Surat untuk Anda

Prioritas: c, Kualitas: c
tanpa link
tanpa Kategori
tanpa navbox
tanpa alih
tanpa referensi
Dari wikishia
Surat untuk Anda

Surat untuk Anda (Bahasa Inggris: A Letter for You) yang popular belakangan ini adalah sebuah surat yang ditulis oleh Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Republik Islam Iran pada bulan Januari 2015 dan November 2015 yang dialamatkan untuk pemuda Eropa dan Amerika Utara. Surat ini ditulis akibat adanya gelombang baru Islamofobia di Barat menyusul maraknya tindak-tindak teroris kelompok ekstrem seperti ISIS dan secara khusus setelah peristiwa penyerangan kelompok ini ke kantor Charlee Hebdoo di Prancis dan demikian juga sebelumnya tersebarnya karikatur Nabi Muhammad Saw.

Ayatullah Khamenei dalam surat ini meminta kaum muda Eropa dan Amerika Utara untuk dapat mengenal Islam melalui sumber-sumber orisinil agama ini yaitu, Al-Qur'an dan kehidupan Rasulullah saw serta tidak melakukan prajudis-prajudis tentang Islam. Pemimpin Republik Islam Iran ini sembari mengemukakan pertanyaan dan jawaban serta poin-poin kritis dan analitis atas pelbagai aktivitas Islamofobia sebagai salah satu kebijakan modern Barat, mengingatkan peran negara-negara Barat dalam menciptakan kekerasan, diskriminasi ras, imperialisme, perang antar agama (dan mazhab), pembunuhan sadis yang dilakukan dalam perang dunia (PD) pertama dan kedua.[1]

Pesan dan surat ini menyebar secara luas di media-media social dalam beragam bahasa dengan hashtag #LETTER4U.[2][3][4]

Isi Surat

Surat Ayatullah Khamenei dimulai dengan pengantar tentang motivasi penulisan surat dan mengapa pemuda dipilih sebagai audiens surat, kemudian terbagi menjadi dua bagian utama:

  • Bagian pertama berisi peringatan tentang penyebaran Islamofobia di dunia Barat yang, menurutnya meningkat setelah runtuhnya Uni Soviet.
  • Bagian kedua mengajak para pembaca untuk mempelajari Islam dari sumber-sumber orisinil agama berdasarkan Al-Qur'an dan kehidupan Rasulullah saw. Poin penting dari bagian ini adalah agar media tidak mengidentifikasi teroris sebagai juru bicara Islam.

Dengan Nama Allah, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Kepada Pemuda di Eropa dan Amerika Utara

Peristiwa baru-baru ini di Perancis dan insiden serupa di beberapa negara Barat lain membuat saya yakin untuk langsung berbicara pada kalian tentang hal tersebut. Saya berbicara pada kalian (para pemuda), bukan berarti saya mengabaikan orang tua kalian tapi karena masa depan bangsa dan negara kalian berada di tangan kalian sendiri; dan saya juga menemukan bahwa semangat mencari kebenaran di hati kalian lebih hidup dan kuat.

Saya tidak berbicara pada politisi dan negarawan kalian dalam surat ini, karena saya yakin bahwa mereka dengan sadar telah memisahkan jalur politik dari jalan kejujuran dan kebenaran.

Pembicaraan saya dengan kalian tentang Islam, khususnya citra dan wajah Islam yang ditampilkan pada kalian. Sejak dua dekade lalu, kira-kira setelah kehancuran Uni Soviet, banyak usaha dilakukan untuk menempatkan agama besar ini pada posisi musuh yang menyeramkan. Provokasi rasa takut, kebencian dan penyalahgunaannya — sayangnya — punya catatan panjang dalam sejarah politik Barat.

Di sini, saya tidak akan membahas mengenai berbagai phobia yang hingga kini diindoktrinasi bangsa-bangsa Barat. Dengan tinjauan sepintas studi kritis terbaru tentang sejarah, kalian akan melihat fakta bahwa dalam penulisan sejarah baru, perilaku-perilaku tidak jujur dan munafik pemerintah-pemerintah Barat terhadap bangsa-bangsa dan budaya lain di dunia telah disensor dalam Historiografi baru. (Historiografi adalah ilmu yang mempelajari praktik ilmu sejarah, red).

