Lompat ke isi

Keutamaan Sayidah Fatimah sa: Perbedaan antara revisi

Baris 20: Baris 20:
  ابْنَتِي‏ فَاطِمَةُ فَإِنَّهَا سَيِّدَةُ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ‏ مِنَ الْأَوَّلِينَ وَ الْآخِرِينَ وَ هِيَ بَضْعَةٌ مِنِّي وَ هِيَ نُورُ عَيْنِي وَ هِيَ ثَمَرَةُ فُؤَادِي وَ
  ابْنَتِي‏ فَاطِمَةُ فَإِنَّهَا سَيِّدَةُ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ‏ مِنَ الْأَوَّلِينَ وَ الْآخِرِينَ وَ هِيَ بَضْعَةٌ مِنِّي وَ هِيَ نُورُ عَيْنِي وَ هِيَ ثَمَرَةُ فُؤَادِي وَ
  هِيَ رُوحِيَ الَّتِي بَيْنَ جَنْبَيَّ وَ هِيَ الْحَوْرَاءُ الْإِنْسِيَّة
  هِيَ رُوحِيَ الَّتِي بَيْنَ جَنْبَيَّ وَ هِيَ الْحَوْرَاءُ الْإِنْسِيَّة
"Putriku Fatimah, dia adalah penghulu semua perempuan di seluruh alam dari dulu sampai nanti yang pertama dan yang terakhir, dia bagian dari diriku, ia cahaya mataku, buah hati dan jiwaku, dialah bidadari manusia.[14]
"Putriku Fatimah, dia adalah penghulu semua perempuan di seluruh alam dari dulu sampai nanti yang pertama dan yang terakhir, dia bagian dari diriku, ia cahaya mataku, buah hati dan jiwaku, dialah bidadari manusia.<ref> Syekh Shaduq, ''al-Amali'', hlm. 113; Hamawi Juwaini, ''Faraid al-Simthain'', jld. 2, hlm. 35; Thabari Amali, ''Bisyarah al-Musthafa'', hlm. 198 </ref>
Kebajikan-kebajikan Al-Qur'an adalah sebagian dari keutamaan Sayidah Az- Zahra SA, yang menurut Syiah, berasal dari Al-Qur'an dan mengacu pada ayat-ayat yang menunjukkan keutamaan dan keistimewaanya.[15]  Beberapa keutamaan tersebut adalah:
Kebajikan-kebajikan Al-Qur'an adalah sebagian dari keutamaan Sayidah Az- Zahra SA, yang menurut Syiah, berasal dari Al-Qur'an dan mengacu pada ayat-ayat yang menunjukkan keutamaan dan keistimewaanya.<ref> Rafi'i Muhammadi dan Shalihabadi, ''Manaqib wa Karamat Fatimah (s)'', hlm. 172 </ref> Beberapa keutamaan tersebut adalah:
* Kesucian  dan kema’suman  berdasarkan ayat  Ath-Thathir : Menurut  riwayat  Syiah[16] dan Ahlusunnah,[17] misdak  Ahl al-Bayt  As. dalam ayat  thathir, yang mengacu pada kehendak Tuhan atas kesucian  Ahl al-Bayt  As.  dari semua dosa dan keburukan, mereka ashabul kisa’ dan Sayidah Zahra adalah salah satunya.  Para ulama Syiah telah mengutip ayat ini untuk membuktikan kema’shuman Sayiidah Fatimah Sa.[18]
* Kesucian  dan kema’suman  berdasarkan ayat  Ath-Thathir : Menurut  riwayat  Syiah<ref> Qummi, ''Tafsir al-Qummi'', jld. 2, hlm. 193; Kulaini, ''al-Kafi'', jld. 1, hlm. 287; Syekh Thusi, ''al-Amali'', hlm. 448 & 449; Bahrani, ''Ghayah al-Maram'', jld. 3, hlm. 193-211 </ref> dan Ahlusunnah,<ref> Muslim Neisyaburi, ''Shahih Muslim'', jld. 4, hlm. 1883, hadits no. 61; Tirmidzi, ''Sunan Tirmidzi'', jld. 5, hlm. 351 & 352 & 663; Thabari, ''Tafsir Thabari'', jld. 22, hlm. 5-7; Fakhr Razi, ''al-Tafsir al-Kabir'', jld. 8, hlm. 247 </ref>misdak  Ahl al-Bayt  As. dalam ayat  thathir, yang mengacu pada kehendak Tuhan atas kesucian  Ahl al-Bayt  As.  dari semua dosa dan keburukan, mereka ashabul kisa’ dan Sayidah Zahra adalah salah satunya.  Para ulama Syiah telah mengutip ayat ini untuk membuktikan kema’shuman Sayiidah Fatimah Sa.<ref> Syekh Mufid, ''al-Fusul al-Mukhtarah'', hlm. 88; Sayid Murtadha, ''al-Syafi fi al-Imamah'', jld. 4, hlm. 95; Thabarsi, ''I'lam al-Wara'', jld. 1, hlm. 293; Majlisi, ''bihar al-Anwar'', jld. 29, hlm. 335 </ref>
* Satu-satunya wanita terpilih dalam kisah Mubahalah: berdasarkan pendapat ahli tafsir Syiah [19] dan Ahlusunnah, [20] turunnya ayat Mubahalah dalam kisah Mubahalah Nabi saw dengan orang-orang Nasrani Najran ayat ini turun dikhususkan untuk ashabul kisa’  dan arti "Nisaana" dalam ayat itu adalah Sayidah Zahra Sa. Thabarsi, penulis Tafsir al-Majma al-Bayan, mengklaim kesepakatan ijma mengenai hal ini dan menganggap ayat Mubahalah sebagai dalil keutamaan Sayidah Fatimah Sa. atas semua wanita.[21] Jarallah Zamakhshari, salah satu tokoh terkemuka Ulama Ahlusunnah, juga menganggap ayat Mubahlah sebagai bukti keutamaan yang paling kuat, dan menganggap keutamaan para Ashabul kisa’.[22][Catatan 1]
