Pengguna anonim
Zainab binti Jahsy: Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>E.amini Tidak ada ringkasan suntingan |
imported>Yuwono Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 14: | Baris 14: | ||
{{Infobox persona | {{Infobox persona | ||
| nama = Zainab binti Jahsy | | nama = Zainab binti Jahsy | ||
| dikenal sebagai = Istri [[Nabi | | dikenal sebagai = Istri [[Nabi Muhammad saw]] | ||
| Nama lengkap = Zainab binti Jahsy bin Rayyab | | Nama lengkap = Zainab binti Jahsy bin Rayyab | ||
| Lakab = [[Ummul Mukminin]] | | Lakab = [[Ummul Mukminin]] | ||
Baris 20: | Baris 20: | ||
| Afiliasi agama = [[Islam]] | | Afiliasi agama = [[Islam]] | ||
| Tempat tinggal = [[Mekah]], [[Madinah]] | | Tempat tinggal = [[Mekah]], [[Madinah]] | ||
| Wafat = [[20 H]] | | Wafat = [[20 H/641]] | ||
| Waktu Syahid = | | Waktu Syahid = | ||
| Meninggal= | | Meninggal= | ||
Baris 26: | Baris 26: | ||
}} | }} | ||
{{Istri-istri Nabi}} | {{Istri-istri Nabi}} | ||
'''Zainab binti Jahsy''' ( | '''Zainab binti Jahsy''' (bahasa Arab: {{ia|زینب بنت جحش}}) adalah salah seorang istri [[Nabi Muhammad saw]]. Ia sebelumnya menikah dengan Zaid bin Haritsah anak asuh Rasulullah saw, namun tidak lama keduanya berpisah. Untuk mengubah tradisi [[Jahiliyah]] yang menyamakan sepenuhnya anak asuh sebagaimana anak kandung, Nabi Muhammad saw menikahi mantan istri anak asuhnya tersebut. | ||
Pernikahannya dengan Zainab menyebabkan Nabi Muhammad | Pernikahannya dengan Zainab menyebabkan Nabi Muhammad saw dilecehkan dan diolok-olok, yang menjadi penyebab turunnya [[ayat]] mengenai perintah berhijab. Demikian pula, pernikahannya dengan Zainab menimbulkan kecemburuan dari sebagian istri Nabi saw yang lain, yang kemudian menjadi penyebab turunnya [[Surah Al-Tahrim|surah Al-Tahrim]]. | ||
Zainab dikenal sebagai sosok pribadi yang sederhana dan zuhud. Sehingga disaat ia meninggal dunia, tidak ada satu dirhampun yang ia tinggalkan. Ia wafat di [[Madinah]] pada tahun 20 H dan dimakamkan di [[Pemakaman Baqi]]. | Zainab dikenal sebagai sosok pribadi yang sederhana dan zuhud. Sehingga disaat ia meninggal dunia, tidak ada satu dirhampun yang ia tinggalkan. Ia wafat di [[Madinah]] pada tahun 20 H/641 dan dimakamkan di [[Pemakaman Baqi]]. | ||
==Nama dan Nasab== | ==Nama dan Nasab== | ||
Nama ayah Zainab Jahsy bin Rayyab dari suku Ghanm dan dari kabilah Asad bin Khuzaima, <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 101; Ibnu Abd al-Barr, jld. 4, hlm. 1849; Ibnu Abi al-Hadid, jld. 9, hlm. 242.</ref> yang setelah hijrah ke Mekah, bergabung dengan Bani Umayyah sehingga termasuk dalam suku Quraisy. <ref>Lih. Baladzuri, j;d. 1, hlm. 521-522.</ref> Ibunya bernama Umaima binti Abdul Muththalib, bibi Rasulullah | Nama ayah Zainab Jahsy bin Rayyab dari suku Ghanm dan dari kabilah Asad bin Khuzaima, <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 101; Ibnu Abd al-Barr, jld. 4, hlm. 1849; Ibnu Abi al-Hadid, jld. 9, hlm. 242.</ref> yang setelah hijrah ke [[Mekah]], bergabung dengan [[Bani Umayyah]] sehingga termasuk dalam suku [[Quraisy]]. <ref>Lih. Baladzuri, j;d. 1, hlm. 521-522.</ref> Ibunya bernama Umaima binti [[Abdul Muththalib]], bibi Rasulullah saw.<ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 101; Ibnu Abd al-Barr, jld. 4, hlm. 1849; Ibnu Abi al-Hadid, jld. 9, hlm. 242.</ref> | ||
