
Dalam laporan sejarah [[Sunni]] Ibnu Zubair sangat dipuji-puji sebagiannya berkaitan dengan ibadah-ibadah yang ia lakukan. Sebagian sejarawan [[Islam]] <ref> Silahkan lihat: Nijati, ''Dānesy Nāmeh Haj wa Haramain Syaraifain'', Ibnu Zubair, http://hajj.ir/99/3019#_ftn298</ref> meragukan akan kebenaran tentang fadhilah-fadhilah yang dimilikinya seperti sujudnya yang sangat lama sehingga burung-burung hinggap di punggungnya <ref>''Tārikh Damisyq'', jld. 28, hlm. 170; ''Nihāyah al-Arab'', jld. 21, hlm. 143. </ref>, Bertawaf mengelilingi Ka'bah <ref> ''Akhbār Makkah'', Fakihi, jld. 1, hlm. 251; ''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 360. </ref>, tujuh atau 15 hari berpuasa tanpa berbuka puasa <ref> ''Khilyah al-Auliya'', jld. 1, hlm. 335, jld. 5, hlm. 440. </ref>, Ketika orang-orang telah ruku' dan meskipun diantara mereka telah membaca surah-surah yang panjang seperti [[Surah Al-Baqarah]], [[Surah Ali Imran]], [[Surah Al-Nisa]], dan [[Surah Al-Maidah]], ia belum juga ruku' <ref> ''Tarikh Damisq'', jld. 28, hlm. 171; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 334. </ref>, ia berbicara dengan para budaknya dengan menggunakan 100 bahasa <ref>''Tārikh Islām'', jld. 5, hlm. 444; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 339. </ref>, pertama kali yang ia ucapkan ketika kecil adalah pedang dan ia selalu mengulangi kata-kata itu. <ref>''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 360; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 340. </ref> ketika ia masih kecil, ia minum darah hejamat (bekam) [[Nabi saw]] <ref> ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 437, ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 333; ''Sabal al-Huda'' jld. 10, hlm. 40. </ref>, ia melihat jin perempuan melakukan thawaf disekitar [[Ka'bah]] dan ia mengusirnya <ref>''Tārikh Damisyq'', jld. 28, hlm. 185; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 336. </ref>, ia bercakap-cakap dengan jin laki-laki dan ia takut kepadanya <ref> ''Tārikh Damisyq'', jld. 28, hlm. 185; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 336. </ref>, ia berdoa di [[Hajar aswad]] untuk memperoleh kekuasaan dan kekhalifahan di [[Hijaz]] dan doanya diijabah. <ref> ''Akhbār Makkah'', Fakihi, jld. 1, hlm. 140; ''Al-Muntadzam'', jld. 6, hlm. 135. </ref> <ref> Najati, ''Dānesy Nāmeh Haj wa Haramain Syarifain'', Ibnu Zubair http://hajj.ir/99/3019#_ftn306</ref>


== Celaan==
== Celaan==
Sebaliknya terdapat riwayat-riwayat lain dalam sumber-sumber [[Sunni]] yang meriwayatkan bahwa ia tidaklah sebaik sebagaimana yang telah diriwayatkan. Setelah ia meminum darah hejamat (bekam) [[Nabi saw]], Nabi saw bersabda: ''"Celakalah orang-orang karenamu! Dan celakalah kamu karena orang-orang".'' <ref> Syaibani, ''Al-Ahad wa al-Matsāni'', jld. 1, hlm. 414; {{ia| ویل للناس منک وویل لک من الناس}} </ref> Ahmad bin Hanbal juga meriwayatkan bahwa ketika [[Utsman bin Affan]] dikepung, Abdullah bin Zubair berkata kepadanya: Aku memiliki kuda yang bisa berlari kencang dan siap kuberikan untukmu. Apakah kau tidak ingin pergi ke Mekah dan mereka yang ingin bersamamu, akan datang kepadamu? Usman berkata: Tidak! Saya mendengar dari Rasulullah saw bahwa ada domba jantan di Mekah yang mengajarkan ajaran sesat bernama Abdullah dan baginya setengah penderitaan semua orang. <ref> ''Musnad Ahmad bin Hanbal'', jld. 1, hlm. 64, hadis no 461 {{ia| یلْحِدُ بِمَکَّةَ کَبْشٌ من قُرَیشٍ اسْمُهُ عبد اللَّهِ علیه مِثْلُ نِصْفِ أَوْزَارِ الناس}} </ref> Nir Bana melaporkan berdasarkan laporan Ibnu «sakir dan [[Salman Farsi]] mengabarkan tentang pembakaran [[Ka’bah]] oleh salah satu keluarga Zubair di masa datang. <ref>''Tārikh Madinah Damisyq'', jld. 28, hlm. 22111, ''Lizahraqna Hadza al-Bait ala Yadi Rajula min Ali al-Zubair.'' </ref>
