Intifadhah Bulan Shafar

Prioritas: c, Kualitas: b
tanpa foto
tanpa infobox
tanpa navbox
Dari wikishia
(Dialihkan dari Intifadhah Shafar)

Intifadhah Shafar (bahasa Arab:إنتفاضة صفر) adalah kebangkitan orang-orang Syiah Irak yang dikemas dalam bentuk jalan kaki Arbain melawan pemerintahan partai Ba'ath pada bulan Shafar tahun 1397 H/ 1977 M.

Partai Ba'ath membatasi penyelenggaraan acara-acara keagamaan dan mengumumkan larangan setiap pengadaan maukib (tenda-tenda layanan untuk para peziarah dan pejalan kaki) dan jalan kaki menuju Karbala. Meskipun demikian, masyarakat Najaf pada 15 Shafar 1397 H bersiap diri mengadakan acara jalan kaki Arbain. Rombongan yang terdiri dari tiga puluh ribu orang bergerak menuju Karbala. Pergerakan ini sejak awal mendapat larangan dari pemerintahan dan sejumlah orang syahid karena hal ini. Akhirnya, dalam perjalanan Najaf ke Karbala, ribuan orang ditangkap akibat serangan aparat militer. Beberapa orang terbunuh, sebagian terkena hukum eksekusi dan sebagian lagi dijatuhi hukuman penjara.

Sayid Muhammad Baqir al-Shadr dan Sayid Muhammad Baqir al-Hakim memiliki peran dalam Intifadah ini. Imam Khomaini juga mendukung kebangkitan massa ini.

Faktor-Faktor

Pada tahun 1968 M, partai Ba'ath memegang tampuk kekuasaan di Irak.[1] Satu tahun berikutnya, ia membuat pembatasan besar-besaran dalam penyelenggaraan acara keagamaan orang-orang Syiah. Pembatasan-pembatasan ini menimbulkan berbagai konflik di antara masyarakat dan pemerintah terkait soal pelaksanaan acara-acara keagamaan.[2]

Pada tahun 1972 M, acara-acara keagamaan dibatasi di Huseiniyyah-Huseiniyyah dan sejumlah Huseiniyyah tidak diizinkan mengadakan acara.[3] Pada tahun 1976 M pada periode kepresidenan Hasan Al Bakr dan wakil pertama Shaddam Husain, mengeluarkan perintah larangan pengadaan slogan-slogan Husaini dan dilarang setiap bentuk pendirian Maukib dan jalan kaki menuju Karbala. Demikian juga penyelenggaraan majelis aza (duka) Imam Husain as sangat terbatas dan hanya dibolehkan dalam kondisi-kondisi tertentu.[4] Pada tahun 1977 M, perintah-perintah ini diulangi lagi.[5]

Bertambahnya Pembatasan-Pembatasan

Pada 10 hari pertama Muharram tahun 1977 M, pembatasan-pembatasan sangat bertambah banyak. Mobil-mobil diperiksa oleh para aparat pemerintah dan semua atribut yang ada sangkut pautnya dengan acara duka disita. Sebagian orang menukil, para aparat pemerintah juga menyita makanan-makanan yang disiapkan untuk para peziarah.[6]

Pada malam Asyura tahun 1977 M, sejumlah pemuda Syiah berniat mengadakan acara duka. Pemerintah mengetahui hal tersebut dan puluhan orang ditangkap lalu dipenjara. Pada malam 25 Muharram, bertepatan dengan kesyahidan Imam Sajjad as, masyarakat memutuskan untuk keluar dan melakukan unjuk rasa. Setelah konsultasi dengan Ayatullah Sayid Muhammad Baqir al-Shadr, pergerakan ini ditunda ke Arbain Imam Husain as.[7]

Intifadhah

Pada tanggal 15 Shafar 1397 H/ 1977 M, komunitas besar dari masyarakat yang berniat jalan kaki Arbain dan ziarah Imam Husain as, berkumpul di Haram Imam Ali as di Najaf.[8] Sebagian peneliti meyakini jumlah para peziarah ini ada 30 ribu orang.[9] Dengan adanya larangan dari pihak aparat militer, massa tetap berjalan dan pada jarak 10 kilo meter dari Najaf mereka berhenti. Di sekeliling tenda-tenda, mobil-mobil polisi bersiap siaga.[10] Pada sepanjang jalan dan hari-hari sebelumnya, telah terjadi bentrokan di beberapa titik.[11] Pada jarak 50 kilo meter Karbala terjadi bentrokan lain dan empat orang dari masyarakat dinyatakan syahid.[12]Dengan adanya bentrokan dan gugurnya beberapa orang, massa tetap melanjutkan perjalanannya. Akhirnya aparat militer menjalankan operasi dan membunuh kurang lebih 16 orang dan menangkap ribuan orang.[13] Dari massa yang ditangkap, delapan orang dieksekusi dan lima belas orang termasuk Sayid Muhammad Baqir al-Hakim dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.[14] Begitu juga untuk sebagian orang yang lari dari Iraq dikeluarkan hukuman eksekusi. Di antara mereka adalah Sayid Murtadha Askari, Sayid Muhammad Husain Fadhlullah, Syekh Muhammad Mahdi Syamsuddin dan Syekh Muhammad Mahdi Ashifi.[15]

