Lompat ke isi

Abdullah bin Zubair: Perbedaan antara revisi

652 bita ditambahkan ,  7 Maret 2018
tidak ada ringkasan suntingan
imported>E.amini
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 12: Baris 12:
  | Artikel pilihan =
  | Artikel pilihan =
}}}}</onlyinclude>
}}}}</onlyinclude>
'''Abdullah bin Zubair bin Awwam''' (bahasa Arab:{{ia| عبدالله بن الزبير بن العوام}}) yang dikenal sebagai '''Ibnu Zubair''' (1 – 73 H) adalah salah satu orang yang mengklaim kekhalifahan setelah kematian [[Muawiyah]] dan mendirikan kekhalifahan keluarga Zubair di [[Mekah]]. Ia adalah anak dari [[Zubair bin Awwam]]. Karena ia masih kecil pada masa kehidupan [[Nabi Muhammad saw]], maka ia disebut dengan [[sahabat]] kecil. Ia adalah [[kaum Muhajirin]] dari kalangan anak-anak yang pertama kali lahir di [[Madinah]]. Ia terkenal karena tidak memberi [[baiat]]nya kepada [[Yazid bin Muawiyah]], mengklaim kekhalifahan pada dirinya dan pergi ke [[Mekah]] untuk berlindung yang mengakibatkan serangan pasukan Yazid ke kota Mekah. Ia mengklaim kekhalifahan atas dirinya sendiri pada tahun 64 H dan sangat banyak penduduk [[Syam]] dan [[Hijaz]] termasuk Mekah dan [[Madinah]] memberi baiat kepadanya. Salah seorang yang merenovasi [[Ka’bah]] adalah Zubair dan perenovasian Ka'bah  dikaitkan dengannya. Ibnu Zubair memainkan peran penting dalam [[perang Jamal|pertempuran Jamal]] dan berperang melawan [[Imam Ali as]], namun setelah kekalahan mereka, Imam Ali as memberi ampunan kepada mereka. Ia dibunuh oleh tentara Suriah, dipimpin oleh Hajjaj bin Yusuf di Mekah pada usia 72 tahun.
{{ infobox sahabat
| Nama =
| image =
| image size =
| caption =
| Nama lengkap =Abdullah bin Zubair bin Awwam
| Julukan =Abu Bakar • Abu Khubaib
| Lakab =
| Disebut juga dengan = Ibnu Zubair
| Garis keturunan =Bani asad
| Kerabat termasyhur =
| Lahir =
| Muhajir/Anshar =Muhajir
| Tempat Tinggal =
| Wafat/Syahadah =
| Penyebab Wafat /Syahadah =
| Tempat dimakamkan =
| Terkenal untuk
 
| Memeluk Islam =
| Penyebab memeluk Islam =
| Keikutsertaan dalam Ghazwah =
| Hijrah ke =
| Terkenal sebagai =
| Peran utama =
| Aktivitas lain =
| Karya penting =
}}
'''Abdullah bin Zubair bin Awwam''' (bahasa Arab:{{ia| عبدالله بن الزبير بن العوام}}) yang dikenal sebagai '''Ibnu Zubair''' (1 – 73 H/623-692) adalah salah satu orang yang mengklaim kekhalifahan setelah kematian [[Muawiyah]] dan mendirikan kekhalifahan keluarga Zubair di [[Mekah]]. Ia adalah anak dari [[Zubair bin Awwam]]. Karena ia masih kecil pada masa kehidupan [[Nabi Muhammad saw]], maka ia disebut dengan [[sahabat]] kecil. Ia adalah [[kaum Muhajirin]] dari kalangan anak-anak yang pertama kali lahir di [[Madinah]]. Ia terkenal karena tidak memberi [[baiat]]nya kepada [[Yazid bin Muawiyah]], mengklaim kekhalifahan pada dirinya dan pergi ke [[Mekah]] untuk berlindung yang mengakibatkan serangan pasukan Yazid ke kota Mekah. Ia mengklaim kekhalifahan atas dirinya sendiri pada tahun 64 H/684 dan sangat banyak penduduk [[Syam]] dan [[Hijaz]] termasuk Mekah dan Madinah telah memberikan baiat kepadanya. Salah seorang yang merenovasi [[Ka'bah]] adalah Zubair dan perenovasian Ka'bah  dikaitkan dengannya. Ibnu Zubair memainkan peran penting dalam [[perang Jamal|pertempuran Jamal]] dan berperang melawan [[Imam Ali as]], namun setelah kekalahan mereka, Imam Ali as memberi ampunan kepada mereka. Ia dibunuh oleh tentara Suriah, dipimpin oleh [[Hajjaj bin Yusuf]] di Mekah pada usia 72 tahun.


