Lompat ke isi

Konsep:Qishas Ayah

Dari wikishia

c || c || || - || || - || || || editorial box

Qishas Ayah (bahasa Arab: قصاص الوالد) adalah salah satu hukum Islam, yang berdasarkan hukum tersebut, seorang ayah tidak di-qishas jika membunuh anaknya, dan hukumannya terbatas pada diyat, kaffarah, dan ta'zir. Meskipun demikian, pembunuhan anak menurut syariat adalah haram dan termasuk dalam kategori pembunuhan.

Topik ini menjadi perhatian opini publik dan komunitas hukum karena kaitannya dengan pembunuhan demi kehormatan, khususnya pembunuhan anak perempuan. Dasar fikih hukum ini adalah riwayat-riwayat dan ijma', meskipun ijma' ini dianggap sebagai ijma' madraki dan tidak valid (ghairu mu'tabar). Masyhur fukaha Syiah memperluas hukum ini hingga kakek (dari pihak ayah); namun terdapat perbedaan pendapat mengenai kemungkinan qishas ayah dalam kasus pembunuhan ibu ketika anak menjadi wali darah.

Hukum ini juga tercermin dalam Undang-Undang Hukuman Islam Iran. Beberapa penelaah mengusulkan perlunya peninjauan kembali hukum ini atau penggunaan judul sekunder (Anawin Tsanawiyah) seperti perbuat kerusakan di muka bumi untuk menanggulangi fenomena pembunuhan anak.

Konseptualisasi dan Kedudukan

Berdasarkan fikih Islam, ayah tidak diqishas jika membunuh anaknya,[1] meskipun ia melakukan dosa dan menanggung hukuman seperti diyat, kaffarah, dan ta'zir.[2] Hukum ini tidak membedakan antara anak perempuan dan anak laki-laki.[3] Dalam fikih Syiah, hingga abad ke-14 HS tidak ada laporan mengenai penolakan terhadap hukum ini,[4] dan sebagian besar fukaha Ahlusunah juga menerima pandangan yang sama;[5] meskipun beberapa fukaha Maliki berpendapat adanya qishas bagi ayah.[6]

Topik ini mendapat perhatian dari ahli hukum, pejabat kehakiman, dan opini publik menyusul peningkatan kasus pembunuhan anak, khususnya pembunuhan anak perempuan[7] dan liputan media mengenainya pada tahun-tahun akhir abad ke-14 HS.[8]

Masyhur fukaha Syiah memperluas hukum tidak adanya qishas ayah hingga ke kakek, namun sebagian meragukan hal ini.[9] Selain itu, dalam fikih Syiah, hukum tidak adanya qishas ini tidak mencakup ibu.[10]

Hukuman Ayah dalam Pembunuhan Anak

Keharaman pembunuhan anak oleh ayah dalam Islam dianggap sebagai hal yang niscaya dalam agama berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an dan riwayat.[11] Tidak ada fatwa atau riwayat yang mengecualikan perbuatan ini[12] dan bahkan dengan tidak adanya qishas, pembunuhan anak oleh ayah tetap terhitung sebagai bentuk pembunuhan.[13] Beberapa ayat Al-Qur'an secara khusus mengisyaratkan keburukan pembunuhan anak, karena orang tua meskipun memiliki hubungan emosional yang kuat, tetap melakukan pembunuhan terhadap anak-anak mereka, yang menunjukkan kekerasan hati dan kebodohan.[14]

Meskipun qishas ayah dalam kasus ini ditiadakan, tanggung jawab pidananya tetap ada[15] dan hukuman seperti diyat, kaffarah, dan ta'zir telah ditetapkan untuknya.[16] Syekh Shaduq, seorang muhaddits Syiah meriwayatkan dari Imam Baqir as bahwa ayah tidak diqishas, namun ia dipukul dengan keras dan diasingkan dari tempat kelahirannya.[17] Shahib al-Jawahir, seorang fakih Syiah penulis kitab Jawahir, menganggap riwayat ini berkaitan dengan kasus-kasus yang dianggap perlu oleh Hakim Syar'i.[18]

Pembatasan Hukum pada Kasus Khusus

Hukum tidak adanya qishas ayah dalam pembunuhan anak diragukan oleh beberapa ulama dan peneliti. Yusuf Shani'i, seorang ulama Syiah pada abad ke-14 HS, menentang keumuman hukum ini.[19] Meskipun ia menganggap riwayat terkaitnya adalah valid, ia meyakini bahwa pengecualian qishas ayah terbatas pada kasus di mana pembunuhan disebabkan oleh emosi atau pelanggaran anak terhadap nasihat baik ayah.[20]

