Lompat ke isi

Keadilan Sahabat: Perbedaan antara revisi

62 bita ditambahkan ,  17 Desember 2022
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Hinduwan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 12: Baris 12:
  | Artikel pilihan =
  | Artikel pilihan =
}}}}</onlyinclude>
}}}}</onlyinclude>
'''Keadilan Sahabat''' (bahasa Arab: {{ia|عدالة الصحابة}}) adalah sebuah teori pandangan kebanyakan dari [[Ahlusunah]] mengenai keadilan dan tergolong dari ahli surganya semua [[sahabat]] Nabi. Berdasarkan teori ini, tidak diperbolehkan mengkritik dan memprotes para sahabat dan riwayat-riwayat mereka diterima tanpa perlu dibedah dan ditimbang. Para ulama [[Syiah]] dan sekelompok dari para ulama Ahlusunah menganggap para sahabat [[Nabi saw]] seperti Muslimin lainnya dan menolak teori keadilan sahabat.  
'''Keadilan Sahabat''' (bahasa Arab: {{ia|عدالة الصحابة}}) adalah sebuah teori pandangan kebanyakan dari [[Ahlusunah]] mengenai keadilan dan tergolong dari ahli surganya semua [[sahabat]] Nabi. Berdasarkan teori ini, tidak diperbolehkan mengkritik dan memprotes para sahabat dan riwayat-riwayat mereka diterima tanpa perlu dibedah dan ditimbang. Namun, ulama [[Syiah]] dan sekelompok ulama Ahlusunah menganggap para sahabat [[Nabi saw]] seperti Muslimin lainnya dan menolak teori keadilan sahabat.  


Para pendukung teori keadilan sahabat dengan berdalilkan [[ayat-ayat]] [[Alquran]] serta riwayat dari Nabi, termasuk darinya adalah ayat Ridhwan, yang berbicara tentang keridaan [[Allah]] terhadap para Sahabat. Di sisi lain, para penentang teori ini menganggap bahwa ayat ini hanya untuk para sahabat yang hadir pada [[baiat Ridhwan]] dan setelah itu juga mereka tetap teguh dan setia dalam menjaga perjanjian mereka. Selain itu, menurut pandangan para penentang, teori keadilan sahabat tidak sesuai dengan ayat-ayat Alquran yang menunjukkan adanya orang-orang [[munafik]] di antara para sahabat Nabi. Dalam mengkritik teori keadilan sahabat juga dengan mengutip sebagian tindakan dan perilaku yang tidak adil dari beberapa sahabat, seperti [[murtad]], minum khamar, [[mencela Ali]], membunuh Muslimin lainnya, dan mengutus pasukan untuk melawan satu sama lain, dan terdapat bukti sejarah akan semua tindakan itu.   
Para pendukung teori keadilan sahabat dengan berdalilkan [[ayat-ayat]] [[Alquran]] serta riwayat dari Nabi, termasuk darinya adalah ayat Ridhwan, yang berbicara tentang keridaan [[Allah]] terhadap para sahabat. Di sisi lain, para penentang teori ini menganggap bahwa ayat ini hanya untuk para sahabat yang hadir pada [[baiat Ridhwan]] dan setelah itu juga mereka tetap teguh dan setia dalam menjaga perjanjian mereka. Selain itu, menurut pandangan para penentang, teori keadilan sahabat tidak sesuai dengan ayat-ayat Alquran yang menunjukkan adanya orang-orang [[munafik]] di antara para sahabat Nabi. Dalam mengkritik teori keadilan sahabat, mereka juga mengutip sebagian tindakan dan perilaku tidak adil dari beberapa sahabat, seperti [[murtad]], minum khamr, [[mencela Ali]], membunuh muslimin lainnya, dan mengutus pasukan untuk melawan satu sama lain, dan terdapat bukti sejarah akan semua tindakan itu.   


Beberapa ulama Syiah berkeyakinan bahwa teori keadilan sahabat telah diajukan untuk tujuan-tujuan seperti pembenaran kekhalifahan ketiga khalifah dan melegitimasi pemerintahan [[Muawiyah bin Abi Sufyan]].
Beberapa ulama Syiah berkeyakinan bahwa teori keadilan sahabat telah diajukan untuk tujuan-tujuan seperti pembenaran kekhalifahan ketiga khalifah dan melegitimasi pemerintahan [[Muawiyah bin Abi Sufyan]].


Pembentukan teori ijtihad sahabat, perselisihan di antara umat [[Islam]], memberikan otoritas pemahaman [[Alquran]] dan [[Sunnah]] kepada sahabat, membenarkan ucapan dan sirah perjalanan sahabat dan menerima hadis yang dikutip dari mereka tanpa menerapkan aturan cedera dan modifikasi diyakini sebagai konsekuensi dari teori ini.
Pembentukan teori ijtihad sahabat, perselisihan di antara umat [[Islam]], memberikan otoritas pemahaman [[Alquran]] dan [[Sunnah]] kepada sahabat, membenarkan ucapan dan sunnah sahabat serta menerima hadis yang dikutip dari mereka tanpa dibedah dan diteliti sesuai aturan ilmu hadis diyakini sebagai konsekuensi dari teori ini.


