Pengguna anonim
Penyerangan Rumah Fatimah Zahra sa: Perbedaan antara revisi
Penyerangan Rumah Fatimah Zahra sa (lihat sumber)
Revisi per 25 Januari 2023 16.12
, 25 Januari 2023tidak ada ringkasan suntingan
imported>Hinduwan Tidak ada ringkasan suntingan |
imported>Hinduwan Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 14: | Baris 14: | ||
'''Penyerangan Rumah Fatimah Zahra sa''' adalah peristiwa yang mengacu pada kedatangan [[Umar bin Khattab]] bersama teman-temanya di depan rumah [[Sayidah Fatimah az-Zahra sa]] untuk memaggil [[Imam Ali as]] dan orang-orang yang hadir dalam rumah tersebut agar berbaiat kepada [[Abu Bakar]]. Berbagai sumber, baik dari [[Syiah]] maupun dari Sunni meriwayatkan bahwa peristiwa ini terjadi setelah wafatnya Rasulullah saw (28 Shafar 11 H), Umar bin Khattab mengancam bahwa jika para penghuni rumah tidak keluar maka ia akan membakar rumah tersebut. | '''Penyerangan Rumah Fatimah Zahra sa''' adalah peristiwa yang mengacu pada kedatangan [[Umar bin Khattab]] bersama teman-temanya di depan rumah [[Sayidah Fatimah az-Zahra sa]] untuk memaggil [[Imam Ali as]] dan orang-orang yang hadir dalam rumah tersebut agar berbaiat kepada [[Abu Bakar]]. Berbagai sumber, baik dari [[Syiah]] maupun dari Sunni meriwayatkan bahwa peristiwa ini terjadi setelah wafatnya Rasulullah saw (28 Shafar 11 H), Umar bin Khattab mengancam bahwa jika para penghuni rumah tidak keluar maka ia akan membakar rumah tersebut. | ||
Dalam kitab ''Sulaim bin Qays'', ''Itsbat al-Washiyyah'' dan ''Tafsir al-'Ayyasyi'' sebagai sumber pertama dalam mazhab | Dalam kitab ''Sulaim bin Qays'', ''Itsbat al-Washiyyah'' dan ''Tafsir al-'Ayyasyi'' sebagai sumber pertama dalam mazhab Syiah menyebutkan bahwa peristiwa ini yang berakhir dengan pendobrakan dan pembakaran pintu rumah menyebabkan janin yang dikandung Sayidah Fatimah sa yang bernama Muhsin keguguran dan selang beberapa waktu setelah kejadian tersebut, Sayidah Fatimah sa menyambut panggilan Allah swt. | ||
Sumber-sumber [[Ahlusunah]] mengingkari peristiwa pembakaran pintu rumah dan tidak mengakui bahwa Sayidah Fatimah sa terluka pada insiden tersebut bahkan mereka justru menuduh para perawi riwayat tersebut sebagai seorang [[Rafidhi]]. | Sumber-sumber [[Ahlusunah]] mengingkari peristiwa pembakaran pintu rumah dan tidak mengakui bahwa Sayidah Fatimah sa terluka pada insiden tersebut bahkan mereka justru menuduh para perawi riwayat tersebut sebagai seorang [[Rafidhi]]. | ||
Baris 27: | Baris 27: | ||
Peristiwa penyerangan ke rumah Sayidah Fatimah az-Zahra sa terjadi setelah Peristiwa [[Saqifah Bani Sa'idah]] dan dengan tujuan mengambil baiat dari Imam Ali as untuk kepemimpinan Abu Bakar <ref>Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsah, jld. 1, hal. 30-31.</ref>, yang menyebabkan kesyahidan Sayidah Fatimah az-Zahra sa <ref>Thabari Imami, ''Dalā'il al-Imāmah, hal. 134.</ref>. Peristiwa ini merupakan salah satu dari beberapa masalah yang mempengaruhi hubungan Syiah dan Sunni. | Peristiwa penyerangan ke rumah Sayidah Fatimah az-Zahra sa terjadi setelah Peristiwa [[Saqifah Bani Sa'idah]] dan dengan tujuan mengambil baiat dari Imam Ali as untuk kepemimpinan Abu Bakar <ref>Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsah, jld. 1, hal. 30-31.</ref>, yang menyebabkan kesyahidan Sayidah Fatimah az-Zahra sa <ref>Thabari Imami, ''Dalā'il al-Imāmah, hal. 134.</ref>. Peristiwa ini merupakan salah satu dari beberapa masalah yang mempengaruhi hubungan Syiah dan Sunni. | ||
Sebagian sumber-sumber pertama dalam mazhab | Sebagian sumber-sumber pertama dalam mazhab Ahlulbait seperti Kitab ''Sulaim'', ''Itsbat al-Washiyah'', ''Tafsir 'Ayasyi'' dan ''Dalail al-Imamah'' mencatat peristiwa penyerangan tersebut dan pesan-pesan yang terdapat didalamnya. <ref>Sulaim bin Qays, ''Kitāb Sulaim bin Qays,'' jld. 1, hal. 150; Mas'udi, ''Itsbāt al-Washiyyah,'' jld. 1, hal. 146; 'Ayyasyi, ''Tafsīr al-'Ayyāsyī,'' jld. 2, hal. 67.</ref> Sebaliknya dalam sumber-sumber Ahlusunah mengingkari peristiwa pembakaran pintu rumah Sayidah Fatimah az-Zahra dan peristiwa gugurnya [[Muhsin bin Imam Ali as|Muhsin]] putra Sayidah Fatimah az-Zahra sa dan menganggap bahwa perawi riwayat tersebut adalah Rafidhi dan tidak dapat dipercaya.<ref>Safadi, ''al-Wāfī bi al-Wafayāt,'' jld. 6, hlm. 15; Dzahabi, ''Siar A'lām an-Nubalā', '' jld. 15, hlm. 578; Ibn Hajar Asqalani, ''Lisān al-Mīzān,'' jld. 1, hlm. 609.</ref> | ||
