Pengguna anonim
Istimta': Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Esmail |
imported>Esmail Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Istimta''''( | <onlyinclude>{{#ifeq:{{{section|editorial box}}}|editorial box|{{Editorial Box | ||
| prioritas = | |||
| kualitas = | |||
| link =sudah | |||
| foto =- | |||
| kategori =sudah | |||
| infobox =sudah | |||
| navbox =sudah | |||
| alih=sudah | |||
| referensi =sudah | |||
| Artikel bagus = | |||
| Artikel pilihan = | |||
}}}}</onlyinclude> | |||
'''Istimta'''' (bahasa Arab:{{ia|اِستِمتاع}}) atau bersenang-senang adalah kenikmatan seksual yang dilakukan oleh dua pasangan baik dari jalan yang sah atau jalan yang tidak sah dengan cara bersetubuh, mencium, melihat, menyentuh dan sebagainya. Ungkapan semacam ini banyak dibahas dan disinggung pada pembahasan-pembahasan seperti pada bab nikah dan bab taharah (bersuci) dalam beberapa masalah, [[puasa]], [[iktikaf]] dan bab [[haji]], perdagangan, dan dalam bab pelanggaran-pelanggaran (''hudud''). | |||
==Pengertian Secara Leksikal dan Teknikal== | ==Pengertian Secara Leksikal dan Teknikal== | ||
Baris 10: | Baris 23: | ||
===Istimta' Halal=== | ===Istimta' Halal=== | ||
Yang dimaksud dengan istimta' halal dalam pengertian umumnya adalah istimta' yang kembali pada hukum wajib, mustahab dan makruh. | Yang dimaksud dengan istimta' halal dalam pengertian umumnya adalah istimta' yang kembali pada hukum [[wajib]], [[mustahab]] dan [[makruh]]. | ||
# Istimta' dalam beberapa kondisi dapat menjadi wajib, seperti ketika bernazar untuk melakukan istimta' secara halal atau satu hal yang jika tidak ada istimta' yang halal maka dia akan terjerumus pada istimta' haram. <ref>''Mustamsak al-Urwah'', jld. 5, hlm. 14. </ref> | #Istimta' dalam beberapa kondisi dapat menjadi wajib, seperti ketika bernazar untuk melakukan istimta' secara halal atau satu hal yang jika tidak ada istimta' yang halal maka dia akan terjerumus pada istimta' haram. <ref>''Mustamsak al-Urwah'', jld. 5, hlm. 14. </ref> | ||
# | #[[Islam]] mendorong para istri untuk lebih memperhatikan istimta' halal. Dan hal tersebut sangat dianjurkan, terutama ketika salah satu dari pasangan suami dan istri memiliki kecondongan untuk bersetubuh. <ref>''Wasāil al-Syiah'', jld. 20, hlm. 22-23. </ref> | ||
# Istimta' dalam beberapa kondisi dapat menjadi makruh, seperti melakukan istimta' dengan istri yang sedang dalam keadaan haid, di sekitar pusar sampai lutut dan itu termasuk dari | #Istimta' dalam beberapa kondisi dapat menjadi makruh, seperti melakukan istimta' dengan istri yang sedang dalam keadaan haid, di sekitar pusar sampai lutut dan itu termasuk dari bagian depan (qubul). <ref>''Mustamsak al-Urwah'', jld. 3, hlm. 318-320; ''al-Tanqih'', (''al-Taharah''), jld. 6, hlm.444. </ref> | ||
===Istimta' Haram=== | ===Istimta' Haram=== | ||