Sebelumnya Zainab bernama Barra, yang kemudian setelah menikah dengan [[Rasulullah | Sebelumnya Zainab bernama Barra, yang kemudian setelah menikah dengan [[Rasulullah saw]], Rasulullah saw memanggilnya dengan nama Zainab. <ref>Ibnu Abd al-Barr, jld. 4, hlm. 1849; Mahab al-Din Thabrisi, jld. 161; Ibnu Hajar, jld. 7, hlm. 668. </ref> | ||
==Kelahiran== | ==Kelahiran== | ||
Tidak ada catatan sejarah yang pasti mengenai tahun kelahiran Zainab. Namun mengingat tahun wafatnya 20 H pada masa kekhalifahan [[Umar bin Khattab]], sementara banyak | Tidak ada catatan sejarah yang pasti mengenai tahun kelahiran Zainab. Namun mengingat tahun wafatnya 20 H/641 pada masa kekhalifahan [[Umar bin Khattab]], sementara banyak sejarawan yang menyebutkan sewaktu wafat usianya 53 tahun <ref>Lih. Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 115; Ibnu Jauzi, jld. 2, hlm. 49.</ref> maka setidaknya dapat diperkirakan, ia lahir pada tahun 33 sebelum [[hijrah]] atau sekitar 10 tahun sebelum [[Bi'tsah|Bi'tsat]]. | ||
Ibnu Hajar berpendapat, usia Zainab sewaktu meninggal dunia adalah 50 tahun. | Ibnu Hajar berpendapat, usia Zainab sewaktu meninggal dunia adalah 50 tahun. <ref>Ibnu Hajar, jld. 7, hlm. 670.</ref> Sementara Ibnu Sa'ad <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 114.</ref> meriwayatkan dari Waqidi, usia Zainab ketika dinikahi [[Rasulullah saw]] 35 tahun <ref>Lih. Ibnu Hajar, jld. 7, hlm. 670.</ref>. Sehingga diperkirakan kelahirannya sekitar 29 atau 30 tahun sebelum hijrah. Ibu Akasyah bin Mahsahn juga menyebutkan sewaktu [[hijrah ke Madinah]] usia Zainab saat itu sekitar 30 tahun. <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 1, hlm. 115. </ref> | ||
==Hijrah== | ==Hijrah== | ||
Baris 46: | Baris 46: | ||
==Kepribadian== | ==Kepribadian== | ||
Sepeninggal Zainab, tidak ada sedikitpun harta berharga yang ditinggalkannya. Sebab semasa hidupnya ia dikenal sebagai pribadi yang dermawan. <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 114.</ref> [[Nabi Muhammad | Sepeninggal Zainab, tidak ada sedikitpun harta berharga yang ditinggalkannya. Sebab semasa hidupnya ia dikenal sebagai pribadi yang dermawan. <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 114.</ref> [[Nabi Muhammad saw]] mengenalnya sebagai sosok istri yang lembut dan penyayang. Nabi Muhammad saw pernah bersabda kepada semua istrinya, bahwa yang paling pertama menyusulnya setelah kematiannya, adalah yang paling dermawan diantara istri-istrinya. <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 108; Abu Na'im Isfahani, jld. 2, hlm. 54; Ibnu Abd al-Barr, jld. 4, hlm. 1850-1851.</ref> | ||