Pergerakan Politik, Keagamaan

Jalan kaki Arbain dari Najaf ke Karbala adalah gerakan dan acara keagamaan.[16] Dengan semua ini, jalan kaki dan gerakan maukib-maukib ziarah dalam beberapa tahun dan dengan kondisi-kondisi itu dianggap sebagai bentuk protes dan perlawanan terhadap pemerintah.[17]

Masyarakat memasang spanduk hijau besar bertuliskan يَدُ اللَّهِ فَوقَ أَيدِيهِم ; "Tangan Allah di atas tangan mereka",[18] di depan komunitas ini. [19] Spanduk dan tulisan tersebut diyakini memiliki pesan jelas untuk pemerintah.[20]

Sayid Muhammad Baqir al-Shadr meminta masyarakat supaya slogan-slogan mereka bertemakan Imam Husain as dan tidak menujukan slogan secara langsung kepada pemerintah.[21] Meskipun demikian, masih ada slogan-slogan yang dilontarkan atas Hasan Al Bakr dan Saddam Husain.[22]

Sikap-Sikap Ulama

Imam Khomaini dan Sayid Abdullah Musawi Syirazi mendukung Intifadhah bulan Shafar di Irak.[23] Sayid Muhammad Baqir al-Shadr mengutus Sayid Muhammad Baqir al-Hakim sebagai wakilnya di tengah-tengah para peziarah[24] supaya menambah kuat mental mereka dan membimbing mereka kepada tujuan-tujuan utama.[25] Ketika Muhammad Baqir al-Hakim hadir ditengah massa dalam perjalanan Najaf ke Karbala, ia memberikan semangat kepada mereka dan menyatakan akan bersama mereka hingga titik akhir.[26]Para peneliti meyakini peran para ruhaniawan Najaf dalam intifadhah ini sangat signifikan.[27]

Konsekuensi-Konsekuensi

Pemerintah Irak memandang kebangkitan ini tindakan-tindakan yang merusak, dimana kebangkitan tersebut dibuat oleh para penjajah.[28] Sebaliknya, sebagian pengamat menilai kebangkitan ini sebagai pergerakan politik keagamaan yang merupakan kebangkitan pertama melawan partai Ba'ath dan berporos pada mazhab dan Imam Husain as.[29]

Untuk kebangkitan ini ada beberapa hasil, di antaranya:

  • Intifadhah ini menggulingkan citra Islam yang ada dalam pikiran partai Ba'ath.
  • Keagungan partai Ba'ath hancur dengan perantara Intifadhah ini dan untuk pertama kalinya rakyat mampu melawan pemerintah Ba'ath.
  • Timbul perselisihan-perselisihan di dalam partai Ba'ath.[30]

Pranala Terkait

Catatan Kaki

  1. Willie, Nehzate Eslami Syi'iyane Iraq, hlm. 70
  2. Al-Mukmin, Sanawat al-Jamr, 2004 M, hlm. 164
  3. Al-Musawi, Nafahat min Intifadhah Shafar 'am 1977 M
  4. Al-Mukmin, Sanawat al-Jamr, hlm. 165
  5. Kazhim, Arqam wa Ara' haula Nizham al-Ba'ts fi al-Iraq, hlm. 158
  6. Kazhim, Arqam wa Ara' haula Nizham al-Ba'ath fi al-Iraq, hlm. 159
  7. Al-Thaliqani, Dirasat haula Intifadhah Shafar al-Majidah 'am 1977 Miladiyah
  8. Al-Asadi, Mujaz Tarikh al-Iraq al-Siyasi al-Hadits, hlm. 101
  9. Willie, Nehzate Islami Syi'iyane Iraq, hlm. 80
  10. Al-Asadi, Mujaz Tarikh al-Iraq al-Siyasi al-Hadits, hlm. 101
  11. Al-Musawi, Intifadhah Arbain
  12. Al-Asadi, Mujaz Tarikh Iraq al-Siyasi al-Hadits, hlm. 102
  13. Willie, Nehzate Islami Syi'iyan Iraq, hlm. 81
  14. Al-Asadi, Mujaz Tarikh Iraq al-Siyasi al-Hadits, hlm. 103
  15. Willie, Nehzate Islami Syi'iyan Iraq, hlm. 82
  16. Al-Thaliqani, Dirasat haula Intifadhah Shafar al-Majidah 'am 1977 Miladiyah
  17. Al-Musawi, Intifafhah Arbain
  18. Q.S. Al-Fath:10
  19. Al-Asadi, Mujaz Tarikh al-Iraq al-Siyasi al-Hadits, hlm. 101
  20. Willie, Nehzate Islami Syi'iyan Iraq, hlm. 81
  21. Al-Mukmin, Sanawat al-Jamr, hlm. 169
  22. Al-Amiri, Intifadhah Shafar 1977, Qiraat Jadidah
  23. Al-Mukmin, Sanawat al-Jamr, hlm. 170
  24. Al-Mukmin, Sanawat al-Jamr, hlm. 169
  25. Al-Thaliqani, Dirasat haula Intifadhah Shafar al-Majidah 'am 1977 Miladiyah
  26. Al-Musawi, Nafahat min Intifadhah Shafar 'am 1977 M
  27. Willie, Nehzate Islami Syi'iyan Iraq, hlm. 81
  28. Al-Mukmin, Sanawat al-Jamr, hlm. 171
  29. Al-Musawi, Nafahat min Intifadhah Shafar 'am 1977 M
  30. Al-Thaliqani, Dirasat haula Intifadhah Shafar al-Majidah 'am 1977 Miladiyah

Daftar Pustaka