Dalil dan Hikmah Tidak Adanya Qishas Ayah

Terdapat banyak riwayat yang dinukil mengenai tidak adanya qishas ayah jika membunuh anaknya.[21] Dikatakan bahwa jumlah riwayat ini sangat banyak sehingga meskipun tidak mencapai derajat mutawatir, riwayat-riwayat tersebut membuktikan hukum tidak adanya qishas secara pasti.[22] Di antaranya diriwayatkan dari Imam Ali as bahwa jika seorang ayah membunuh anaknya, ia tidak diqishas, namun anak dapat mengqishas jika membunuh ayahnya.[23] Para fukaha dengan bersandar pada riwayat-riwayat ini, mengecualikan qishas ayah dari cakupan Ayat Qishas.[24]

Fukaha Syiah menganggap ijma' sebagai salah satu dalil tidak adanya qishas ayah,[25] meskipun sebagian menganggapnya sebagai ijma' madraki (ijma' yang didasarkan pada riwayat)[26] dan tidak menganggapnya valid untuk mengeluarkan hukum syar'i.[27]

Disebutkan pula hikmah-hikmah untuk hukum ini,[28] di antaranya bahwa ayah adalah sebab keberadaan anak, sehingga anak tidak boleh menjadi sebab ketiadaan (kematian) ayah.[29] Hak qishas anak bertentangan dengan wilayah paksaan ayah,[30] dan juga riwayat-riwayat Nabi saw menganggap anak dan hartanya adalah milik ayah.[31] Beberapa peneliti juga memberikan kritik terhadap hikmah-hikmah ini.[32]

Dalam Hukum Republik Islam Iran

Undang-Undang Hukuman Islam Iran, berdasarkan riwayat[33] dan pandangan mayoritas fukaha Muslim, menetapkan hukum tidak adanya qishas bagi ayah dan kakek dari pihak ayah dalam pembunuhan anak.[34] Menyusul berbagai kritik, sebuah rancangan undang-undang untuk mereformasi hukum ini disahkan pada tahun 1400 HS, yang berdasarkan RUU ini, diterapkan pembatasan dalam hal pertemuan, hak asuh, perwalian, dan pengampuan. Tujuan dari amendemen ini dianggap untuk meningkatkan efek jera hukuman ta'zir dalam pembunuhan berencana yang tidak memiliki qishas.[35]

Kemungkinan Hukuman Ayah dengan Judul Sekunder

Beberapa peneliti juga mengkritik bahwa pendekatan sistem peradilan Iran dalam menangani pembunuhan anak, khususnya pembunuhan anak perempuan, umumnya toleran[36] dan kurang memiliki efek jera yang cukup.[37] Oleh karena itu, mereka menganggap perlu adanya peninjauan kembali hukum tidak adanya qishas ayah dan reformasi Undang-Undang Hukuman Islam melalui jalur fikih dinamis (puya).[38] Disarankan bahwa jika terbukti tindakan ayah bersifat agresif (udwani), maka dapat diterapkan hukuman yang lebih berat di bawah judul sekunder[39] seperti Muharabah dan Ifsad fil Ardh.[40]

Apakah Ayah Dihukum karena Membunuh Ibu?

Salah satu kasus qishas ayah adalah ketika ayah membunuh istrinya (ibu dari anak-anaknya) dan anak menjadi wali darah. Fukaha Syiah berbeda pendapat mengenai qishas ayah dalam asumsi ini, dan dua pandangan (qishas dan tidak qishas) telah dikemukakan dan masyhur dalam berbagai periode sejarah Syiah.[41] Makarim Syirazi meyakini bahwa dalam kondisi seperti itu, anak-anak tidak dapat mengqishas ayah mereka dan hanya berhak menerima diyat.[42] Sebaliknya, Muhammad Taqi Bahjat menekankan kemungkinan qishas ayah, meskipun disarankan untuk berdamai dengan diyat sebagai bentuk kehati-hatian.[43] Para pendukung qishas berkeyakinan bahwa riwayat-riwayat tentang tidak adanya qishas ayah terbatas pada pembunuhan anak dan tidak mencakup pembunuhan ibu.[44]

