Al-Hikmah al-Muta'aliyah fi al-Asfar al-'Aqliyyah al-Arba'ah (buku)
Judul Asli | اَلحِکمَة المُتَعالِيَة فی الأسفار العَقلیَّة الأربَعَة |
---|---|
Pengarang | Sadruddin Syirazi yang terkenal dengan Mulla Sadra |
Bahasa | Arab |
Subyek | Filsafat Islam |
Diterbitkan oleh | Daru Ihya' al-Turats |
Tanggal Penerbitan | Tahun 1981 |
Al-Hikmah al-Muta'aliyah fi al-Asfar al-'Aqliyya al-Arba'ah (bahasa Arab: اَلحِکمَة المُتَعالِيَة فی الأسفار العَقلیَّة الأربَعَة) atau lebih dikenal dengan al-Asfar al-Arba'ah adalah judul dari karya filosofis terkenal Sadruddin Syirazi, yang digelari pula dengan Sadrul Mutaallihin dan Mulla Sadra (sekitar 979 – 1050 H/1571-1640). Nama lengkap yang diberikan penulis kepada kitab ini adalah al-Hikmah al-Muta'aliyah fi al-Asfar al-'Aqliyya al-Arba'ah. Nama kitab ini di ilhami dari empat perjalanan (safar) seorang Hakim Mutaallih (filosof Ilahi). Empat perjalanan yang dimaksud ialah: perjalanan dari makhluk menuju Tuhan (Haq); perjalanan di dalam [asma-asma] Tuhan bersama Tuhan; perjalanan dari Tuhan menuju makhluk bersama Tuhan; perjalanan di dalam makhluk bersama Tuhan.
Dari segi kelengkapan dan lingkup pengaruh dalam ranah filsafat Islam (hikmah Islami) dalam beberapa abad terakhir – khususnya dalam hikmah Syiah – kitab ini memiliki kedudukan yang amat menonjol. Kebanyakan karya-karya yang dimunculkan oleh para filosof generasi selanjutnya dikutip dan terilhami oleh kitab ini. Guna membuktikan klaim atau gagasan-gagasan filosofisnya, penulis buku menggunakan argumen-argumen rasional, ayat-ayat, riwayat-riwayat, kasyaf dan syuhud irfani (visi spiritual).
Masa Penulisan Kitab
Dalam kehidupan ilmiah Mulla Sadra, terdapat tiga periode yang berbeda:
- Periode belajar dan mengkaji (menela'ah) di bidang filsafat dan teologi (kalam) dengan metode inferensi atau istidlal murni.
- Periode menyepi (uzlah) dan memilih pendekatan iluminasi dan suluk spiritual.
- Periode mengajar dan menghasilkan karya-karya.
Berdasarkan sebagian bukti-bukti yang menguatkan, kitab ini diperkirakan mulai ditulis pada akhir-akhir periode kedua yang disebutkan di atas. Dalam mukadimah kitab, penulis menyebut kitab ini sebagai hasil dari periode panjang penepian dan uzlah dari aktivitas-aktivitas ilmiah yang lazim. [1] dari sisi lain, Ia senantiasa mengenang gurunya Mir Damad (1040 H/1631) dengan sebuah do'a yang umumnya diperuntukkan bagi mereka yang masih hidup. [2] begitu pula, di akhir-akhir bagian pertama dari empat bagian bukunya, Ia berbicara tentang suatu kondisi yang mengilhami di mana Ia mampu merumuskan gagasan-gagasan. Dalam sebuah catatan yang ditambahkan pada pernyataanya ini – dan terdapat pula dalam catatan pinggir di sebagian edisi tulisan tangan kitab ini – nampak torehan tahun 1037 H/1628. [3]
Penamaan Kitab
Asfar pada judul kitab adalah kata jamak dari Safar, walaupun sebagian mengira bahwa asfar merupakan kata jamak dari sefr. [4] Mulla Sadra menyebut kitabnya sesuai dan selaras dengan empat perjalanan (safar) para Arif. [5] Dalam penjelasannya, keempat perjalanan ini antara lain ialah:
- Perjalanan dari makhluk menuju Tuhan;
- Perjalanan di dalam Tuhan bersama Tuhan (lantaran pesuluk dalam perjalanan ini, menenggelamkan wujud dirinya dan perjalanannya ternisbahkan pada Tuhan);
- Perjalanan dari Tuhan menuju makhluk bersama Tuhan (perjalanan dalam proses muncul atau terciptanya multiplisitas (kastrah) dari unitas (wahdah) atau penyaksian tingkatan-tingkatan makhluk, dari yang tinggi hingga yang rendah);
- Perjalanan di dalam makhluk bersama Tuhan (perjalanan dalam keragaman makhluk, dari sisi bahwa ketunggalan Tuhan terdapat (mundamij) di dalam mereka dan penyaksian proses kembalinya makhluk kepada Tuhan). [6]
Bagian-Bagian Kitab
Kitab Mulla Sadra tersusun dalam empat perjalanan (safar):
- Dalam perkara-perkara umum (wujud dan lokus-lokus manifestasinya);
- Dalam filsafat fisika (substansi dan aksiden);
- Dalam teologi (ilahiyat) bermakna lebih khusus;
- Dalam perkara jiwa serta asal (mabda') dan kembalinya (ma'ad).