Sebaliknya terdapat riwayat-riwayat lain dalam sumber-sumber [[Sunni]] yang meriwayatkan bahwa ia tidaklah sebaik sebagaimana yang telah diriwayatkan. Setelah ia meminum darah hejamat (bekam) [[Nabi saw]], Nabi saw bersabda: ''"Celakalah orang-orang karenamu! Dan celakalah kamu karena orang-orang".'' <ref> Syaibani, ''Al-Ahad wa al-Matsāni'', jld. 1, hlm. 414; {{ia| ویل للناس منک وویل لک من الناس}} </ref> Ahmad bin Hanbal juga meriwayatkan bahwa ketika [[Utsman bin Affan]] dikepung, Abdullah bin Zubair berkata kepadanya: "Aku memiliki kuda yang bisa berlari kencang dan siap kuberikan untukmu. Apakah kau tidak ingin pergi ke [[Mekah]] dan mereka yang ingin bersamamu, akan datang kepadamu? Usman berkata: Tidak! Saya mendengar dari Rasulullah saw bahwa ada domba jantan di Mekah yang mengajarkan ajaran sesat bernama Abdullah dan baginya setengah penderitaan semua orang". <ref> ''Musnad Ahmad bin Hanbal'', jld. 1, hlm. 64, hadis no 461 {{ia| یلْحِدُ بِمَکَّةَ کَبْشٌ من قُرَیشٍ اسْمُهُ عبد اللَّهِ علیه مِثْلُ نِصْفِ أَوْزَارِ الناس}} </ref> Nir Bana melaporkan berdasarkan laporan Ibnu Asakir dan [[Salman Farsi]] mengabarkan tentang pembakaran [[Ka'bah]] oleh salah satu keluarga Zubair di masa datang. <ref>''Tārikh Madinah Damisyq'', jld. 28, hlm. 22111, ''Lizahraqna Hadza al-Bait ala Yadi Rajula min Ali al-Zubair.'' </ref>


[[Imam Ali as]] di [[perang Jamal]] berkata kepada Zubair, anaknya yaitu Abdullah menyebabkan ayahnya meninggalkan [[Ahlulbait as]] <ref>''Tārikh Thabari'', jld. 3, hlm. 41; ''Ansābul Asyrāf'', jld. 1, hlm. 314. </ref>. Imam Hasan menyebutnya sebagai orang bodoh. <ref>Zamakhsyari, ''Al-Mustaqsya fi Amtsāl al-Arab'', jld. 2, hlm. 118. </ref>
[[Imam Ali as]] di [[Perang Jamal]] berkata kepada Zubair, anaknya yaitu Abdullah menyebabkan ayahnya meninggalkan [[Ahlulbait as]] <ref>''Tārikh Thabari'', jld. 3, hlm. 41; ''Ansābul Asyrāf'', jld. 1, hlm. 314. </ref>. Imam Hasan menyebutnya sebagai orang bodoh. <ref>Zamakhsyari, ''Al-Mustaqsya fi Amtsāl al-Arab'', jld. 2, hlm. 118. </ref>
Sebagian riwayat juga mneyebutkan tentang kebijakan-kebijakannya yang menuai kritikan diantaranya: Ancaman pembakaran kepada [[Bani Hasyim]] karena tidak mau memberikan [[baiat]] kepadanya dimana Urwah bin Zubair mencari pembenaran atas tindakan saudaranya: Ia melakukan hal ini karena untuk mencegah terjadinya perpecahan dan kaum muslimin tidak berbeda pendapat dan mereka (Bani Hasyim) supaya taat kepadanya dan pada akhirnya semuanya akan bersatu sebagaimana [[Umar bin Khattab]] melakukan tindakan ini kepada Bani Hasyim ketika mereka menolak untuk memberikan baiatnya kepada [[Abu Bakar]]. <ref>''Syarah Nahj al-Balāghah libni Abil Hadid'', jld. 10, hlm. 147. </ref>
Sebagian riwayat juga mneyebutkan tentang kebijakan-kebijakannya yang menuai kritikan diantaranya: Ancaman pembakaran kepada [[Bani Hasyim]] karena tidak mau memberikan [[baiat]] kepadanya dimana Urwah bin Zubair mencari pembenaran atas tindakan saudaranya: Ia melakukan hal ini karena untuk mencegah terjadinya perpecahan dan kaum [[muslimin]] tidak berbeda pendapat dan mereka (Bani Hasyim) supaya taat kepadanya dan pada akhirnya semuanya akan bersatu sebagaimana [[Umar bin Khattab]] melakukan tindakan ini kepada Bani Hasyim ketika mereka menolak untuk memberikan baiatnya kepada [[Abu Bakar]]. <ref>''Syarah Nahj al-Balāghah libni Abil Hadid'', jld. 10, hlm. 147. </ref>