==Siapakah Sahabat Itu?==
==Siapakah Sahabat Itu?==
{{main| Sahabat}}
{{main| Sahabat}}
[[Sahabat]] adalah seseorang yang bertemu dengan [[Nabi Islam saw]] dan ketika dia meninggal, dia senantiasa beriman kepadanya dan masih menjadi seorang Muslim. <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.158.</ref> yang dimaksud dari bertemu di sini artinya lebih umum dari berkunjung, duduk bersama, mendampingi, dan memperhatikan kebutuhan satu sama lain, meskipun mereka belum pernah untuk saling berbicara. <ref>Syahid Tsani, ''al-Riayah fi Ilm al-Dirayah'', hlm.339.</ref> Yang pasti, sebagian orang menambahkan beberapa syarat dan ketentuan atas definisi yang ada; termasuk lamanya persahabatan dengan Nabi saw, melestarikan riwayat darinya, berjuang dan syahid di pihak Nabi saw, <ref>Lihat: Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.159.</ref> dan beberapa orang lainnya hanya dengan berteman atau melihat Nabi sudah cukup dapat dijadikan tolak ukur kebenaran menjadi salah seorang sahabat Nabi saw; <ref>Ya'qub, ''Nazhariyah Adalati al-Shahabah'', hlm.15.</ref> Namun menurut penuturan Ibnu Hajar Asqalani, salah satu ulama Sunni terkemuka di abad ke-7 dan ke-8 [[Hijriah]], beliau menyatakan bahwa yang diterima oleh para ulama adalah definisi pertama. <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.159.</ref>
[[Sahabat]] adalah seseorang yang bertemu dengan [[Nabi Islam saw]] dan ketika dia meninggal, dia senantiasa beriman kepadanya dan masih menjadi seorang muslim. <ref>Ibnu Hajar al-Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.158.</ref> yang dimaksud dari bertemu di sini artinya lebih umum dari berkunjung, duduk bersama, mendampingi, dan memperhatikan kebutuhan satu sama lain, meskipun mereka belum pernah saling berbicara. <ref>Syahid Tsani, ''al-Riayah fi Ilm al-Dirayah'', hlm.339.</ref> Yang pasti, sebagian orang menambahkan beberapa syarat dan ketentuan atas definisi yang ada; termasuk lamanya persahabatan dengan Nabi saw, melestarikan riwayat darinya, berjuang dan syahid di pihak Nabi saw, <ref>Lihat: Ibnu Hajar al-Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.159.</ref> dan beberapa orang lainnya hanya dengan berteman atau melihat Nabi sudah cukup dapat dijadikan tolak ukur kebenaran menjadi salah seorang sahabat Nabi saw; <ref>Ya'qub, ''Nazhariyah Adalati al-Shahabah'', hlm.15.</ref> Namun menurut penuturan Ibnu Hajar al-Asqalani, salah satu ulama Sunni terkemuka di abad ke-7 dan ke-8 [[Hijriah]], beliau menyatakan bahwa yang diterima oleh para ulama adalah definisi pertama. <ref>Ibnu Hajar al-Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.159.</ref>


Menurut keterangan sebagian sumber, ketika Nabi wafat, jumlah para sahabatnya adalah 114.000. <ref>Syahid Tsani, ''al-Riayah fi Ilm al-Dirayah'', hlm.345.</ref> orang-orang yang melihat dan berjumpa dengan Nabi pada usia belia disebut sebagai seorang sahabat kecil dan kepada para wanita disebut sahabiyat. <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.7, hlm.679; jld.8, hlm.113.</ref>
Menurut keterangan sebagian sumber, ketika Nabi saw wafat, jumlah para sahabatnya adalah 114.000 orang. <ref>Syahid Tsani, ''al-Riayah fi Ilm al-Dirayah'', hlm.345.</ref> orang-orang yang melihat dan berjumpa dengan Nabi pada usia belia disebut sebagai seorang sahabat kecil dan kepada para wanita disebut sahabiyat. <ref>Ibnu Hajar al-Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.7, hlm.679; jld.8, hlm.113.</ref>


==Penjelasan Teori==
==Penjelasan Teori==
Menurut pandangan masyhur ulama [[Ahlusunah]], semua sahabat itu adil. <ref>Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld.1, hlm. 10; Ibnu Abdul Bar, ''al-Isti'ab, jld.1, hlm,2.</ref> Ibnu Hajar al-Asqalani mengklaim bahwa semua Ahlusunah sepakat akan keadilan semua sahabat dan menyebut para penentangnya yang berjumlah kecil sebagai para pembuat [[Bid'ah|bid'ah]]. <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.162.</ref> Dia juga menukil dari Ibnu Hazm (w. 456 H) bahwa semua sahabat akan masuk [[surga]] dan tidak satupun dari mereka yang masuk [[neraka]]. <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.163.</ref>
Menurut pandangan masyhur ulama [[Ahlusunah]], semua sahabat itu adil. <ref>Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld.1, hlm. 10; Ibnu Abdul Bar, ''al-Isti'ab, jld.1, hlm,2.</ref> Ibnu Hajar al-Asqalani mengklaim bahwa semua Ahlusunah sepakat akan keadilan semua sahabat dan menyebut para penentangnya yang berjumlah kecil sebagai para pembuat [[Bid'ah|bid'ah]]. <ref>Ibnu Hajar al-Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.162.</ref> Dia juga menukil dari Ibnu Hazm (w. 456 H) bahwa semua sahabat akan masuk [[surga]] dan tidak satupun dari mereka yang masuk [[neraka]]. <ref>Ibnu Hajar al-Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.163.</ref>


Namun, Mazri (w. 530 H), salah seorang ulama Sunni, hanya menerima keadilan dari sekelompok sahabat yang menemani [[Nabi Islam saw]], membesarkannya dan membantunya, dan mengikuti "apa saja yang diturunkan kepadanya" (Alquran). <ref>Lihat: Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.163.</ref> Sebagian Ahlusunah lainnya juga menganggap sahabat Nabi sama halnya seperti [[Muslim]] lainnya dan meyakini bahwa hanya dengan menemani Nabi tidak menyebabkannya menjadi adil. <ref>Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahj al-Balaghah'', jld.1, hlm.9.</ref>
Namun, Mazri (w. 530 H), salah seorang ulama Sunni, hanya menerima keadilan dari sekelompok sahabat yang menemani [[Nabi Islam saw]], membesarkannya dan membantunya, dan mengikuti "apa saja yang diturunkan kepadanya" (Alquran). <ref>Lihat: Ibnu Hajar al-Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.163.</ref> Sebagian Ahlusunah lainnya juga menganggap sahabat Nabi sama halnya seperti [[Muslim]] lainnya dan meyakini bahwa hanya dengan menemani Nabi tidak menyebabkannya menjadi adil. <ref>Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahj al-Balaghah'', jld.1, hlm.9.</ref>