==Keturunan==
==Keturunan==
Abdullah bin Zubair bin Awwam bin Khuwailid berasal dari suku Banu asad. Abu Bakar dan Abu Khubaib adalah julukan Abdullah bin Zubair. Ayahnya, [[Zubair bin Awwam]] adalah [[sahabat]] penting [[Nabi Muhammad saw]] dan juga sepupu Nabi saw. Ibunya adalah asma, putri Abu Bakar.
Abdullah bin Zubair bin Awwam bin Khuwailid berasal dari suku Bani asad. Abu Bakar dan Abu Khubaib adalah julukan Abdullah bin Zubair. Ayahnya, [[Zubair bin Awwam]] adalah [[sahabat]] penting [[Nabi Muhammad saw]] dan juga sepupu Nabi saw. Ibunya adalah asma, putri [[Abu Bakar]].


==Kelahiran==
==Kelahiran==
Ada sedikit perbedaan laporan sejarah tentang tahun kelahiran Ibnu Zubair. <ref> ''Al-Isti’āb'', jld. 3, hlm. 905 </ref>Menurut laporan yang terkenal, dia adalah anak pertama yang lahir pada bulan [[Syawal]] tahun pertama [[Hijrah]]. <ref> ''Al-Thabaqāt Khamsah'' 2, hlm. 31-32; ''Tārikh Islam'', jld. 5, hlm. 437; ''Al-ashābah'', jld. 4, hlm. 80, ''Tārikh al-Thabari'', terjemah, jld. 3, hlm. 924; ''Dāirah al-Ma’ārif Islām'', jld. 1, hlm. 54; ''Al-ashābah'', jld. 4, hlm. 80</ref> bagian Abdullah bin Zubair Kaum Muslimin ketika mendengar kabar kelahirannya, menampakkan kegembiraannya karena kaum Yahudi mengklaim mereka akan berhasil mencegah kelahiran bayi dengan sihir-sihir yang mereka lakukan. Dikatakan bahwa [[Nabi Muhammad saw]] juga bergembira dan menyuapi Zubair dengan kurma. Kemudian menamainya Abdullah dan [[Abu Bakar]] mengazaninya di telinganya. <ref> ''Al-Thabaqāt Khamsah'' 2, hlm. 31-32; ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 437; ''Al-ashablāh'', jld. 4, hlm. 80. </ref> Berdasarkan dari riwayat-riwayat yang berasal baik dari [[Syiah]] maupun [[Sunni]], kita mengetahui bahwa pernikahan Zubair dan Asma adalah [[nikah mut’ah]] <ref> Thahawi, ''Syarah Ma’āni al-Atsār'', jld. 3, hlm. 24; Askari, ''Izdiwaj Muwaqat dar Islam'', 50-52. </ref>Abdullah bin Zubair adalah anak pertama kali yang lahir dari jenis pernikahan ini. <ref> ''Al-Aqd al-Farid'', jld. 4, hlm. 14. </ref>  Ibnu Zubair pada usia tujuh atau delapan tahun bersama-sama dengan anak-anak seusianya memberikan [[baiat]] kepada Nabi Muhammad saw sehingga ia disebut sebagai [[sahabat]] kecil. <ref> ''Al-ashablāh'', jld. 4, hlm. 81; ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 430; ''Siyar A’lām al-Nubala'', jld. 3, hlm. 364. </ref>
Ada sedikit perbedaan laporan sejarah tentang tahun kelahiran Ibnu Zubair. <ref> ''Al-Isti’āb'', jld. 3, hlm. 905 </ref>Menurut laporan yang terkenal, dia adalah anak pertama yang lahir pada bulan [[Syawal]] tahun pertama [[Hijrah]]. <ref> ''Al-Thabaqāt Khamsah'' 2, hlm. 31-32; ''Tārikh Islam'', jld. 5, hlm. 437; ''Al-ashābah'', jld. 4, hlm. 80, ''Tārikh al-Thabari'', terjemah, jld. 3, hlm. 924; ''Dāirah al-Ma’ārif Islām'', jld. 1, hlm. 54; ''Al-ashābah'', jld. 4, hlm. 80 bagian Abdullah bin Zubair </ref>. Kaum Muslimin ketika mendengar kabar kelahirannya, menampakkan kegembiraannya karena kaum Yahudi mengklaim mereka akan berhasil mencegah kelahiran bayi dengan sihir-sihir yang mereka lakukan. Dikatakan bahwa [[Nabi Muhammad saw]] juga bergembira dan menyuapi Zubair dengan kurma. Kemudian menamainya Abdullah dan [[Abu Bakar]] mengazaninya di telinganya. <ref> ''Al-Thabaqāt Khamsah'' 2, hlm. 31-32; ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 437; ''Al-ashablāh'', jld. 4, hlm. 80. </ref> Berdasarkan dari riwayat-riwayat yang berasal baik dari [[Syiah]] maupun [[Sunni]], kita mengetahui bahwa pernikahan Zubair dan Asma adalah [[nikah mut'ah]] <ref> Thahawi, ''Syarah Ma’āni al-Atsār'', jld. 3, hlm. 24; Askari, ''Izdiwaj Muwaqat dar Islam'', 50-52. </ref>Abdullah bin Zubair adalah anak pertama kali yang lahir dari jenis pernikahan ini. <ref> ''Al-Aqd al-Farid'', jld. 4, hlm. 14. </ref>  Ibnu Zubair pada usia tujuh atau delapan tahun bersama-sama dengan anak-anak seusianya memberikan [[baiat]] kepada Nabi Muhammad saw sehingga ia disebut sebagai [[sahabat]] kecil. <ref> ''Al-ashablāh'', jld. 4, hlm. 81; ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 430; ''Siyar A’lām al-Nubala'', jld. 3, hlm. 364. </ref>