Ibnu Zubair memiliki dendam mendalam terhadap Ahlulbait as. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 3, hlm. 482; Akhbār al-Daulah al-Abasiyah, hlm. 116. </ref> Hinaan dia kepada Imam Ali as dinukilkan dalam sebagian riwayat. <ref>Silahkan lihat: ''Khamsah 2'', hlm. 85; ''Tārikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 272; ''Murūj al-Dzahab'', jld. 3, hlm. 80. </ref> Dikatakan bahwa ia berkhutbah selama 40 minggu, ia tidak mau bersalawat kepada Nabi karena khawatir akan membuat Bani Hasyim bangga karenanya. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 3, hlm. 482; ''Murūj al-Dzahab'', jld. 3, hlm. 79; ''Syarah Nahj al-Balāghah'', jld. 4, hlm. 61. </ref> Tindakan ini menyebabkan sebagaian ulama, bahkan ulama ahlu sunah sendiri meragukannya. <ref> Silahkan lihat: ''Syarah Nahj al-Balāghah'', jld. 1, hlm. 10. </ref> Kaum [[Syiah]] juga tidak memiliki pandangan yang baik kepadanya. [Masih memerlukan referensi]
Ibnu Zubair memiliki dendam mendalam terhadap Ahlulbait as. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 3, hlm. 482; Akhbār al-Daulah al-Abasiyah, hlm. 116. </ref> Hinaan dia kepada Imam Ali as dinukilkan dalam sebagian riwayat. <ref>Silahkan lihat: ''Khamsah 2'', hlm. 85; ''Tārikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 272; ''Murūj al-Dzahab'', jld. 3, hlm. 80. </ref> Dikatakan bahwa ia berkhutbah selama 40 minggu, ia tidak mau bersalawat kepada Nabi saw karena khawatir akan membuat Bani Hasyim bangga karenanya. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 3, hlm. 482; ''Murūj al-Dzahab'', jld. 3, hlm. 79; ''Syarah Nahj al-Balāghah'', jld. 4, hlm. 61. </ref> Tindakan ini menyebabkan sebagaian ulama, bahkan ulama Ahlusunah sendiri meragukannya. <ref> Silahkan lihat: ''Syarah Nahj al-Balāghah'', jld. 1, hlm. 10. </ref> Kaum [[Syiah]] juga tidak memiliki pandangan yang baik kepadanya. [Masih memerlukan referensi]


==Membangun Ka’bah==
==Membangun Ka'bah==
Berdasarkan sumber referensi sejarah [[Mekah]], [[Ka’bah]] telah beberapa kali dipugar. Salah satunya direnovasi oleh Ibnu Zubair. Dikatakan bahwa setelah Ka’bah dihujani dengan ketapel bola api oleh tentara [[Yazid]] dan mengalami kerusakan yang parah, Ibnu Zubair membangun kembali Ka’bah yang telah hancur. <ref>Azraqi, ''Akhbār Makkah wa Ma jaa Fiha min al-Atsār'', Azraqi, jld. 1, hlm. 289. </ref> Demikian juga selama pemerintahannya, ia membeli rumah-rumah yang ada disekitar [[Masjidil Haram]] dan meluaskan bangunan Masjidil Haram. <ref>Azraqi, ''Akhbār Makkah wa Ma jaa Fiha min al-Atsār'', jld. 2, hlm. 70. </ref> <ref>Tentang Renovasi Ka’bah silahkan lihat: Najati, ''Dānesy Nāmeh Haramain Syarifain'', Ibnu Zubair http://hajj.ir/99/3019</ref>
Berdasarkan sumber referensi sejarah [[Mekah]], [[Ka'bah]] telah beberapa kali dipugar. Salah satunya direnovasi oleh Ibnu Zubair. Dikatakan bahwa setelah Ka'bah dihujani dengan ketapel bola api oleh tentara [[Yazid]] dan mengalami kerusakan yang parah, Ibnu Zubair membangun kembali Ka'bah yang telah hancur. <ref>Azraqi, ''Akhbār Makkah wa Ma jaa Fiha min al-Atsār'', Azraqi, jld. 1, hlm. 289. </ref> Demikian juga selama pemerintahannya, ia membeli rumah-rumah yang ada disekitar [[Masjidil Haram]] dan meluaskan bangunannya. <ref>Azraqi, ''Akhbār Makkah wa Ma jaa Fiha min al-Atsār'', jld. 2, hlm. 70. </ref> <ref>Tentang Renovasi Ka'bah silahkan lihat: Najati, ''Dānesy Nāmeh Haramain Syarifain'', Ibnu Zubair http://hajj.ir/99/3019</ref>


==Catatan Kaki==
==Catatan Kaki==
Pengguna anonim