Menurut penuturan Ahmad Husein Ya'qub, yang dimaksud dengan keadilan [[sahabat]] adalah tidak diperbolehkan berbohong atas para sahabat dan mencederai mereka, meskipun mereka telah melakukan kesalahan. <ref>Ya'kub, ''Nazhariyah 'Adalatu al-Shahabah'', hlm.15.</ref> Ibnu Atsir menulis dalam pengantar buku ''Usd al-Ghabah'': "Semua sahabat itu adil dan tidak ada kecederaan yang ditimpakan kepada mereka". <ref>Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld.1, hlm. 10.</ref> Oleh karena itu, sebagian dari ulama Sunni berkata: "Siapapun yang merusak atau mencoreng nama baik salah satu sahabat Nabi maka dia adalah kafir". <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.162.</ref>
Menurut penuturan Ahmad Husein Ya'qub, yang dimaksud dengan keadilan [[sahabat]] adalah tidak diperbolehkan berbohong atas para sahabat dan mencederai mereka, meskipun mereka telah melakukan kesalahan. <ref>Ya'kub, ''Nazhariyah 'Adalatu al-Shahabah'', hlm.15.</ref> Ibnu Atsir menulis dalam pengantar buku ''Usud al-Ghabah'': "Semua sahabat itu adil dan tidak ada kecederaan yang ditimpakan kepada mereka". <ref>Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld.1, hlm. 10.</ref> Oleh karena itu, sebagian dari ulama Sunni berkata: "Siapapun yang merusak atau mencoreng nama baik salah satu sahabat Nabi saw maka dia adalah kafir". <ref>Ibnu Hajar al-Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.162.</ref>


Begitu juga, maksud dari keadilan sahabat yang diyakini adalah sebagai karakteristik yang berdasarkan hal tersebut riwayat para sahabat dapat diterima. Khatib al-Baghdadi menulis: Setiap hadis yang silsilahnya sampai kepada Nabi, beramal atas hadis tersebut menjadi hal yang lazim ketika keadilan para perawinya dapat dibuktikan, kecuali bagi para sahabat; sebab keadilan para sahabat sudah terbukti; Karena [[Allah swt]] telah menganggap mereka sebagai orang yang adil dan telah memberi tahu mereka tentang kesucian dan kemurnian mereka. <ref>Khatib Baghdadi, ''al-Kifayah'', jld.1, hlm.64.</ref>
Begitu juga, maksud dari keadilan sahabat yang diyakini adalah sebagai sebuah karakteristik, yang mana berdasarkan hal tersebut riwayat para sahabat dapat diterima. Khatib al-Baghdadi menulis: Setiap hadis yang silsilahnya sampai kepada Nabi saw, beramal atas hadis tersebut menjadi hal yang lazim ketika keadilan para perawinya dapat dibuktikan, kecuali bagi para sahabat; sebab keadilan para sahabat sudah terbukti; Karena [[Allah swt]] telah menganggap mereka sebagai orang yang adil dan telah memberi tahu mereka tentang kesucian dan kemurnian mereka. <ref>Khatib Baghdadi, ''al-Kifayah'', jld.1, hlm.64.</ref>