==Masa Setelah Nabi Muhammad saw==
==Masa Setelah Nabi Muhammad saw==
Ibnu Zubair masih kecil pada masa kehidupan [[Nabi Muhammad saw]]. Tidak ada laporan sejarah tentang Zubair yang berkenaan dengan keikutsertaan dia dalam berbagai [[ghazwah|peperangan]], kejadian-kejadian penting kemasyarakatan atau politik. Hanya ada peristiwa sejarah yang menceritakan bahwa ia ikut ayahnya dalam perang Yarmuk (tahun ke 15 H atau 636 H) dan usianya ketika itu masih kecil sehingga pastinya ia tidak ikut berperang. <ref> Silahkan lihat: ''Tārikh Thabari'', jld. 3, hlm. 571; ''Al-Ashablāh'', jld. 3, hlm. 334</ref>
Ketika [[Nabi Muhammad saw]] masih hidup saat itu Ibnu Zubair masih kecil. Tidak ada laporan sejarah tentang Ibnu Zubair tentang keikutsertaannya dalam berbagai [[ghazwah|peperangan]], kejadian-kejadian penting kemasyarakatan atau politik. Hanya ada satu peristiwa sejarah yang menceritakan bahwa ia ikut ayahnya dalam [[Perang Yarmuk]] (tahun ke 15 H/636) dan usianya ketika itu masih kecil sehingga pastinya ia tidak ikut berperang. <ref> Silahkan lihat: ''Tārikh Thabari'', jld. 3, hlm. 571; ''Al-Ashablāh'', jld. 3, hlm. 334</ref>
Nama Abdullah bin Zubair secara perlahan-perlahan ada dalam sumber-sumber rujukan ketika berkaitan dengan nama [[Utsman bin Affan|Usman]]. Pada masa ini ia memperoleh banyak promosi jabatan.
Nama Abdullah bin Zubair secara perlahan-perlahan ada dalam sumber-sumber rujukan ketika berkaitan dengan nama [[Utsman]]. Pada masa ini ia memperoleh banyak promosi jabatan.
   