Catatan Kaki

  1. Dzulfaqar Thalab dan Jamali, "Qishas Pedar wa Madar dar Barabar-e Qatl-e Amdi-e Farzand az Didgah-e Mazaheb-e Eslami" (Qishas Ayah dan Ibu atas Pembunuhan Sengaja Anak dari Sudut Pandang Mazhab-mazhab Islam), hlm. 95.
  2. Najafi, Jawahir al-Kalam, 1404 H, jld. 42, hlm. 169.
  3. Syahid Tsani, Ar-Raudhah al-Bahiyyah, 1412 H, jld. 10, hlm. 64.
  4. Fathi dan Parvin Kandrud, "Asib-syinasi-ye Feqhi wa Hoquqi-ye Qatl-haye Namusi dar Nezam-e Hoquqi-ye Iran wa Pakistan" (Patologi Fikih dan Hukum Pembunuhan Demi Kehormatan dalam Sistem Hukum Iran dan Pakistan), hlm. 82.
  5. Dzulfaqar Thalab dan Jamali, "Qishas Pedar wa Madar...", hlm. 95.
  6. Dzulfaqar Thalab dan Jamali, "Qishas Pedar wa Madar...", hlm. 100.
  7. Javanmard dan lain-lain, "Barresi-ye Avamel-e Ejtema'i-Farhangi-ye Moasser bar Qatl-haye Namusi" (Kajian Faktor Sosial-Budaya yang Berpengaruh pada Pembunuhan Demi Kehormatan), hlm. 49.
  8. Haidari Pidani, "Chalesh-ha wa Ruykard-haye Qanun-e Mojazat-e Eslami dar Mored-e Qatl-e Farzand-e Dokhtar Tavassot-e Pedar" (Tantangan dan Pendekatan UU Hukuman Islam Mengenai Pembunuhan Anak Perempuan oleh Ayah), hlm. 627.
  9. Muassasah Da'irah al-Ma'arif Fiqh Islami, Mausu'ah al-Fiqh al-Islami al-Muqaran, 1432 H, jld. 6, hlm. 323.
  10. Syahid Tsani, Ar-Raudhah al-Bahiyyah, 1412 H, jld. 10, hlm. 64.
  11. Zandi dan Honarju, "Barresi-ye Chera'i-ye Adam-e Qishas-e Pedar, be Sabab-e Qatl-e Farzand dar Hoquq-e Keyfari-ye Iran; ba Tavajjoh be Jaygah-e Hoquq-e Kudakan" (Kajian Alasan Tidak Adanya Qishas Ayah karena Pembunuhan Anak dalam Hukum Pidana Iran; dengan Memperhatikan Kedudukan Hak Anak), hlm. 38.
  12. Zandi dan Honarju, "Barresi-ye Chera'i-ye Adam-e Qishas-e Pedar...", hlm. 39.
  13. Haidari Pidani, "Chalesh-ha wa Ruykard-haye Qanun-e Mojazat-e Eslami...", hlm. 627.
  14. Haidari Pidani, "Chalesh-ha wa Ruykard-haye Qanun-e Mojazat-e Eslami...", hlm. 627.
  15. Zandi dan Honarju, "Barresi-ye Chera'i-ye Adam-e Qishas-e Pedar...", hlm. 43.
  16. Muhaqqiq Hilli, Syara'i al-Islam, 1408 H, jld. 4, hlm. 199; Mudarrisi, Al-Fiqh al-Islami (Ar-Risalah al-Amaliyyah), 1431 H, jld. 3, hlm. 268; Fathi dan Parvin Kandrud, "Asib-syenasi-ye Feqhi wa Hoquqi-ye Qatl-haye Namusi...", hlm. 82.
  17. Syekh Shaduq, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, 1413 H, jld. 4, hlm. 120.
  18. Najafi, Jawahir al-Kalam, 1404 H, jld. 42, hlm. 170.
  19. Jamsyidi Rad dan Weisi, "Lozum-e Baznegari dar Hokm-e Adam-e Ejray-e Qishas-e Pedar dar Qatl-e Amdi-e Farzand az Majray-e Feqh-e Puya wa Eslah-e Qanun-e Mojazat-e Eslami" (Perlunya Peninjauan Kembali Hukum Tidak Dilaksanakannya Qishas Ayah dalam Pembunuhan Sengaja Anak Melalui Fikih Dinamis dan Reformasi UU Hukuman Islam), hlm. 100.