==Dalil-Dalil Para Pendukung==
==Dalil-Dalil Para Pendukung==
Kalangan [[Sunni]] untuk membuktikan keadilan sahabat telah berdalil dengan [[ayat-ayat]] dari [[Alquran]] dan riwayat-riwayat dari Nabi; <ref>Khatib Baghdadi, ''al-Kifayah'', jld.1, hlm.64; Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.162.</ref> Termasuk:
Kalangan [[Sunni]] untuk membuktikan keadilan sahabat telah berdalil dengan [[ayat-ayat]] dari [[Alquran]] dan riwayat-riwayat dari Nabi; <ref>Khatib Baghdadi, ''al-Kifayah'', jld.1, hlm.64; Ibnu Hajar al-Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.162.</ref> Termasuk:
#Ayat yang mengatakan bahwa Allah swt rida dan rela dengan para sahabat; seperti ayat {{ia| وَ السَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهاجِرينَ وَ الْأَنْصارِ وَ الَّذينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَ رَضُوا عَنْه‏}} Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah <ref>Q.S. Al-Taubah, ayat 100.</ref> begitu juga ayat {{ia|لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنينَ إِذْ يُبايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَة }} <ref>Q.S. Al-Fath, ayat 18.</ref> Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, <ref>Khatib Baghdadi, ''al-Kifayah'', jld.1, hlm.64; Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.162-163.</ref> Para alim Sunni menganggap bahwa keridaan Allah kepada para sahabat adalah sebagai bukti keadilan mereka semua dan mengatakan bahwa siapapun yang diridai maka [[Allah]] tidak akan pernah marah padanya. <ref>Ibnu Abdul Bar, ''al-Isti'ab, jld.1, hlm,4.</ref> Menurut penuturan para ulama [[Syiah]], ayat-ayat ini tidak menunjukkan keadilan seluruh sahabat; karena dari zahir ayat pertama yang dapat dipahami bahwa yang dimaksud Allah adalah sebagian dari [[Muhajirin]] dan [[Anshar]], tidak semuanya. <ref>Allamah Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.9, hlm.374; Subhani, ''Ilahiyat'', jld.4, hlm.445.</ref> Dalam [[ayat]] kedua juga, yang dimaksud adalah hanya bagi para sahabat yang hadir dalam [[baiat Ridhwan]] dan tetap teguh dalam ikrar dan perjanjian mereka, tidak semua sahabat. <ref>Thusi, ''al-Tibyan'', jld.9, hlm.329.</ref> Begitu juga, keadilan dari semua [[sahabat]] tidak serasi dengan ayat ini {{ia| وَمِمَّنْ حَوْلَكُم مِّنَ الْأَعْرَ‌ابِ مُنَافِقُونَ ۖ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ ۖ مَرَ‌دُوا عَلَى النِّفَاقِ}};<ref>Q.S. Al-Taubah, ayat 101.</ref> karena ayat yang baru disebutkan ini memperkenalkan bahwa sebagian sahabat dinyatakan sebagai orang [[munafik]]. <ref>Q.S. Al-Taubah, ayat 101.</ref>
#Ayat yang mengatakan bahwa Allah swt rida dan rela dengan para sahabat; seperti ayat {{ia| وَ السَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهاجِرينَ وَ الْأَنْصارِ وَ الَّذينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَ رَضُوا عَنْه‏}} Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang [[Muhajirin]] dan [[Anshar]] dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah swt rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah swt <ref>Q.S. Al-Taubah, ayat 100.</ref> begitu juga ayat {{ia|لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنينَ إِذْ يُبايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَة }} <ref>Q.S. Al-Fath, ayat 18.</ref> Sesungguhnya Allah swt telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, <ref>Khatib Baghdadi, ''al-Kifayah'', jld.1, hlm.64; Ibnu Hajar al-Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.162-163.</ref> Para alim Sunni menganggap bahwa keridaan Allah swt kepada para sahabat adalah sebagai bukti keadilan mereka semua dan mengatakan bahwa siapapun yang diridai maka [[Allah]] swt tidak akan pernah marah padanya. <ref>Ibnu Abdul Bar, ''al-Isti'ab, jld.1, hlm,4.</ref> Menurut penuturan para ulama [[Syiah]], ayat-ayat ini tidak menunjukkan keadilan seluruh sahabat; karena dari zahir ayat pertama yang dapat dipahami bahwa yang dimaksud Allah swt adalah sebagian dari [[Muhajirin]] dan [[Anshar]], tidak semuanya. <ref>Allamah Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.9, hlm.374; Subhani, ''Ilahiyat'', jld.4, hlm.445.</ref> Dalam [[ayat]] kedua juga, yang dimaksud adalah hanya bagi para sahabat yang hadir dalam [[baiat Ridhwan]] dan tetap teguh dalam ikrar dan perjanjian mereka, tidak semua sahabat. <ref>Thusi, ''al-Tibyan'', jld.9, hlm.329.</ref> Begitu juga, keadilan dari semua [[sahabat]] tidak serasi dengan ayat ini {{ia| وَمِمَّنْ حَوْلَكُم مِّنَ الْأَعْرَ‌ابِ مُنَافِقُونَ ۖ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ ۖ مَرَ‌دُوا عَلَى النِّفَاقِ}};<ref>Q.S. Al-Taubah, ayat 101.</ref> karena ayat yang baru disebutkan ini memperkenalkan bahwa sebagian sahabat dinyatakan sebagai orang [[munafik]]. <ref>Q.S. Al-Taubah, ayat 101.</ref>
#Ayat-ayat yang memperkenalkan umat [[Islam]] sebagai umat terbaik dan [[ummat wasatha]], seperti ayat {{ia| كُنتُمْ خَیرَ أُمَّةٍ أُخْرِ‌جَتْ لِلنَّاسِ}} <ref>Q.S. Ali Imran, ayat 110.</ref> dan ayat {{ia| وَ کَذلِکَ جَعَلْناکُمْ أُمَّةً وَسَطاً}} <ref>Q.S. Al-Baqarah, ayat 143.</ref>, sebagian dari para mufasir Ahlusunah menafsirkan ummat wasatha sebagai ummah yang adil. <ref>Suyuthi, ''al-Dur al-Manstur'', jld.1, hlm.144; Fakhrurrazi, ''Tafsir al-Kabir'', jld.4, hlm.84.</ref> Dan berkata bahwa meskipun kata ummat itu umum, tetapi yang dimaksudkan adalah khusus (sahabat) dan ayat telah diturunkan berkaitan dengan sahabat; <ref>Khatib Baghdadi, ''al-Kifayah'', jld.1, hlm.64.</ref> padahal menurut ulama Syiah, ayat ini menunjukkan pada tindakan beberapa sahabat Nabi, yang kehadirannya telah menyebabkan umat Nabi saw disebut sebagai umat terbaik oleh Allah, bukan semua sahabat. <ref>Allamah Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.1, hlm.123.</ref>
#Ayat-ayat yang memperkenalkan umat [[Islam]] sebagai umat terbaik dan [[ummat wasatha]], seperti ayat {{ia| كُنتُمْ خَیرَ أُمَّةٍ أُخْرِ‌جَتْ لِلنَّاسِ}} <ref>Q.S. Ali Imran, ayat 110.</ref> dan ayat {{ia| وَ کَذلِکَ جَعَلْناکُمْ أُمَّةً وَسَطاً}} <ref>Q.S. Al-Baqarah, ayat 143.</ref>, sebagian dari para mufasir Ahlusunah menafsirkan ummat wasatha sebagai ummah yang adil. <ref>Suyuthi, ''al-Dur al-Manstur'', jld.1, hlm.144; Fakhrurrazi, ''Tafsir al-Kabir'', jld.4, hlm.84.</ref> Dan berkata bahwa meskipun kata ummat itu umum, tetapi yang dimaksudkan adalah khusus (sahabat) dan ayat telah diturunkan berkaitan dengan sahabat; <ref>Khatib Baghdadi, ''al-Kifayah'', jld.1, hlm.64.</ref> padahal menurut ulama Syiah, ayat ini menunjukkan pada tindakan beberapa sahabat Nabi saw, yang kehadirannya telah menyebabkan umat Nabi saw disebut sebagai umat terbaik oleh Allah swt, bukan semua sahabat. <ref>Allamah Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.1, hlm.123.</ref>
#Hadis "''Ashabi Kannujum''"; dalam hadis ini, para sahabat Nabi diibaratkan sebagai bintang, dimana siapa saja yang mengikuti mereka akan mendapat petunjuk. Menurut pandangan ulama Syiah dan sebagian ulama Sunni, riwayat ini adalah tergolong dari riwayat-riwayat palsu dan buatan, yang mana itu tidak sesuai dengan ayat-ayat dari Alquran dan riwayat-riawayat dari Nabi. <ref>Subhani, ''Ilahiyat'', jld.4, hlm.443.</ref>  
#Hadis "''Ashabi Kannujum''"; dalam hadis ini, para sahabat Nabi diibaratkan sebagai bintang, dimana siapa saja yang mengikuti mereka akan mendapat petunjuk. Menurut pandangan ulama Syiah dan sebagian ulama Sunni, riwayat ini adalah tergolong dari riwayat-riwayat palsu dan buatan, yang mana itu tidak sesuai dengan ayat-ayat dari Alquran dan riwayat-riawayat dari Nabi saw. <ref>Subhani, ''Ilahiyat'', jld.4, hlm.443.</ref>  