Zainab hanya dalam beberapa jam, 12 ribu dirham yang merupakan pemasukan tahunannya telah ia habiskan untuk dibagikannya ke pelayan-pelayannya, ke anak-anak yatim, kaum janda serta orang-orang yang lebih membutuhkannya. Kedermawanannya tersebut, banyak diriwayatkan oleh para | Zainab hanya dalam beberapa jam, 12 ribu dirham yang merupakan pemasukan tahunannya telah ia habiskan untuk dibagikannya ke pelayan-pelayannya, ke anak-anak yatim, kaum janda serta orang-orang yang lebih membutuhkannya. Kedermawanannya tersebut, banyak diriwayatkan oleh para sejarawan. <ref>Lih. Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 103-110; Ibnu Hajar, jld. 7, hlm. 670. </ref> | ||
Mengenai Zainab, [[Aisyah]] menyebutnya sebagai perempuan yang bertakwa, suka membantu, jujur, gemar | Mengenai Zainab, [[Aisyah]] menyebutnya sebagai perempuan yang bertakwa, suka membantu, jujur, gemar ber[[sedekah]] dan berbakti pada orangtua. Aisyah berkata tidak ada yang lebih dikenalnya paling memperhatikan nasib anak-anak yatim dan kaum janda dari Zainab. <ref>Ibnu Sa'ad, jld.8, hlm. 108-110; Ibnu Abd al-Barr, jld. 4, hlm. 1851; Ibnu Hajar, jld. 7, hlm. 671.</ref> Aisyah menyebut Zainab adalah istri yang paling dicintai Rasulullah saw setelah dirinya. <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 114.</ref> | ||
Ibnu Abd al-Barra dan Ibnu Jauzi menukil riwayat dari Aisyah, bahwa ia bersama dengan Zainab adalah istri-istri terbaik Nabi Muhammad | Ibnu Abd al-Barra dan Ibnu Jauzi menukil riwayat dari Aisyah, bahwa ia bersama dengan Zainab adalah istri-istri terbaik Nabi Muhammad saw. <ref>Ibnu Abd al-Barr, jld.4, hlm. 1851.</ref> <ref>Ibnu Jauzi, jld. 2, hlm. 48.</ref> | ||
==Periwayatan== | ==Periwayatan== | ||
Zainab termasuk perawi langsung hadis dari Rasulullah | Zainab termasuk perawi langsung hadis dari Rasulullah saw. <ref>Lih: Tabrani, jld. 24, hlm. 51-57.</ref> [[Bukhari]] dan [[Muslim bin Hajjaj Naisyaburi|Muslim]] mendokumentasikan sejumlah hadis yang diriwayatkan oleh Zainab. <ref>Dzahabi, jld. 2, hlm. 218.</ref> Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar, Ummu Habibah dan Muhammad bin Abdullah bin Jahsy diantara perawi yang meriwayatkan hadis Nabi saw yang didapatnya dari Zainab. <ref>Lih. Mazi, jld. 35, hlm. 184.</ref> | ||
Riwayat dari Thabari dengan sanad yang ''mursal'' menyebutkan, fukaha Hijaz menyebutkan Nabi Muhammad | Riwayat dari Thabari dengan sanad yang ''mursal'' menyebutkan, [[fakih|fukaha]] [[Hijaz]] menyebutkan Nabi Muhammad saw wafat di rumah Zainab. <ref>Thabari, Tarikh, jld. 3, hlm. 187.</ref> | ||
==Pernikahan dengan Rasulullah | ==Pernikahan dengan Rasulullah saw== | ||
===Tuduhan Berlebihan Musuh=== | ===Tuduhan Berlebihan Musuh=== | ||
Isu pernikahan [[Rasulullah | Isu pernikahan [[Rasulullah saw]] dengan Zainab oleh kelompok munafikin dan musyrikin dijadikan bahan untuk mencela dan mengolok-olok Nabi Muhammad saw. Sebagian kelompok munafik menghembuskan fitnah bahwa berpisahnya [[Zaid bin Haritsah]] dengan Zainab karena ketertarikan Nabi saw kepada kecantikan Zainab. Merekapun merekayasa cerita mengenai hal tersebut <ref>Lih. Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 101-102; Baladzuri, jld. 1, hlm. 522; Ibnu Abd al-Barr, jld. 4, hlm. 1849-1850.</ref> yang cerita tersebut memiliki beragam versi. | ||