Yang menarik perhatian dalam hal ini ialah berbedanya susunan pasal-pasal dalam Asfar dengan karya-karya komprehensif sebelumnya dalam filsafat Islam di mana pada umumnya sebelum perkara-perkara umum dan teologi bermakna khusus, menempatkan dua pokok bahasan logika dan fisika, dan menurut pembagian ilmu ala aristotelian, sebagiannya dikhususkan pula pada matematika (filsafat menengah). Di dalam Asfar, dua pembahasan "Prinsipalitas wujud" dan "gerak substansial" menunjukkan teori baru yang digagas penulisnya.
Metode yang digunakan Penulis
- Penggunaan inferensi (istidlal) rasional dan syuhud secara bersamaan: Menurut penulis dalam filsafat yang benar, argumentasi dan kasyaf merupakan dua sisi yang tak terpisahkan dan saling menyempurnakan antara satu sama lain. Dalam Asfar dan karya-karyanya yang lain, Ia berulang kali berbicara tentang perpaduan metode pengetahuan filosofis dan jalan syuhud Irfani (gnosis) dan menekannkan lemahnya metode yang hanya bersandar pada salah satu dari pandangan ini. Di dalam mukadimah kitabnya, Ia menyarankan kepada mereka yang hendak menyelami filsafat (hikmah) agar membersihkan jiwa sebelum membaca kitab, dan seperti inilah Ia membangun pondasi kokoh pengetahuan (makrifat) dan filsafat (hikmah) dan senantiasa menjauh [7] dari menyibukkan diri dengan perkataan-perkataan awam kalangan sufi serta mempercayai mereka yang hanya berfilsafat ria. [8]
- Penukilan secara luas dari kalangan pendahulunya: Metode kodifikasi kitab sebagaimana yang terpahami dari ungkapan-ungkapan penulis sendiri, dipengaruhi oleh kecenderungannya untuk mencari dan menyelaraskan berbagai pandangan dari dua maktab Parepatetik dan Iluminasi. [9] Sembari Ia berharap dengan menjelaskan akidah (pendapat) pendahulunya, hal itu dapat membantu dalam memahami dan menerima pandangan khususnya. [10]
Keragaman Gagasan
Dalam Asfar, selain penukilan secara luas referensi-referensi Irfan (gnosis) seperti karya-karya Ibnu Arabi dan para komentatornya, pelbagai teori dan penyataan kebanyakan di antara para filosof dan kalangan teolog pun menjadi sasaran kritik dan kajian. Di setiap pokok bahasan, pertama-tama penulis membuat suatu ulasan dari subjek berdasarkan prinsip-prinsip yang diterima serta masyhur di kalangan filosof dan sesuai tuntutan pembahasan, menyinggung pula pandangan-pandangan teologi.