Demikian juga, untuk membuktikan keadilan sahabat terdapat dalil-dalil dari ayat-ayat Alquran lainnya <ref>Q.S. al-Fath, ayat 29; al-Hadid, ayat 11; al-Hasyr, ayat 8-10; al-Taubah, ayat 117; Lihat: Daukhi, ''Adalatu al-Shahabah baina al-Qadasah wa al-Waqi', hlm.42-87.</ref> serta hadis seperti hadis "''Khair al-Qurun Qarni''" dan hadis "''La Tasubbu Ashabi''". <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.165.</ref> Padahal keberadaan orang-orang munafik dan [[murtad]] di antara para sahabat Nabi, telah mencegah ayat-ayat dan hadis-hadis di atas untuk menunjukkan keadilan seluruh sahabat. <ref>Allamah Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.9, hlm.374.</ref> Untuk percontohan, pada [[ayat Naba']] yang mengatakan:{{ia| إِنْ جاءَكُمْ فاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا}} jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, <ref>Q.S. al-Hujurat, ayat 6.</ref> menurut penuturan para mufasir, ayat ini turun berkaitan dengan Walid bin Uqbah, yang merupakan salah satu sahabat. <ref>Thabrasi, ''Majma' al-Bayan'', jld.9, hlm.198.</ref>
Demikian juga, untuk membuktikan keadilan sahabat terdapat dalil-dalil dari ayat-ayat Alquran lainnya <ref>Q.S. al-Fath, ayat 29; al-Hadid, ayat 11; al-Hasyr, ayat 8-10; al-Taubah, ayat 117; Lihat: Daukhi, ''Adalatu al-Shahabah baina al-Qadasah wa al-Waqi', hlm.42-87.</ref> serta hadis seperti hadis "''Khair al-Qurun Qarni''" dan hadis "''La Tasubbu Ashabi''". <ref>Ibnu Hajar al-Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.165.</ref> Padahal keberadaan orang-orang munafik dan [[murtad]] di antara para sahabat Nabi saw, telah mencegah ayat-ayat dan hadis-hadis di atas untuk menunjukkan keadilan seluruh sahabat. <ref>Allamah Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.9, hlm.374.</ref> Sebagai contoh,, pada [[ayat Naba']] yang mengatakan:{{ia| إِنْ جاءَكُمْ فاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا}} jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, <ref>Q.S. al-Hujurat, ayat 6.</ref> menurut penuturan para mufasir, ayat ini turun berkaitan dengan Walid bin Uqbah, yang merupakan salah satu sahabat. <ref>Thabrasi, ''Majma' al-Bayan'', jld.9, hlm.198.</ref>


==Prilaku Para Sahabat==
==Prilaku Para Sahabat==
Ulama [[Syiah]] dan sebagian dari ulama [[Ahlusunah]] mempercayai bahwa prilaku dan tindakan sebagian [[sahabat]] melanggar teori [[keadilan]] mereka. Menurut [[Sayid Muhsin Amin]], beberapa orang sahabat seperti Ubaidullah bin Jahsy, Ubaidullah bin Khatl, Rabiah bin Umayyah dan [[Asy'ats bin Qais]] telah menjadi [[murtad]]. <ref>Amin, ''A'yan al-Syiah'', jld.1, hlm.163.</ref> Demikian juga, menurut sebuah riwayat yang dimuat dalam Shahih Bukhari, [[Nabi saw|Nabi]] memberitakan kemurtadan sejumlah sahabatnya. <ref>Bukhari, ''Shahih al-Bukhari'', jld.8, hlm.121, hadis 6585.</ref>
Ulama [[Syiah]] dan sebagian dari ulama [[Ahlusunah]] mempercayai bahwa prilaku dan tindakan sebagian [[sahabat]] melanggar teori [[keadilan]] mereka. Menurut [[Sayid Muhsin Amin]], beberapa orang sahabat seperti Ubaidullah bin Jahsy, Ubaidullah bin Khatl, Rabiah bin Umayyah dan [[Asy'ats bin Qais]] telah menjadi [[murtad]]. <ref>Amin, ''A'yan al-Syiah'', jld.1, hlm.163.</ref> Demikian juga, menurut sebuah riwayat yang dimuat dalam ''Shahih Bukhari'', [[Nabi saw|Nabi]] memberitakan kemurtadan sejumlah sahabatnya. <ref>Bukhari, ''Shahih al-Bukhari'', jld.8, hlm.121, hadis 6585.</ref>


