Pengguna anonim
Tragedi Kamis Kelabu: Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono Tidak ada ringkasan suntingan |
imported>Yuwono Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 14: | Baris 14: | ||
'''Tragedi hari Kamis kelabu''' (bahasa Arab: {{ia| رزية يوم الخميس}}) adalah sebuah tragedi yang berkenaan dengan pena dan kertas yang diminta oleh [[Nabi Muhammad saw]] ketika beliau terbaring sakit di atas ranjang, guna menuliskan suatu wasiat bagi kaum [[Muslimin]] yang nantinya dapat mencegah mereka dari ketersesatan sepeninggalnya. Menurut riwayat, Permintaan Nabi saw ini tidak terpenuhi karena berhadapan dengan penentangan [[Umar bin Khattab]] yang mana dengan mengatakan sebuah kalimat: "Orang ini sedang mengigau" telah mencegah penulisan pesan dan wasiat Nabi tersebut. | '''Tragedi hari Kamis kelabu''' (bahasa Arab: {{ia| رزية يوم الخميس}}) adalah sebuah tragedi yang berkenaan dengan pena dan kertas yang diminta oleh [[Nabi Muhammad saw]] ketika beliau terbaring sakit di atas ranjang, guna menuliskan suatu wasiat bagi kaum [[Muslimin]] yang nantinya dapat mencegah mereka dari ketersesatan sepeninggalnya. Menurut riwayat, Permintaan Nabi saw ini tidak terpenuhi karena berhadapan dengan penentangan [[Umar bin Khattab]] yang mana dengan mengatakan sebuah kalimat: "Orang ini sedang mengigau" telah mencegah penulisan pesan dan wasiat Nabi tersebut. | ||
Reaksi | Reaksi khalifah kedua ini diyakini telah bertentangan dengan sebagian [[ayat-ayat]] [[Alquran]] dan telah menimbulkan kritik beberapa penulis muslim. | ||
Kejadian ini -yang digambarkan sebagai musibah besar- telah dinukil dalam sumber-sumber riwayat dan sejarah Syiah dan [[Ahlusunah]]. Menurut kalangan [[Syiah]], maksud Nabi saw adalah menegaskan dan menekankan kepemimpinan [[Imam Ali as]] setelah beliau. | Kejadian ini -yang digambarkan sebagai musibah besar- telah dinukil dalam sumber-sumber riwayat dan sejarah Syiah dan [[Ahlusunah]]. Menurut kalangan [[Syiah]], maksud Nabi saw adalah menegaskan dan menekankan kepemimpinan [[Imam Ali as]] setelah beliau. | ||
Baris 33: | Baris 33: | ||
* {{ia|إنّ النّبى (رسول الله) قد غلب عليه (غلبه) الوجع و عندکم القرآن حسبنا کتاب الله }} Sesungguhnya Nabi telah diliputi rasa sakit sementara Alquran di sisi kalian cukuplah kami dengan kitabullah. (Rujuk: Bukhari, Shahih Bukhari, jld.6, hlm.9, jld.7, hlm.120; Nawawi, Shahih Muslim Bisyarhi an-Nawawi, jld.11, hlm. 90.)}} Kemudian diantara sahabat terjadi perselisihan dan ikhtilaf di antara para sahabat. Nabi dengan menyaksikan perselisihan diantara mereka lalu meminta mereka untuk pergi keluar dari hadapannya. Kebanyakan sumber menjelaskan bahwa orang yang menentang nabi adalah [[khalifah kedua]] <ref> Bukhari, Shahih Bukhari, jld.1, hlm.37, jld.4, hlm.66; jld.5, hlm.137-138, jld.7, hlm.9; Muslim, Shahih Muslim jld.5, hlm. 75-76; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.2, hlm.187.</ref> namun sebagian sumber lainnya tidak menyebutkan namanya.<ref>Ibnu Hambal, Musnad Imam Ahmad bin Hambal, jld.2, hlm.45; Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, jld.9, hlm.207. </ref> | * {{ia|إنّ النّبى (رسول الله) قد غلب عليه (غلبه) الوجع و عندکم القرآن حسبنا کتاب الله }} Sesungguhnya Nabi telah diliputi rasa sakit sementara Alquran di sisi kalian cukuplah kami dengan kitabullah. (Rujuk: Bukhari, Shahih Bukhari, jld.6, hlm.9, jld.7, hlm.120; Nawawi, Shahih Muslim Bisyarhi an-Nawawi, jld.11, hlm. 90.)}} Kemudian diantara sahabat terjadi perselisihan dan ikhtilaf di antara para sahabat. Nabi dengan menyaksikan perselisihan diantara mereka lalu meminta mereka untuk pergi keluar dari hadapannya. Kebanyakan sumber menjelaskan bahwa orang yang menentang nabi adalah [[khalifah kedua]] <ref> Bukhari, Shahih Bukhari, jld.1, hlm.37, jld.4, hlm.66; jld.5, hlm.137-138, jld.7, hlm.9; Muslim, Shahih Muslim jld.5, hlm. 75-76; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.2, hlm.187.</ref> namun sebagian sumber lainnya tidak menyebutkan namanya.<ref>Ibnu Hambal, Musnad Imam Ahmad bin Hambal, jld.2, hlm.45; Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, jld.9, hlm.207. </ref> | ||