Para pencinta Ahlulbait Nabi saw mengadakan majelis duka setiap | Para pencinta [[Ahlulbait as|Ahlulbait]] Nabi saw mengadakan majelis duka setiap tahunnya untuk mengenang hari kesyahidan Sayidah Fatimah sa yang dinamakan [[Hari-hari Fatimiyah]].<ref>[https://www.irna.ir/photo/2652032/%D8%A7%DB%8C%D8%A7%D9%85-%D8%B4%DA%BE%D8%A7%D8%AF%D8%AA-%D8%AD%D8%B6%D8%B1%D8%AA-%D9%81%D8%A7%D8%B7%D9%85%D9%87-%D8%A7%D9%84%D8%B2%DA%BE%D8%B1%D8%A7-%D8%B3%D9%84%D8%A7%D9%85-%D8%A7%D9%84%D9%84%DB%81-%D8%B9%D9%84%DB%8C%DA%BE%D8%A7-%D8%AF%D8%B1-%D9%BE%D8%A7%DA%A9%D8%B3%D8%AA%D8%A7%D9%86 ''Ayyam-e Syahadat-e Hazrat-e Fateme-e az-Zahrā Salām Allāh 'Alaihā Dar Pakestan,''] Site IRNA; [http://tajik.irib.ir/persian/news/%D8%AA%D8%A7%D8%AC%DB%8C%DA%A9%D8%B3%D8%AA%D8%A7%D9%86/item/18271-%D9%85%D8%B1%D8%A7%D8%B3%D9%85-%D8%B3%D9%88%DA%AF%D9%88%D8%A7%D8%B1%DB%8C-%D8%B4%D9%87%D8%A7%D8%AF%D8%AA-%D8%AD%D8%B6%D8%B1%D8%AA-%D9%81%D8%A7%D8%B7%D9%85%D9%87-%D8%B3-%D8%AF%D8%B1-%D8%AC%D9%85%D9%87%D9%88%D8%B1%DB%8C-%D8%A2%D8%B0%D8%B1%D8%A8%D8%A7%DB%8C%D8%AC%D8%A7%D9%86-%D9%88-%D8%AA%D8%A7%D8%AC%DB%8C%DA%A9%D8%B3%D8%AA%D8%A7%D9%86 ''Marasem-e Suguwari-e Syahadat-e Hazrat-e Fateme (as) Dar Jumhuri-e Azarbeijan wa Tajikestan,''] Site Tajik IRIB; [[https://www.mehrnews.com/photo/3922514/%C2%AB%D9%85%D8%B1%D8%A7%D8%B3%D9%85 ''Suguwari-e Ayyam-e Fatemiyye Dar Markaz-e Eslami Hamburg,''] Site Mehr News].</ref> | ||
==Kedudukan Rumah Sayidah Fatimah sa dan Penghuninya== | ==Kedudukan Rumah Sayidah Fatimah sa dan Penghuninya== | ||
Terdapat | Terdapat sebuah riwayat dari Rasulullah saw yang dinukil dari periwayatan Syiah dan Sunni bahwa rumah Sayidah Fatimah az-Zahra sa dan Imam Ali as diperkenalkan sebagai contoh paling terbaik dari rumah-rumah yang disebutkan dalam [[alquran]] [[Surah An-Nur]] ayat 36: | ||
<center>{{ia|فِی بُیوتٍ أَذِنَ اللهُ أَن تُرْفَعَ وَیذْکرَ فِیهَا اسْمُهُ یسَبِّحُ لَهُ فِیهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ}}</center> | <center>{{ia|فِی بُیوتٍ أَذِنَ اللهُ أَن تُرْفَعَ وَیذْکرَ فِیهَا اسْمُهُ یسَبِّحُ لَهُ فِیهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ}}</center> | ||
<center>''Di rumah-rumah yang telah Allah izinkan untuk dimuliakan dan namanya disebutkan di dalamnya. Di rumah itu, mereka bertasbih kepadanya setiap pagi dan sore hari.''<ref>QS. Nur:36; As-Suyuthi, ''ad-Durr al-Mantsūr,'' jld. 6, hlm. 203; Arbil, ''Kasyf al-Ghummah,'' jld. 1, hlm. 313.</ref></center> | <center>''Di rumah-rumah yang telah Allah izinkan untuk dimuliakan dan namanya disebutkan di dalamnya. Di rumah itu, mereka bertasbih kepadanya setiap pagi dan sore hari.''<ref>QS. Nur:36; As-Suyuthi, ''ad-Durr al-Mantsūr,'' jld. 6, hlm. 203; Arbil, ''Kasyf al-Ghummah,'' jld. 1, hlm. 313.</ref></center> | ||
Baris 51: | Baris 51: | ||
Setelah peristiwa baiat selesai, Abu Bakar mendatangi sebagian sahabat yang belum berbaiat kepadanya.<ref>Ibn Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsah,'' jld. 1, hlm. 30-31.</ref> berdasarkan penukilan kitab ''al-Imamah wa al-Siyasah'' yang di nisbahkan kepada Ibnu Qutaibah bahwa Abu Bakar empat kali mengirim Umar dan Qunfuz ke rumah Sayidah Fatimah az-Zahra sa untuk meminta Imam Ali as dan orang-orang yang ada dalam rumah tersebut agar berbaiat kepada Abu Bakar.<ref>Ibn Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsah,'' jld. 1, hlm. 30-31.</ref> | Setelah peristiwa baiat selesai, Abu Bakar mendatangi sebagian sahabat yang belum berbaiat kepadanya.<ref>Ibn Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsah,'' jld. 1, hlm. 30-31.</ref> berdasarkan penukilan kitab ''al-Imamah wa al-Siyasah'' yang di nisbahkan kepada Ibnu Qutaibah bahwa Abu Bakar empat kali mengirim Umar dan Qunfuz ke rumah Sayidah Fatimah az-Zahra sa untuk meminta Imam Ali as dan orang-orang yang ada dalam rumah tersebut agar berbaiat kepada Abu Bakar.<ref>Ibn Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsah,'' jld. 1, hlm. 30-31.</ref> | ||