Begitu juga dalam buku-buku sejarah terdapat bukti-bukti yang menjelaskan tentang berbagai perilaku yang bertentangan dengan keadilan sebagian dari para sahabat, seperti minum khamar, [[mencela Ali]], memberontak terhadap Imam yang adil, dan membunuh kaum Muslim. Termasuk Busr bin Arthah, dia membunuh sekitar 30.000 orang dari kalangan Syiah [[Imam Ali]]. <ref>Ibnu A'tsam Kufi, ''al-Futuh'', jld.4, hlm.238.</ref> [[Mughirah bin Syu'bah]] kurang lebih selama sekitar sembilan tahun telah mencela Imam Ali dari atas mimbar, <ref>Baladzhuri, ''Ansab al-Asyraf'', jld.5, hlm.243.</ref> [[Khalid bin Walid]] menegukkan cawan syahadah kepada Malik bin Nuwairah dan pada malam itu juga ia menyetubuhi istrinya, <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.5, hlm.561.</ref> dan Walid bin Uqbah minum khamar. <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.6, hlm.482.</ref> Juga dinukil dari [[Imam Syafi'i]] bahwa di antara para sahabat Nabi kesaksian [[Muawiyah bin Abi Sufyan]], [[Amr bin Ash]], Mughirah bin Syu'bah dan [[Ziyad bin Abih]] tidak dapat diterima. <ref>Abu Rayyah, ''Syaikh al-Mudhirah Abu Hurairah'', hlm.219.</ref>
Begitu juga dalam buku-buku sejarah terdapat bukti-bukti yang menjelaskan tentang berbagai perilaku yang bertentangan dengan keadilan sebagian dari para sahabat, seperti minum khamar, [[mencela Ali]], memberontak terhadap Imam yang adil, dan membunuh kaum Muslim. Termasuk Busr bin Arthah, dia membunuh sekitar 30.000 orang dari kalangan Syiah [[Imam Ali]]. <ref>Ibnu A'tsam Kufi, ''al-Futuh'', jld.4, hlm.238.</ref> [[Mughirah bin Syu'bah]] kurang lebih selama sekitar sembilan tahun telah mencela Imam Ali di atas mimbar, <ref>Baladzhuri, ''Ansab al-Asyraf'', jld.5, hlm.243.</ref> [[Khalid bin Walid]] membunuh Malik bin Nuwairah dan pada malam itu juga ia menggauli istrinya, <ref>Ibnu Hajar al-Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.5, hlm.561.</ref> dan Walid bin Uqbah minum khamar. <ref>Ibnu Hajar al-Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.6, hlm.482.</ref> Juga dinukil dari [[Imam Syafi'i]] bahwa di antara para sahabat Nabi kesaksian [[Muawiyah bin Abi Sufyan]], [[Amr bin Ash]], Mughirah bin Syu'bah dan [[Ziyad bin Abih]] tidak dapat diterima. <ref>Abu Rayyah, ''Syaikh al-Mudhirah Abu Hurairah'', hlm.219.</ref>


Demikian juga pembunuhan sahabat di tangan sahabat lainnya dalam [[perang Jamal]], di mana di sana ada dua kelompok sahabat yang saling berkonfrontasi, hal ini tidak sesuai dengan teori keadilan semua sahabat; [[Ibnu Abi al-Hadid]], dari Ahlusunah yang berpikiran [[Mu'tazilah]], menganggap bahwa para sahabat yang menjadi penegak perang Jamal adalah para penghuni Neraka, dan hanya mengecualikan beberapa orang saja diantara mereka seperti [[Aisyah]], [[Thalhah]], dan [[Zubair]] karena per[[taubat]]an mereka. Dia juga memiliki keyakinan yang sama berkenaan dengan tentara Syam dalam [[perang Siffin]] itu juga karena desakan mereka atas kelompok pembangkang. Sesuai dengan pemikiran rekan Mu'tazilahnya, dia juga menganggap bahwa kaum [[Khawarij]] termasuk para penghuni neraka. <ref>Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahj al-Balaghah'', jld.1, hlm.9.</ref>
Demikian juga pembunuhan sahabat di tangan sahabat lainnya dalam [[perang Jamal]], di mana dua kelompok sahabat saling berkonfrontasi, hal ini tidak sesuai dengan teori keadilan semua sahabat; [[Ibnu Abi al-Hadid]], dari Ahlusunah yang memiliki pandangan akidah [[Mu'tazilah]], menganggap bahwa para sahabat yang menjadi penegak perang Jamal adalah para penghuni Neraka, dan hanya mengecualikan beberapa orang saja diantara mereka seperti [[Aisyah]], [[Thalhah]], dan [[Zubair]] karena per[[taubat]]an mereka. Dia juga memiliki keyakinan yang sama berkenaan dengan tentara Syam dalam [[perang Siffin]] itu juga karena desakan mereka atas kelompok pembangkang. Sesuai dengan pemikiran rekan Mu'tazilahnya, dia juga menganggap bahwa kaum [[Khawarij]] termasuk para penghuni neraka. <ref>Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahj al-Balaghah'', jld.1, hlm.9.</ref>