Versi cerita yang paling masyhur menyebutkan, sewaktu Nabi Muhammad | Versi cerita yang paling masyhur menyebutkan, sewaktu Nabi Muhammad saw melihat Zainab, Zaid sedang tidak berada di rumah. <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 101-102; Thabari, Tarikh, jld. 2, hlm. 562-566; Thabrani, jld. 24, hlm. 44. </ref> Namun versi riwayta Ibnu Habib <ref>Ibnu Habib, hlm. 85.</ref> menyebutkan, Zaid ada di rumah, mamun sedang pergi mengambil [[wudhu]]. Oleh sebagian mufassir, kisah tersebut dinilai sebagai penyebab turunnya [[ayat]] 37 dari [[surah Al-Ahzab]].<ref>Lih. Thabari, Tafsir; Ibnu Abi Zaminain, pada ayat yang dimaksud. </ref> | ||
Dengan melihat kitab-kitab tafsir klasik yang ada, menunjukkan mufassir generasi awal, kemungkinan besar menjadikan kisah-kisah yang populer dikalangan masyarakat menjadi sumber rujukan. <ref>Lih. Thabrani, jld. 24, hlm. 44. </ref> Ibnu Hajar menyebutkan, lemahnya sanad dari kisah-kisah yang beredar mengenai isu yang mengawali perceraian Zaid dengan Zainab. <ref>Ibnu Hajar, jld. 7, hlm. 668.</ref> Namun tetap saja kisah-kisah yang hanya bersumber dari satu pihak tersebut yang diterima menjadi penyebab pernikahan Nabi Muhammad | Dengan melihat kitab-kitab tafsir klasik yang ada, menunjukkan mufassir generasi awal, kemungkinan besar menjadikan kisah-kisah yang populer dikalangan masyarakat menjadi sumber rujukan. <ref>Lih. Thabrani, jld. 24, hlm. 44. </ref> Ibnu Hajar menyebutkan, lemahnya sanad dari kisah-kisah yang beredar mengenai isu yang mengawali perceraian Zaid dengan Zainab. <ref>Ibnu Hajar, jld. 7, hlm. 668.</ref> Namun tetap saja kisah-kisah yang hanya bersumber dari satu pihak tersebut yang diterima menjadi penyebab pernikahan Nabi Muhammad saw dengan Zainab. <ref>Dairah al-Ma'arif Islam.</ref> | ||
Pernikahan Nabi | Pernikahan Nabi saw dengan Zainab juga dijadikan kaum [[Nasrani]] di masa itu sebagai bahan untuk menyerang kepribadian Nabi saw dan mengesankan citra buruk pada [[Islam]]. <ref>Dairah al-Ma'arif Islam.</ref> Kemungkinan yang pertama kali menggunakan peristiwa ini sebagai bantahan atas kenabian Nabi Muhammad saw dalam keyakinan Kristen adalah John Damascene dalam buku ''The Fountain of Knowledge''. <ref>Lih. Sahas, hlm. 91; Hoyland, hlm. 276.</ref> Setelah itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari literatur Kristen dalam kaitannya dengan polemik terhadap Islam. Terkadang kisah mengenai peristiwa tersebut mengalami perubahan sebagaimana yang mereka nukil dari kitab-kitab [[Ahlusunah]], dan menjadikannya sebagai sumber rujukan. <ref>Lih. Kindi, hlm. 58; Sahas, hlm. 91; Daniel, hlm. 30-31, 119-125, 313. </ref> | ||
===Jawaban=== | ===Jawaban=== | ||
Ulama-ulama | Ulama-ulama Islam memberikan sejumlah jawaban dan bantahan dari syubhat-syubhat tersebut. Sumber penolakan kaum Musyrikin dan Munafikin atas pernikahan [[Nabi Muhammad saw]] dengan mantan istri anak angkatnya dikarenakan tradisi [[Jahiliyah]] penduduk [[Mekah]] yang memberlakukan anak angkat sebagaimana anak kandung, sehingga hukum-hukum yang berkaitan dengan anak angkat juga berlaku untuk anak asuh. Kisah tersebut termuat dalam ayat 36-39 surah [[Surah Al-Ahzab|Al-Ahzab]]. <ref>Lih. Sayid Murtadha Allamalhuda, hlm. 175-177.</ref> | ||