Berdasarkan periwayatan ini, pada kali pertama, setelah diancam oleh Umar, laki-laki yang ada di rumah selain Imam Ali as keluar dan berbaiat kepada Abu Bakar. Imam Ali as telah bersumpah bahwa sampai Alquran belum dikumpulkannya maka ia tidak akan keluar dari rumah. Abu Bakar pada kali kedua dan ketiga mengirim | Berdasarkan periwayatan ini, pada kali pertama, setelah diancam oleh Umar, laki-laki yang ada di rumah selain Imam Ali as keluar dan berbaiat kepada Abu Bakar. Imam Ali as telah bersumpah bahwa sampai Alquran belum dikumpulkannya maka ia tidak akan keluar dari rumah. Abu Bakar pada kali kedua dan ketiga mengirim [[Qunfudz]] ke rumah Sayidah Fatimah az-Zahra sa dan lagi-lagi ia tidak memperoleh jawaban positif dan pada kali keempat Umar bersama sekelompok orang mendatangi rumah Sayidah Fatimah sa dan membawa Imam Ali as keluar untuk menemui Abu Bakar.<ref>Ibn Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsah,'' jld. 1, hlm. 30-31.</ref> | ||
Menurut perkataan Muhammad Hadi Yusufi Gharawi peneliti sejarah Islam dan Tasayyu' Abu Bakar mengirim orang sebanyak tiga kali ke rumah Imam Ali as untuk memintanya berbaiat kepada Abu Bakar. Pada kali pertama dan kedua mereka ditolak dan pada kali ketiga Imam Ali as dipaksa keluar dari rumahnya untuk berbaiat kepada Abu Bakar.<ref>Yusufi Ghurawi, ''Tarikh-e Hujum Be Khane-e Hazrat-e Zahra,'' Majalah Pazuhesy, vol. 29, hlm. 14.</ref> | Menurut perkataan Muhammad Hadi Yusufi Gharawi peneliti sejarah [[Islam]] dan Tasayyu' Abu Bakar mengirim orang sebanyak tiga kali ke rumah Imam Ali as untuk memintanya berbaiat kepada Abu Bakar. Pada kali pertama dan kedua mereka ditolak dan pada kali ketiga Imam Ali as dipaksa keluar dari rumahnya untuk berbaiat kepada Abu Bakar.<ref>Yusufi Ghurawi, ''Tarikh-e Hujum Be Khane-e Hazrat-e Zahra,'' Majalah Pazuhesy, vol. 29, hlm. 14.</ref> | ||
Dalam kitab ''al-Ikhtishash'' yang dinisbahkan kepada [[Syekh al-Mufid]] tertulis bahwa ketika Imam Ali as dibawa menuju [[Masjid]], Zubair yang ada dalam rumah Sayidah Fatimah az-Zahra sa menghunuskan pedangnya dan berkata wahai putra-putra [[Abdul Mutthalib]]! Apakah kalian masih hidup, sementara Ali diperlakukan seperti ini? Ia menyerang Umar namun Khalid bin Walid melemparnya dengan batu sehingga pedangnya terlepas dari tangannya, lalu Umar mengambil pedang tersebut dan membenturkannya ke batu sampai pedang tersebut patah.<ref>Dinisbatkan kepada Syekh Mufid, ''al-Ikhtishāsh,'' hlm. 186.</ref> berdasarkan penukilan Thabari sebagai sejarawan abad ketiga, ketika Zubair keluar dari rumah Sayidah Fatimah az-Zahra sa, kakinya terpeleset sampai pedangnya terjatuh dari tangannya.<ref>Thabari, ''Tārīkh al-Umam wa al-Mulūk,'' jld. 3, hlm. 202.</ref> | Dalam kitab ''al-Ikhtishash'' yang dinisbahkan kepada [[Syekh al-Mufid]] tertulis bahwa ketika Imam Ali as dibawa menuju [[Masjid]], Zubair yang ada dalam rumah Sayidah Fatimah az-Zahra sa menghunuskan pedangnya dan berkata wahai putra-putra [[Abdul Mutthalib]]! Apakah kalian masih hidup, sementara Ali diperlakukan seperti ini? Ia menyerang Umar namun Khalid bin Walid melemparnya dengan batu sehingga pedangnya terlepas dari tangannya, lalu Umar mengambil pedang tersebut dan membenturkannya ke batu sampai pedang tersebut patah.<ref>Dinisbatkan kepada Syekh Mufid, ''al-Ikhtishāsh,'' hlm. 186.</ref> berdasarkan penukilan Thabari sebagai sejarawan abad ketiga, ketika Zubair keluar dari rumah Sayidah Fatimah az-Zahra sa, kakinya terpeleset sampai pedangnya terjatuh dari tangannya.<ref>Thabari, ''Tārīkh al-Umam wa al-Mulūk,'' jld. 3, hlm. 202.</ref> | ||
Baris 59: | Baris 59: | ||