Istimta' selain dengan istri dan budak perempuan, baik manusia ataupun hewan<ref>Jawahir al-Kalam, jld. 41, hlm. 637. </ref> secara homo seksual<ref>''Jawāhir al-Kalām'', jld. 41, hlm. 374. </ref> , atau lesbian<ref>Jawahir al-Kalam, jld. 41, hlm. 387. </ref> , melihat dan sebagainya dan juga melakukan onani<ref>''Jawāhir al-Kalām'', jld. 41, hlm. 647. </ref> hukumnya adalah haram dan bagian ini termasuk keharaman yang sifatnya inheren. | Istimta' selain dengan istri dan budak perempuan, baik manusia ataupun hewan<ref>''Jawahir al-Kalam'', jld. 41, hlm. 637. </ref> secara homo seksual<ref>''Jawāhir al-Kalām'', jld. 41, hlm. 374. </ref> , atau lesbian<ref>''Jawahir al-Kalam'', jld. 41, hlm. 387. </ref> , melihat dan sebagainya dan juga melakukan onani<ref>''Jawāhir al-Kalām'', jld. 41, hlm. 647. </ref> hukumnya adalah haram dan bagian ini termasuk keharaman yang sifatnya inheren. | ||
Segala macam bentuk istimta' halal dalam keadaan ihram haji dan | |||
Segala macam bentuk istimta' halal dalam keadaan [[ihram |ihram haji]] dan umrah, <ref>''Jawahir al-Kalam'', jld. 18, hlm. 308-317. </ref> begitu juga istimta' bagi orang yang berpuasa dengan istrinya sendiri dalam keadaan bahwa dia tahu hal yang ia lakukan itu akan menyebabkan keluarnya air sperma (inzal), ini adalah hal yang haram<ref>''al-Hadāiq al-Nādhirah'', jld. 13, hlm. 129. </ref> dan sifat keharamannya diada-adakan. | |||
Istimta' dengan cara bersetubuh dengan istri yang belum balig, <ref>''Jawāhir al-Kalām'', jld. 29, hlm. 414-416. </ref> istri yang sedang dalam keadaan iddah disetubuhi secara tidak sadar. <ref>''Mabāni Al-Urwah'' (al-Nikah), jld. 1, hlm. 339. </ref> dan bersetubuh lewat jalan depan di mana si istri dalam keadaan haid adalah haram; akan tetapi istimta'tanpa bersetubuh dalam hal-hal yang telah disebutkan di atas tidak masalah. <ref>''Al-Urwah al-Wutsqā'', jld. 1, hlm. 339. </ref> | Istimta' dengan cara bersetubuh dengan istri yang belum balig, <ref>''Jawāhir al-Kalām'', jld. 29, hlm. 414-416. </ref> istri yang sedang dalam keadaan iddah disetubuhi secara tidak sadar. <ref>''Mabāni Al-Urwah'' (al-Nikah), jld. 1, hlm. 339. </ref> dan bersetubuh lewat jalan depan di mana si istri dalam keadaan haid adalah haram; akan tetapi istimta'tanpa bersetubuh dalam hal-hal yang telah disebutkan di atas tidak masalah. <ref>''Al-Urwah al-Wutsqā'', jld. 1, hlm. 339. </ref> | ||
Baris 37: | Baris 51: | ||
==Daftar Pustaka== | ==Daftar Pustaka== | ||
{{referensi}} | {{referensi}} | ||
* | *Bahrani, Yusuf bin Ahmad, ''al-Hadāiq al-Nadhirah fi Ahkami al-Itrah al-Thahirah'', Muasasah al-Nasyr Islami al-tabi li Jamiah al-Mudarisin, Qom, 1405-1409 H. | ||
*Hakim, Muhsin, Mustamsak al-Urwah al-Wustqa, maktabah ayatollah Mar'asyi Najafi. | *''Farhang Fiqh Muthābiq Mazhab Ahlulbait alihimus salam'', jld.1, hlm.485-487. | ||
*Hur Amili, Muhammad bin Hasan, Tafsil wasail al-Syiah ila Tahsil al-Syariah, Muassasah Al Bait alihimus salam li ihya al-Thuras, 1414 H. | *Gharawi Tabrizi, Ali, ''al-Tanqih fi Syarhi al-Urwah al-Wustqa'', tulisan: Khui, Abul Qasim, Dar al-Hadi lilmathbuat, Qom, 1410 H. | ||
* | *Hakim, Muhsin, ''Mustamsak al-Urwah al-Wustqa'', maktabah ayatollah Mar'asyi Najafi. | ||
*Hur Amili, Muhammad bin Hasan, ''Tafsil wasail al-Syiah ila Tahsil al-Syariah'', Muassasah Al Bait alihimus salam li ihya al-Thuras, 1414 H. | |||
* | *Khui, Muhammad Taqi, ''Mabāni al-Urwah al-Wustqa (al-Nikah)'', tulisan: Khui, Abul Qasim, Nasyr Lutfi dan Dar al-Hadi lilmathbuat, Qom, 1407 H. | ||
*Najafi, Muhammad Hasan, ''Jawahir al-Kalam fi Syarhi Syarai' al-Islam'', Dar al-Kutub al-Islamiyah wa al-maktabah al-Islamiyah, Tehran, 1362-1369 S. | |||
{{akhir}} | {{akhir}} | ||