Menikah dengan sepupu adalah tindakan yang sah dalam [[Islam]], sehingga perkawinan Nabi Muhammad | Menikah dengan sepupu adalah tindakan yang sah dalam [[Islam]], sehingga perkawinan Nabi Muhammad saw dengan putri bibinya bukan masalah. Namun mengenai apa yang telah disebutkan bahwa Nabi saw menikahi Zainab karena tertarik dengan kecantikannya, <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 101-102; Qomi, jld. 2, hlm. 172-173.</ref> maka harus dikatakan bahwa Nabi saw tahu bahwa Zainab adalah perempuan yang santun dan cantik sebelum pernikahannya dengan Zaid bin Haritsah; bahkan saat itu Nabi saw sendiri yang meminta Zaid menikahi Zainab. | ||
Nabi | Nabi saw memiliki rasa kasih sayang secara khusus pada Zaid <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 3, hlm. 40, 42-44; Ibnu Abd al-Barr, jld. 2, hlm. 543, 546.</ref>, yang satu atau dua tahun setelah [[Bi'tsah]], Ia memerdekakan budaknya, [[Ummu Aiman]] untuk kemudian dinikahkan dengan Zaid. Dari pernikahan Zaid dan Ummu Aiman, lahirlah Usamah bin Zaid. <ref>Lih. Ibnu Sa'ad, jld. 3,hlm. 45; Ibnu Abd al-Barr, jld. 2, hlm. 546.</ref> | ||
==Pelamaran Nabi Muhammad | ==Pelamaran Nabi Muhammad saw== | ||
Setelah Zainab [[hijrah ke Madinah]], Nabi Muhammad | Setelah Zainab [[hijrah ke Madinah]], Nabi Muhammad saw melamar Zainab untuk Zaid. Zainab kala itu menganggap bahwa dirinya dilamar untuk [[Nabi saw]] sendiri. Namun setelah tahu, Nabi saw melamarnya untuk Zaid, ia sempat menolak namun sadar bahwa itu kehendak Nabi saw, maka ia pun ridha dan menyepakati berlangsungnya pernikahan tersebut. <ref>Ibnu Sa'ad, jld.8, hlm. 101; Thabrani, jld. 24, hlm. 39, 40, 45; Abu Na'im Isfahani, jld. 2, hlm. 51-52. </ref> | ||
Ahli tafsir pada umumnya berpendapat peristiwa dilamarnya Zainab oleh Nabi Muhammad | Ahli tafsir pada umumnya berpendapat peristiwa dilamarnya Zainab oleh Nabi Muhammad saw untuk Zaid mengiringi turunnya ayat 36 surah [[Surah Al-Ahzab|al-Ahzab]] yang dengan turunnya ayat tersebut, Zainab tidak lagi punya pilihan lain, selain menyepakati pernikahannya dengan Zaid. <ref>Lih. Muqatil bin Sulaiman; Thabari, Tafsir pada ayat yang dimaksud; Ibnu Abi Zaminain, pada ayat yang dimaksud menukil riwayat yang menyebutkan ayat tersebut berkenaan dengan Ummu Kultsum bin 'Uqbah bin Abi Mu'ith dan Zaid bin Haritsah. </ref> | ||
==Perpisahan dengan Zaid== | ==Perpisahan dengan Zaid== | ||
Meski selalu bersama<ref>Abu 'Ubaidah, hlm. 62; Abu Na'im Isfahani, jld. 2, hlm. 52.</ref>namun Zaid mengeluhkan akhlak buruk Zainab kepada Rasulullah | Meski selalu bersama<ref>Abu 'Ubaidah, hlm. 62; Abu Na'im Isfahani, jld. 2, hlm. 52.</ref>namun Zaid mengeluhkan akhlak buruk Zainab kepada Rasulullah saw, yang oleh Rasulullah saw ia diminta bersabar dan bertahan bersama istrinya.<ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 103; Baladzuri, jld. 1, hlm. 522; Thabrani, jld. 24, hlm. 41. </ref>Sampai akhirnya [[Nabi Muhammad saw]] meminta agar Zaid menceraikan istri setelah ada perintah dari [[Allah swt]] agar keduanya berpisah. | ||
