Lompat ke isi

Ismail bin Imam Ja'far Shadiq as: Perbedaan antara revisi

tidak ada ringkasan suntingan
imported>Esmail
(←Membuat halaman berisi ''''Ismail bin Ja'far''' (bahasa Arab: اسماعيل‌ بن‌ جعفر) (w. 138 H) adalah putra sulung Imam Ja'far Shadiq as yang oleh Ismailiyah dia atau Muhamm...')
 
imported>Esmail
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 17: Baris 17:
Namun diluar itu, sebagian menyebutkan Ismail memiliki hubungan dengan Khattabiyah yang memiliki peran dalam pembentukan sekte Ismailiyah. Menurut mereka Abu al-Khattab dan Ismail pada masa hidup Imam Shadiq as saling bantu membantu untuk membangun pondasi akidah yang membentuk asas Ismailiyah. [21] Dikatakan tidak ditemukan adanya dalil dan hujjah dari klaim tersebut. [22]. Begitu juga Louis Massignon ahli Islam dari Prancis menganggap Abu al-Khattab sebagai bapak spiritual Ismail.[23] Akan tetapi Qadhi Nu'man salah seorang fakih Ismailiyah (283 - 363 H) tidak mengakui adanya peran Abu al-Khattab dalam pembentukan Ismailiyah dan menyebutnya sebagai ahli bid'ah yang mendapat laknat dari Imam Shadiq as. [24]
Namun diluar itu, sebagian menyebutkan Ismail memiliki hubungan dengan Khattabiyah yang memiliki peran dalam pembentukan sekte Ismailiyah. Menurut mereka Abu al-Khattab dan Ismail pada masa hidup Imam Shadiq as saling bantu membantu untuk membangun pondasi akidah yang membentuk asas Ismailiyah. [21] Dikatakan tidak ditemukan adanya dalil dan hujjah dari klaim tersebut. [22]. Begitu juga Louis Massignon ahli Islam dari Prancis menganggap Abu al-Khattab sebagai bapak spiritual Ismail.[23] Akan tetapi Qadhi Nu'man salah seorang fakih Ismailiyah (283 - 363 H) tidak mengakui adanya peran Abu al-Khattab dalam pembentukan Ismailiyah dan menyebutnya sebagai ahli bid'ah yang mendapat laknat dari Imam Shadiq as. [24]


Keimamahan
==Keimamahan==
Ismailiyah adalah salah satu nama firkah dalam Syiah yang memiliki keyakinan bahwa setelah Imam Shadiq as yang mencapai maqam imamah adalah putranya yang bernama Ismail atau cucunya yang bernama Muhammad bin Ismail. [25] Menurut keyakinan Mubarakiyah dan Qaramithah diantara sekte-sekte Ismailiyah, Imam setelah Ja'far bin Muhammad adalah Muhammad bin Ismail karena hakikatnya Ismail adalah pengganti Imam Shadiq as namun karena ia meninggal dunia dimasa ayahnya masih hidup sehingga keimamahan diserahkan Imam Shadiq as kepada Muhammad putranya. Menurut keyakinan mereka setelah keimamahan Hasanain as tidak diperbolehkan keimamahan dipindahkan dari saudara kesaudara yang lain. [26] Sa'ad bin Abdullah al-Asy'ari terhadap pengikut keyakinan ini menyebutnya Ismailiyah Khalishah atau Khattabiyah. [27]  
Ismailiyah adalah salah satu nama firkah dalam Syiah yang memiliki keyakinan bahwa setelah Imam Shadiq as yang mencapai maqam imamah adalah putranya yang bernama Ismail atau cucunya yang bernama Muhammad bin Ismail. [25] Menurut keyakinan Mubarakiyah dan Qaramithah diantara sekte-sekte Ismailiyah, Imam setelah Ja'far bin Muhammad adalah Muhammad bin Ismail karena hakikatnya Ismail adalah pengganti Imam Shadiq as namun karena ia meninggal dunia dimasa ayahnya masih hidup sehingga keimamahan diserahkan Imam Shadiq as kepada Muhammad putranya. Menurut keyakinan mereka setelah keimamahan Hasanain as tidak diperbolehkan keimamahan dipindahkan dari saudara kesaudara yang lain. [26] Sa'ad bin Abdullah al-Asy'ari terhadap pengikut keyakinan ini menyebutnya Ismailiyah Khalishah atau Khattabiyah. [27]  