Kemudian, mereka membawa Imam Ali as ke hadapan Abu Bakar dan mengancamnya bahwa jika tidak berbaiat maka akan dipenggal kepalanya.<ref>Ibn Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsah,'' jld. 1, hlm. 30-31.</ref> dalam kitab ''Sulaim ''tertulis bahwa Imam Ali berdebat dengan mereka yang ada dalam kumpulan tersebut dan mengingatkan perkataan Rasulullah saw di [[Peristiwa Ghadir|hari Ghadir]] dan di hari-hari lainnya kepada seluruh yang hadir di tempat tersebut berkaitan dengan kepemimpinannya sebagai pengganti Rasulullah saw, tetapi Abu Bakar berkata bahwa Rasulullah saw pernah bersabda bahwa kenabian dan kepemimpinan tidak akan berkumpul dalam ahlul baitnya.<ref>Sulaim bin Qais, ''Kitāb Sulaim bin Qais,'' jld. 1, hlm. 153-155.</ref> | Kemudian, mereka membawa Imam Ali as ke hadapan Abu Bakar dan mengancamnya bahwa jika tidak berbaiat maka akan dipenggal kepalanya.<ref>Ibn Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsah,'' jld. 1, hlm. 30-31.</ref> dalam kitab ''Sulaim ''tertulis bahwa Imam Ali berdebat dengan mereka yang ada dalam kumpulan tersebut dan mengingatkan perkataan Rasulullah saw di [[Peristiwa Ghadir|hari Ghadir]] dan di hari-hari lainnya kepada seluruh yang hadir di tempat tersebut berkaitan dengan kepemimpinannya sebagai pengganti Rasulullah saw, tetapi Abu Bakar berkata bahwa Rasulullah saw pernah bersabda bahwa kenabian dan kepemimpinan tidak akan berkumpul dalam ahlul baitnya.<ref>Sulaim bin Qais, ''Kitāb Sulaim bin Qais,'' jld. 1, hlm. 153-155.</ref> | ||
Berdasarkan perkataan Syekh Mufid bahwa pada hari Saqifah, Imam Ali as tidak berbaiat kepada Abu Bakar, tetapi berkaitan dengan apakah Imam Ali as setelah itu ia berbaiat atau tidak, ada beberapa catatan terkait hal tersebut. Salah satunya adalah bahwa setelah 40 hari atau enam bulan kesyahidan Sayidah Fatimah az-Zahra sa, Imam Ali as berbaiat kepadanya. Syekh Mufid sendiri meyakini bahwa Imam Ali as sama sekali tidak pernah berbaiat kepada Abu Bakar.<ref>Mufid, ''al-Fushūl al-Mukhtārah,'' hlm. 56-57.</ref> | Berdasarkan perkataan [[Syekh al-Mufid|Syekh Mufid]] bahwa pada hari Saqifah, Imam Ali as tidak berbaiat kepada Abu Bakar, tetapi berkaitan dengan apakah Imam Ali as setelah itu ia berbaiat atau tidak, ada beberapa catatan terkait hal tersebut. Salah satunya adalah bahwa setelah 40 hari atau enam bulan kesyahidan Sayidah Fatimah az-Zahra sa, Imam Ali as berbaiat kepadanya. Syekh Mufid sendiri meyakini bahwa Imam Ali as sama sekali tidak pernah berbaiat kepada Abu Bakar.<ref>Mufid, ''al-Fushūl al-Mukhtārah,'' hlm. 56-57.</ref> | ||
Menurut sebuah riwayat, ketika mereka mengancam Imam Ali as, Abbas paman Rasulullah saw menarik tangan Imam Ali as dari tangan Abu Bakar untuk menyelamatkannya, lalu mereka melepas Imam Ali as.<ref>Ayyasyi, ''Tafsīr al-'Ayyāsyī,'' jld. 2, hlm. 68.</ref> namun berdasarkan penukilan dari kitab ''al-Imamah wa al-Siyasah'', Abu Bakar berkata, "Selama Fatimah ada di sisinya maka ia tidak akan memaksa Ali untuk berbaiat kepadanya."<ref>Ibn Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsah,'' jld. 1, hlm. 30-31.</ref> | Menurut sebuah riwayat, ketika mereka mengancam Imam Ali as, [[Abbas bin Abdul Muththalib|Abbas]] paman Rasulullah saw menarik tangan Imam Ali as dari tangan Abu Bakar untuk menyelamatkannya, lalu mereka melepas Imam Ali as.<ref>Ayyasyi, ''Tafsīr al-'Ayyāsyī,'' jld. 2, hlm. 68.</ref> namun berdasarkan penukilan dari kitab ''al-Imamah wa al-Siyasah'', Abu Bakar berkata, "Selama Fatimah ada di sisinya maka ia tidak akan memaksa Ali untuk berbaiat kepadanya."<ref>Ibn Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsah,'' jld. 1, hlm. 30-31.</ref> | ||
==Reaksi Sayidah Fatimah az-Zahra sa== | ==Reaksi Sayidah Fatimah az-Zahra sa== | ||