Menurut mayoritas | Menurut mayoritas sejarawan, perceraian antara Zainab dan Zaid terjadi pada tahun ke-5 H/626 atau setelah terjadinya Perang Muraisa' pada bulan [[Sya'ban]]. <ref>Lih. Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 114; Baladzuri, jld. 1, hlm. 521; Ibnu Abd al-Barr, jld. 4, hlm. 1849, yang sependapat dengan pendapat Qitadah; Abu 'Ubaidah, hlm. 61; Baladzuri, jld. 1, hlm. 521; Ibnu Abd al-Barr, jld. 4, hlm. 1849, yang menyebutkan waktu berpisahnya Zainab dengan Zaid pada tahun ke-3 H/624 meskipun Baladzuri menyebut bahwa pendapat tersebut tidak dapat dipastikan. </ref> | ||
==Pernikahan dengan Rasulullah | ==Pernikahan dengan Rasulullah saw== | ||
Nabi Muhammad | Nabi Muhammad saw atas perintah dari Allah swt menikahi Zainab. Hikmah dibalik pernikahan tersebut adalah untuk merombak tradisi Jahiliyah penduduk [[Mekah]] yang memberlakukan sama seutuhnya antara anak asuh dengan anak angkat. <ref>Lih. Qs. Ahzab: 37; Ibnu Hajar, jld. 7, hlm. 667; Ibnu Hisyam, jld. 2, hlm. 646.</ref> | ||
Diriwayatkan sendiri dari Zainab, ia menikah tanpa [[mahar]] dengan Rasulullah | Diriwayatkan sendiri dari Zainab, ia menikah tanpa [[mahar]] dengan Rasulullah saw dan Nabi saw memperkenalkan Zaid sebagai pewaris dan puteranya. <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 3, hlm. 42; Ibnu Abd al-Barr, jld. 2, hlm. 543; Ibnu Hajar, jld. 2, hlm. 599.</ref> | ||
Dikarenakan pernikahan Nabi Muhammad | Dikarenakan pernikahan Nabi Muhammad saw dengan Zainab adalah ketetapan langit, maka Nabi saw memperlakukan Zainab lebih istimewa dibandingkan dengan istrinya yang lain. <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 103; Ibnu Abd al-Barr, jld. 4, hlm. 1850.</ref>Pada pesta pernikahannya dengan Zainab, Nabi saw menyembelih seekor kambing <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 103.</ref> dan melayani tamu-tamunya dengan itu. <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 105, 106, 107; Ibnu Abd al-Barr, jld. 4, hlm. 1849.</ref> | ||
Pernikahan Nabi Muhammad | Pernikahan Nabi Muhammad saw dengan Zainab berlangsung pada awal bulan [[Dzulkaidah|Dzulqa'dah]] pada tahun ke-5 H/626, yang saat itu Zainab sedang berusia 35 tahun. <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 114; Ibnu Abd al-Barr, jld. 4, hlm. 1849.</ref> | ||
==Turunnya Ayat Hijab== | ==Turunnya Ayat Hijab== | ||
[[Ayat Hijab|Ayat hijab]] turun setelah pernikahan [[Nabi Muhammad | [[Ayat Hijab|Ayat hijab]] turun setelah pernikahan [[Nabi Muhammad saw]] dengan Zainab untuk menghindarkan gangguan dari sejumlah kaum Munafikin. Dengan matan yang berbeda-beda, riwayat mengenai turunnya ayat hijab tersebut dicatat oleh Ibnu Sa'ad <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 105-107.</ref>dan Thabrani <ref>Thabrani, jld. 24, hlm. 46-50.</ref> serta dinukil oleh ulama ahli tafsir dengan menyebut turunnya ayat 58 dan 59 surah [[Surah Al-Ahzab|al-Ahzab]] tersebut untuk menghindarkan istri Nabi saw dari gangguan. <ref>Lih. Maqatil bin Sulaiman; Thabari, Tafsir, pada ayat yang dimaksud; Thabari, Tafsir; Ibnu Abi Zaminain, pada ayat yang dimaksud, mengenai penyebab turunnya ayat ini, ia menukil khusus dari Ummu Salamah dan Aisyah. </ref> | ||