Menurut pandangan ulama [[Syiah]], | Menurut pandangan ulama [[Syiah]], Nabi saw dengan [[Hadis Dawat]] ingin menekankan suksesi Imam Ali as sepeninggalnya. Namun beberapa orang yang hadir saat itu memahami hal ini dan kemudian mencegahnya.<ref>Syarafuddin, al-Muraja'at, hlm.527.</ref> Khalifah kedua juga dalam percakapan antara dia dan [[Ibnu Abbas]] telah dinukil dengan jelas bahwa: Nabi saw berkehendak menerangkan bahwa nama Ali as akan disebutkan untuk menjadi khilafah setelahnya akan tetapi aku dikarenakan belas kasihku telah menghalangi hal itu demi Islam dan menjaganya. <ref>Ibnu Abil Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jld.12, hlm.20-21. </ref> | ||
==Sumber-sumber Hadis== | ==Sumber-sumber Hadis== | ||
Kejadian ini telah diterangkan secara rinci dengan berbagai ungkapan dan frasa dalam sumber-sumber sejarah dan periwayatan | Kejadian ini telah diterangkan secara rinci dengan berbagai ungkapan dan frasa dalam sumber-sumber sejarah dan periwayatan Syiah dan [[Ahlusunah]]. Buku-buku Sahih Bukhari<ref>Bukari, Shahih al-Bukhari, jld.1, hlm.37, jld.4, hlm.66, jld.7, hlm.9.</ref>, Sahih Muslim<ref>Shahih Muslim,jld.5, hlm.75-76.</ref>, Musand Ahmad<ref> Musnad al-Imam Ahmad bin Hambal, jld.2, hadis 1963, hlm.45.</ref>, Sunan Baihaqi<ref> Al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubra, jld.9, hlm.207.</ref> dan Thabaqat Ibni Sa'ad<ref> Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.2, hlm.242-245.</ref> dari sumber-sumber Sunni, al-Irsyad<ref> Syaikh Mufid, al-Irsyad, jld.1, hlm.184.</ref>, dan Awail al-Maqalat<ref> Syaikh Mufid, Awail al-Maqalat, hlm.406.</ref>, al-Ghaibah Nukmani <ref> Nu'mani, al-Ghaibah, hlm.81-82.</ref>, dan al-Manaqib Ibnu Syahr Asyub<ref> Ibnu Syhar Asyub, al-Manaqib, jld.1, hlm.236.</ref> dari sumber-sumber Syiah. | ||
==Posisi-posisi== | ==Posisi-posisi== | ||
===Posisi Syiah=== | ===Posisi Syiah=== | ||
Ulama | Ulama Syiah menganggap hal ini adalah sebuah musibah besar, karena mencegah tindakan Nabi saw dalam menulis sebuah wasiat guna menghindari kesesatan umat [[Islam]]. <ref> Jauhari, Muqtadhab al-Atsar, hlm.1.</ref> Dalam beberapa versi penukilan riwayat dalam sumber-sumber Ahlusunah dimuat bahwa [[Ibnu Abbas]] menyebut pencegahan atas tindakan Nabi saw yang hendak menulis wasiat adalah sebuah musibah dan tragedi besar dan ia menangisi hal itu. <ref> Shahih al-Bukhari, jld.5, hlm.137-138. Shahih Muslim,jld.5, hlm.76. </ref> | ||
[[Sayid Abdul Husain Syarafuddin|Syarafuddin Amili]] dalam ''[[al-Muraja'at]]'', dengan bersandar kepada [[Alquran]] al-Karim, telah memasukan beberapa protes atas Umar bin Khattab dalam peristiwa tersebut, diantaranya: <ref>Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 242; terjemah Bahasa Persia: Munāzhirāt, hal. 435. </ref> | [[Sayid Abdul Husain Syarafuddin|Syarafuddin Amili]] dalam ''[[al-Muraja'at]]'', dengan bersandar kepada [[Alquran]] al-Karim, telah memasukan beberapa protes atas Umar bin Khattab dalam peristiwa tersebut, diantaranya: <ref>Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 242; terjemah Bahasa Persia: Munāzhirāt, hal. 435. </ref> | ||
Baris 63: | Baris 63: | ||
==Sebab Keenganan Nabi saw Menuliskan Wasiat== | ==Sebab Keenganan Nabi saw Menuliskan Wasiat== | ||
Menurut keyakinan sebagian ulama Syiah, alasan yang menyebabkan Nabi saw tidak mau lagi menuliskan wasiat, adalah karena perkataan yang dilontarkan di hadapannya; karena tulisan tersebut tidak lagi memeiliki efek, malah justru akan menimbulkan fitnah dan pertikaian pasca kepergiannya. Dengan demikian, jika Nabi saw menulis wasiat tersebut, bisa jadi akan dikatakan kembali apakah tulisan itu hasil dari igauan Nabi atau bukan? <ref>Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 245; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 436-437. </ref> | Menurut keyakinan sebagian ulama Syiah, alasan yang menyebabkan [[Nabi saw]] tidak mau lagi menuliskan wasiat, adalah karena perkataan yang dilontarkan di hadapannya; karena tulisan tersebut tidak lagi memeiliki efek, malah justru akan menimbulkan fitnah dan pertikaian pasca kepergiannya. Dengan demikian, jika Nabi saw menulis wasiat tersebut, bisa jadi akan dikatakan kembali apakah tulisan itu hasil dari igauan Nabi atau bukan? <ref>Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 245; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 436-437. </ref> | ||
==Catatan Kaki== | ==Catatan Kaki== |