Setelah utusan Abu Bakar yang pertama mendatangi rumah Sayidah Fatimah az-Zahra sa untuk membawa Imam Ali as dan sahabatnya, Sayidah Fatimah berdiri dekat pintu dan berkata | Setelah utusan Abu Bakar yang pertama mendatangi rumah Sayidah Fatimah az-Zahra sa untuk membawa Imam Ali as dan para sahabatnya, Sayidah Fatimah sa berdiri dekat pintu dan berkata, "Aku tidak pernah menemukan ada suatu kaum yang lebih buruk dari kalian, yang mana kalian meninggalkan jenazah Rasulullah saw di sisi kami dan kalian bersepakat dalam hal kepemimpinan setelah Rasulullah saw, sementara kalian tidak meminta pendapat kami dan kalian tidak memerhatikan hak-hak kami.<ref>Ibn Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsyah,'' jld. 1, hlm. 30-31; Syusytari, ''Ihqāq al-Haqq,'' jld. 33, hlm. 360.</ref> | ||
Pada kali keempat, Umar mendatangi rumah Sayidah Fatimah sa untuk membawa Imam Ali as, Sayidah Fatimah az-Zahra sa berseru keras | Pada kali keempat, Umar mendatangi rumah Sayidah Fatimah sa untuk membawa Imam Ali as, Sayidah Fatimah az-Zahra sa berseru keras,"Wahai Ayah! Wahai Rasulullah! Setelah kepergianmu, betapa banyaknya penderitaan yang kami alami atas perlakuan yang dilakukan oleh putra Khattab dan putra Abu Quhafah terhadap kami!". Setelah mendengar seruan Sayidah Fatimah az-Zahra, Sebagian orang yang bersama Umar terharu mendengar seruan tersebut dan memutuskan kembali ke rumahnya masing-masing.<ref>Ibn Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsyah,'' jld. 1, hlm. 30-31; Syusytari, ''Ihqāq al-Haqq,'' jld. 33, hlm. 360.</ref> | ||
Menurut Ya’qubi, Fatimah sa berkata kepada mereka yang memasuki rumahnya secara paksa | Menurut Ya’qubi, Sayidah Fatimah sa berkata kepada mereka yang memasuki rumahnya secara paksa, "Aku bersumpah demi [[Allah swt]] jika kalian tidak keluar dari rumahku maka Aku akan menyeru kepada Allah swt untuk meminta keadilan". Setelah mereka mendengar ucapan Sayidah az-Zahra sa, semuanya keluar dari rumah tersebut.<ref>Ya'qubi, ''Tārīkh al-Ya'qūbī,'' jld. 2, hlm. 126.</ref> | ||
Abu Bakar Jauhari (w. 323 H) menyebutkan dalam kitab ''al-Saqifah wa Fadak'' bahwa ketika Umar membawa Imam Ali as secara paksa keluar dari rumahnya, Fatimah az-Zahra sa berdiri di sisi pintu rumah dan berkata kepada Abu Bakar | Abu Bakar Jauhari (w. 323 H) menyebutkan dalam kitab ''al-Saqifah wa Fadak'' bahwa ketika Umar membawa Imam Ali as secara paksa keluar dari rumahnya, Fatimah az-Zahra sa berdiri di sisi pintu rumah dan berkata kepada Abu Bakar, "Betapa cepatnya engkau menyerang keluarga Rasulullah saw! Demi Allah swt, Aku tidak akan berbicara dengan Umar hingga aku dipanggil oleh-Nya."<ref>Jauhari, ''as-Saqīfah Wa Fadak,'' hlm. 53; Ibn Abil Hadid, ''Syarh Nahj al-Balāghah,'' jld. 2, hlm. 138.</ref> Kelanjutan riwayat ini menyebutkan bahwa setelah kejadian tersebut, beberapa waktu kemudian Abu Bakar mendatangi Sayidah Fatimah az-Zahra untuk meminta maaf, lalu Sayidah az-Zahra sa memaafkannya.<ref>Jauhari, ''as-Saqīfah Wa Fadak,'' hlm. 53.</ref> Namun berdasarkan riwayat yang lain yang terdapat dalam kitab ''Shahih Bukhari'' bahwa Sayidah Fatimah az-Zahra sa juga marah kepada Abu Bakar karena merampas [[Fadak|tanah Fadak]] dari tangan Sayidah Fatimah az-Zahra sa dan selama beliau masih hidup, beliau tidak ridha dan tidak berbicara kepadanya.<ref>Bukhari, ''Shahīh al-Bukhārī,'' jl. 8, hlm. 149, no. 6727.</ref> | ||
Dalam ''Tafsir 'Ayyasyi'' juga disebutkan bahwa ketika Imam Ali as dibawa keluar dari rumahnya, Sayidah Fatimah az-Zahra sa mendatangi Abu Bakar dan mengatakan bahwa jika Ali as tidak dibebaskan maka ia akan pergi ke kuburan Rasulullah saw dan dengan rambut acak-acakan ia akan mengadu kepada Allah swt atas peristiwa ini. Imam Ali as mengirim Salman ke sisi Sayidah Fatimah az-Zahra sa supaya tidak melakukan hal tersebut. Karena Sayidah Fatimah menerima pesan dari Imam Ali as, maka beliau kembali ke rumahnya.<ref>Ayyasyi, ''Tafsīr al-'Ayyāsyī,'' jld. 2, hlm. 67.</ref> | Dalam ''Tafsir 'Ayyasyi'' juga disebutkan bahwa ketika Imam Ali as dibawa keluar dari rumahnya, Sayidah Fatimah az-Zahra sa mendatangi Abu Bakar dan mengatakan bahwa jika Ali as tidak dibebaskan maka ia akan pergi ke kuburan Rasulullah saw dan dengan rambut acak-acakan ia akan mengadu kepada Allah swt atas peristiwa ini. [[Imam Ali as]] mengirim Salman ke sisi [[Sayidah Fatimah az-Zahra sa]] supaya tidak melakukan hal tersebut. Karena Sayidah Fatimah menerima pesan dari Imam Ali as, maka beliau kembali ke rumahnya.<ref>Ayyasyi, ''Tafsīr al-'Ayyāsyī,'' jld. 2, hlm. 67.</ref> | ||
