Lompat ke isi

Wahyu: Perbedaan antara revisi

181 bita ditambahkan ,  28 April 2020
imported>M.hazer
imported>M.hazer
Baris 66: Baris 66:


==Wahyu dalam Pembahasan Kontemporer==
==Wahyu dalam Pembahasan Kontemporer==
Sampai abad ke-16 M, keyakinan akan gaibnya masalah wahyu di kalangan ilmuan dan pemikir Barat bukan hal yang diperdebatkan. Namun dengan semakin berkembangnya ilmu sains dan pemikiran materialisme, kemapanan konsep wahyu mulai dikritisi. Awalnya mereka menyebut wahyu hanya khurafat dan khayalan, namun kemudian dengan berkembangnya ilmu kejiwaan (psikologi) tahun 1846 di Amerika, kelompok yang menentang wahyu merekontruksi pendapatnya dengan menyebut wahyu adalah kondisi kejiwaan seseorang, yang melalui pengungkapan indera ke enam mengklaim diri sebagai nabi.<ref>Dāirah al-Maārif al-Qur'an al-'asyrin, jld. 10, hlm. 712-719. </ref>
Sampai abad ke-16 M, keyakinan akan gaibnya masalah wahyu di kalangan ilmuan dan pemikir Barat bukan hal yang diperdebatkan. Namun dengan semakin berkembangnya ilmu sains dan pemikiran materialisme, maka sebagian dari mereka mengingkari ke-supranaturalan wahyu. Awalnya mereka menyebut wahyu hanya khurafat dan khayalan, namun kemudian dengan berkembangnya ilmu kejiwaan (psikologi) tahun 1846 di Amerika, kelompok yang menentang wahyu merekontruksi pendapatnya dengan menyebut wahyu adalah kondisi kejiwaan seseorang, indera ke enam dan hasil dari kematangan orang-orang yang menerimanya.<ref>''Dāirah al-Maārif al-Qur'an al-'Isyrin'', jld. 10, hlm. 712-719. </ref>


Sebagian pemikir Barat lainnya, berdasarkan anggapan identisitas pengalaman religius dan wahyu, berkeyakinan bahwa sesuai dengan wataknya manusia berupaya memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Namun berbagai problem seperti diskriminasi yang terjadi pada alam natural, kecacatan epistemik dan moral manusia, rasa kesendirian serta problem-problem lainnya yang semacam ini, bukanlah perkara-perkara yang menjadi perhatian seluruh manusia. Oleh kerenanya, manusia-manusia yang berjiwa transenden (punya semangat tinggi) yang memiliki perhatian besar, secara perlahan memisahkan diri dari masyarakat dan memokuskan diri pada alam yang lebih tinggi. Dengan menempa diri dan melakukan latihan-latihan khusus, mereka mendapatkan kondisi-kondisi [spiritual] yang tidak diperoleh dan diketahui manusia-manusia lainnya. <ref>َAli Dhasti 43 </ref> Berdasarkan hal ini, agama merupakan pengalaman spiritual dan sosial nabi dan perkataan Tuhan adalah perkataan Nabi itu sendiri. Wahyu mengikuti pada nabi dan meluas dengan meluasnya personalitas nabi.
Sebagian pemikir Barat lainnya, berdasarkan anggapan identisitas pengalaman religius dan wahyu, berkeyakinan bahwa sesuai dengan wataknya manusia berupaya memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Namun berbagai problem seperti diskriminasi yang terjadi pada alam natural, kecacatan epistemik dan moral manusia, rasa kesendirian serta problem-problem lainnya yang semacam ini, bukanlah perkara-perkara yang menjadi perhatian seluruh manusia. Oleh kerenanya, manusia-manusia yang berjiwa transenden (punya semangat tinggi) yang memiliki perhatian besar, secara perlahan memisahkan diri dari masyarakat dan memokuskan diri pada alam yang lebih tinggi. Dengan menempa diri dan melakukan latihan-latihan khusus, mereka mendapatkan kondisi-kondisi [spiritual] yang tidak diperoleh dan diketahui manusia-manusia lainnya. <ref>َAli Dhasti, hlm. 43 </ref> Berdasarkan hal ini, agama merupakan pengalaman spiritual dan sosial nabi dan perkataan [[Tuhan]] adalah perkataan Nabi itu sendiri. Wahyu mengikuti pada nabi dan meluas dengan meluasnya personalitas nabi.