Sejarah Amerika Serikat dan Eropa dipermalu dengan perbudakan, dipermalu dengan masa penjajahan dan dipermalu dengan penindasan orang-orang kulit berwarna dan non-Kristen. Para peneliti dan sejarawan kalian sangat merasa malu pada pertumpahan darah atas nama agama antara Katolik dan Protestan, atau atas nama kebangsaan dan etnis selama Perang Dunia Pertama dan Perang Dunia Kedua.

Hal ini [rasa malu pada pertumpahan darah] dengan sendirinya layak dipuji, dan tujuan saya menyebutkan sebagian kecil dari daftar panjang ini bukan untuk mencela sejarah, namun saya minta kalian bertanya kepada para intelektual kalian mengapa hati nurani publik di Barat harus selalu terlambat selama beberapa puluh tahun dan terkadang satu abad untuk bangun dan sadar? Mengapa revisi dalam kesadaran kolektif harus diarahkan ke masa lalu yang jauh dan tidak ke arah persoalan sekarang ini? Mengapa dalam isi-isu penting seperti perlakuan terhadap budaya dan pemikiran Islam untuk pembentukan kesadaran dan pengetahuan masyarakat, dicegah?

Kalian mengetahui dengan baik bahwa penghinaan, penyebaran kebencian dan ketakutan ilusi tentang “orang lain” telah menjadi dasar umum bagi semua pencari keuntungan dan penindas. Sekarang, saya ingin kalian bertanya pada diri kalian sendiri, kenapa kebijakan lama penyebaran “phobia” dan kebencian yang menargetkan Islam dan Muslim muncul dengan intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya? Kenapa struktur kekuasaan di dunia saat ini ingin pemikiran Islam terpinggirkan dan pasif? Apakah konsep dan nilai-nilai dalam Islam mengganggu berbagai agenda kekuatan-kekuatan besar dan apa kepentingan-kepentingannya dilindungi dalam bayangan pendistorsian citra Islam? Oleh karena itu, saya mohon kalian bertanya dan mengeksplorasi tentang motivasi penodaan luas terhadap Islam.

Permintaan kedua saya — sebagai reaksi terhadap banjir prasangka dan kampanye negatif — coba kalian peroleh pengetahuan tentang agama ini secara langsung dan tanpa perantara. Logika yang tepat mensyaratkan bahwa setidaknya kalian memahami apa yang membuat kalian takut dan lari darinya.

Saya tidak memaksa kalian harus menerima penafsiran saya atau interpretasi lain tentang Islam. Namun yang ingin saya katakan, jangan biarkan realitas-realitas dinamis dan efektif di dunia saat ini diperkenalkan pada kalian sebagai kepentingan dan tujuan-tujuan yang telah terkontaminasi. Jangan biarkan orang-orang munafik menggunakan para teroris yang mereka rekrut sebagai wakil Islam untuk memperkenalkan agama ini kepada kalian.

Kenalilah Islam dari sumber-sumber primer dan aslinya. Kenalilah Islam melalui al-Quran dan kehidupan Nabi Muhammad Saw. Di sini, saya ingin bertanya apakah kalian hingga sekarang sudah membaca langsung al-Quran kaum Muslimin? Apakah kalian sudah mempelajari ajaran Nabi Islam (Muhammad Saw), doktrin kemanusiaan dan akhlaknya? Selain media, apakah hingga sekarang kalian pernah menerima pesan Islam dari sumber lain?

Pernahkah kalian bertanya pada diri sendiri bagaimana dan atas dasar nilai-nilai apa selama berabad-abad Islam sudah mengembangkan peradaban ilmiah dan intelektual terbesar dunia serta membimbing para ilmuwan dan pemikir paling terkemuka?

Saya ingin kalian tidak membiarkan mereka menciptakan jurang emosional antara kalian dan realitas yang ada dengan gambaran penghinaan dan ofensif serta menghilangkan kemungkinan penilaian netral kalian. Hari ini, media komunikasi sudah menghapus batas geografis. Karena itu, jangan biarkan mereka mengepung kalian dalam batas-batas palsu dan emosional.