==Ancaman Pembakaran Rumah== | ==Ancaman Pembakaran Rumah== | ||
Menurut beberapa sumber referensi Ahlusunah, seperti ''al-'Aqd al-Farid''<ref>Ibn Abd Rabbah, ''al-'Aqd al-Farīd,'' jld. 5, hlm. 13.</ref>, Tarikh Thabari,<ref>Thabari, ''Tārīkh al-Umam wa al-Mulūk,'' jld. 3, hlm. 202.</ref> Ansab al-Asyraf,<ref>Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf,'' jld. 1, hlm. 586.</ref> al-Musannaf<ref>Ibn Abi Syaibah, ''al-Mushannaf,'' jld. 13, hlm. 469.</ref> dan al-Imamah wa al-Siyasah.<ref>Ibn Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsah,'' jld. 1, hlm. 30.</ref> Umar bin Khattab atas perintah Abu Bakar mendatangi rumah Sayidah Fatimah az-Zahra sa untuk membawa Imam Ali as beserta sahabatnya ke sisinya untuk berbaiat kepadanya. Ketika ia memperoleh penentangan dari penghuni rumah maka ia memerintahkan untuk mengumpulkan kayu bakar dan mengancam bahwa ia akan membakar rumah tersebut bersama penghuninya. | Menurut beberapa sumber referensi [[Ahlusunah]], seperti ''al-'Aqd al-Farid''<ref>Ibn Abd Rabbah, ''al-'Aqd al-Farīd,'' jld. 5, hlm. 13.</ref>, Tarikh Thabari,<ref>Thabari, ''Tārīkh al-Umam wa al-Mulūk,'' jld. 3, hlm. 202.</ref> Ansab al-Asyraf,<ref>Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf,'' jld. 1, hlm. 586.</ref> al-Musannaf<ref>Ibn Abi Syaibah, ''al-Mushannaf,'' jld. 13, hlm. 469.</ref> dan al-Imamah wa al-Siyasah.<ref>Ibn Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsah,'' jld. 1, hlm. 30.</ref> [[Umar bin Khattab]] atas perintah Abu Bakar mendatangi rumah Sayidah Fatimah az-Zahra sa untuk membawa Imam Ali as beserta sahabatnya ke sisinya untuk berbaiat kepadanya. Ketika ia memperoleh penentangan dari penghuni rumah maka ia memerintahkan untuk mengumpulkan kayu bakar dan mengancam bahwa ia akan membakar rumah tersebut bersama penghuninya. | ||
Menurut Ibnu Abdul Rabbah, seorang penulis dan sejarawan abad ketiga dan keempat hijriah, Abu Bakar berkata kepada Umar, jika penghuni rumah tersebut menolak keluar dari rumah maka perangilah mereka. Umar yang sementara menggenggam api obor di tangannya, mengancam bahwa jika penghuni rumah tidak berbaiat maka ia akan membakar rumah tersebut.<ref>Ibn Abd Rabbah, ''al-'Aqd al-'Farīd,'' jld. 5, hlm. 13.</ref> Menurut kitab ''al-Imamah wa al-Siyasah'', ketika Umar mengancam akan membakar rumah tersebut, orang-orang yang hadir mengatakan kepadanya bahwa Sayidah Fatimah sa ada dalam rumah tersebut, Umar menjawab bahkan walaupun dia ada dalam rumah.<ref>Ibn Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsah,'' jld. 1, hlm. 30-31</ref> | Menurut Ibnu Abdul Rabbah, seorang penulis dan sejarawan abad ketiga dan keempat hijriah, [[Abu Bakar]] berkata kepada Umar, jika penghuni rumah tersebut menolak keluar dari rumah maka perangilah mereka. Umar yang sementara menggenggam api obor di tangannya, mengancam bahwa jika penghuni rumah tidak berbaiat maka ia akan membakar rumah tersebut.<ref>Ibn Abd Rabbah, ''al-'Aqd al-'Farīd,'' jld. 5, hlm. 13.</ref> Menurut kitab ''al-Imamah wa al-Siyasah'', ketika Umar mengancam akan membakar rumah tersebut, orang-orang yang hadir mengatakan kepadanya bahwa Sayidah Fatimah sa ada dalam rumah tersebut, Umar menjawab bahkan walaupun dia ada dalam rumah.<ref>Ibn Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsah,'' jld. 1, hlm. 30-31</ref> | ||