Zainab adalah istri yang sangat dicintai dan disayangi Rasulullah | Zainab adalah istri yang sangat dicintai dan disayangi Rasulullah saw dan memiliki posisi yang istimewa di sisi Rasulullah saw. Hal itulah yang menimbulkan kecemburuan dari beberapa istri Nabi saw yang lain. Ayat-ayat bagian awal surah [[Surah Al-Tahrim|at-Tahrim]] turun berkenaan dengan peristiwa yang dipicu oleh kecemburuan tersebut. <ref>Lih. Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 107; Bukhari, jld. 6, hlm. 166-167, jld. 7, hlm. 232; Muslim, jld. 4, hlm. 184-185.</ref> Keistimewaan yang dimiliki Zainab menyebabkan ia dibenci oleh Shafiyah binti Haiya bn Akhthab. <ref>Ibnu Abd al-Barr, jld. 4, hlm. 1850.</ref> | ||
Zainab ikut beserta Rasulullah | Zainab ikut beserta Rasulullah saw pada [[perang Hunain]] <ref>Waqidi, jld. 3, hlm. 926; Thabari, Tarikh, jld. 3, hlm. 83. </ref>dan pasca wafatnya Rasulullah saw ia berkata tidak akan pernah lagi keluar menunggangi hewan tunggangan, meskipun itu untuk melakukan [[haji]]. <ref>Waqidi, jld. 3, hlm. 1115.</ref> | ||
Nabi | Nabi saw berkata kepada [[Umar bin Khattab|Umar]] yang memarahi Zainab, supaya tahu bahwa Zainab itu ''Awwah'' (orang yang rendah hati) dan banyak merintih di sisi [[Allah swt]]. Zainab itu memiliki sifat Nabi Ibrahim dalam dirinya. <ref>Abu Na'im Isfahani, jld. 2, hlm. 53-54; Ibnu Abd al-Barr, jld. 4, hlm. 1852: Ibnu Hajar, jld. 7, hlm. 669.</ref> | ||
==Pada Periode Kekhalifahan Umar== | ==Pada Periode Kekhalifahan Umar== | ||
Pada masa kekhalifahan [[Umar bin Khattab|Umar]], wilayah kekuasaan Islam sangat luas. Khalifah Umar melakukan berbagai penaklukan di wilayah jazirah Arab. Sebagaimana istri-istri Nabi | Pada masa kekhalifahan [[Umar bin Khattab|Umar]], wilayah kekuasaan Islam sangat luas. Khalifah Umar melakukan berbagai penaklukan di wilayah jazirah Arab. Sebagaimana istri-istri Nabi saw yang lain, Zainab juga mendapatkan harta dari Baitul Mal sebesar 12 ribu dirham setiap tahunnya. Namun Zainab hanya mendapatkan pada tahun pertama, sebab tahun setelahnya ia telah menghembuskan nafas yang terakhir. Bagi Zainab harta yang didapatkan dari penaklukan adalah fitnah dan berharap dari [[Allah swt]] agar ia dihindarkan dari harta yang didapat dari penaklukkan dan penjajahan. <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 110; Lih. Dzahabi, jld. 2, hlm. 214.</ref> | ||
==Wafat== | ==Wafat== | ||
Zainab adalah istri yang pertama kali menyusul [[Rasulullah | Zainab adalah istri yang pertama kali menyusul [[Rasulullah saw]] ke haribaan-Nya. <ref>Ibnu Abd al-Barr, jld. 4, hlm. 1850.</ref> Ia wafat pada tahun ke 20 H <ref>Lih. Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 115; Thabrani, jld. 24, hlm. 38; Ibnu Abd al-Barr, jld. 4, hlm. 1852.</ref>. Shalat jenazah untuknya diimami oleh [[Umar bin Khattab]] yang saat itu menjadi khalifah. <ref>Ibnu Habib, hlm. 88; Mazi, jld. 35, hlm. 185.</ref> | ||
