Syu'aib bin Shalih

Prioritas: aa, Kualitas: b
tanpa navbox
Dari wikishia
(Dialihkan dari Syu'aib bin Salih)
Syu'aib bin Shalih
Sahabat Imam Mahdi as
Nama lengkapSyu'aib bin Shalih
Afiliasi agamaIslam
Garis keturunanBani Tamim
Peran pentingMempersiapkan kemunculan Imam Zaman afs • Bangkit melawan pasukan Sufyani


Syu'aib bin Shalih (bahasa Arab: شعيب بن صالح) adalah seseorang yang menurut sebagian riwayat mengadakan revolusi sebelum kemunculan Imam Zaman afs dan kebangkitannya menjadi tanda-tanda kemunculan Imam Zaman afs. Dia berasal dari kabilah bani Tamim atau budak dari kabilah bani Tamim yang memiliki pasukan 4 ribu orang. Dengan bendera hitam dan berseragam putih, Syu'aib bin Shalih dengan pasukannya berperang dan mengalahkan pasukan Sufyani. Jarak antara kebangkitannya dengan kemunculan Imam Zaman afs, menurut sebagian riwayat selama 72 bulan.

Najmuddin Thabasi seorang peneliti mazhab-mazhab Islam meyakini, riwayat-riwayat yang menyebutkan mengenai Syu'aib bin Shalih dan kebangkitannya mencapai tingkatan mutawatir secara maknawi atau setidaknya mencapai mustafidh (setingkat dibawah mutawatir), namun terdapat beberapa riwayat yang tidak muktabar mengenai bagaimana kebangkitannya, satu-satunya riwayat yang sahih bersumber dari Imam Ridha as yang menyebutkan keluarnya Syu'aib bin Shalih adalah salah satu tanda-tanda dekatnya kemunculan Imam Mahdi afs.

Karakteristik dan Cara Kebangkitan

Dalam riwayat-riwayat yang berkaitan dengan kemunculan Imam Zaman afs, disebutkan nama Syu'aib bin Shalih yang disebutkan sebagian riwayat merupakan salah satu dari tanda-tanda kemunculan Imam Zaman afs. [1] Dalam riwayat mengenai Syu'aib bin Shalih disebutkan mengenai karakter pribadinya, bagaimana ia bangkit sebelum kemunculan dan bendera yang dikibarkannya pada masa kemunculan Imam Zaman afs. Diantara riwayat-riwayat tersebut adalah sebagai berikut:

Ciri-Ciri Pribadi

Syu'aib bin Shalih dalam riwayat disebutkan sebagai seorang pria muda[2] yang berkulit kuning[3], berambut coklat[4], perawakannya tidak tinggi tidak pendek [5], dan memiliki janggut yang sedikit.[6]Ia berasal dari Bani Tamim[7]atau budak dari Bani Tamim.[8]

Alur Peristiwa

Dalam riwayat, Syu'aib bin Shalih disebut sebagai pemimpin pemberontakan yang berasal dari Bani Hasyim di Khurasan (Iran),[9] yang memulai pemberontakannya di Khurasan.[10]Ada yang menyebutkan ia pertama kali keluar dari Samarkand (Uzbekistan)[11], dan ada yang menyebutnya dari Rey (Iran) [12]atau Thaleqan[13].

Dalam riwayat, jumlah tentaranya sebanyak empat ribu orang[14] yang membawa bendera hitam[15]di tangan-tangan mereka. Mereka juga mengenakan ikat pinggang berwarna hitam[16]dan berpakaian putih.[17]Pasukan tersebut berperang dengan Sufyani[18]di Istakhr [19]dan dalam pertempuran tersebut pasukan Sufyani menderita kekalahan. Kemudian ia pergi ke Yerusalem (Baitul Muqaddas) [20] dan mengalahkan siapapun yang menjadi lawannya. [21]

Menurut sebagian riwayat pemberontakan Syu'aib bin Shalih setelah pemberontakan 'Awf al-Silmi dan sebelum pemberontakan Sufyani. [22] Jarak antara pemberontakannya dengan kemunculan Imam Mahdi afs disebutkan selama 72 bulan.[23]

Peran dalam Kemunculan Imam afs

Seperti yang disebutkan dalam hadis sebelumnya, setelah pasukan Syu'aib memenangkan pertempuran dengan Sufyani, 300 orang dari Syam bergabung dengan pasukannya dan menuju ke Baitul Muqaddas dan mempersiapkan kemunculan Imam Zaman afs.[24]72 bulan setelah kebangkitannya, Imam Zaman afs muncul dan Syu'aib bin Shalih segera memberikan baiat kepadanya. Dalam beberapa riwayat, ia disebut sebagai pemegang bendera pasukan Imam Mahdi afs.[25]