Meski tak seorangpun mampu memenuhi kesenjangan yang sudah diciptakan itu sendiria, namun masing-masing dari kalian dapat membangun jembatan pemikiran dan keadilan di atas kesenjangan itu untuk menerangi diri sendiri dan lingkungan di sekitar kalian. Tantangan yang sudah direncanakan sebelumnya ini antara Islam dan kalian — wahai para pemuda — tidak diharapkan, namun hal ini bisa memicu pertanyaan-pertanyaan baru di benak kalian yang selalu penasaran dan bertanya-tanya. Upaya menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan ini akan memberi kalian peluang tepat untuk menemukan kebenaran baru.

Karena itu, jangan lewatkan kesempatan untuk mendapatkan pemahaman tepat, benar dan objektif tentang Islam. Semoga dengan rasa tanggung jawab terhadap kebenaran, generasi mendatang akan menulis sejarah interaksi antara Islam dan Barat saat ini dengan hati nurani lebih jernih dan kebencian yang minim.

Sayid Ali Khamenei,

21 Januari 2015.

Surat Kedua Imam Khamenei

Surat Imam Khamenei Yang Kedua

Setelah kejadian di Paris pada tanggal 13 November 2015 M,[5] Ayatullah Khamenei menulis surat keduanya kepada para pemuda Barat pada tanggal 29 November 2015 M.

Ayatullah Khamenei menganggap kejadian pahit terorisme di Prancis sebagai latar belakang untuk kerjasama, dan sebagai contoh-contoh menyakitkan dari "dampak-dampak terorisme yang didukung oleh beberapa kekuatan besar di dunia Islam, dukungan terhadap terorisme negara Israel, dan serangan merusak dalam beberapa tahun terakhir terhadap dunia Islam", ia menulis: "Saya ingin Anda para pemuda, dengan dasar pengetahuan yang benar dan dengan pandangan yang tajam, serta dengan menggunakan pengalaman yang tidak menyenangkan, meletakkan dasar-dasar interaksi yang benar dan mulia dengan dunia Islam." Ini adalah isi surat pemimpin Revolusi Islam.[6]

Bismillahirrahmanirrahim

Kepada semua pemuda di negara-negara Barat

Berbagai peristiwa getir yang ditandai dengan terorisme buta di Perancis, kembali mendorong saya untuk berdialog dengan kalian. Bagi saya, sangat disayangkan sekali peristiwa-peristiwa seperti ini menjadi landasan dialog, akan tetapi kenyataanya adalah jika masalah-masalah pedih tidak melatarbelakangi pencarian solusi dan tidak menjadi panggung untuk berkonsultasi, maka kerugian [yang diderita] akan berlipat ganda. Penderitaan setiap manusia di setiap sudut dunia secara otomatis akan memilukan sesama. Pemandangan seorang anak kecil yang meninggal dunia di hadapan orang-orang yang dikasihinya, ibu yang [menyaksikan] kegembiraan keluarganya menjadi duka, seorang suami yang tergesa-gesa menggendong jenazah istrinya, dan atau seorang pemirsa yang tidak mengetahui bahwa dalam beberapa saat kemudian akan menyaksikan detik-detik akhir pertunjukan kehidupan, bukanlah pemandangan yang tidak akan menggugah afeksi dan perasaan setiap manusia.

Semua orang yang memiliki cinta kasih dan kemanusiaan, akan sedih dan terluka menyaksikan pemandangan tersebut, baik itu terjadi di Perancis, Palestina, Irak, Lebanon atau Suriah. Yang pasti satu setengah miliar umat Muslim juga merasakan hal yang sama dan mereka mengecam serta berlepas tangan dari para pelaku dan otak tragedi tersebut. Akan tetapi masalahnya adalah bahwa berbagai penderitaan saat ini jika tidak menjadi bekal untuk membangun hari esok yang lebih baik dan lebih aman, maka hanya akan terpendam menjadi kenangan pahit dan sia-sia. Saya yakin bahwa hanya kalian para pemuda yang mengambil pelajaran dari goncangan hari ini yang akan mampu menemukan jalan baru untuk membangun masa depan, serta akan menjadi benteng berbagai penyimpangan yang telah mengantarkan Barat hingga ke titik sekarang ini.