  20. "Qisas-e Qatl-e Farzand Tavassot-e Pedar ya Madar" (Qishas Pembunuhan Anak oleh Ayah atau Ibu), Situs Informasi Ayatullah Shani'i.
  21. Fayyazi, "Bazpazhuhi-ye Dalayel-e Qishas Nashodan-e Pedar bar Qatl-e Farzand" (Kajian Ulang Dalil-dalil Tidak Diqishasnya Ayah atas Pembunuhan Anak), hlm. 122; Kulaini, Al-Kafi, 1407 H, jld. 7, hlm. 298; Syekh Shaduq, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, 1413 H, jld. 4, hlm. 367.
  22. Najafi, Jawahir al-Kalam, 1404 H, jld. 42, hlm. 169.
  23. Syekh Thusi, Tahdzib al-Ahkam, 1407 H, jld. 10, hlm. 238.
  24. Fayyazi, "Bazpazhuhi-ye Dalayel-e Qishas Nashodan-e Pedar bar Qatl-e Farzand", hlm. 122.
  25. Najafi, Jawahir al-Kalam, 1404 H, jld. 42, hlm. 169; Makarim Syirazi, Kitab an-Nikah, 1424 H, jld. 7, hlm. 85.
  26. Jamsyidi Rad dan Weisi, "Lozum-e Baznegari dar Hokm-e Adam-e Ejray-e Qishas-e Pedar...", hlm. 102.
  27. Jamsyidi Rad dan Weisi, "Lozum-e Baznegari dar Hokm-e Adam-e Ejray-e Qishas-e Pedar...", hlm. 102.
  28. Makarim Syirazi, Kitab an-Nikah, 1424 H, jld. 7, hlm. 85.
  29. Syahid Tsani, Ar-Raudhah al-Bahiyyah, 1412 H, jld. 10, hlm. 64; Ruhani, Fiqh as-Shadiq, 1435 H, jld. 39, hlm. 398.
  30. Zandi dan Honarju, "Barresi-ye Chera'i-ye Adam-e Qishas-e Pedar...", hlm. 40.
  31. Muhaddits Nuri, Mustadrak al-Wasa'il, 1408 H, jld. 18, hlm. 239.
  32. Sebagai contoh lihat: Jamsyidi Rad dan Weisi, "Lozum-e Baznegari dar Hokm-e Adam-e Ejray-e Qishas-e Pedar...", hlm. 102; Dzulfaqar Thalab dan Jamali, "Qishas Pedar wa Madar...", hlm. 95.
  33. Fayyazi, "Bazpazhuhi-ye Dalayel-e Qishas Nashodan-e Pedar bar Qatl-e Farzand", hlm. 121.
  34. Jamsyidi Rad dan Weisi, "Lozum-e Baznegari dar Hokm-e Adam-e Ejray-e Qishas-e Pedar...", hlm. 99; "Qanun-e Mojazat-e Eslami" (Undang-Undang Hukuman Islam), Pusat Penelitian Majelis Syura Islami.
  35. "Adam-e Ri'ayat-e Tanasob-e Jorm wa Mojazat dar Ta'yin-e Mojazat-e Ta'ziri-ye Qatl (2)" (Ketidaksesuaian Kejahatan dan Hukuman dalam Penetapan Hukuman Ta'zir Pembunuhan (2)), Lembaga Penelitian Dewan Garda.
  36. Haidari Pidani, "Chalesh-ha wa Ruykard-haye Qanun-e Mojazat-e Eslami...", hlm. 631.
  37. Haidari Pidani, "Chalesh-ha wa Ruykard-haye Qanun-e Mojazat-e Eslami...", hlm. 626.
  38. Jamsyidi Rad dan Weisi, "Lozum-e Baznegari dar Hokm-e Adam-e Ejray-e Qishas-e Pedar...", hlm. 98.
  39. Zandi dan Honarju, "Barresi-ye Chera'i-ye Adam-e Qishas-e Pedar...", hlm. 44-45.
  40. Izadi Fard dan lain-lain, "Mojazat-e Pedar dar Qatl-e Farzand", hlm. 114.
  41. Muradi, "Qishas-e Pedar Tavassot-e Farzandi ke Vali-ye Dam Ast" (Qishas Ayah oleh Anak yang Menjadi Wali Darah), hlm. 117.
  42. Makarim Syirazi, Istifta'at, 1427 H, jld. 2, hlm. 519.
  43. Bahjat, Istifta'at, 1428 H, jld. 4, hlm. 464.
  44. Haidari, "Emkan-e Qishas-e Pedar Tavassot-e Farzand dar Ara-ye Feqhi wa Qavanin-e Jaza'i", hlm. 93.

