Lompat ke isi

Al-Mizan fi Tafsir al-Quran (buku): Perbedaan antara revisi

imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono
Baris 40: Baris 40:


==Mengenal Tafsir al-Mizan==
==Mengenal Tafsir al-Mizan==
Asas penulisan Tafsir al-Mizan adalah kaidah tafsir ''Al-Qur'ān bi Al-Qur'ān''. Artinya standar awal untuk menafsirkan [[Al-Quran]] adalah [[Al-Quran]] itu sendiri. Allamah Thabathabai sendiri percaya bahwa ketika Al-Quran sendiri mengenalkan sebagai "Penjelas segala sesuatu (''Tibyan likulli syai'')" <ref> Qs Al-Nahl: 88. </ref> maka bagaimana mungkin untuk menjelaskan makna dan maksudnya memerlukan penjelasan-penjelasan yang lainnya? Benar, bahwa Al-Quran memiliki sisi lahir dan batin dan kita dalam memahami takwil dan batin Al-Quran membutuhkan penjelas dan mufasir hakiki Al-Quran yaitu [[Nabi Muhammad saw]] dan [[para Imam as]] namun pemahaman Al-Quran secara lahir (tersurat) akan ayat-ayat itu tidak bersandar pada selain Al-Quran. <ref> Ayatullah Jawadi Amuli, ''Syams al-Wahyi Tabrizi (Sirah Amali Allamah Thabathabai)'', hlm. 96. </ref>
Asas penulisan Tafsir al-Mizan adalah kaidah tafsir ''Al-Qur'ān bi Al-Qur'ān''. Artinya standar awal untuk menafsirkan Al-Quran adalah [[Al-Quran]] itu sendiri. Allamah Thabathabai sendiri percaya bahwa ketika Al-Quran sendiri mengenalkan sebagai "Penjelas segala sesuatu (''Tibyan likulli syai'')" <ref> Qs Al-Nahl: 88. </ref> maka bagaimana mungkin untuk menjelaskan makna dan maksudnya memerlukan penjelasan-penjelasan yang lainnya? Benar, bahwa Al-Quran memiliki sisi lahir dan batin dan kita dalam memahami takwil dan batin Al-Quran membutuhkan penjelas dan mufasir hakiki Al-Quran yaitu [[Nabi Muhammad saw]] dan [[para Imam as]] namun pemahaman Al-Quran secara lahir (tersurat) akan ayat-ayat itu tidak bersandar pada selain Al-Quran. <ref> Ayatullah Jawadi Amuli, ''Syams al-Wahyi Tabrizi (Sireh-ye Amali Allamah Thabathabai)'', hlm. 96. </ref>


Ketika ayat-ayat rumit dan mutasyabih dapat ditafsiran dan dijelaskan dengan ayat-ayat muhkam lainnya maka asbab nuzul (sebab-sebab diturunkan ayat), pendapat-pendapat mufasir dan riwayat-riwayat (yang menjelaskan ayat-ayat tersebut) menempati derajat kedua.
Ketika ayat-ayat rumit dan mutasyabih dapat ditafsiran dan dijelaskan dengan ayat-ayat muhkam lainnya maka asbab nuzul (sebab-sebab diturunkan ayat), pendapat-pendapat mufasir dan riwayat-riwayat (yang menjelaskan ayat-ayat tersebut) menempati derajat kedua.
Pengguna anonim