   
Menurut nukilan Thabari (310 H) ia ikut pada peristiwa penyerangan Iran bagian utara [[Khurasan]] pada tahun 29 H-30 H yang dipimpin oleh Sa’id bin ash. <ref> Silahkan lihat: ''Tārikh'', jld. 4, hlm. 270; Demikian juga ''Dāirah al-Ma’ārif Islām'', jil 1, hlm. 55</ref>, bagian Abdullah bin Zubair. Ia termasuk penulis [[Alquran]] dalam peristiwa pengumpulan mushaf Alquran. <ref> ''''Ansābul Asyrāf'''', jld. 10, hlm. 176; ''Usdul Ghābah'',  jld. 3, hlm. 328; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 335. </ref> Ia turut serta dalam penyerangan ke Maroko pada tahun 27 atau 28 H dibawah pimpinan Abdullah bin Sa’id bin Abi Sarh. Dari ia sendiri dinukilkan bahwa kemenangan kaum Muslimin diperoleh karena ia berhasil membunuh pimpinan pasukan musuh. <ref> ''Futuh al-Buldān'', hlm. 224; ''Al-Muntadhim'', jld. 4, hlm. 344. </ref> Ibnu Zubair tidak sejalan dengan ayah dan bibinya [[Aisyah]]  dalam peristiwa pemberontakan atas Usman. Ia berada dalam barisan Usman dan membelanya. <ref>''Tārikh Khalifah'', hlm. 102; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 7, hlm. 181. </ref> Ia adalah wakil Usman untuk bernegosiasi melawan musuh-musuhnya, ia juga merupakan imam jama’ah ketika rumah Usman dikepung. Dalam kejadian ini, ia terluka. <ref>''Al-Thabaqāt'', jld. 2, hlm. 36, ''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 564. </ref>
Menurut nukilan Thabari (310 H) ia ikut pada peristiwa penyerangan Iran bagian utara [[Khurasan]] pada tahun 29-30 H/650-651 yang dipimpin oleh Sa'id bin al-Ash. <ref> Silahkan lihat: ''Tārikh'', jld. 4, hlm. 270; Demikian juga ''Dāirah al-Ma’ārif Islām'', jil 1, hlm.55, bagian Abdullah bin Zubair </ref>. Ia termasuk penulis [[Alquran]] dalam peristiwa pengumpulan mushaf Alquran. <ref> ''Ansābul Asyrāf'', jld. 10, hlm. 176; ''Usdul Ghābah'',  jld. 3, hlm. 328; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 335. </ref> Ia turut serta dalam penyerangan ke Maroko pada tahun 27 atau 28 H/648 dibawah pimpinan Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarh. Dari ia sendiri dinukilkan bahwa kemenangan kaum [[Muslimin]] diperoleh karena ia berhasil membunuh pimpinan pasukan musuh. <ref> ''Futuh al-Buldān'', hlm. 224; ''Al-Muntadhim'', jld. 4, hlm. 344. </ref> Ibnu Zubair tidak sejalan dengan ayah dan bibinya [[Aisyah]]  dalam peristiwa pemberontakan atas [[Usman]]. Ia berada dalam barisan Usman dan membelanya. <ref>''Tārikh Khalifah'', hlm. 102; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 7, hlm. 181. </ref> Ia adalah wakil Usman untuk bernegosiasi melawan musuh-musuhnya, ia juga merupakan imam jama'ah ketika rumah Usman dikepung. Dalam kejadian ini, ia terluka. <ref>''Al-Thabaqāt'', jld. 2, hlm. 36, ''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 564. </ref>


==Pada masa Imam Ali as==
==Pada masa Imam Ali as==
Ibnu Zubair melawan kekhalifahan [[Imam Ali as]]. Tindakan terpentingnya pada masa Imam Ali as adalah bahwa ia melawan Imam Ali dan ikut serta dalam [[perang Jamal]]. Ia adalah penyulut api yang menyebabkan pemberontakan terhadap Imam Ali as. Dikatakan bahwa dalam perang Jamal ia menderita luka kira-kira 30 luka. <ref> Ibnu Abil Hadid, ''Syarah Nahjul Balāghah'', jld. 1, hlm. 265. </ref> Ia juga ikut berperan ketika ayahnya mengadakan perlawanan melawan Imam Ali as bahkan dalam riwayat yang berasal dari [[para Imam]] dikatakan bahwa hal inilah yang menyebabkan ayahnya terpisah dari [[Ahlulbait]]. <ref>''Al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld. 1, hlm. 28; ''Usdul Ghābah'', jld. 3, hlm. 139. </ref> Sebelum peperangan dimulai, Ibnu Zubair menerima kabar bahwa ayahnya menyesal telah ikut dalam perang Jamal dan bermaksud untuk menarik diri medan peperangan. Namun Ibnu Zubiar berusaha untuk meyakinkan ayahnya untuk tinggal bersama akhirnya ia gagal meninggalkan medan pertempuran. <ref> ''Al-Futuh'', jld. 2, hlm. 470; ''Murūj al-Dzahab'', jld. 2, hlm. 363. </ref>
Ibnu Zubair melawan kekhalifahan [[Imam Ali as]]. Tindakan terpentingnya pada masa Imam Ali as adalah bahwa ia melawan Imam Ali dan ikut serta dalam [[Perang Jamal]]. Ia adalah penyulut api yang menyebabkan pemberontakan terhadap Imam Ali as. Dikatakan bahwa dalam Perang Jamal ia menderita luka kira-kira 30 luka. <ref> Ibnu Abil Hadid, ''Syarah Nahjul Balāghah'', jld. 1, hlm. 265. </ref> Ia juga ikut berperan ketika ayahnya mengadakan perlawanan melawan Imam Ali as bahkan dalam riwayat yang berasal dari [[para Imam as]] dikatakan bahwa hal inilah yang menyebabkan ayahnya terpisah dari [[Ahlulbait]]. <ref>''Al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld. 1, hlm. 28; ''Usdul Ghābah'', jld. 3, hlm. 139. </ref> Sebelum peperangan dimulai, Ibnu Zubair menerima kabar bahwa ayahnya menyesal telah ikut dalam Perang Jamal dan bermaksud untuk menarik diri medan peperangan. Namun Ibnu Zubiar berusaha untuk meyakinkan ayahnya untuk tinggal bersama akhirnya ia gagal meninggalkan medan pertempuran. <ref> ''Al-Futuh'', jld. 2, hlm. 470; ''Murūj al-Dzahab'', jld. 2, hlm. 363. </ref>
   