Kekhususan Kitab
Aspek kritik terhadap pandangan-pandangan pemikir sebelumnya. Berupaya menyelaraskan antara filsafat dan syariat khususnya dalam perjalanan ketiga dan keempat. Memiliki warna teologi dalam sebagian pembahasan. [11] Mencakup makna-makna sulit dan lambat terpahami. Perkataan yang gamblang dan indah serta penjelasan yang lembut. Bahasa puitis dalam menjelaskan bahasan.
Referensi Asfar
Terdapat banyak penyandaran yang dilakukan penulis pada teks kitab-kitab filsafat, irfan dan teologi namun sebagian besar mereka tidak keluar dari sumber-sumber atau referensi terkenal dan yang tersisa. Terdapat pula penukilan dari perkataan seseorang yang tidak disebutkan namanya secara gamblang dan penentuan sandaran atau sumber dari penukilan seperti ini memerlukan penelitian tersendiri. [12] Di antara kitab-kitab penting yang dirujuk dan dinukil di berbagai pasal-pasal Asfar ialah Otologia dan Risalah (rasail) Ikhwan al Shafa. Kedua karya ini tak diragukan lagi amat berpengaruh dalam pemikiran penulis.
Syarah Kitab
Terdapat beberapa catatan pinggir (khasyiah) atas Asfar yang telah ditulis. Khasyiah Mulla Ali Nuri (w. 1246 H/1831) merupakan yang terlama di antaranya. Paling terkenal dan terperinci di antara mereka adalah dari Mulla Hadi Sabziwari (w. 1289 H/1872) yang membahas seluruh isi kitab kecuali bagian substansi dan aksiden. Begitupula dengan catatan dari Ali Modarres Zunuzi, termasuk di antara komentar-komentar bijak yang bermanfaat atas kitab ini. Di antara nama-nama komentator Asfar lainnya yang dapat disebutkan adalah Mulla Ismail Darb Koshki Isfahani (w. 1277H/1861), Muhammad bin Maksum Ali Haidaji (w. 1349 H/1931) serta Allamah Thabathabai. [13] Adapun syarah-syarah kontemporer dari kitab ini di antaranya adalah syarah Murtadha Muthahhari pada bagian pembahasan potensi dan aktual kitab Asfar, syarah M.T. Misbah Yazdi atas jilid satu dan delapan kitab Asfar, syarah Jawadi Amuli atas dua jilid pertama Asfar yang diterbitkan dengan judul Rahiq Makhtum sebanyak 10 jilid serta syarah farsi oleh Allamah Hasan Zadeh Amuli (Abad ke-15).
Terjemahan
Penerbit Mowla, sepanjang tahun 2011 hingga 2014 telah menerbitkan edisi terjemahan bahasa Persia kitab ini yang ditulis oleh Muhammad Khojuwi dalam 9 jilid.
Terbitan-tebitan kitab Asfar
Kitab Asfar pertama kali terbit pada tahun 1222 H/1807 dengan upaya Ali Panah Zunuzi dan Muhammad Hasan Fani Zunuzi di Isfahan dan sesudah itu beberapa kali di Tehran dalam edisi 4 jilid – di antaranya pada tahun 1282 - 1288 H/1865 - 1871 – . Muhammad Ibrahim Ayati menyusun daftar isi kitab tersebut berdasarkan terbitan-terbitan pertama ini. Terbitan Asfar yang diteliti dibawah pengawasan Allamah Thabathabai dalam 9 jilid dilakukan di kota Qom pada tahun 1379 hingga 1389 Hs.
Pada tahun 1401 H/1981, kitab Asfar diterbitkan oleh penerbit Daru Ihya al Turats di kota Beirut dalam 9 jilid disertai komentar atau khasyiah Allamah Thabathabai serta Hakim Sabziwari dan yang lainnya.
Pada tahun 1382 Hs Bunyad Hikmah Sadra menerbitkan pula kitab ini dalam 9 jilid dengan penelitian terbaru dan disertai dengan komentar Hakim Mulla Hadi Sabziwari.