==Tujuan dan Konsekuensi==
==Tujuan dan Konsekuensi==
Kelompok [[Syiah]] tidak menerima teori keadilan sahabat dan mereka meyakini bahwa para [[sahabat]] [[Nabi saw]] seperti kaum Muslim lainnya dan keadilan tidak dapat dibuktikan hanya dengan bertemu Nabi. <ref>Syahid Tsani, ''al-Riayah fi Ilm al-Dirayah'', hlm.343; Amin, ''A'yan al-Syiah'', jld.1, hlm.161.</ref> Menurut pandangan mereka, tidak mungkin semua sahabat Nabi Islam saw telah mencapai tingkat ketakwaan yang dapat digambarkan sebagai keadilan (meninggalkan [[dosa besar]] dan tidak terpaksa melakukan dosa kecil). Padahal, sesuai dengan sumber-sumber sejarah [[Islam]], sebagian sahabat telah menyatakan keyakinan dan [[Iman|keimanan]] mereka kepada Nabi karena disebabkan rasa takut, terpaksa dan karena lemahnya hati. <ref>Amin, ''A'yan al-Syiah'', jld.1, hlm.162.</ref> Dalam pandangan mereka, pembahasan keadilan sahabat itu diterapkan atas beberapa tujuan, yang diantaranya adalah:
Kelompok [[Syiah]] tidak menerima teori keadilan sahabat dan mereka meyakini bahwa para [[sahabat]] [[Nabi saw]] seperti kaum Muslim lainnya dan keadilan tidak dapat dibuktikan hanya dengan bertemu Nabi saw. <ref>Syahid Tsani, ''al-Riayah fi Ilm al-Dirayah'', hlm.343; Amin, ''A'yan al-Syiah'', jld.1, hlm.161.</ref> Menurut pandangan mereka, tidak mungkin semua sahabat Nabi Islam saw telah mencapai tingkat ketakwaan yang dapat digambarkan sebagai keadilan (meninggalkan [[dosa besar]] dan tidak terpaksa melakukan dosa kecil). Padahal, sesuai dengan sumber-sumber sejarah [[Islam]], sebagian sahabat telah menyatakan keyakinan dan [[Iman|keimanan]] mereka kepada Nabi saw karena disebabkan rasa takut, terpaksa dan karena lemahnya hati. <ref>Amin, ''A'yan al-Syiah'', jld.1, hlm.162.</ref> Dalam pandangan mereka, pembahasan keadilan sahabat itu diterapkan atas beberapa tujuan, yang diantaranya adalah:
*Pembenaran atas [[Kekhalifahan]] [[Abu Bakar|Abu bakar bin Abu Quhafah]], [[Umar bin Khattab]] dan [[Utsman bin Affan]].
*Pembenaran atas [[Kekhalifahan]] [[Abu Bakar|Abu bakar bin Abu Quhafah]], [[Umar bin Khattab]] dan [[Utsman bin Affan]].
*Kekebalan bagi para Sahabat dan pencegahan atas kritik serta protes terhadap mereka.
*Kekebalan bagi para Sahabat dan pencegahan atas kritik serta protes terhadap mereka.
*Pengesahan atas pemerintahan [[Muawiyah bin Abi Sufyan]] dan membenarkan tindakannya. <ref>Ya'qub, ''Nazhariyah Adalati al-Shahabah'', hlm.105-108.</ref>
*Pengesahan atas pemerintahan [[Muawiyah bin Abi Sufyan]] dan membenarkan tindakannya. <ref>Ya'qub, ''Nazhariyah Adalati al-Shahabah'', hlm.105-108.</ref>


Juga, membangun teori ijtihad para sahabat untuk membenarkan sebagian dari perilaku sahabat, mengesahkan pemahaman [[Alquran]] dan [[Sunnah]] para sahabat, dan memberikan otoritas pada ucapan dan sirah perjalanan mereka, menerima hadis-hadis yang diriwayatkan dari sahabat tanpa menerapkan aturan modifikasi jarh dan ta'dil (menilai kredibelitas perawi hadis) dan perbedaan di antara umat Islam dianggap sebagai konsekuensi dari teori keadilan sahabat. <ref>Fakhali, [http://alwahabiyah.com/fa/Article/View/1727 Dialog Keadilan sahabat].</ref>
Juga, membangun teori ijtihad para sahabat untuk membenarkan sebagian dari perilaku sahabat, mengesahkan pemahaman [[Alquran]] dan [[Sunnah]] para sahabat, dan memberikan otoritas pada ucapan dan tindakan mereka, menerima hadis-hadis yang diriwayatkan dari sahabat tanpa menerapkan aturan modifikasi jarh dan ta'dil (menilai kredibelitas para perawi hadis) dan perbedaan di antara umat Islam dianggap sebagai konsekuensi dari teori keadilan sahabat. <ref>Fakhali, [http://alwahabiyah.com/fa/Article/View/1727 Dialog Keadilan sahabat].</ref>