Daftar Pustaka

  • Bahjat, Muhammad Taqi. Istifta'at. Qom: Daftar Hazrat Ayatullah Bahjat. Cetakan Pertama, 1428 H.
  • Dzulfaqar Thalab, Mushthafa, Muhammad Jamali. "Qishas Pedar wa Madar dar Barabar-e Qatl-e Amdi-e Farzand az Didgah-e Mazaheb-e Eslami" (Qishas Ayah dan Ibu atas Pembunuhan Sengaja Anak dari Sudut Pandang Mazhab-mazhab Islam). Faslnameh Fiqh Muqaran. Periode 1, Nomor 2, Azar 1392 HS.
  • Fathi, Murtadha, Abul Fadhl Parvin Kandrud. "Asib-syinasi-ye Feqhi wa Hoquqi-ye Qatl-haye Namusi dar Nezam-e Hoquqi-ye Iran wa Pakistan" (Patologi Fikih dan Hukum Pembunuhan Demi Kehormatan dalam Sistem Hukum Iran dan Pakistan). Motala'at-e Tatbiqi-ye Hoquq-e Keshvarhaye Eslami. Periode 3, Nomor 2, Tir 1404 HS.
  • Fayyazi, Muhammad Taqi. "Bazpazhuhi-ye Dalayel-e Qishas Nashodan-e Pedar bar Qatl-e Farzand" (Kajian Ulang Dalil-dalil Tidak Diqishasnya Ayah atas Pembunuhan Anak). Periode 12, Nomor 1, Shahrivar 1401 HS.
  • Haidari Pidani, Syahram. "Chalesh-ha wa Ruykard-haye Qanun-e Mojazat-e Eslami dar Mored-e Qatl-e Farzand-e Dokhtar Tavassot-e Pedar" (Tantangan dan Pendekatan UU Hukuman Islam Mengenai Pembunuhan Anak Perempuan oleh Ayah). Majalah Olum-e Ensani wa Eslami dar Hezareh Sevvom. Periode 2, Nomor 6, Musim Semi 1400 HS.
  • Haidari, Ali Murad. "Emkan-e Qishas-e Pedar Tavassot-e Farzand dar Ara-ye Feqhi wa Qavanin-e Jaza'i" (Kemungkinan Qishas Ayah oleh Anak dalam Pandangan Fikih dan Hukum Pidana). Faslnameh Motala'at-e Eslami Fiqh wa Ushul. Periode 44, Nomor 3, Musim Gugur 1391 HS.
  • Izadi Fard, Ali Akbar, Muhammad Muhsini Dehkalani, Amin Yusefi. "Mojazat-e Pedar dar Qatl-e Farzand" (Hukuman Ayah dalam Pembunuhan Anak). Majalah Mabani Fiqhi Huquq Islami. Nomor 7, Musim Semi dan Panas 1390 HS.
  • Jamsyidi Rad, Muhammad Shadiq, Maryam Weisi. "Lozum-e Baznegari dar Hokm-e Adam-e Ejray-e Qishas-e Pedar dar Qatl-e Amdi-e Farzand az Majray-e Feqh-e Puya wa Eslah-e Qanun-e Mojazat-e Eslami" (Perlunya Peninjauan Kembali Hukum Tidak Dilaksanakannya Qishas Ayah dalam Pembunuhan Sengaja Anak Melalui Fikih Dinamis dan Reformasi UU Hukuman Islam). Majalah Pazhuheshnameh Novin Fiqhi Huquqi Zanan wa Khanevadeh. Nomor 16, Musim Gugur 1400 HS.
  • Javanmard, Muhammad dan Taha Asyayeri, Elham Abbasi. "Barresi-ye Avamel-e Ejtema'i-Farhangi-ye Moasser bar Qatl-haye Namusi" (Kajian Faktor Sosial-Budaya yang Berpengaruh pada Pembunuhan Demi Kehormatan). Majalah Faslnameh Madadkari Ijtimai. Periode 9, Nomor 3, 1399 HS.
  • Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. Al-Kafi. Peneliti dan Korektor: Ali Akbar Ghaffari, Muhammad Akhundi. Tehran, Dar al-Kutub al-Islamiyyah, Cetakan Keempat, 1407 H.
