Lompat ke isi

Hadis Makarim Akhlak: Perbedaan antara revisi

56 bita ditambahkan ,  22 Desember 2023
tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 20: Baris 20:
==Kedudukan==
==Kedudukan==
{{Akhlak-Vertikal}}
{{Akhlak-Vertikal}}
Hadis {{ia|إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَکَارِمَ الْاَخْلَاق‏ }} “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak [dan mengajarkannya]”.<ref>Hakimi & tim, ''al-Hayāh'', penerjemah: Ahmad Aram, jld. 6, hlm. 675.</ref> Hadis ini dikenal dengan hadis Makarim al-Akhlak<ref>Aref Niya & Muhammadi, ''Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq'', majalah Hadis Wa Andisye, vol. 30, hlm. 128.</ref> atau Hadis Tatmim.<ref>Hadi, ''Makārim al-Akhlāq: Pazuhesyi Peiramun-e Rewayat-e Tatmim-e Makarem-e Akhlak'', jurnal Akhlak, vol. 5-6, hlm. 314.</ref> Hadis ini diriwayatkan dari Nabi Muhammad saw.<ref>Thabrasi, ''Majma' al-Bayān'', jld. 10, hlm. 500.</ref> Mengacu pada hadis ini, Salah satu tujuan utama pengutusan Nabi saw adalah menyempurnakan dan mengajarkan Makarim al-Akhlak.<ref>Narraqi, ''Mi'rāj as-Sa'ādah'', hlm. 107; Makarim Syirazi, ''Tafsir-e Nemune'', jld. 24, hlm. 379.</ref> Selain itu, hadis ini juga  mengungkapkan pentingnya masalah moral dalam Islam.<ref>Ali Nezad, ''Tafawut-e Makarem-e Akhlaq Ba Mahasen-e Akhlaq'', majalah Yayasan Tabligh-e Hauze-e Ilmiye-e Qom, hlm. 6.</ref>
Hadis {{ia|إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَکَارِمَ الْاَخْلَاق‏ }} “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak [dan mengajarkannya]”.<ref>Hakimi & tim, ''al-Hayāh'', penerjemah: Ahmad Aram, jld. 6, hlm. 675.</ref> Hadis ini dikenal dengan hadis Makarim al-Akhlak<ref>Aref Niya & Muhammadi, ''Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq'', majalah Pazuhesy Name-e Akhlaq, no. 14, vo. 53, 128.</ref> atau Hadis Tatmim.<ref>Hadi, ''Makārim al-Akhlāq: Pazuhesyi Peiramun-e Rewayat-e Tatmim-e Makarem-e Akhlak'', jurnal Akhlak, vol. 5-6, hlm. 314.</ref> Hadis ini diriwayatkan dari Nabi Muhammad saw.<ref>Thabrasi, ''Majma' al-Bayān'', jld. 10, hlm. 500.</ref> Mengacu pada hadis ini, Salah satu tujuan utama pengutusan Nabi saw adalah menyempurnakan dan mengajarkan Makarim al-Akhlak.<ref>Narraqi, ''Mi'rāj as-Sa'ādah'', hlm. 107; Makarim Syirazi, ''Tafsir-e Nemune'', jld. 24, hlm. 379.</ref> Selain itu, hadis ini juga  mengungkapkan pentingnya masalah moral dalam Islam.<ref>Ali Nezad, ''Tafawut-e Makarem-e Akhlaq Ba Mahasen-e Akhlaq'', majalah Yayasan Tabligh-e Hauze-e Ilmiye-e Qom, hlm. 6.</ref>


==Tafsir Hadis yang Berbeda-beda==
==Tafsir Hadis yang Berbeda-beda==
Berikut adalah beberapa penafsiran terkait hadis Makarim al-Akhlak:
Berikut adalah beberapa penafsiran terkait hadis Makarim al-Akhlak:


Murtadha Mutthahhari, seorang ulama Islam dan penulis Syiah, berpendapat bahwa dapat dipahami dari hadis ini bahwa misi Nabi saw adalah membentuk spirit, akhlak, dan pendidikan umat, serta memiliki aspek emosional, dan menggerakkan, bukan  hanya aspek ilmiah dan keilmuan saja. Berbeda dengan akhlak Socrates yang bertumpu pada kebajikan dan kaidah akal serta hanya mempertimbangkan dimensi rasional. Karena alasan ini, ia kering, dan tetap tak bergerak.<ref>Mutahhari, ''Yad Dasytha-e Ustad'', jld. 6, hlm. 478.</ref>
Murtadha Mutthahhari, seorang ulama Islam dan penulis Syiah, berpendapat bahwa dapat dipahami dari hadis ini bahwa misi Nabi saw adalah membentuk spirit, akhlak, dan pendidikan umat, serta memiliki aspek emosional, dan menggerakkan, bukan  hanya aspek ilmiah dan keilmuan saja. Berbeda dengan akhlak Socrates yang bertumpu pada kebajikan dan kaidah akal serta hanya mempertimbangkan dimensi rasional. Karena alasan ini, ia kering, dan tetap tak bergerak.<ref>Mutahhari, ''Yaddasytha-e Ustad'', jld. 6, hlm. 478.</ref>


Menurut Ibnu Arabi seorang ‘arif dan mufasir Ahlusunah (560-638 H), di antara para nabi, masing-masing mempunyai kapasitas yang lebih besar dalam menerima keutamaan<ref>Ibn Arabi, ''Tafsīr Ibn 'Arabī'', jld. 2, hlm. 84.</ref> dan nabi-nabi yang diutus setelahnya memiliki semua sifat dan kesempurnaan nabi-nabi terdahulu. Oleh karena itu, Nabi saw memiliki kapasitas untuk menyempurnakan Makarim al-Akhlak.<ref>Ibn Arabi, ''Tafsīr Ibn 'Arabī'', jld. 1, hlm. 395.</ref>
Menurut Ibnu Arabi seorang ‘arif dan mufasir Ahlusunah (560-638 H), di antara para nabi, masing-masing mempunyai kapasitas yang lebih besar dalam menerima keutamaan<ref>Ibn Arabi, ''Tafsīr Ibn 'Arabī'', jld. 2, hlm. 84.</ref> dan nabi-nabi yang diutus setelahnya memiliki semua sifat dan kesempurnaan nabi-nabi terdahulu. Oleh karena itu, Nabi saw memiliki kapasitas untuk menyempurnakan Makarim al-Akhlak.<ref>Ibn Arabi, ''Tafsīr Ibn 'Arabī'', jld. 1, hlm. 395.</ref>


Sebagian peneliti juga berpendapat bahwa mencapai keutamaan akhlak bukanlah satu-satunya tujuan pengutusan Nabi saw.<ref>Aref Niya & Muhammadi, ''Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq'', majalah Hadis Wa Andisye, vol. 30, hlm. 141.</ref> Karena pengutusan Nabi saw, memiliki banyak tujuan lainnya seperti berpolitik, memimpin masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah mereka.<ref>Hadi, ''Makārim al-Akhlāq: Pazuhesyi Peiramun-e Rewayat-e Tatmim-e Makarem-e Akhlak'', jurnal Akhlak, vol. 5-6, hlm. 322; Aref Niya & Muhammadi, ''Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq'', majalah Hadis Wa Andisye, vol. 30, hlm. 141.</ref>  
Sebagian peneliti juga berpendapat bahwa mencapai keutamaan akhlak bukanlah satu-satunya tujuan pengutusan Nabi saw.<ref>Aref Niya & Muhammadi, ''Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq'', majalah Pazuhesy Name-e Akhlaq, no. 14, vo. 53, hlm. 141.</ref> Karena pengutusan Nabi saw, memiliki banyak tujuan lainnya seperti berpolitik, memimpin masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah mereka.<ref>Hadi, ''Makārim al-Akhlāq: Pazuhesyi Peiramun-e Rewayat-e Tatmim-e Makarem-e Akhlak'', jurnal Akhlak, vol. 5-6, hlm. 322; Aref Niya & Muhammadi, ''Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq'', majalah Pazuhesy Name-e Akhlaq, no. 14, vo. 53, hlm. 141.</ref>  


Mengingat hal tersebut, berikut adalah beberapa kemungkinan yang disebutkan dalam memaknai hadis tersebut:  
Mengingat hal tersebut, berikut adalah beberapa kemungkinan yang disebutkan dalam memaknai hadis tersebut:  


*Hadis ini menjelaskan bahwa menyempurnakan akhlak hanyalah tugas Nabi saw dan tidak ada nabi lain yang diutus untuk hal ini. Dengan kata lain diantara para nabi hanya Nabi Muhammad saw yang diutus untuk menyempurnakan akhlak.<ref>Aref Niya & Muhammadi, ''Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq'', majalah Hadis Wa Andisye, vol. 30, hlm. 141.</ref>
*Hadis ini menjelaskan bahwa menyempurnakan akhlak hanyalah tugas Nabi saw dan tidak ada nabi lain yang diutus untuk hal ini. Dengan kata lain diantara para nabi hanya Nabi Muhammad saw yang diutus untuk menyempurnakan akhlak.<ref>Aref Niya & Muhammadi, ''Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq'', majalah Pazuhesy Name-e Akhlaq, no. 14, vo. 53, hlm. 141.</ref>