Benar bahwa sekarang terorisme merupakan masalah kolektif kami dan kalian, akan tetapi perlu kalian ketahui bahwa ketidakamanan dan kekhawatiran yang kalian rasakan dalam berbagai peristiwa terbaru, memiliki perbedaan mendasar dengan penderitaan yang dipaksakan selama bertahun-tahun kepada rakyat Irak, Yaman, Suriah dan Afghanistan. Pertama bahwa dunia Islam, jauh lebih luas dari sisi dimensi, dan lebih massif dari sisi volume, serta sangat lebih lama menjadi korban kengerian dan kekerasan.

Dan kedua, bahwa sangat disayangkan sekali kekerasan-kekerasan tersebut dengan berbagai cara dan secara efektif, selalu didukung oleh sejumlah kekuatan adidaya. Sekarang, sedikit sekali orang yang tidak mengetahui peran Amerika Serikat dalam membentuk atau memperkokoh dan mempersenjatai al-Qaeda, Taliban dan para pengikut jejak mereka. Di samping dukungan langsung itu, para pendukung nyata dan terkenal terorisme Takfiri, di samping memiliki sistem politik yang paling terbelakang [di dunia], berada di barisan sekutu-sekutu Barat, sementara perspektif paling maju dan jelas yang muncul dari demokrasi dinamis di kawasan, selalu menjadi target pemberantasan sadis. Sikap standar ganda Barat terhadap gerakan kebangkitan di dunia Islam merupakan bukti nyata kontradiksi dalam berbagai politik Barat.

Wajah lain dari kontradiksi tersebut dapat disaksikan dalam dukungan terorisme pemerintahan Israel. Rakyat tertindas Palestina telah lebih dari 60 tahun merasakan terorisme dalam bentuknya yang terburuk. Jika masyarakat Eropa sekarang berlindung di rumah-rumah mereka selama beberapa hari serta menghindari kehadiran dalam konsentrasi umum dan pusat-pusat keramaian, sebuah keluarga Palestina selama puluhan tahun bahkan tidak aman di rumah mereka dari mesin-mesin pembunuh massal dan perusak rezim Zionis. Sekarang, kekerasan jenis apa yang dapat disejajarkan dengan pembangunan permukiman rezim Zionis dari sisi kesadisannya? Rezim ini tanpa pernah dikecam secara tegas dan efektif oleh sekutu-sekutu berpengaruhnya atau paling tidak lembaga-lembaga internasional yang secara lahiriyah tampak independen, setiap hari merusak rumah, kebun dan lahan-lahan pertanian warga Palestina, tanpa memberi kesempatan kepada mereka untuk memindahkan perlengkapan hidup mereka atau untuk memanen hasil pertanian mereka, dan biasanya itu semua terjadi di hadapan perempuan dan anak-anak yang ketakutan dan dengan mata berkaca-kaca, menyaksikan pemukulan dan aniaya anggota keluarga mereka dan dalam banyak kasus relokasi mereka ke tempat-tempat penyiksaan mengerikan.

Apakah di dunia dewasa ini kalian mengetahui kesadisan lain dalam volume, dimensi dan kesinambungan yang lebih dari ini? Penembakan terhadap seorang perempuan di tengah jalan hanya karena memprotes tentara dengan senjata lengkap, jika bukan terorisme lalu apa? Apakah karena barbarisme ini dilakukan oleh pasukan militer sebuah rezim penjajah, maka tidak bisa disebut sebagai ekstrimisme? Atau mungkin hanya karena adegan-adegan seperti ini telah disaksikan berulang kali selama 60 tahun di layar televisi, tidak lagi membangkitkan hati nurani kita.

Invasi militer ke dunia Islam dalam beberapa tahun terakhir, yang telah menimbulkan korban tidak terhitung jumlahnya, adalah contoh lain dari logika kontradiktif Barat. Negara-negara yang menjadi target serangan, selain mengalami kerugian manusia, juga kehilangan infrastruktur ekonomi dan industrinya, gerakan mereka menuju kemajuan dan pembangunan terhenti atau melambat, dan dalam sebagian kasus menjadi terbelakang hingga puluhan tahun. Meski demikian, dengan congkak mereka dituntut untuk tidak mendeklarasikan diri sebagai pihak yang tertindas. Bagaimana mungkin sebuah negara yang telah berubah menjadi puing, serta kota dan desa-desanya telah menjadi abu, kemudian dituntut untuk tidak mengenalkan diri sebagai pihak yang tertindas! Alih-alih menyeru untuk tidak memahami dan melupakan berbagai tragedi, bukankah permintaan maaf secara jujur akan lebih baik? Penderitaan yang dirasakan dunia Islam secara bertahun-tahun akibat kemunafikan dan pemolesan wajah agresor ini, tidak lebih kecil dari kerugian materi.