Baris 24: Baris 24:
Namun Ja'far ibn Mansur al-Yaman, seorang da'i Ismailiyah, mengumpulkan hadis tentang keimamahan Ismail pada akhir abad ketiga dan awal abad keempat hijriyah, tanpa menyebutkan garis perawi.[30] Demikian pula pada beberapa sumber menyebutkan khalifah-khalifah pertama dari Fatimiyah awal memperkenalkan saudaranya Abdullah Aftah sebagai Imam, bukan Ismail,  namun kemudian berpaling dari klaim ini dan memberikan pengakuan pada keimamahan Ismail.[31]
Namun Ja'far ibn Mansur al-Yaman, seorang da'i Ismailiyah, mengumpulkan hadis tentang keimamahan Ismail pada akhir abad ketiga dan awal abad keempat hijriyah, tanpa menyebutkan garis perawi.[30] Demikian pula pada beberapa sumber menyebutkan khalifah-khalifah pertama dari Fatimiyah awal memperkenalkan saudaranya Abdullah Aftah sebagai Imam, bukan Ismail,  namun kemudian berpaling dari klaim ini dan memberikan pengakuan pada keimamahan Ismail.[31]


Pandangan Imamiyah
==Pandangan Imamiyah==
Ulama Imamiyah menolak kesahihan nash mengenai keimamahan Ismail dan menyebut riwayat-riwayat tersebut tidak kuat untuk diterima dan memberikan bantahan. [32] Imamiyah bersandar pada beberapa riwayat seperti Hadis Lauh [33] dan Hadis Jabir [34] yang berisi tentang penjelasan Nabi Muhammad saw yang menyebutkan nama-nama dua belas imam dan didalamnya disebut Imam setelah Imam Ja'far Shadiq as adalah putranya yang bernama Musa al-Kazhim, bukan Ismail. Demikian pula Imam Shadiq as dalam beberapa pertemuan berkali-berkali menegaskan kepada sahabat-sahabatnya mengenai keimamahan Musa bin Ja'far sepeninggalnya. Dalam kitab-kitab seperti al-Kafi [35], Irsyad [36], A'lam al-Wara [37] dan Bihar al-Anwar [38] terdapat bab mengenai nash-nash keimamahan Musa bin Ja'far as yang secara berurutan pada masing-masing kitab ada 16, 46, 12, dan 14 riwayat yang dinukilkan mengenai ini. [39]
Ulama Imamiyah menolak kesahihan nash mengenai keimamahan Ismail dan menyebut riwayat-riwayat tersebut tidak kuat untuk diterima dan memberikan bantahan. [32] Imamiyah bersandar pada beberapa riwayat seperti Hadis Lauh [33] dan Hadis Jabir [34] yang berisi tentang penjelasan Nabi Muhammad saw yang menyebutkan nama-nama dua belas imam dan didalamnya disebut Imam setelah Imam Ja'far Shadiq as adalah putranya yang bernama Musa al-Kazhim, bukan Ismail. Demikian pula Imam Shadiq as dalam beberapa pertemuan berkali-berkali menegaskan kepada sahabat-sahabatnya mengenai keimamahan Musa bin Ja'far sepeninggalnya. Dalam kitab-kitab seperti al-Kafi [35], Irsyad [36], A'lam al-Wara [37] dan Bihar al-Anwar [38] terdapat bab mengenai nash-nash keimamahan Musa bin Ja'far as yang secara berurutan pada masing-masing kitab ada 16, 46, 12, dan 14 riwayat yang dinukilkan mengenai ini. [39]


Bada mengenai Ismail
==Bada mengenai Ismail==
Berdasarkan sebagian riwayat mengenai kematian Ismail telah terjadi bada sehingga masyarakat mengetahui bahwa setelah ayahnya bukan dia yang menjadi Imam. [40] Karena sejumlah kelompok dari Syiah menyakini bahwa Ismail adalah imam setelah Imam Shadiq as sehingga dengan kematiannya dimasa ayahnya masih hidup menjadi terang bahwa bukan dia yang menjadi imam dan imam setelahnya adalah Musa bin Ja'far as. [41] Akan tetapi dalam literatur Ismailiyah riwayat bada telah dikaitkan dengan keimamahan Ismail. [42]
Berdasarkan sebagian riwayat mengenai kematian Ismail telah terjadi bada sehingga masyarakat mengetahui bahwa setelah ayahnya bukan dia yang menjadi Imam. [40] Karena sejumlah kelompok dari Syiah menyakini bahwa Ismail adalah imam setelah Imam Shadiq as sehingga dengan kematiannya dimasa ayahnya masih hidup menjadi terang bahwa bukan dia yang menjadi imam dan imam setelahnya adalah Musa bin Ja'far as. [41] Akan tetapi dalam literatur Ismailiyah riwayat bada telah dikaitkan dengan keimamahan Ismail. [42]