* Satu-satunya wanita terpilih dalam kisah Mubahalah: berdasarkan pendapat ahli tafsir Syiah<ref> Qummi, ''Tafsir al-Qummi'', jld. 1, hlm. 104; Kufi, ''Tafsir Furrat al-Kufi'', hlm. 86-89; Syekh Thusi, ''al-Tibyan fi Tafsir al-Quran'', jld. 2, hlm. 485 </ref> dan Ahlusunnah,<ref> Wahidi, ''Asbab al-Nuzul al-Quran'', hlm. 107; Zamakhsyari, ''al-Kasyaf'', jld. 1, hlm. 370; Fakhr Razi, ''al-Tafsir al-Kabir'', jld. 8, hlm. 247 </ref> turunnya ayat Mubahalah dalam kisah Mubahalah Nabi saw dengan orang-orang Nasrani Najran ayat ini turun dikhususkan untuk ashabul kisa’  dan arti "Nisaana" dalam ayat itu adalah Sayidah Zahra Sa. Thabarsi, penulis Tafsir al-Majma al-Bayan, mengklaim kesepakatan ijma mengenai hal ini dan menganggap ayat Mubahalah sebagai dalil keutamaan Sayidah Fatimah Sa. atas semua wanita.[21] Jarallah Zamakhshari, salah satu tokoh terkemuka Ulama Ahlusunnah, juga menganggap ayat Mubahlah sebagai bukti keutamaan yang paling kuat, dan menganggap keutamaan para Ashabul kisa’.[22][Catatan 1]
* Misdaq  pengorbanan  dalam ayat Atha’am:  Menurut ayat Atha’am, perbuatan baik (pengorbanan)  adalah mereka yang meskipun membutuhkan makanan, memberikannya kepada fakir miskin, anak yatim dan tawanan karena Allah.[23]  oleh karena itu  Menurut  riwayat , ayat ini turun  karena  pengorbanan  Imam Ali As. Dan Sayidah  Zahra Sa.[24]  Menurut hadits, Ali As. dan Fatimah Sa. berpuasa selama tiga hari karena penyembuhan penyakit Hasanain As.  dan setiap tiga hari berbuka puasa, meskipun mereka lapar, mereka memberikan makanan mereka kepada fakir miskin, anak yatim, dan tawanan.[25]
* Misdaq  pengorbanan  dalam ayat Atha’am:  Menurut ayat Atha’am, perbuatan baik (pengorbanan)  adalah mereka yang meskipun membutuhkan makanan, memberikannya kepada fakir miskin, anak yatim dan tawanan karena Allah.[23]  oleh karena itu  Menurut  riwayat , ayat ini turun  karena  pengorbanan  Imam Ali As. Dan Sayidah  Zahra Sa.[24]  Menurut hadits, Ali As. dan Fatimah Sa. berpuasa selama tiga hari karena penyembuhan penyakit Hasanain As.  dan setiap tiga hari berbuka puasa, meskipun mereka lapar, mereka memberikan makanan mereka kepada fakir miskin, anak yatim, dan tawanan.[25]
* Kewajiban cinta dalam ayat Muwaddat:  Dalam ayat Muwaddat, pahala risalah Nabi Saw.  adalah "Mudat al-Qurba". Menurut  Makarim Shirazi, seorang ahli tafsir Al-Qur'an, menurut semua ahli tafsir Syiah, mawaddat al- qurba adalah kecintaan  kepada Ahl al-Bayt Nabi Saw. [26] dan berdasarkan sumber Syiah [27] dan Ahlusunnah [28] Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa yang dimaksud Dari al-Qurba yaitu Ali, Fatimah, Hasan dan Husein.  Menurut Fakhru Razi, salah satu ulama Ahlusunnah pada abad ke-6H, ayat Mawaddat menunjukkan kewajiban untuk mencintai dan tunduk kepada Ali, Fatimah, dan Hasanain.[29]
* Kewajiban cinta dalam ayat Muwaddat:  Dalam ayat Muwaddat, pahala risalah Nabi Saw.  adalah "Mudat al-Qurba". Menurut  Makarim Shirazi, seorang ahli tafsir Al-Qur'an, menurut semua ahli tafsir Syiah, mawaddat al- qurba adalah kecintaan  kepada Ahl al-Bayt Nabi Saw. [26] dan berdasarkan sumber Syiah [27] dan Ahlusunnah [28] Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa yang dimaksud Dari al-Qurba yaitu Ali, Fatimah, Hasan dan Husein.  Menurut Fakhru Razi, salah satu ulama Ahlusunnah pada abad ke-6H, ayat Mawaddat menunjukkan kewajiban untuk mencintai dan tunduk kepada Ali, Fatimah, dan Hasanain.[29]
1.948

suntingan