Lompat ke isi

Kufah: Perbedaan antara revisi

28 bita dihapus ,  8 September 2017
imported>M.hazer
imported>M.hazer
Baris 55: Baris 55:
Kufah setelah didirikan, karena air dan cuaca yang bagus serta dekat dengan sungai Furat dan kondisi ekonomi yang bagus yang didapat dari ghanimah dan hasil sejumlah tanah yang telah ditaklukkan menerima gelombang imigrasi pelbagai etnis dan kelompok wilayah seluruh Islam pada waktu itu. Imigrasi ini khususnya pada tahun 36 Hijriah, Amirul Mukmin Ali as untuk menjadikan kota ini sebagai ibukota negara Islam semakin meningkat, sampai-sampai jumlah pasukannya yang datang dari Kufah saja dalam [[perang Shiffin]] mencapai 65 ribu pasukan,<ref>Thabari, ''Tarikh al-Umam wa al-Muluk'', jld. 5, hlm. 80. </ref> apalagi dengan mengkalkulasi keluarga mereka dan juga orang-orang yang tidak ikut serta dalam peperangan, maka dengan gampang dapat diprediksikan jumlahnya mencapai 150 ribu orang. Selain itu, sebagian riwayat menunjukkan bahwa pasukannya dalam perang Shiffin berjumlah 90 ribu orang. <ref>Mas’udi, ''Muruj al-Dzahab'', jld. 2, hlm. 371. </ref>  
Kufah setelah didirikan, karena air dan cuaca yang bagus serta dekat dengan sungai Furat dan kondisi ekonomi yang bagus yang didapat dari ghanimah dan hasil sejumlah tanah yang telah ditaklukkan menerima gelombang imigrasi pelbagai etnis dan kelompok wilayah seluruh Islam pada waktu itu. Imigrasi ini khususnya pada tahun 36 Hijriah, Amirul Mukmin Ali as untuk menjadikan kota ini sebagai ibukota negara Islam semakin meningkat, sampai-sampai jumlah pasukannya yang datang dari Kufah saja dalam [[perang Shiffin]] mencapai 65 ribu pasukan,<ref>Thabari, ''Tarikh al-Umam wa al-Muluk'', jld. 5, hlm. 80. </ref> apalagi dengan mengkalkulasi keluarga mereka dan juga orang-orang yang tidak ikut serta dalam peperangan, maka dengan gampang dapat diprediksikan jumlahnya mencapai 150 ribu orang. Selain itu, sebagian riwayat menunjukkan bahwa pasukannya dalam perang Shiffin berjumlah 90 ribu orang. <ref>Mas’udi, ''Muruj al-Dzahab'', jld. 2, hlm. 371. </ref>  


Fenomena terpenting pada masa ini adalah perpindahan ibukota Islam dari Madinah ke Kufah. Setelah para pengingkar janji (pasukan Jamal) bergerak menuju Basra, Imam Ali as pada tahun 36 H bergerak menuju Irak dengan seribu pasukan perang penduduk Madinah. Sepuluh atau duabelas ribu orang penduduk Kufah juga ikut bergabung dengan pasukan Imam Ali untuk melawan para pengingkar janji. <ref>Baladzuri, ''Ansab al-Asyraf'', jld. 2, hlm. 235. </ref>  Setelah kemenangan di hadapan [[perang Jamal]], Imam pergi ke Kufah<ref>Al-Mufid, ''al-Jumal'', hlm. 422; Ja’fari, ''Tasayyu’ dar Masir Tarikh'', hlm. 107. </ref>  dan menjadikannya sebagai pusat kekhilafahan Islam.
Fenomena terpenting pada masa ini adalah perpindahan ibukota Islam dari Madinah ke Kufah. Setelah para pengingkar janji (pasukan Jamal) bergerak menuju Basra, Imam Ali as pada tahun 36 H bergerak menuju Irak dengan seribu pasukan perang penduduk Madinah. Sepuluh atau duabelas ribu orang penduduk Kufah juga ikut bergabung dengan pasukan Imam Ali untuk melawan para pengingkar janji. <ref>Baladzuri, ''Ansab al-Asyraf'', jld. 2, hlm. 235. </ref>  Setelah kemenangan di hadapan perang Jamal, Imam pergi ke Kufah<ref>Al-Mufid, ''al-Jumal'', hlm. 422; Ja’fari, ''Tasayyu’ dar Masir Tarikh'', hlm. 107. </ref>  dan menjadikannya sebagai pusat kekhilafahan Islam.