   
Antara Ibnu Zubair dan bibinya [[Aisyah]] terdapat hubungan kekerabatan yang akrab. <ref>Silahkan lihat: Najati, ''Dānesy Nāmeh Haj wa Haramain Syarifain'', Ibnu Zubair http://hajj.ir/99/3019</ref>  Ketika [[Aisyah]] meninggal, ia menunjuk Ibnu Zubair untuk menjadi washinya. <ref>Silahkan Fath al-Bāri, jld. 4, hlm. 476. </ref> Dari sebagian tanda-tanda sejarah bisa ditarik kesimpulan bahwa Aisyah terpengaruhi Ibnu Zubair dalam peristiwa perang Jamal. <ref>[[Al-Isti’āb]], jld. 3, hlm. 910; ''Tārikh al-Islām'', jld. 4, hlm. 246. </ref>
Antara Ibnu Zubair dan bibinya [[Aisyah]] terdapat hubungan kekerabatan yang akrab. <ref>Silahkan lihat: Najati, ''Dānesy Nāmeh Haj wa Haramain Syarifain'', Ibnu Zubair http://hajj.ir/99/3019</ref>  Ketika [[Aisyah]] meninggal, ia menunjuk Ibnu Zubair untuk menjadi washinya. <ref>Silahkan Fath al-Bāri, jld. 4, hlm. 476. </ref> Dari sebagian tanda-tanda sejarah bisa ditarik kesimpulan bahwa Aisyah terpengaruhi Ibnu Zubair dalam peristiwa Perang Jamal. <ref>[[Al-Isti’āb]], jld. 3, hlm. 910; ''Tārikh al-Islām'', jld. 4, hlm. 246. </ref>
Ketika pasukan Jamal memasuki kota Basrah, Ibnu Zubair yang merupakan komandan pasukan perang, mengingkari perjanjian damai antara ia dan Utsman bin Hunaif, Gubernur Basrah bahwa kedua belah pihak tidak akan saling menyerang hingga kedatangan Imam Ali as. Ia dengan sekelompok orang, membunuh 40 orang yang menjadi pelindung bagi kaum Muslimin dan menggunakan uang baitul mal. <ref>''Futuh al-Buldān'', hlm. 365; ''Al-Isti’āb'', jld. 1, hlm. 368. </ref>
Ketika pasukan Jamal memasuki kota [[Basrah]], Ibnu Zubair yang merupakan komandan pasukan perang, mengingkari perjanjian damai antara ia dan [[Utsman bin Hunaif]], Gubernur Basrah bahwa kedua belah pihak tidak akan saling menyerang hingga kedatangan Imam Ali as. Ia dengan sekelompok orang, membunuh 40 orang yang menjadi pelindung bagi kaum [[Muslimin]] dan menggunakan uang baitul mal. <ref>''Futuh al-Buldān'', hlm. 365; ''Al-Isti’āb'', jld. 1, hlm. 368. </ref>