*Hal ini dimaksudkan untuk membedakan makarim al-akhlak dengan keutamaan akhlak lainnya; Artinya, Nabi saw diutus untuk melengkapi keutamaan akhlak, yaitu sifat akhlak yang paling tinggi.<ref>Hadi, ''Makārim al-Akhlāq: Pazuhesyi Peiramun-e Rewayat-e Tatmim-e Makarem-e Akhlak'', jurnal Akhlak, vol. 5-6, hlm. 333.</ref>
*Hal ini dimaksudkan untuk membedakan makarim al-akhlak dengan keutamaan akhlak lainnya; Artinya, Nabi saw diutus untuk melengkapi keutamaan akhlak, yaitu sifat akhlak yang paling tinggi.<ref>Hadi, ''Makārim al-Akhlāq: Pazuhesyi Peiramun-e Rewayat-e Tatmim-e Makarem-e Akhlak'', jurnal Akhlak, vol. 5-6, hlm. 333.</ref>


*Sebab dan tujuan utama pengutusan adalah menyempurnakan akhlak, dan alasan ini menjadi landasan sebab-sebab dan aspek-aspek lain dari pengutusan tersebut.<ref>Aref Niya & Muhammadi, ''Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq'', majalah Hadis Wa Andisye, vol. 30, hlm. 143.</ref>
*Sebab dan tujuan utama pengutusan adalah menyempurnakan akhlak, dan alasan ini menjadi landasan sebab-sebab dan aspek-aspek lain dari pengutusan tersebut.<ref>Aref Niya & Muhammadi, ''Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq'', majalah Pazuhesy Name-e Akhlaq, no. 14, vo. 53, hlm. 143.</ref>


==Jalur Periwayatan==
==Jalur Periwayatan==
Hadits Makaram al-Akhlaq diriwayatkan dalam sumber Syiah dan Sunni:
Hadits Makaram al-Akhlaq diriwayatkan dalam sumber Syiah dan Sunni:


Di antara sumber-sumber Syiah, ''al-Risalah al-Alawiyyah''<ref>Karaji, ''ar-Risālah al-'Alawiyyah'', hlm. 11.</ref> yang ditulis oleh Muhammad bin Ali Karajaki (w. 449 H) dan ''Tafsir Majma’ al-Bayan''<ref>Thabrasi, ''Majma' al-Bayān'', jld. 10, hlm. 500.</ref> yang ditulis oleh Fadhl bin Hasan Thabarsi (w. 548 H) dianggap sebagai sumber tertua yang meriwayatkan hadis Makarim al-Akhlak.<ref>Aref Niya & Muhammadi, ''Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq'', majalah Hadis Wa Andisye, vol. 30, hlm. 105.</ref> Selain itu, Hasan bin Fadhl Thabarsi dalam pendahuluan kitab Makarim al-Akhlaq menjelaskan hadis ini tanpa menyebutkan jalur periwayatannya.<ref>Thabrasi, ''Makārim al-Akhlāq'', hlm. 8.</ref>
Di antara sumber-sumber Syiah, ''al-Risalah al-Alawiyyah''<ref>Karajki, ''ar-Risālah al-'Alawiyyah'', hlm. 11.</ref> yang ditulis oleh Muhammad bin Ali Karajaki (w. 449 H) dan ''Tafsir Majma’ al-Bayan''<ref>Thabrasi, ''Majma' al-Bayān'', jld. 10, hlm. 500.</ref> yang ditulis oleh Fadhl bin Hasan Thabarsi (w. 548 H) dianggap sebagai sumber tertua yang meriwayatkan hadis Makarim al-Akhlak.<ref>Aref Niya & Muhammadi, ''Barresi-e Sanadi Hadis-e Makārim al-Akhlāq'', majalah Hadis Wa Andisye, vol. 30, hlm. 105.</ref> Selain itu, Hasan bin Fadhl Thabarsi dalam pendahuluan kitab Makarim al-Akhlaq menjelaskan hadis ini tanpa menyebutkan jalur periwayatannya.<ref>Thabrasi, ''Makārim al-Akhlāq'', hlm. 8.</ref>