Pada beberapa sumber disebutkan nama-nama yang ikut bersama Umar dalam peristiwa penyerangan tersebut, diantaranya Usaid bin Hudhair, Salamah bin Salāmah bin Waqsy {enote|pada kutipan yang lain bernama Salamah bin Aslam bin Juraisy (Thabari Imami, al-Mustarsyad fi al-Imamah, 1415 H, hal.378)}, Tsabit bin Qais bin Syammas Khazraji,<ref>Syaibani Baghdadi, ''as-Sunnah,'' jld. 2, hlm. 553; Diyar Bakari, ''Tārīkh al-Khamīs,'' jld. 2, hlm. 169.</ref> Abdurrahman bin 'Auf, Muhammad bin Muslimah<ref>Ibn Katsir, ''al-Bidāyah wa an-Nihāyah,'' jld. 5, hlm. 250.</ref> dan Zaid bin Aslam.<ref>Allamah Hilli, ''Nahj al-Haqq,'' hlm. 271.</ref> | Pada beberapa sumber disebutkan nama-nama yang ikut bersama Umar dalam peristiwa penyerangan tersebut, diantaranya Usaid bin Hudhair, Salamah bin Salāmah bin Waqsy {enote|pada kutipan yang lain bernama Salamah bin Aslam bin Juraisy (Thabari Imami, al-Mustarsyad fi al-Imamah, 1415 H, hal.378)}, Tsabit bin Qais bin Syammas Khazraji,<ref>Syaibani Baghdadi, ''as-Sunnah,'' jld. 2, hlm. 553; Diyar Bakari, ''Tārīkh al-Khamīs,'' jld. 2, hlm. 169.</ref> Abdurrahman bin 'Auf, Muhammad bin Muslimah<ref>Ibn Katsir, ''al-Bidāyah wa an-Nihāyah,'' jld. 5, hlm. 250.</ref> dan Zaid bin Aslam.<ref>Allamah Hilli, ''Nahj al-Haqq,'' hlm. 271.</ref> | ||
Sayid Ja'far Syahidi meyakini bahwa ancaman Umar untuk membakar rumah Sayidah Fatimah az-Zahra sa yang dinukil dari kitab ''Ansab al-Asyraf''<ref>Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf,'' jld. 1, hlm. 586.</ref> dan al-Aqd al-Farid<ref>Ibn Abd Rabbah, ''al-'Aqd al-Farīd,'' jld. 5, hlm. 13.</ref> tidak bisa dianggap palsu dan buatan para pendukung Syiah atau buatan kelompok politisi yang sepakat dengan Syiah, karena di abad-abad pertama mereka belum memiliki kekuatan dan termasuk kelompok minoritas. Disamping itu, menurut catatan sumber sejarah Islam Barat, kelompok Syiah belum ada pada waktu itu.<ref>Syahidi, ''Zendegani-e Fateme-e Zahra, hlm. 109.</ref> Syahidi meyakini bahwa mereka yang hadir di Saqifah lebih peduli kepada pemerintahan dari pada peduli kepada agama.<ref>Syahidi, ''Zendegani-e Fateme-e Zahra, hlm. 111-112.</ref> | Sayid Ja'far Syahidi meyakini bahwa ancaman Umar untuk membakar rumah Sayidah Fatimah az-Zahra sa yang dinukil dari kitab ''Ansab al-Asyraf''<ref>Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf,'' jld. 1, hlm. 586.</ref> dan al-Aqd al-Farid<ref>Ibn Abd Rabbah, ''al-'Aqd al-Farīd,'' jld. 5, hlm. 13.</ref> tidak bisa dianggap palsu dan buatan para pendukung Syiah atau buatan kelompok politisi yang sepakat dengan [[Syiah]], karena di abad-abad pertama mereka belum memiliki kekuatan dan termasuk kelompok minoritas. Disamping itu, menurut catatan sumber sejarah Islam Barat, kelompok Syiah belum ada pada waktu itu.<ref>Syahidi, ''Zendegani-e Fateme-e Zahra, hlm. 109.</ref> Syahidi meyakini bahwa mereka yang hadir di Saqifah lebih peduli kepada pemerintahan dari pada peduli kepada agama.<ref>Syahidi, ''Zendegani-e Fateme-e Zahra, hlm. 111-112.</ref> | ||
==Pembakaran pintu, Cideranya Sayidah Fatimah sa dan Gugurnya Muhsin as== | ==Pembakaran pintu, Cideranya Sayidah Fatimah sa dan Gugurnya Muhsin as== | ||
Baris 89: | Baris 89: | ||
==Waktu Kejadian== | ==Waktu Kejadian== | ||
Muhammad Hadi Yusufi Gharawi, seorang peneliti sejarah Islam dan Tasayyu' dengan bersandar pada beberapa bukti meyakini bahwa waktu penyerangan ke rumah Sayidah Fatimah az-Zahra sa tidak langsung terjadi setelah peristiwa Saqifah dan pembaiatan kepada Abu Bakar, akan tetapi hal itu terjadi sekitar lima puluh hari atau lebih setelah wafatnya Rasulullah saw.<ref>Yusufi Ghurawi, ''Tarikh-e Hujum Be Khane-e Hazrat-e Zahra,'' Majalah Pazuhesy, vol. 29, hlm. 9-14.</ref> | Muhammad Hadi Yusufi Gharawi, seorang peneliti sejarah Islam dan Tasayyu' dengan bersandar pada beberapa bukti meyakini bahwa waktu penyerangan ke rumah Sayidah Fatimah az-Zahra sa tidak langsung terjadi setelah peristiwa [[Saqifah Bani Sa'idah|Saqifah]] dan pembaiatan kepada Abu Bakar, akan tetapi hal itu terjadi sekitar lima puluh hari atau lebih setelah wafatnya [[Rasulullah saw]].<ref>Yusufi Ghurawi, ''Tarikh-e Hujum Be Khane-e Hazrat-e Zahra,'' Majalah Pazuhesy, vol. 29, hlm. 9-14.</ref> | ||