Pada masa kontemporer, telah mengemuka sebuah diskursus baru serta penjelasan-penjelasan lebih modern terkait fenomena wahyu dan prosesnya. Di dunia Arab, Nasr Hamid Abu Zaid, Mohammad Arkon, Fazlur Rahman, Hasan Hanafi, Mohammad Khalafullah dan di Iran Abdul Karim Soroush dan Mujtahid Shabestari mengajukan suatu tafsiran baru tentang wahyu. Kendati pandangan-pandangan ini tidak serupa dan terdapat perbedaan-perbedaan perspektif serius di antara mereka, namun sebagian besar dari pandangan-pandangan ini, sepaham dalam dua hal: Satunya adalah teks-teks religius tidak dapat dilihat keluar dari lingkup kemanusiaan dan terpisah dari sejarah dan budaya manusia (bukan pandangan meta-insani) dan semuanya hendak menekankan peran "manusia" di dalamnya. Lainnya adalah wahyu tidak bersumber dari hakekat-hakekat dan proposisi-proposisi melainkan dianggap sebagai sejenis perjumpaan dan pengalaman esoteris (batin). <ref> [http://farhangemrooz.com/news/7604/%DA%86%D8%B1%D8%A7%DB%8C%DB%8C-%D8%A7%D9%82%D8%A8%D8%A7%D9%84-%D9%86%D9%88%D8%A7%D9%86%D8%AF%DB%8C%D8%B4%D8%A7%D9%86-%D9%85%D8%B9%D8%A7%D8%B5%D8%B1-%D8%A8%D9%87-%D9%88%D8%AD%DB%8C-%D8%B4%D9%86%D8%A7%D8%B3%DB%8C-%D9%88-%D9%82%D8%B1%D8%A2%D9%86-%D9%BE%DA%98%D9%88%D9%87%DB%8C situs Farhang wa Ulumue Insani]</ref>
Pada masa kontemporer, telah mengemuka sebuah diskursus baru serta penjelasan-penjelasan lebih modern terkait fenomena wahyu dan prosesnya. Di dunia Arab, Nasr Hamid Abu Zaid, Mohammad Arkon, Fazlur Rahman, Hasan Hanafi, Mohammad Khalfullah dan di Iran Abdul Karim Soroush dan Mujtahid Shabestari mengajukan suatu tafsiran baru tentang wahyu.<ref>[http://farhangemrooz.com/news/7604/چرایی-اقبال-نواندیشان-معاصر-به-وحی-شناسی-و-قرآن-پژوهی]</ref> Kendati pandangan-pandangan ini tidak serupa dan terdapat perbedaan-perbedaan perspektif serius di antara mereka, namun sebagian besar dari pandangan-pandangan ini, sepaham dalam dua hal: Satunya adalah teks-teks religius tidak dapat dilihat keluar dari lingkup kemanusiaan dan terpisah dari sejarah dan budaya manusia (bukan pandangan meta-insani) dan semuanya hendak menekankan peran "manusia" di dalamnya. Lainnya adalah wahyu tidak bersumber dari hakekat-hakekat dan proposisi-proposisi melainkan dianggap sebagai sejenis perjumpaan dan pengalaman esoteris (batin). <ref> [http://farhangemrooz.com/news/7604/%DA%86%D8%B1%D8%A7%DB%8C%DB%8C-%D8%A7%D9%82%D8%A8%D8%A7%D9%84-%D9%86%D9%88%D8%A7%D9%86%D8%AF%DB%8C%D8%B4%D8%A7%D9%86-%D9%85%D8%B9%D8%A7%D8%B5%D8%B1-%D8%A8%D9%87-%D9%88%D8%AD%DB%8C-%D8%B4%D9%86%D8%A7%D8%B3%DB%8C-%D9%88-%D9%82%D8%B1%D8%A2%D9%86-%D9%BE%DA%98%D9%88%D9%87%DB%8C situs Farhang wa Ulumue Insani]</ref>


Pembahasan-pembahasan yang diketengahkan orang-orang ini, ditentang oleh para penganut pandangan umum dan populer [[Islam]].
Pembahasan-pembahasan yang diketengahkan orang-orang ini, ditentang oleh para penganut pandangan umum dan populer [[Islam]].
Pengguna anonim