Tentu saja hadis ini juga disebutkan dalam sumber lain dengan ungkapan dan kutipan yang berbeda: dalam ''Fiqh al-Ridha'' dengan kalimat {{ia| بُعِثتُ بِمَکارِمِ الاَخلاق}}<ref>Dinisbatkan ke Imam Ali ar-Ridha (as), ''Fiqh ar-Ridhā (as)'', hlm. 353.</ref> dan dalam kitab ''Amali'' yang ditulis oleh Syekh Thusi (460- 385 H) dengan kalimat {{ia| بُعِثتُ بِمَکارِمِ الاَخلاقِ و مَحَاسِنِها}}.<ref>Thusi, ''al-Āmālī,'' hlm. 596.</ref>
Tentu saja hadis ini juga disebutkan dalam sumber lain dengan ungkapan dan kutipan yang berbeda: dalam ''Fiqh al-Ridha'' dengan kalimat {{ia| بُعِثتُ بِمَکارِمِ الاَخلاق}}<ref>Dinisbatkan ke Imam Ali ar-Ridha (as), ''Fiqh ar-Ridhā (as)'', hlm. 353.</ref> dan dalam kitab ''Amali'' yang ditulis oleh Syekh Thusi (460- 385 H) dengan kalimat {{ia| بُعِثتُ بِمَکارِمِ الاَخلاقِ و مَحَاسِنِها}}.<ref>Thusi, ''al-Āmālī,'' hlm. 596.</ref>
Baris 48: Baris 48:
Di antara sumber Sunni, Baihaqi (w. 458 H) meriwayatkan riwayat ini dalam kitab ''Sunan al-Kubro'' dengan menyebutkan rantai sanad dari Abu Hurairah dari Nabi saw.<ref>Baihaqi, ''as-Sunan al-Kubrā,'' jld. 10, hlm. 323.</ref> Juga, Malik bin Anas (93-179 H),<ref>Malik bin Anas, ''al-Muwattha','' jld. 5, hlm. 1330.</ref> Ahmad bin Hanbal (164-241 H)<ref>Ahmad bin Hanbal, ''Musnad Ahmad,'' jld. 14, hlm. 512-513.</ref> dan Muhammad bin Ismail Bukhari (194-256 H),<ref>Al-Bukhari, ''al-Adab al-Mufrad,'' hlm. 104.</ref> menyebutkan hadis ini dengan kata-kata serupa dalam kitab-kitab mereka.  
Di antara sumber Sunni, Baihaqi (w. 458 H) meriwayatkan riwayat ini dalam kitab ''Sunan al-Kubro'' dengan menyebutkan rantai sanad dari Abu Hurairah dari Nabi saw.<ref>Baihaqi, ''as-Sunan al-Kubrā,'' jld. 10, hlm. 323.</ref> Juga, Malik bin Anas (93-179 H),<ref>Malik bin Anas, ''al-Muwattha','' jld. 5, hlm. 1330.</ref> Ahmad bin Hanbal (164-241 H)<ref>Ahmad bin Hanbal, ''Musnad Ahmad,'' jld. 14, hlm. 512-513.</ref> dan Muhammad bin Ismail Bukhari (194-256 H),<ref>Al-Bukhari, ''al-Adab al-Mufrad,'' hlm. 104.</ref> menyebutkan hadis ini dengan kata-kata serupa dalam kitab-kitab mereka.  


Beberapa peneliti, mengingat banyaknya riwayat hadis ini dengan kata-kata dan sanad yang berbeda dalam sumber Syiah dan Sunni, menganggapnya sebagai mutawatir maknawi atau setidaknya memiliki istifadhah maknawi dan diterima di kalangan ulama.<ref>Aref Niya & Muhammadi, ''Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq'', majalah Hadis Wa Andisye, vol. 30, hlm. 120.</ref>
Beberapa peneliti, mengingat banyaknya riwayat hadis ini dengan kata-kata dan sanad yang berbeda dalam sumber Syiah dan Sunni, menganggapnya sebagai mutawatir maknawi atau setidaknya memiliki istifadhah maknawi dan diterima di kalangan ulama.<ref>Aref Niya & Muhammadi, ''Barresi-e Sanadi Hadis-e Makārim al-Akhlāq'', majalah Hadis Wa Andisye, vol. 30, hlm. 120.</ref>


==Contoh-contoh Makarim al-Akhlak==
==Contoh-contoh Makarim al-Akhlak==
confirmed
309

suntingan