Bukti pertama adalah seseorang yang bernama Buraidah bin al-Hushaib al-Aslami yang ikut bersama pasukan Usamah menuju Muta, setelah kembali ke [[Madinah]] dan memperoleh kabar tentang peristiwa Saqifah, ia bersama dengan beberapa orang dari kabilahnya mengungkapkan bahwa ia adalah pengikut Imam Ali as dan mengatakan bahwa selama Imam Ali as belum berbaiat maka kami juga tidak akan berbaiat. Setelah kejadian tersebut, Abu Bakar bersama orang-orang yang berada di sekelilingnya berpikir untuk mengambil baiat dari Imam Ali as. | Bukti pertama adalah seseorang yang bernama Buraidah bin al-Hushaib al-Aslami yang ikut bersama pasukan Usamah menuju Muta, setelah kembali ke [[Madinah]] dan memperoleh kabar tentang peristiwa Saqifah, ia bersama dengan beberapa orang dari kabilahnya mengungkapkan bahwa ia adalah pengikut Imam Ali as dan mengatakan bahwa selama Imam Ali as belum berbaiat maka kami juga tidak akan berbaiat. Setelah kejadian tersebut, Abu Bakar bersama orang-orang yang berada di sekelilingnya berpikir untuk mengambil baiat dari Imam Ali as. | ||
Baris 99: | Baris 99: | ||
*Kemarahan Sayidah Fatimah sa terhadap Abu Bakar dan Umar | *Kemarahan Sayidah Fatimah sa terhadap Abu Bakar dan Umar | ||
Dalam kitab ''Sulaim bin Qays'', ''al-Imamah wa al-Siyasah'' dan ''Dalail al-Imamah'' disebutkan bahwa setelah peristiwa penyerangan ke rumah Sayidah Fatimah sa, Abu Bakar dan Umar mencoba meminta maaf dan meminta ridha dari Sayidah Fatimah az-Zahra sa dengan mendatanginya. Sayidah Fatimah sa menolak mereka berdua, namun mereka menjadikan Imam Ali as sebagai perantara sehingga mereka berdua berhasil menemui Sayidah Fatimah sa. Dalam pertemuan tersebut Sayidah Fatimah sa berpaling dari mereka dan mengingatkan mereka akan sabda Nabi saw, "Fatimah adalah bagian dari diriku, barang siapa yang menyakitinya maka ia telah menyakitiku", kemudian beliau berkata, "Aku menjadikan Allah swt sebagai saksi bahwa kalian berdua telah menyakitiku dan membuatku marah."<ref>Sulaim bin Qais, ''Kitāb Sulaim bin Qais,'' jld. 1, hlm. 869; Ibn Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsah,'' jld. 1, hlm. 31; Thabari Imami, ''Dalā'il al-Imāmah,'' hlm. 134-135.</ref> | Dalam kitab ''Sulaim bin Qays'', ''al-Imamah wa al-Siyasah'' dan ''Dalail al-Imamah'' disebutkan bahwa setelah peristiwa penyerangan ke rumah Sayidah Fatimah sa, Abu Bakar dan Umar mencoba meminta maaf dan meminta ridha dari Sayidah Fatimah az-Zahra sa dengan mendatanginya. Sayidah Fatimah sa menolak mereka berdua, namun mereka menjadikan Imam Ali as sebagai perantara sehingga mereka berdua berhasil menemui Sayidah Fatimah sa. Dalam pertemuan tersebut Sayidah Fatimah sa berpaling dari mereka dan mengingatkan mereka akan sabda Nabi saw, "Fatimah adalah bagian dari diriku, barang siapa yang menyakitinya maka ia telah menyakitiku", kemudian beliau berkata, "Aku menjadikan Allah swt sebagai saksi bahwa kalian berdua telah menyakitiku dan membuatku marah."<ref>Sulaim bin Qais, ''Kitāb Sulaim bin Qais,'' jld. 1, hlm. 869; Ibn Qutaibah, ''al-Imāmah wa as-Siyāsah,'' jld. 1, hlm. 31; Thabari Imami, ''Dalā'il al-Imāmah,'' hlm. 134-135.</ref> | ||
*Gugurnya Muhsin as dan | *Gugurnya Muhsin as dan Syahidnya Sayidah Fatimah az-Zahra sa | ||
Sumber-sumber tertua yang meriwayatkan gugurnya Muhsin as dalam peristiwa penyerangan ke rumah Sayidah Fatimah az-Zahra adalah kitab ''Sulaim bin Qays'' yang merupakan salah satu sumber abad pertama hijriyah dan sebagian besar sumber-sumber syiah setelahnya seperti ''al-Ihtijaj'' karya Ahmad bin Ali Tabarsi, ''Ghayat al-Maram'' karya Sayid Hasyim al-Bahrani dan ''Bihar al-Anwar'' karya Allamah Majlisi mengutip peristiwa tersebut dari kitab ''Sulaim bin Qays''.<ref>Allah Akbari, ''Muhsin Bin Ali (as),'' Majalah Thulu', vol. 29, hlm. 69.</ref> | Sumber-sumber tertua yang meriwayatkan gugurnya Muhsin as dalam peristiwa penyerangan ke rumah Sayidah Fatimah az-Zahra adalah kitab ''Sulaim bin Qays'' yang merupakan salah satu sumber abad pertama hijriyah dan sebagian besar sumber-sumber syiah setelahnya seperti ''al-Ihtijaj'' karya Ahmad bin Ali Tabarsi, ''Ghayat al-Maram'' karya Sayid Hasyim al-Bahrani dan ''Bihar al-Anwar'' karya Allamah Majlisi mengutip peristiwa tersebut dari kitab ''Sulaim bin Qays''.<ref>Allah Akbari, ''Muhsin Bin Ali (as),'' Majalah Thulu', vol. 29, hlm. 69.</ref> | ||
*Penyesalan Abu Bakar | *Penyesalan Abu Bakar |