Wafat
==Wafat==
Menurut sumber disebutkan tahun-tahun 133 [43], 138 [44] dan 145 H [45] adalah diperkirakan sebagai tahun wafatnya Ismail. Disebutkan dengan adanya alasan telah terjadi kesalahan menyalin tahun 133 H dan tidak disebutkannya tahun 145 H dalam sumber-sumber klasik, maka yang dianggap lebih kuat adalah tahun 138 H. [46]  
Menurut sumber disebutkan tahun-tahun 133 [43], 138 [44] dan 145 H [45] adalah diperkirakan sebagai tahun wafatnya Ismail. Disebutkan dengan adanya alasan telah terjadi kesalahan menyalin tahun 133 H dan tidak disebutkannya tahun 145 H dalam sumber-sumber klasik, maka yang dianggap lebih kuat adalah tahun 138 H. [46]  


Penegasan Kematian Ismail
==Penegasan Kematian Ismail==


Menurut sebuah riwayat dari Zararah bin A'ain, setelah kematian Ismail dan sebelum penguburannya, Imam Shadiq as memberi kesaksian kepada sekitar tiga puluh sahabat dekatnya tentang kematian putranya.[47] Dia secara terbuka memandikan, mengkafani, menyalati dan memakamkan jenasah putranya tersebut [48] serta memerintahkan haji dilakukan atas namanya [49]. Tujuan Imam melakukan semua itu secara terbuka adalah mematahkan keyakinan atas keimamahan Ismail karena sebagian menganggap Ismail adalah imam setelah keimamahan Imam Ja'far Shadiq as. [50].  Sekarang, menurut keyakinan beberapa Ismailiyah, Ismail tidak mati, dan kepura-puraan kematiannya adalah untuk menipu orang-orang dan menyelamatkan hidupnya dan orang-orang di sekitarnya. [51]
Menurut sebuah riwayat dari Zararah bin A'ain, setelah kematian Ismail dan sebelum penguburannya, Imam Shadiq as memberi kesaksian kepada sekitar tiga puluh sahabat dekatnya tentang kematian putranya.[47] Dia secara terbuka memandikan, mengkafani, menyalati dan memakamkan jenasah putranya tersebut [48] serta memerintahkan haji dilakukan atas namanya [49]. Tujuan Imam melakukan semua itu secara terbuka adalah mematahkan keyakinan atas keimamahan Ismail karena sebagian menganggap Ismail adalah imam setelah keimamahan Imam Ja'far Shadiq as. [50].  Sekarang, menurut keyakinan beberapa Ismailiyah, Ismail tidak mati, dan kepura-puraan kematiannya adalah untuk menipu orang-orang dan menyelamatkan hidupnya dan orang-orang di sekitarnya. [51]


Makam
==Lokasi Makam==
Ismail meninggal dunia di kawasan bernama 'Uraidhah di dekat Madinah dan jenasahnya dimakamkan di Pemakaman Baqi. [52]. Pada periode kekhalifahan Dinasti Fatimiyah (297-567 H) di makamnya dibuatkan kubah. [53] Makamnya di luar Pemakaman Baqi dengan jarak 15 m dari dinding Baqi posisinya menghadap bagian barat berhadapan dengan pemakaman Aimmah Baqi. [54] Makam Ismail diziarahi penganut Syiah khususnya Ismailiyah. [55] Jamaah haji asal Iran dalam perjalanan ke Madinah, ada umumnya ketika melakukan ziarah di Pemakaman Baqi juga menziarahi makam Imam Zadeh ini dan dalam doa bacaan ziarah mereka juga disebutkan nama putra Imam Ja'far Shadiq as ini.[56]  
Ismail meninggal dunia di kawasan bernama 'Uraidhah di dekat Madinah dan jenasahnya dimakamkan di Pemakaman Baqi. [52]. Pada periode kekhalifahan Dinasti Fatimiyah (297-567 H) di makamnya dibuatkan kubah. [53] Makamnya di luar Pemakaman Baqi dengan jarak 15 m dari dinding Baqi posisinya menghadap bagian barat berhadapan dengan pemakaman Aimmah Baqi. [54] Makam Ismail diziarahi penganut Syiah khususnya Ismailiyah. [55] Jamaah haji asal Iran dalam perjalanan ke Madinah, ada umumnya ketika melakukan ziarah di Pemakaman Baqi juga menziarahi makam Imam Zadeh ini dan dalam doa bacaan ziarah mereka juga disebutkan nama putra Imam Ja'far Shadiq as ini.[56]  


Pengguna anonim