Para pemuda yang tercinta! Saya berharap kalian saat ini maupun di masa mendatang dapat mengubah perspektif penuh tipu daya ini, perspektif yang kelihaiannya adalah menyembunyikan tujuan-tujuan jangka panjang dan penumpukan makar-makar. Menurut saya tahap pertama dalam menciptakan keamanan dan ketenangan, adalah koreksi perspektif pencetus kekerasan ini. Selama parameter-parameter standar ganda menguasai politik Barat dan selama terorisme menurut pandangan para pendukung kuatnya terbagi dalam kategori baik dan buruk, dan selama kepentingan-kepentingan berbagai pemerintah didahulukan di atas nilai-nilai kemanusiaan dan etika, maka akar-akar kekerasan jangan sampai dicari di tempat lain.

Sangat disayangkan sekali, selama bertahun-tahun akar-akar [kekerasan] tersebut, secara gradual juga telah mengendap di dasar politik-politik kebudayaan Barat dan merencanakan sebuah serangan ofensif lunak dan senyap. Banyak negara dunia yang membanggakan kebudayaan pribumi dan nasional mereka, kebudayaan yang selain pengembangan dan perluasannya, telah selama ratusan tahun mengasupi umat manusia. Dunia Islam juga tidak terkecualikan dalam hal ini. Akan tetapi di era moderen, dunia Barat dengan menggunakan berbagai sarana modern berusaha memaksakan persamaan dan penyamaan budaya-budaya global. Saya menilai pemaksaan budaya Barat terhadap bangsa-bangsa dan penyepelean kebudayaan independen, sebagai sebuah kekerasan senyap dan sangat merugikan. Penistaan terhadap budaya-budaya kaya dan penghinaan terhadap sisi paling terhormatnya itu terjadi di saat budaya pengganti sama sekali tidak memiliki kapasitas yang memadai. Sebagai contoh, dua faktor keagresifan dan etika kebebasan tanpa batas yang telah berubah menjadi dua elemen utama pembentuk kebudayaan Barat, bahkan telah kehilangan popularitas dan posisinya di tempat kelahirannya. Sekarang pertanyaannya adalah apakah kami berdosa jika kami menolak budaya agresif, amoral dan anti-nilai-nilai? Apakah kami bersalah jika kami mencegah banjir perusakan yang dikemas dalam berbagai produk semi-seni untuk para pemuda kami? Saya tidak menolak urgensi dan nilai-nilai ikatan budaya. Ikatan itu jika terjadi dalam kondisi normal dan dengan penghormatan terhadap masyarakat penerima, akan membawa kemajuan, perkembangan dan kekayaan. Sebaliknya, ikatan yang tidak cocok dan dipaksakan, akan gagal dan justru merugikan. Dengan sangat disayangkan harus saya katakan bahwa kelompok-kelompok tercela seperti ISIS adalah hasil dari transplantasi gagal dengan budaya-budaya impor. Jika masalahnya adalah benar-benar ideologi, maka seharusnya fenomena ini muncul di dunia Islam sebelum era penjajahan, namun sejarah membuktikan yang sebaliknya. Dokumen-dokumen valid sejarah dengan jelas menunjukkan bagaimana pertemuan penjajah dengan sebuah pemimikiran ekstrimis dan tertolak, itu pun dari jantung sebuah kabilah Baduwi, yang menanam benih ekstrimisme di kawasan. Karena jika bukan demikian lalu bagaimana mungkin salah satu agama yang paling berakhlak dan berperikemanusiaan di dunia, yang dalam konteks prinsipnya menilai mengambil satu nyawa sama seperti membunuh seluruh umat manusia, mampu melahirkan sampah seperti ISIS?

