Pengguna anonim
Jimak: Perbedaan antara revisi
→Sebagian Hukum-hukum Jimak
imported>M.hazer |
imported>M.hazer |
||
Baris 42: | Baris 42: | ||
==Sebagian Hukum-hukum Jimak== | ==Sebagian Hukum-hukum Jimak== | ||
Sesuai dengan [[fatwa]] para [[marja' taklid]], hukum-hukum jimak, akan berlaku ketika alat kelamin laki-laki masuk setidaknya seukuran bagian yang disunat. <ref>lihat: Bani Hasyimi Khomaini, ''Taudhih al-Masail Maraji''', jld.1, hlm.267.</ref> Sebagian dari hukum-hukum jimak menurut penukilan dari buku-buku [[fikih]] adalah sebagai berikut: | Sesuai dengan [[fatwa]] para [[marja' taklid]], hukum-hukum jimak, akan berlaku ketika alat kelamin laki-laki masuk setidaknya seukuran bagian yang disunat. <ref>lihat: Bani Hasyimi Khomaini, ''Taudhih al-Masail Maraji''', jld.1, hlm.267.</ref> Sebagian dari hukum-hukum jimak menurut penukilan dari buku-buku [[fikih]] adalah sebagai berikut: | ||
*Dalam pernikahan daim (permanen) tidak diperbolehkan ([[haram]]) meninggalkan jimak lebih dari empat bulan. <ref>Muhaqqiq Hilli, ''Syarai' al-Islam'', jld.2, hlm. 214; Syahid Tsani, ''al-Raudhah al-Bahiyah'', jld.5, hlm.104.</ref> | *Dalam pernikahan daim (permanen) tidak diperbolehkan ([[haram (fikih)|haram]]) meninggalkan jimak lebih dari empat bulan. <ref>Muhaqqiq Hilli, ''Syarai' al-Islam'', jld.2, hlm. 214; Syahid Tsani, ''al-Raudhah al-Bahiyah'', jld.5, hlm.104.</ref> | ||
*Jimak dengan hewan dilarang (haram) dan dihukum dengan hukuman [[takzir]]. <ref>Syahid Awal, ''al-Qawaid wa al-Fawaid'', jld.1, hlm.175.</ref> | *Jimak dengan hewan dilarang (haram) dan dihukum dengan hukuman [[takzir]]. <ref>Syahid Awal, ''al-Qawaid wa al-Fawaid'', jld.1, hlm.175.</ref> | ||
*Jimak dilarang (haram) dengan perempuan yang belum [[balig]]. <ref>Muhaqqiq Hilli, ''Syarai' al-Islam''', jld.2, hlm. 214.</ref> | *Jimak dilarang (haram) dengan perempuan yang belum [[balig]]. <ref>Muhaqqiq Hilli, ''Syarai' al-Islam''', jld.2, hlm. 214.</ref> | ||
Baris 48: | Baris 48: | ||
*Jika seorang laki-laki melakukan jimak dengan laki-laki lain, haram baginya menikah dengan ibu, saudara perempuan dan anak perempuannya. <ref>Bani Hasyimi Khomaini, ''Taudhih al-Masail Maraji''', jld.2, hlm.611.</ref> | *Jika seorang laki-laki melakukan jimak dengan laki-laki lain, haram baginya menikah dengan ibu, saudara perempuan dan anak perempuannya. <ref>Bani Hasyimi Khomaini, ''Taudhih al-Masail Maraji''', jld.2, hlm.611.</ref> | ||
*Diizinkan berjimak dengan istrinya dari jalan belakang, tetapi hal itu dihukumi makruh berat (syadidah). <ref>Muhaqqiq Hilli, ''Syarai' al-Islam''', jld.2, hlm. 214.</ref> | *Diizinkan berjimak dengan istrinya dari jalan belakang, tetapi hal itu dihukumi makruh berat (syadidah). <ref>Muhaqqiq Hilli, ''Syarai' al-Islam''', jld.2, hlm. 214.</ref> | ||
*Jimak pada waktu-waktu seperti malam-malam Senin, Selasa, Kamis, Jumat dan Kamis siang, dihukumi mustahab. <ref>Thabathabai Yazdi, ''al-Urwah al-Wutsqa'', jld.2, hlm. 801.</ref> | *Jimak pada waktu-waktu seperti malam-malam Senin, Selasa, Kamis, Jumat dan Kamis siang, dihukumi [[mustahab]]. <ref>Thabathabai Yazdi, ''al-Urwah al-Wutsqa'', jld.2, hlm. 801.</ref> | ||
==Catatan Kaki== | ==Catatan Kaki== |