==Bibliografi==
==Bibliografi==
Persoalan keadilan sahabat merupakan salah satu perbedaan antara [[Syiah]] dan [[Ahlusunah]], yang telah mendapat perhatian dalam karya-karya tulis tentang para sahabat, <ref>Ibnu Abdul Bar, ''al-Isti'ab, jld.1, hlm.4; Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld.1, hlm. 10; Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.161-165.</ref> interpretatif <ref>Untuk percontohan lihat: Allamah Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.9, hlm.374-375.</ref> dan teologis <ref>Untuk percontohan lihat: Subhani, ''Ilahiyat'', jld.4, hlm.445.</ref>. Kelompok Syiah juga telah menulis berbagai buku secara independen tentang itu, yang beberapa di antaranya adalah:
Persoalan keadilan sahabat merupakan salah satu perbedaan antara [[Syiah]] dan [[Ahlusunah]], yang telah mendapat perhatian dalam karya-karya tulis tentang para sahabat, <ref>Ibnu Abdul Bar, ''al-Isti'ab, jld.1, hlm.4; Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld.1, hlm. 10; Ibnu Hajar al-Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.161-165.</ref> interpretatif <ref>Untuk percontohan lihat: Allamah Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.9, hlm.374-375.</ref> dan teologis <ref>Untuk percontohan lihat: Subhani, ''Ilahiyat'', jld.4, hlm.445.</ref>. Kelompok Syiah juga telah menulis berbagai buku secara independen tentang itu, yang beberapa di antaranya adalah:
* ''Edalate Sahabeh'' karya Sayid Ali Milani, salah seorang ulama Syiah abad ke-14 yang ditulis dalam bahasa Persia. Buku ini, mengkritik dalil dan alasan teori keadilan sahabat. Penulis memuat [[ayat-ayat]] dari Alquran yang memberikan contoh [[dosa-dosa besar]] sebagian sahabat dan kutipan dari para sesepuh Ahlusunah tentang ketidakadilan sebagian para sahabat.
* ''Edalate Sahabeh'' karya Sayid Ali Milani, salah seorang ulama Syiah abad ke-14 yang ditulis dalam bahasa Persia. Buku ini, mengkritik dalil dan alasan teori keadilan sahabat. Penulis memuat [[ayat-ayat]] dari Alquran yang memberikan contoh [[dosa-dosa besar]] sebagian sahabat dan kutipan dari para ulama Ahlusunah tentang ketidakadilan sebagian para sahabat.
* ''Edalate Sahabeh dar Partue Qur'an, Sunnat wa Tarikh'' karya Muhammad Asif Muhsini, salah seorang marja' Syiah. Dalam buku ini, keadilan sahabat dievaluasi dengan pandangan pendekatan antar mazhab. Membahas konsep sahabat dalam pandangan ulama Syiah dan Ahlusunah dan pembuktian adanya [[Maksiat|kemaksiatan]] dan [[kemunafikan]] sebagian sahabat menurut ayat-ayat Alquran yang merupakan salah satu topik buku tersebut. Penulis juga menyangkal atribusi [[Takfiri]] untuk semua sahabat dari pihak kelompok Syiah. <ref>Hadis Net,  [http://hadith.net/post/46566/ «Edalate Sahabeh dar Partue Qur'an, Sunnat wa Tarikh.].</ref>
* ''Edalate Sahabeh dar Partue Qur'an, Sunnat wa Tarikh'' karya Muhammad Asif Muhsini, salah seorang [[Marja' Taklid|marja']] Syiah. Dalam buku ini, keadilan sahabat dievaluasi dengan pandangan pendekatan antar mazhab. Membahas konsep sahabat dalam pandangan ulama Syiah dan Ahlusunah dan pembuktian adanya [[Maksiat|kemaksiatan]] dan [[kemunafikan]] sebagian sahabat menurut ayat-ayat Alquran. Penulis juga menyangkal penyandangan atribusi [[Takfiri]] untuk semua sahabat oleh kelompok Syiah. <ref>Hadis Net,  [http://hadith.net/post/46566/ «Edalate Sahabeh dar Partue Qur'an, Sunnat wa Tarikh.].</ref>


''Nazhariyah Idalatu al-Shahabah wa al-Marja'iyah al-Siyasiyah fi al-Islam'' karya Ahmad Husein Ya'qub, ''Edalate Sahabeh'' karya Sayid Muhammad Yatsribi, ''Barresi Nazariyeh Edalate Sahabeh'' karya Ghulam Husein Zeinali dan ''Nazariyeh Edalate Sahabeh'' karya Kelompok Peneliti [[Majma Jahani Ahlulbait as]] termasuk dari karya-karya lain yang ditulis dalam rangka kritik terhadap teori keadilan [[sahabat]].
''Nazhariyah Idalatu al-Shahabah wa al-Marja'iyah al-Siyasiyah fi al-Islam'' karya Ahmad Husein Ya'qub, ''Edalate Sahabeh'' karya Sayid Muhammad Yatsribi, ''Barresi Nazariyeh Edalate Sahabeh'' karya Ghulam Husein Zeinali dan ''Nazariyeh Edalate Sahabeh'' karya Kelompok Peneliti [[Majma Jahani Ahlulbait as]] termasuk dari karya-karya lain yang ditulis dalam rangka kritik terhadap teori keadilan [[sahabat]].
Baris 87: Baris 87:
*Ibnu A'tsam Kufi, Ahmad bin A'tsam. ''Al-Futuh''. Riset: Ali Syiri. Beirut, Dar al-Adhwa'. 1991/1411 H.
*Ibnu A'tsam Kufi, Ahmad bin A'tsam. ''Al-Futuh''. Riset: Ali Syiri. Beirut, Dar al-Adhwa'. 1991/1411 H.
*Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad. ''Usd al-Ghabah fi Ma'rifati al-Shahabah''. Beirut, Dar al-Fikr.1989/1409 H.
*Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad. ''Usd al-Ghabah fi Ma'rifati al-Shahabah''. Beirut, Dar al-Fikr.1989/1409 H.
*Ibnu Hajar Asqalani, Ahmad bin Ali. ''Al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah''. Riset: Adil Ahmad Abdul Mahmud, Ali Muhammad Muawadh. Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah. 1415 H.  
*Ibnu Hajar al-Asqalani, Ahmad bin Ali. ''Al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah''. Riset: Adil Ahmad Abdul Mahmud, Ali Muhammad Muawadh. Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah. 1415 H.  
*Khatib Baghdadi, Ahmad bin Ali. ''Al-Kifayah fi Ilm al-Dirayah''. Riset: Abu Abdillah al-Surqi dan Ibrahim Hamdi al-Madani. Madinah, al-Maktabah al-Ilmiyah. Tanpa tahun.
*Khatib Baghdadi, Ahmad bin Ali. ''Al-Kifayah fi Ilm al-Dirayah''. Riset: Abu Abdillah al-Surqi dan Ibrahim Hamdi al-Madani. Madinah, al-Maktabah al-Ilmiyah. Tanpa tahun.
*Subhani, Ja’far. ''Al-Ilahiyat ala Huda al-Kitab wa al-Sunnah wa al-'Aql''. Qom, al-Markaz al-Alami li al-Dirasat al-Islamiyah. 1412 H.
*Subhani, Ja’far. ''Al-Ilahiyat ala Huda al-Kitab wa al-Sunnah wa al-'Aql''. Qom, al-Markaz al-Alami li al-Dirasat al-Islamiyah. 1412 H.
Pengguna anonim