Ibnu Sa'ad, <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 111.</ref> Dzahabi, <ref>Dzahabi, jld. 2, hlm. 212-213.</ref> dan sejumlah perawi lainnya menukilkan bahwa pada proses pemakaman Zainab, Umar bin Khattab pada awalnya memerintahkan hanya untuk para mahramnya saja yang bisa melihat langsung proses pemakaman tersebut untuk menjaga kemuliaan istri Nabi | Ibnu Sa'ad, <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 111.</ref> Dzahabi, <ref>Dzahabi, jld. 2, hlm. 212-213.</ref> dan sejumlah perawi lainnya menukilkan bahwa pada proses pemakaman Zainab, Umar bin Khattab pada awalnya memerintahkan hanya untuk para mahramnya saja yang bisa melihat langsung proses pemakaman tersebut untuk menjaga kemuliaan istri Nabi saw tersebut. Sebab saat itu Zainab hendak dimakamkan tidak dengan peti jenazah. Namun Asma binti 'Umais pada saat itu mengusulkan untuk digunakan peti jenazah sehingga masyarakat umum mampu mengikuti proses pemakaman tersebut. <ref>Ibnu Qutaibah, hlm. 555.</ref> | ||
Umar bin Khattab menerima usulan tersebut dan selanjutnya memberlakukannya untuk setiap jenazah perempuan yang hendak dimakamkan agar menggunakan peti jenazah sehingga tidak terlihat oleh pandangan umum. <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 112; Ibnu Qutaibah, hlm. 555.</ref> | Umar bin Khattab menerima usulan tersebut dan selanjutnya memberlakukannya untuk setiap jenazah perempuan yang hendak dimakamkan agar menggunakan peti jenazah sehingga tidak terlihat oleh pandangan umum. <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 112; Ibnu Qutaibah, hlm. 555.</ref> | ||
==Proses Pemakaman== | ==Proses Pemakaman== | ||
Pemakaman Zainab dengan menggunakan peti jenazah dikenal sebagai yang pertama dalam masyarakat Islam waktu itu. Ketika ditanyakan kepada Asma binti 'Umais dibalik saran penggunaan peti untuk jenazah Zainab, ia berkata, ia pernah melihat tradisi penduduk Habasyah menggunakan peti pada prosesi pemakamanan jenazah. <ref>Kulaini, jld. 3, hlm. 251; Ibnu Babwaih, jld. 1, hlm. 194; Abu Na'im Isfahani, jld. 2, hlm. 43.</ref> Sementara peti jenazah telah digunakan pada prosesi pemakaman jenazah [[Fatimah binti Muhammad Sa|Sayidah Fatimah az-Zahra Sa]], hanya karena prosesi pemakamannya diadakan tidak secara terbuka, sehingga pemakaman Zainablah yang dikenal sebagai yang pertama menggunakan peti jenazah untuk memuliakan istri Nabi | Pemakaman Zainab dengan menggunakan peti jenazah dikenal sebagai yang pertama dalam masyarakat Islam waktu itu. Ketika ditanyakan kepada Asma binti 'Umais dibalik saran penggunaan peti untuk jenazah Zainab, ia berkata, ia pernah melihat tradisi penduduk Habasyah menggunakan peti pada prosesi pemakamanan jenazah. <ref>Kulaini, jld. 3, hlm. 251; Ibnu Babwaih, jld. 1, hlm. 194; Abu Na'im Isfahani, jld. 2, hlm. 43.</ref> Sementara peti jenazah telah digunakan pada prosesi pemakaman jenazah [[Fatimah binti Muhammad Sa|Sayidah Fatimah az-Zahra Sa]], hanya karena prosesi pemakamannya diadakan tidak secara terbuka, sehingga pemakaman Zainablah yang dikenal sebagai yang pertama menggunakan peti jenazah untuk memuliakan istri Nabi saw sehingga jenazahnya tidak terlihat oleh umum. <ref>Lih. Ibnu Qutaibah, hlm. 555; Thabrisi, jld. 1, hlm. 278; Mahab al-Din Thabari, hlm. 166.</ref> | ||
==Makam== | ==Makam== |