Nilai penting Kitab ini kurang lebihnya telah menarik pula perhatian para peneliti Eropa. Max Horton pertama kali memperkenalkan karya ini dalam buku "Sistem Filsafat Syirazi" [14] dan menerjemahkan ringkasan isinya kedalam bahasa Jerman. Henry Corbin memiliki peran penting dalam studi terkait dengan hikmah muta'aliyah dan Asfar, khususnya dalam kitabnya “Islam Irani” [15]
Catatan Kaki
- ↑ Shadr al-Din Syirazi, Asfar, hlm. 4-8
- ↑ Shadr al-Din Syirazi, Asfar, jld. 6, hlm. 381
- ↑ Lih. Huquq, 331; Nakhjawani, hlm. 129
- ↑ Lih. Brown, hlm. 80, bandingkan dengan: Goobino, 80
- ↑ Shadr al-Din Syirazi, Asfar, jld. 1, hlm. 13
- ↑ Shadr al-Din Syirazi, Asfar, jld. 1, hlm. 13; untuk lebih melihat pandangan lain mengenai empat perjalanan lih: Ibnu Arabi, al-Futuhat al-Makkiyah, jld. 7, hlm. 117, 125; Amili, al-Muqadimat min Kitab Nash al-Nushush, hlm. 268; Kasyani, Isthilahat al-Shaufiyah, hlm. 87; llihat juga: Markazi, jld. 9, hlm. 1013; Risalah ba Anwan al-Asfar al-Arabiyah karya Syamsuddin Muhammad Khafari
- ↑ Shadr al-Din Syirazi, Asfar, jld. 1, hlm. 12
- ↑ Metophloss, adalah yang mengaku filosof namun tidak memiliki keahlian yang cukup dalam bidang filsafat.
- ↑ Shadr al-Din Syirazi, Asfar, jld. 1, hlm. 5; Shadr al-Din Syirazi, al-Mabda…, hlm. 6
- ↑ Shadr al-Din Syirazi, Asfar, jld. 1, hlm. 10-11, lihat juga hlm. 85
- ↑ Untuk contoh, lih: Shadr al-Din Syirazi, Asfar, jld. 6, hlm. 395-399; jld. 9, hlm. 4-6, 160-161, 243, 273, 321-327
- ↑ Untuk contoh, lih: Shadr al-Din Syirazi, Asfar, jld. 1, hlm. 314, 315, 388; jld. 2, hlm. 158-159, 294; jld. 7, hlm. 216, 218
- ↑ Lih. Agha Buzurg, jld. 6, hlm. 19-20; Asytiyani, Muqadimah bar al-Masail al-Quddusiyah, hlm. 54-56
- ↑ Strasbourg, th. 1913
- ↑ Lih. IV/54-115
Daftar Pustaka
- Agha Buzurg Tehrani. Adz-Dzari'ah.
- Amili, Haidar. Al-Muqaddimāt min Kitab Nash an-Nushush. Riset: Jalaluddin Asytiani. Teheran: 1352 HS/ 1974.
- Asytiani, Jalaluddin. Muqaddimah bar al-Masāil al-Qudsiyah Shadruddin Syirazi. Teheran: 1352 HS/ 1973.
- Ibnu Arabi, Muhyiddin. Al-Futuhāt al-Makkiyah. Riset: Usman Yahya. Kairo: 1972.
- Kasyani, Abdurrazzaq. Ishthilāhāt ash-Shufiyah. Lahur: 1981.
- Markazi, Khaththi.
- Nakhjawani, Muhammad. Fihriste Kietabkhaneh Daulati Tabriz. Tabriz: 1329 HS.
- Nuri, Ali. Hasyiyah bar al-Asfār.
- Qumsyei, Muhammad Ridha. Hasyiyah bar al-Asfār.
- Shadruddin Syirazi, Muhammad. Al-Asfār al-Arb'ah. Qom: 1378-1389 H.
- Shadruddin Syirazi, Muhammad. Al-Mabda' wa al-Ma'ad. Riset: Jalaluddin Asytiani. Teheran: 1368 HS.
- Shadruddin Syirazi, Muhammad. Mafātih al-Ghaib. Riset: Muhammad Khajawi. Teheran: 1363 HS.
- Shadruddin Syirazi, Muhammad. Tafsir al-Quran al-Karim. Riset: Muhammad Khajawi. Teheran: 1411 H.