==Kebangkitan dan Khilafah==
==Kebangkitan dan Khilafah==
Setelah kematian [[Muawiyah]], Abdullah bin Zubair tidak mau memberikan baiat kepada [[Yazid]] dan melancarkan serangan kepada pemerintahan Umawi. Sumber-sumber sejarah menyebutkan sebab-sebab pemberontakan Ibnu Zubair diantaranya adalah ia ingin memperoleh kursi kekhalifahan. Oleh itu, sebagian laporan sejarah menuliskan bahwa keberadaan [[Imam Husain as ]] di [[Hijaz]] menganggu harapan Ibnu Zubair karena masyarkat tidak akan menaruk perhatian kepada Ibnu Zubair selama ada Imam Husain as di Hijaz. Dan karena ia mengetahui bahwa Imam Husain akan pergi ke [[Kufah]], maka Ibnu Zubair mendorong Imam Husain as supaya pergi ke Kufah. <ref>''Farzandān Ali Abi Thalib'', terjemah, jld. 1, hlm. 164. </ref>  
Setelah kematian [[Muawiyah]], Abdullah bin Zubair tidak mau memberikan [[baiat]] kepada [[Yazid]] dan melancarkan serangan kepada pemerintahan Umawi. Sumber-sumber sejarah menyebutkan sebab-sebab pemberontakan Ibnu Zubair diantaranya adalah ia ingin memperoleh kursi kekhalifahan. Oleh karena itu, sebagian laporan sejarah menuliskan bahwa keberadaan [[Imam Husain as]] di [[Hijaz]] menganggu harapan Ibnu Zubair, karena masyarakat tidak akan menaruh perhatian kepada Ibnu Zubair selama ada Imam Husain as di Hijaz. Dan karena ia mengetahui bahwa Imam Husain as akan pergi ke [[Kufah]], maka Ibnu Zubair mendorong Imam Husain as supaya pergi ke Kufah. <ref>''Farzandān Ali Abi Thalib'', terjemah, jld. 1, hlm. 164. </ref>  


Ibnu Zubair dengan Nabi dan ke dua istri Nabi [[Khadijah]] dan [[Aisyah]] memiliki hubungan kekerabatan. Ayah Ibnu Zubair adalah [[sahabat]] dekat [[Nabi Muhammad saw]]. Ayahnya juga memiliki kedudukan sosial lainnya seperti anggota Syura Khilafah [[Umar]]. <ref> ''Tārikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 160; ''Al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld. 1, hlm. 42. </ref> Disamping itu, ia mengklaim bahwa Utsman berjanji tentang kekhilafannya. Semua faktor-faktor ini menyebabkan ia menilai bahwa dirinya yang layak untuk memegang tampuk kekhlafahan sebelum [[Bani Umayyah]].  
Ibnu Zubair dengan Nabi saw dan ke dua istri Nabi [[Khadijah]] dan [[Aisyah]] memiliki hubungan kekerabatan. Ayah Ibnu Zubair adalah [[sahabat]] dekat [[Nabi Muhammad saw]]. Ayahnya juga memiliki kedudukan sosial lainnya seperti anggota [[Syuro Enam Orang|Syura Khilafah Umar]]. <ref> ''Tārikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 160; ''Al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld. 1, hlm. 42. </ref> Disamping itu, ia mengklaim bahwa [[Utsman]] berjanji tentang kekhilafannya. Semua faktor-faktor ini menyebabkan ia menilai bahwa dirinya yang layak untuk memegang tampuk kekhalifahan sebelum [[Bani Umayyah]].  