'''Alasan Dipilih Kufah Sebagai Ibukota'''
'''Alasan Dipilih Kufah Sebagai Ibukota'''
Baris 86: Baris 86:
| [[Ammarah bin Syahab]] || pada tahun 36 Hijriah para pejabat Imam Ali berada di Kufah.
| [[Ammarah bin Syahab]] || pada tahun 36 Hijriah para pejabat Imam Ali berada di Kufah.
|-
|-
| [[Abu Musa Asy’ari]] || pada tahun 17 Hijriah, Umar bin Khattab mengangkatnya menjadi gubernur Basra dank arena Utsman menjadi penguasa setelahnya dia menetapkan posisinya dan kemundian mencopot jabatannya. Abu Musa pergi ke Kufah. Penduduk Kufah setelah mengeluarkan Said bin Ash, meminta kepada Utsman untuk supaya mengangkat Abu Musa menjadi gubernur Kufah, Utsman pun mengangkatnya menjadi penguasa Kufah. Abu Musa tetap tinggal di Kufah hingga masa terbunuhnya Utsman, karena Imam Ali as memegang tampuk kekhalifahan, Imam menetapkannya pada jabatannya dan setelah beberapa waktu terjadi [[perang Jamal]] dan Imam Ali as mengutus seseorang untuk mendatangi penduduk Kufah supaya mereka mau membantunya dalam perang Jamal. Namun Abu Musa meminta kepada mereka supaya tidak ikut serta dalam perang tersebut. Oleh karena itu, Imam Ali as mencopot dan melepas jabatannya sebagai gubernur Kufah.
| [[Abu Musa Asy’ari]] || pada tahun 17 Hijriah, Umar bin Khattab mengangkatnya menjadi gubernur Basra dank arena Utsman menjadi penguasa setelahnya dia menetapkan posisinya dan kemundian mencopot jabatannya. Abu Musa pergi ke Kufah. Penduduk Kufah setelah mengeluarkan Said bin Ash, meminta kepada Utsman untuk supaya mengangkat Abu Musa menjadi gubernur Kufah, Utsman pun mengangkatnya menjadi penguasa Kufah. Abu Musa tetap tinggal di Kufah hingga masa terbunuhnya Utsman, karena Imam Ali as memegang tampuk kekhalifahan, Imam menetapkannya pada jabatannya dan setelah beberapa waktu terjadi perang Jamal dan Imam Ali as mengutus seseorang untuk mendatangi penduduk Kufah supaya mereka mau membantunya dalam perang Jamal. Namun Abu Musa meminta kepada mereka supaya tidak ikut serta dalam perang tersebut. Oleh karena itu, Imam Ali as mencopot dan melepas jabatannya sebagai gubernur Kufah.


|}
|}
Baris 95: Baris 95:
   
   
====Peran Kufah dalam Peristiwa Karbala====
====Peran Kufah dalam Peristiwa Karbala====
Setelah kematian [[Muawiyah]] pada tahun 60 H, banyak sekali masyarakat dan pemuka Kufah menulis surat untuk [[Imam Husain as]] dan mengundangnya ke Kufah guna memegang pemerintahan kota tersebut. <ref>Syaikh Mufid, ''al-Irsyad'', jld. 2, hlm. 37-39. </ref>  Dengan bertambahnya jumlah surat yang ada, Imam Husain as bergerak menuju Kufah, namun [[Ibnu Ziyad]] yang menjadi gubernur Kufah, dengan ancaman dan suap, membubarkan masyarakat untuk mendukung [[Muslim bin Aqil]], wakil Imam Husain<ref>Baladzuri, jld. 2, hlm. 80-81. </ref>  dan dari sisi lain ia mengirim pasukan Kufah dengan dipimpin oleh [[Umar bin Sa’ad]] untuk melawan Imam. Dengan demikian terjadilah peristiwa Karbala.
Setelah kematian Muawiyah pada tahun 60 H, banyak sekali masyarakat dan pemuka Kufah menulis surat untuk [[Imam Husain as]] dan mengundangnya ke Kufah guna memegang pemerintahan kota tersebut. <ref>Syaikh Mufid, ''al-Irsyad'', jld. 2, hlm. 37-39. </ref>  Dengan bertambahnya jumlah surat yang ada, Imam Husain as bergerak menuju Kufah, namun [[Ibnu Ziyad]] yang menjadi gubernur Kufah, dengan ancaman dan suap, membubarkan masyarakat untuk mendukung Muslim bin Aqil, wakil Imam Husain<ref>Baladzuri, jld. 2, hlm. 80-81. </ref>  dan dari sisi lain ia mengirim pasukan Kufah dengan dipimpin oleh [[Umar bin Sa’ad]] untuk melawan Imam. Dengan demikian terjadilah peristiwa Karbala.