Analisa Riwayat

Najmuddin Thabasi, setelah melakukan penelitian atas riwayat-riwayat yang berkenaan dengan Syu'aib bin Shalih, berkeyakinan bahwa riwayat tentang Syu'aib bin Shalih dan kebangkitannya memiliki derajat mutawatir maknawi atau setidaknya memiliki derajat istifadhah. Namun, mengenai ciri-ciri pribadi dan bagaimana ia melakukan kebangkitan derajat riwayatnya tidak mencapai istifadhah.[26]Menurutnya, satu-satunya riwayat yang sahih mengenai ciri-ciri Syu'aib adalah yang bersumber dari Imam Ridha as.[27]Riwayat dari Imam Ridha as tersebut menjadi dalil bahwa kebangkitan Syu'aib bin Shalih tersebut merupakan salah satu tanda-tanda akan kemunculan Imam Zaman afs yang terjadi sebelum kemunculan tersebut. Najmuddin Thabasi menyebut sanad riwayat lain mengenai Syu'aib bin Shalih memiliki cacat.[28]Menurutnya meski terdapat sekitar 300 riwayat dalam Kutub Arba'ah berkenaan dengan mahdawiyat, namun tidak satupun yang menjelaskan mengenai Syu'aib bin Shalih.[29]

Hubungan dengan Nabi Syu'aib as

Syekh Shaduq dalam kitab al-Nubuwah menukil satu riwayat yang menyebukan seseorang bernama Syu'aib bin Shalih adalah salah seorang nabi yaitu Nabi Syu'aib as yang dibunuh oleh kaumnya sendiri.[30]Berdasarkan riwayat tersebut Quthb al-Rawandi meyakini Syu'aib bin Shalih yang melakukan revolusi ketika kemunculan Imam Zaman afs adalah juga Syu'aib bin Shalih yang terbunuh oleh kaumnya dan kemudian kembali. [31]Namun Syekh Muhammad Sanad salah seorang peneliti kontemporer tidak sependapat dengan pendapat al-Rawandi dan berpendapat Syu'aib bin Shalih dalam riwayat Syekh Shaduq kemungkinan adalah Nabi Syu'aib as yang akan kembali bersama dengan Nabi Khidir as dan Nabi Ilyas as dan berbeda dengan Syu'aib bin Shalih yang merupakan komandan pasukan Khurasan.[32]

Catatan Kaki

  1. Al-Nu'mani, al-Ghaibah, bab. 14, hlm. 262, hadis no. 12
  2. Ibnu Thawus, al-Malahim wa al-Fitan, Mansyurat al-Radhi, hlm. 53
  3. Ibnu Thawus, al-Malahim wa al-Fitan, Mansyurat al-Radhi, hlm. 54
  4. Ibnu Thawus, al-Malahim wa al-Fitan, Mansyurat al-Radhi, hlm. 54
  5. Ibnu Thawus, al-Malahim wa al-Fitan, Mansyurat al-Radhi, hlm. 54
  6. Ibnu Hamad al-Marwizi, al-Fitan, hlm. 189; Ibnu Thawus, al-Malahim wa al-Fitan, Mansyurat al-Radhi, hlm. 54
  7. Ibnu Hamad al-Marwizi, al-Fitan, hlm. 189
  8. Ibnu Thawus, al-Malahim wa al-Fitan, Mansyurat al-Radhi, hlm. 53
  9. Ibnu Thawus, al-Malahim wa al-Fitan, Mansyurat al-Radhi, hlm. 53
  10. Ibnu Thawus, al-Malahim wa al-Fitan, Mansyurat al-Radhi, hlm. 52
  11. Syekh Thusi, al-Ghaibah, hlm. 444; Rawandi, al-Kharaij wa al-Jaraih, jld. 3, hlm. 1155, hadis no. 61; Mu'jam Ahadits al-Imam al-Mahdi, jld. 4, hlm. 495
  12. Ibnu Thawus, al-Malahim wa -al-Fitan, Mansyurat al-Radhi, hlm. 53
  13. Mu'jam Ahadits al-Imam al-Mahdi, jld. 4, hlm. 34
  14. Ibnu Thawus, al-Malahim wa al-Fitan, Mansyurat al-Radhi, hlm. 53
  15. Ibnu Thawus, al-Malahim wa al-Fitan, Mansyurat al-Radhi, hlm. 52; Ibnu Hamad al-Marwizi, al-Fitan, hlm. 188
  16. Ibnu Thawus, al-Malahim wa al-Fitan, Mansyurat al-Radhi, hlm. 52; Ibnu Hamad al-Marwizi, al-Fitan, hlm. 188
  17. Ibnu Thawus, al-Malahim wa al-Fitan, Mansyurat al-Radhi, hlm. 52
  18. Ibnu Hamad al-Marwizi, al-FItan, hlm. 192
  19. Mu'jam Ahadits al-Imam al-Mahdi, jld. 4, hlm. 105
  20. Ibnu Thawus, al-Malahim wa al-Fitan, Mansyurat al-Radhi, hlm. 52; Ibnu Hamad al-Marwizi, al-Fitan, hlm. 188; al-Maqdisi al-Syafi'i, 'Aqd al-Darar, hlm. 195, hadis no. 199
  21. Ibnu Thawus, al-Malahim wa al-Fitan, hlm. 54
  22. Syekh Thusi, al-Ghaibah, hlm. 444
  23. Ibnu Thawus, al-Malahim wa al-Fitan, hlm. 52; Ibnu Hamad al-Marwizi, al-Fitan, hlm. 165 dan 188
  24. Ibnu Thawus, al-Malahim wa al-Fitan, hlm. 52; Ibnu Hamad al-Marwizi, al-Fitan, hlm. 213
  25. Syekh Thusi, al-Ghaibah, hlm. 463-464; Mu'jam Ahadits al-Imam al-Mahdi, jld. 2, hlm. 105; Ibnu Thawus, al-Malahim wa al-Fitan, hlm. 53 dan 127; Ibnu Hamad al-Marwizi, al-Fitan, hlm. 192; Ibnu Thawus, al-Malahim wa al-Fitan, hlm. 44; Lih. juga: al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-A'mal, jld. 14, hlm. 588, hadis no. 39666 dan 39667; Ibnu Hamad al-Marwizi, al-Fitan, hlm. 188
  26. Dars Kharij Mahdawiyat pada pembahasan Syu'aib bin Shalih tahun 1390 S.
  27. أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ هَمَّامٍ قَالَ حَدَّثَنِي جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ حَدَّثَنِي عَلِيُّ بْنُ عَاصِمٍ‌ عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي نَصْرٍ عَنْ أَبِي الْحَسَنِ الرِّضَا(ع) أَنَّهُ قَالَ‌ قَبْلَ هَذَا الْأَمْرِ السُّفْيَانِيُّ وَ الْيَمَانِيُّ وَ الْمَرْوَانِيُّ وَ شُعَيْبُ بْنُ صَالِحٍ فَكَيْفَ يَقُولُ هَذَا هَذَا )(Al-Nu'mani, al-Ghaibah, bab. 14, hlm. 262, hadis no. 12)
  28. Dars Kharij Mahdawiyat pada pembahasan Syu'aib bin Shalih tahun 1390 S.
  29. Dars Kharij Mahdawiyat pada pembahasan Syu'aib bin Shalih tahun 1390 S.
  30. Syekh Shaduq, al-Nubuwah, hlm. 139
  31. Rawandi, al-Kharaij wa al-Jaraih, jld. 2, hlm. 552 dan jld. 3, hlm. 1167
  32. Sanad, Fiqh 'Alaim al-Zuhur, hlm. 44-46