  • Makarim Syirazi, Nashir. Istifta'at Jadid. Peneliti dan Korektor: Abul Qasim Alian Nejadi. Qom: Penerbit Madrasah Imam Ali bin Abi Thalib as. Cetakan Kedua, 1427 H.
  • Makarim Syirazi, Nashir. Kitab an-Nikah. Pengumpul: Muhammad Reza Hamedi. Qom: Madrasah al-Imam Ali bin Abi Thalib, 1424 H.
  • Muassasah Da'irah al-Ma'arif Fiqh Islami. Mausu'ah al-Fiqh al-Islami al-Muqaran. Qom: Muassasah Da'irah al-Ma'arif Fiqh Islami bar Mazhab Ahlulbait, di bawah pengawasan Mahmud Syahrudi, 1432 H.
  • Mudarrisi, Sayid Muhammad Taqi. Al-Fiqh al-Islami (Ar-Risalah al-Amaliyyah). Beirut: Markaz al-Ashr, Cetakan Kesembilan, 1431 H.
  • Muhaddits Nuri, Husain. Mustadrak al-Wasa'il wa Mustanbath al-Masa'il. Qom: Muassasah Alu al-Bait as. Cetakan Pertama, 1408 H.
  • Muhaqqiq Hilli, Najmuddin Ja'far bin Hasan. Syara'i al-Islam fi Masa'il al-Halal wa al-Haram. Peneliti dan Korektor: Abdul Husain Baqqal. Qom: Muassasah Ismailiyan. Cetakan Kedua, 1408 H.
  • Muradi, Maitsam. "Qishas-e Pedar Tavassot-e Farzandi ke Vali-ye Dam Ast" (Qishas Ayah oleh Anak yang Menjadi Wali Darah). *Rasa'il*. Tahun 6, Nomor 1, Musim Gugur dan Dingin 1399 HS.
  • Najafi, Muhammad Hasan. Jawahir al-Kalam fi Syarh Syara'i al-Islam. Peneliti dan Korektor: Abbas Quchani, Ali Akhundi. Beirut: Dar Ihya at-Turats al-Arabi, Cetakan Ketujuh, 1404 H.
  • Ruhani, Muhammad Shadiq. Fiqh as-Shadiq. Qom: Ayin Danesh, 1435 H.
  • Syaikh Shaduq. Man La Yahdhuruhu al-Faqih. Peneliti dan Korektor: Ali Akbar Ghaffari. Qom: Penerbit Daftar Entesharat Eslami. Cetakan Kedua, 1413 H.
  • Syekh Thusi. Tahdzib al-Ahkam. Peneliti: Hasan Musavi Khursan. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyyah. Cetakan Keempat, 1407 H.
  • Syahid Tsani, Zainuddin bin Ali. Ar-Raudhah al-Bahiyyah fi Syarh al-Lum'ah ad-Dimasyqiyyah. Qom: Penerbit Daftar Tablighat Islami. Cetakan Pertama, 1412 H.
  • Zandi, Mahdi dan Muhsin Honarju. "Barresi-ye Chera'i-ye Adam-e Qishas-e Pedar, be Sabab-e Qatl-e Farzand dar Hoquq-e Keyfari-ye Iran; ba Tavajjoh be Jaygah-e Hoquq-e Kudakan" (Kajian Alasan Tidak Adanya Qishas Ayah karena Pembunuhan Anak dalam Hukum Pidana Iran; dengan Memperhatikan Kedudukan Hak Anak). Faslnameh Pasokh. Periode 8, Nomor 29, Khordad 1402 HS.
  • "Adam-e Ri'ayat-e Tanasob-e Jorm wa Mojazat dar Ta'yin-e Mojazat-e Ta'ziri-ye Qatl (2)" (Ketidaksesuaian Kejahatan dan Hukuman dalam Penetapan Hukuman Ta'zir Pembunuhan (2)). Lembaga Penelitian Dewan Garda. Tanggal Posting: 12 Bahman 1401 HS. Tanggal Akses: 12 Aban 1404 H.
  • "Qanun-e Mojazat-e Eslami" (Undang-Undang Hukuman Islam). Pusat Penelitian Majelis Syura Islami. Tanggal Akses: 12 Aban 1404 H.
  • "Qisas-e Qatl-e Farzand Tavassot-e Pedar ya Madar" (Qishas Pembunuhan Anak oleh Ayah atau Ibu). Situs Informasi Ayatullah Shani'i. Tanggal Akses: 12 Aban 1404 H.