'''*Susunan Penduduk Kufah pada Masa Kebangkitan Imam Husain:'''
'''*Susunan Penduduk Kufah pada Masa Kebangkitan Imam Husain:'''
Baris 124: Baris 124:
!Para Gubernur !! Priode Kegubernuran
!Para Gubernur !! Priode Kegubernuran
|-
|-
| [[Ziyad bin Abihi]] || [[Muawiyah]] menjadikannya sebagai kepala pemerintah Basra dan Kufah, dan sampai dia menemui ajalnya pada tahun 53 Hijriah tetap memegang tampuk kepemerintahan di sana.
| [[Ziyad bin Abihi]] || Muawiyah menjadikannya sebagai kepala pemerintah Basra dan Kufah, dan sampai dia menemui ajalnya pada tahun 53 Hijriah tetap memegang tampuk kepemerintahan di sana.
|-
|-
| [[Dhahhak bin Qais]] || pada tahun 53 Hijriah Muawiyah mengangkatnya menjadi gubernur Basra dan Kufah setelah kematian Ziyad bin Abihi. Dia juga pergi dan mengajak penduduk supaya memberikan bai’at mereka kepada Abdullah bin Zubair dan memerangi Marwan bin Hakam dan pada tahun 65 Hijriah terbunuh di perang Marj Rahit.
| [[Dhahhak bin Qais]] || pada tahun 53 Hijriah Muawiyah mengangkatnya menjadi gubernur Basra dan Kufah setelah kematian Ziyad bin Abihi. Dia juga pergi dan mengajak penduduk supaya memberikan bai’at mereka kepada Abdullah bin Zubair dan memerangi Marwan bin Hakam dan pada tahun 65 Hijriah terbunuh di perang Marj Rahit.
Baris 134: Baris 134:
| [[Nu’man bin Basyir]] || Dia merupakan orang terakhir yang ditunjuk oleh Muawiyah sebagai pejabat gubernur Kufah. Dia terbunuh pada tahun 65 Hijriah.
| [[Nu’man bin Basyir]] || Dia merupakan orang terakhir yang ditunjuk oleh Muawiyah sebagai pejabat gubernur Kufah. Dia terbunuh pada tahun 65 Hijriah.
|-
|-
| [[Ubaidillah bin Ziyad]] || [[Yazid bin Muawiyah]] ketika mengangkatnya menjadi gubernur Kufah pada tahun 60 Hijriah, di saat [[Muslim Bin Aqil]] datang ke Kufah demi mengajak penduduk untuk membela dan membantu Imam Husain as.
| [[Ubaidillah bin Ziyad]] || [[Yazid bin Muawiyah]] ketika mengangkatnya menjadi gubernur Kufah pada tahun 60 Hijriah, di saat Muslim Bin Aqil datang ke Kufah demi mengajak penduduk untuk membela dan membantu Imam Husain as.
|-
|-
| [[Amr bin Harist]] || dia menjadi penguasa Kufah oleh Ziyad bin Abihi dan setiap kali Ziyad keluar dari Kufah, ia menggantikan posisinya dan dia juga pengganti Ubaidillah bin Ziyad.
| [[Amr bin Harist]] || dia menjadi penguasa Kufah oleh Ziyad bin Abihi dan setiap kali Ziyad keluar dari Kufah, ia menggantikan posisinya dan dia juga pengganti Ubaidillah bin Ziyad.
Baris 171: Baris 171:
'''*Kemunculan Qaramitah'''
'''*Kemunculan Qaramitah'''


Mayoritas riwayat sejarah yang ada, mengaitkan akar kemunculan Qaramitah pada aktivitas salah satu penyeru dan pengikut [[Ismailiyah]] yang bernama Hamdan bin Asy’ats, yang tersohor dengan Qarmat, yang memulai aktivitas dakwahnya di Kufah.  Pada tahun 317 H, Qaramitah dengan menyerang [[Mekah]], ia mengambil [[Hajar Aswad]]. Pada tahun 339 H, dalam proses pengembalian Hajar Aswad ke Mekah, pertama-tama Hajar Aswad dibawa ke Kufah dan digantungkan ke tiang ketujuh masjid Kufah agar masyarakat melihatnya. <ref>Ibn Katsir, ''al-Bidayah wa al-Nihayah'', jld. 11, hlm. 223. </ref>
Mayoritas riwayat sejarah yang ada, mengaitkan akar kemunculan Qaramitah pada aktivitas salah satu penyeru dan pengikut [[Ismailiyah]] yang bernama Hamdan bin Asy’ats, yang tersohor dengan Qarmat, yang memulai aktivitas dakwahnya di Kufah.  Pada tahun 317 H, Qaramitah dengan menyerang Mekah, ia mengambil [[Hajar Aswad]]. Pada tahun 339 H, dalam proses pengembalian Hajar Aswad ke Mekah, pertama-tama Hajar Aswad dibawa ke Kufah dan digantungkan ke tiang ketujuh masjid Kufah agar masyarakat melihatnya. <ref>Ibn Katsir, ''al-Bidayah wa al-Nihayah'', jld. 11, hlm. 223. </ref>


===Kondisi Sekarang===
===Kondisi Sekarang===
Pengguna anonim