Setelah syahadah [[Imam Ali as]], Muawiyah mampu memaksa Ibnu Zubair untuk mem[[baiat]] dirinya <ref> ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 338; ''Akhbār al-Daulah al-Abasiyyah'', hlm. 60. </ref> dan bahkan Ibnu Zubair berada di dalam pasukannya ketika Muawiyah menyerang Qisthanthaniyah. <ref> ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 438;''Tārikh Ibnu Khaldun'', jld. 3, hlm. 12. </ref> Namun ia memberi peringatan bahwa Ibnu Zubair akan mengadakan pemberontakan kepada penggantinya, Yazid setelah dirinya meninggal. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 145; ''Al-Akhbār al-Thiwāl'', hlm. 226. </ref> Setelah kematian Muawiyah, sesuai dengan pesan ayahnya, Ibnu Zubair dipaksa untuk memberikan baiat kepada Yazid dan mengancam jiwanya. Oleh itu Ibnu Zubair kembali ke [[Mekah]] dan berlindung di [[Ka’bah]]. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 314; ''Tārikh Thabari'', jld. 5, hlm. 339. </ref> Ia memberi gelar kepada dirinya dengan sebutan ‘āid baitullah (orang yang meminta perlindungan kepada baitullah) <ref>''Al-Mushanif'', Ibnu Abi Syaibah, jld. 8, hlm. 608; ''Sahih Muslim'', jld. 8, hlm. 167. </ref> seolah-olah isyarat akan adanya riwayat yang menyebutkan bahwa ketika ada seseorang hendak berlindung dari upaya buruk orang jahat dan meminta pertolongan kepada Ka’bah maka musuhnya akan binasa. <ref>''Al-Mushanif'', Ibnu Abi Syaibah, jld. 8, hlm. 608; ''Sahih Muslim'', jld. 8, hlm. 167. </ref>  
Setelah syahadah [[Imam Ali as]], Muawiyah mampu memaksa Ibnu Zubair untuk membaiat dirinya <ref> ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 338; ''Akhbār al-Daulah al-Abasiyyah'', hlm. 60. </ref> dan bahkan Ibnu Zubair berada di dalam pasukannya ketika Muawiyah menyerang Qisthanthaniyah. <ref> ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 438;''Tārikh Ibnu Khaldun'', jld. 3, hlm. 12. </ref> Namun ia memberi peringatan bahwa Ibnu Zubair akan mengadakan pemberontakan kepada penggantinya yaitu Yazid, setelah dirinya meninggal. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 145; ''Al-Akhbār al-Thiwāl'', hlm. 226. </ref> Setelah kematian Muawiyah, sesuai dengan pesan ayahnya, Ibnu Zubair dipaksa untuk memberikan baiat kepada Yazid dan mengancam jiwanya. Oleh sebab itu, Ibnu Zubair kembali ke [[Mekah]] dan berlindung di [[Ka'bah]]. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 314; ''Tārikh Thabari'', jld. 5, hlm. 339. </ref> Ia memberi gelar kepada dirinya dengan sebutan ‘āid baitullah (orang yang meminta perlindungan kepada baitullah) <ref>''Al-Mushanif'', Ibnu Abi Syaibah, jld. 8, hlm. 608; ''Sahih Muslim'', jld. 8, hlm. 167. </ref> seolah-olah isyarat akan adanya riwayat yang menyebutkan bahwa ketika ada seseorang hendak berlindung dari upaya buruk orang jahat dan meminta pertolongan kepada Ka'bah maka musuhnya akan binasa. <ref>''Al-Mushanif'', Ibnu Abi Syaibah, jld. 8, hlm. 608; ''Sahih Muslim'', jld. 8, hlm. 167. </ref>  


Pada awalnya, ia memperlihatkan bahwa dirinya akan memberikan baiat kepada Yazid. Setelah kabar peristiwa [[Karbala]] sampai ke Mekah, ia membacakan khutbah yang menyulut emosi masyarakat dan menangis. Dalam khutbahnya ia menerangkan bahwa Yazid tidak layak untuk memegang khilafah. <ref> ''Ansābul Asyrāf,'' jld. 8, hlm. 319; ''Al-Muntadzam'', jld. 5, hlm. 347. </ref> Akhirnya Yazid memerintahkan supaya Ibnu Zubair membaiat dirinya dan ia mengirimkan belenggu perak kepada Ibnu Zubar supaya ia mengenakannya sebagai tanda untuk menunjukkan ketaatan kepadanya dan menghadap kepada Yazid, namun Ibnu Zubair menolaknya. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 327-328; ''Tārikh Thabari'', jld. 5, hlm. 478. </ref>  
Pada awalnya, ia memperlihatkan bahwa dirinya akan memberikan baiat kepada Yazid. Setelah kabar [[Peristiwa Karbala]] sampai ke Mekah, ia membacakan khutbah yang menyulut emosi masyarakat dan menangis. Dalam khutbahnya ia menerangkan bahwa Yazid tidak layak untuk memegang khilafah. <ref> ''Ansābul Asyrāf,'' jld. 8, hlm. 319; ''Al-Muntadzam'', jld. 5, hlm. 347. </ref> Akhirnya Yazid memerintahkan supaya Ibnu Zubair membaiat dirinya dan ia mengirimkan belenggu perak kepada Ibnu Zubar supaya ia mengenakannya sebagai tanda untuk menunjukkan ketaatan kepadanya dan menghadap kepada Yazid, namun Ibnu Zubair menolaknya. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 327-328; ''Tārikh Thabari'', jld. 5, hlm. 478. </ref>  