Di sisi lain, harus ditanya mengapa orang-orang yang lahir di Eropa dan yang pemikiran dan mental mereka tumbuh di lingkungan tersebut, tertarik pada kelompok jenis ini? Apakah dapat dipercaya bahwa orang-orang yang baru sekali atau dua kali berkunjung ke zona perang, mendadak berubah sedemikian ekstrim hingga menembaki orang-orang satu negaranya? Yang jelas asupan budaya tidak sehat dan lingkungan terpolusi dan yang melahirkan kekerasan jangan sampai dilupakan. Dalam hal ini harus dilakukan analisa komprehensif, sebuah analisa yang mendeteksi berbagai pencemaran nyata dan terselubung dalam masyarakat. Mungkin kebencian mendalam telah tertanam dalam hati satu lapisan masyarakat Barat, selama beberapa tahun era keemasan industri dan ekonomi, akibat berbagai ketimpangan dan terkadang diskriminasi hukum dan struktural, yang telah menciptakan dendam yang terkadang muncul dalam bentuk penyakit seperti ini.

Alhasil, kalianlah yang harus mengupas setiap lapisan lahiriyah masyarakat kalian sendiri, temukan simpul-simpul itu dan musnahkan dendam-dendam. Jurang yang ada, agar tidak semakin mendalam, harus dipulihkan. Kekeliruan besar dalam pemberantasan terorisme adalah reaksi tergesa-gesa yang justru semakin merenggangkan jarak yang ada. Setiap gerakan sensasional dan tergesa-gesa yang membuat masyarakat Muslim Eropa dan Amerika Serikat—yang terdiri dari jutaan manusia aktif dan bertanggungjawab—terisolasi atau khawatir dan gelisah, membuat mereka terhalang dari hak-hak primer mereka lebih dibandingkan masa lalu, serta membuat mereka tersingkir dari kancah sosial, bukan hanya tidak akan menyelesaikan masalah melainkan akan semakin memperlebar jarak dan meningkatkan permusuhan. Langkah-langkah dangkal dan reaktif, apalagi jika didukung hukum, tidak akan menghasilkan apapun kecuali peningkatan polarisasi yang telah ada dan akan membuka pintu bagi berbagai krisis di masa mendatang. Berdasarkan berita-berita yang ada, di sejumlah negara Eropa telah ditetapkan ketentuan yang mendorong warganya untuk memata-matai Muslim. Perilaku ini adalah kezaliman dan kita semua mengetahui bahwa mau tidak mau kezaliman punya potensi menjadi bumerang. Selain itu, warga Muslim tidak patut atas perilaku tidak berterimakasih ini. Dunia Barat telah mengenal umat Muslim selama berabad-abad. Baik pada masa ketika orang-orang Barat menjadi tamu umat Islam dan tergiur oleh kekayaan tuan rumah, maupun pada hari ketika mereka menjadi tuan rumah serta mengambil manfaat dari karya dan pemikiran umat Islam, biasanya mereka tidak menyaksikan hal lain kecuali kasih sayang dan kesabaran. Oleh karena itu saya ingin kalian para pemuda untuk membangun pilar-pilar sebuah interaksi yang benar dan terhormat dengan dunia Islam berdasarkan prinsip penilaian yang benar dan mendalam, serta memanfaatkan berbagai pengalaman pahit. Ketika itulah, di masa yang tidak terlalu jauh, kalian akan menyaksikan, kalian mendirikan sebuah bangunan yang berdiri di atas pondasi seperti itu, yang menjamin kepastian dan kepercayaan para arsiteknya, yang mempersembahkan keamanan dan ketenangan bagi mereka, dan menyalakan pelita harapan bagi masa depan yang cerah di muka bumi.

Sayyid Ali Khamenei

29 November 2015

Pranala Luar

Teks surat Ayatullah Khamenei kepada para pemuda Eropa dan Amerika Utara telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dipublikasikan di media sosial. Kantor Berita Ahlulbait As (ABNA) juga telah menerjemahkan surat ini ke dalam lima puluh bahasa dan bisa diakses.[7]

Satu tahun setelah publikasi surat pertama, sebuah buku dengan judul "Penjelasan Surat" telah diterbitkan.[8]

Catatan Kaki

Daftar Pustaka