Daftar Pustaka

  • Al-Maqdisi al-Syafii, Yusuf bin Yahya. Aqd ad-Durar fi Akhbār al-Muntazhar. Maktabah al-Manar al-Zarqa', 1410 H.
  • Al-Muttaqi al-Hindi, Alauddin Ali. Kanz al-Ummal fi Sunan al-Aqwāl wa al-Af'āl. Editor: Shafwah al-Saqa'. Beirut: Muassasah al-Risalah, 1401 H.
  • Al-Nu'mani, Muhammad bin Ibrahim. Al-Ghunyah. Peneliti: Faris Hasan karim. Qom: Madyan, 1426 H.
  • Darsi Khariji Mahdawiyat –bahts Syuaib bin Shaleh- tahun 90. Situs Ayatullah Najmuddin Thabasi. Terbitan 14 Bahman 1391 HS. Revisi: 28 Mordad 1397 HS.
  • Klaim Kemiripan Syuaib bin Shaleh dan Bapak Presiden Situs Aftab News. Terbitan 25 Mordad 1389 HS. Revisi: 28 Mordad 1397 HS.
  • Para pendukung dokumenter penyimpangan isu kemunculan (imam Zaman af) mengejar kepentingan-kepentingan politis. Situs Tabnak. Terbitan 22 Farwardin 1390 HS. Revisi: 28 Mordad 1397 HS.
  • Kritikan Ayatullah Sistani terhadap isu "Kemunculan (imam Zaman) sudah dekat". Situs Tabnak. Terbitan 15 Farwardin 1390 HS. Revisi: 28 Mordad 1397 HS.
  • Ibnu Hammad Muruzi, Naim. Al-Fitan. Peneliti: Suhail Zikar. Beirut: Dar al-Fikr, tanpa tahun.
  • Ibnu Thawus. Al-Malāhim wa al-Fitan fi Zhuhur al-Ghāib al-Muntazhar. Qom: Mansyurat al-Radhi, tanpa tahun.
  • Mu'jam Ahādits al-Imam al-Mahdi af. Di bawah pengawasan Ali Kurani. Qom: Muassasah al-Ma'arif al-Ilahiyah, 1411 H.
  • Rawandi, Ibnu Hibatullah. Al-Kharāij wa al-Jarāih. Qom: Muassasah al-Imam al-Mahdi, 1409 H.
  • Sanad, Muhammad. Fiqhu Alāim azh-Zhuhur. Najaf: Makaz al-Dirasat al-Takhashshushiyah fi al-Imam al-Mahdi, 1425 H.
  • Syekh Shaduq, Muhammad bin Ali. An-Nubuwwah. Teheran: Sazman chab wa Intisyarat Wizarate Farhang wa Irsyad Islami, 1381 HS.
  • Syekh Thusi. Al-Ghaibah. Peneliti: Abdullah Tehrani, Ahmad Nashih. Qom: Muassasah al-Ma'arif al-Ilahiyah, 1411 H.