Amru bin Sa’id, Hakim Mekah dan [[Madinah]] atas perintah Yazid mengirimkan pasukan untuk menyerang Ibnu Zubair. Pasukan yang dikirim Yazid ini kalah. <ref> ''Al-Thabaqāt al-Asyrāf'', jld. 5, hlm. 141; ''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 330. </ref> Pemimpin pasukan ini yang merupakan saudara Natani bin Yazid <ref>Silahkan lihat: jld. 5, hlm. 141; ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 198. </ref> bersama dengan sekelompok orang lainnya menjadi tawanan Ibnu Zubair dan kemudian dipenjarakan dan akhirnya tewas. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 331. </ref>  
Amru bin Sa'id, Hakim Mekah dan [[Madinah]] atas perintah Yazid mengirimkan pasukan untuk menyerang Ibnu Zubair. Namun pasukan yang dikirim Yazid mengalami kekalahan. <ref> ''Al-Thabaqāt al-Asyrāf'', jld. 5, hlm. 141; ''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 330. </ref> Pemimpin pasukan ini yang merupakan saudara tiri Yazid <ref>Silahkan lihat: jld. 5, hlm. 141; ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 198. </ref> bersama dengan sekelompok orang lainnya menjadi tawanan Ibnu Zubair dan kemudian dipenjarakan dan akhirnya tewas. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 331. </ref>  


Pada zaman ini Mekah berada di bawah kendali Ibnu Zubair. [Masih memerlukan referensi] Kota Madinah juga karena adanya peristiwa Karbala dan juga karena ketidaklayakan Yazid menjadi khalifah dan karena kuatnya Ibnu Zubair juga, masyarakat lebih menaruh perhatian kepada Ibnu Zubair. Utsman bin Muhammad bin Abu Sufyan, Hakim muda kota Madinah membawa rombongan ke Madinah dan setelah menyelesaikan manasik haji, ia segera pergi ke Syam karena takut ketahuan oleh Yazid dan mata-matanya yang dilakukannya selama di Mekah. <ref>Maskawaih, jld. 2, hlm. 85. </ref> Namun apa boleh diperbuat, perbuatan membuat semakin kelihatan atas ketidakayakan Yazid menjadi khalifah.
Pada zaman ini Mekah berada di bawah kendali Ibnu Zubair. [Masih memerlukan referensi] Begitu juga dengan kota Madinah, karena adanya Peristiwa Karbala dan ketidaklayakan Yazid menjadi khalifah serta kuatnya pengaruh Ibnu Zubair, menjadikan masyarakat lebih menaruh perhatian kepadanya. Utsman bin Muhammad bin Abu Sufyan, Hakim muda kota Madinah membawa rombongan ke Madinah dan setelah menyelesaikan manasik [[haji]], ia segera pergi ke Syam karena takut ketahuan oleh Yazid dan mata-matanya yang dilakukannya selama di Mekah. <ref>Maskawaih, jld. 2, hlm. 85. </ref> Namun apa boleh diperbuat, perbuatan membuat semakin kelihatan atas ketidakayakan Yazid menjadi khalifah.


Kelakuan Yazid yang jauh dari nilai-nilai [[Islam]] dihadapan rombongan Madinah menyebabkan mereka menjadi tidak senang kepada Yazid dan setelah mereka kembali dari Mekah, merela secara terang-terangan mengatakan kepada masyarakat bahwa Yazid tidak layak untuk menempati jabatan sebagai pemegang kekhalifahan. Karena kejadian ini Yazid menulis surat yang berisi kemarahannya kepada masyarakat Madinah. <ref> ''Tajarub al-Umam'', Ibid, jld. 2, hlm. 85, ''Tārikh Thabari'', jld. 5, hlm. 480. </ref>  
Kelakuan Yazid yang jauh dari nilai-nilai [[Islam]] dihadapan rombongan Madinah menyebabkan mereka menjadi tidak senang kepada Yazid dan setelah mereka kembali dari Mekah, merela secara terang-terangan mengatakan kepada masyarakat bahwa Yazid tidak layak untuk menempati jabatan sebagai pemegang kekhalifahan. Karena kejadian ini Yazid menulis surat yang berisi kemarahannya kepada masyarakat Madinah. <ref> ''Tajarub al-Umam'', Ibid, jld. 2, hlm. 85, ''Tārikh Thabari'', jld. 5, hlm. 480. </ref>  
Pengguna anonim