Lompat ke isi

Ma'ad: Perbedaan antara revisi

62 bita ditambahkan ,  3 Agustus 2018
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Ismail Dg naba
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Ismail Dg naba
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 37: Baris 37:
[[Alquran]] dengan mengisyaratkan terhadap hakikat ini, dalam menjawab orang-orang yang mengingkari adanya ma'ad dan membantah dengan mengatakan: "Bagaimana mungkin anggota-anggota badan manusia akan memiliki anggota-anggota badan yang baru setelah hancur?" Alquran menjelaskan:
[[Alquran]] dengan mengisyaratkan terhadap hakikat ini, dalam menjawab orang-orang yang mengingkari adanya ma'ad dan membantah dengan mengatakan: "Bagaimana mungkin anggota-anggota badan manusia akan memiliki anggota-anggota badan yang baru setelah hancur?" Alquran menjelaskan:
{{ia|قُلْ یتَوَفّاکمْ مَلَک الْمَوْتِ الَّذِی وُکلَ بِکمْ}}
{{ia|قُلْ یتَوَفّاکمْ مَلَک الْمَوْتِ الَّذِی وُکلَ بِکمْ}}
''"Katakanlah, "[[Malaikat maut]] yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada [[Tuhan]]-mulah kamu akan dikembalikan."'' ([[Surah Al-Sajdah]] [32]: 11)
''"Katakanlah, "[[Malaikat Maut]] yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada [[Tuhan]]-mulah kamu akan dikembalikan."'' ([[Surah Al-Sajdah]] [32]: 11)


==Berbagai Teori mengenai Ma'ad==
==Berbagai Teori mengenai Ma'ad==
Baris 57: Baris 57:
Terdapat dua kelompok dalil untuk menetapkan adanya ma'ad:
Terdapat dua kelompok dalil untuk menetapkan adanya ma'ad:
Kelompok pertama, keharusan adanya dunia lain
Kelompok pertama, keharusan adanya dunia lain
Kelompok yang kedua: Dengan menggunakan ayat-ayat dan riwayat-riwayat dan dengan menyuguhkan hal-hal yang memiliki kemiripan dengan ma'ad.
Kelompok yang kedua: Dengan menggunakan [[ayat-ayat]] dan riwayat-riwayat dan dengan menyuguhkan hal-hal yang memiliki kemiripan dengan ma'ad.


===Dalil-dalil Keharusan Adanya Ma'ad===
===Dalil-dalil Keharusan Adanya Ma'ad===
Baris 63: Baris 63:
Dalil ini terdiri dari 3 mukadimah dan dengan menggunakan keinginan fitrah manusia pada umumnya.
Dalil ini terdiri dari 3 mukadimah dan dengan menggunakan keinginan fitrah manusia pada umumnya.
-Setiap manusia memiliki keinginan untuk kekal
-Setiap manusia memiliki keinginan untuk kekal
-Tuhan tidak ingin menciptakan manusia secara sia-sia karena Ia Maha Bijaksana sehingga tidak akan menciptakan sesuatu dengan sia-sia sedikitpun
-[[Tuhan]] tidak ingin menciptakan manusia secara sia-sia karena Ia Maha Bijaksana sehingga tidak akan menciptakan sesuatu dengan sia-sia sedikitpun
-Dunia tidak kekal dan abadi
-Dunia tidak kekal dan abadi


Baris 75: Baris 75:
-Manusia juga memiliki unsur yang bisa kekal dan abadi dan bisa mencapai kesempurnaan yang abadi
-Manusia juga memiliki unsur yang bisa kekal dan abadi dan bisa mencapai kesempurnaan yang abadi
-Apabila kehidupan manusia hanya terbatas pada kehidupan dunia saja, tujuan Tuhan dalam menciptakan manusia dan dunia tidak akan terpenuhi dan hal ini pasti akan menimbulkan pertanyaan mengapa Tuhan menciptakan sesuatu namun kemudian Ia menghancurkannya?
-Apabila kehidupan manusia hanya terbatas pada kehidupan dunia saja, tujuan Tuhan dalam menciptakan manusia dan dunia tidak akan terpenuhi dan hal ini pasti akan menimbulkan pertanyaan mengapa Tuhan menciptakan sesuatu namun kemudian Ia menghancurkannya?
Oleh itu, dengan memperhatikan akan adanya kepastian hikmah Tuhan, maka harus ada dunia lain, di luar dunia materi sehingga hikmah dan tujuan penciptaan akan terpenuhi, terutama dengan memperhatikan bahwa dalam kehidupan dunia terdapat penderitaan-penderitaan yang apabila tidak ada dunia lain sebagai kelanjutan dunia ini yang tidak dipenuhi dengan kesusahan-kesusahan, maka akan berlawanan dengan hikmah Ilahi. <ref>Misbah Yazdi, hlm. 364-365; Sa'idi Mihr, jld. 2, hlm. 274. </ref> <ref>Silahkan lihat: Hilli, Kasyf al-Murad, hlm. 258. </ref> Al-Quran dalam ayat-ayat berikut dengan sangat jelas mengisyaratkan terhadap argumentasi-argumentasi ini:
Oleh karena itu, dengan memperhatikan akan adanya kepastian hikmah Tuhan, maka harus ada dunia lain, di luar dunia materi sehingga hikmah dan tujuan penciptaan akan terpenuhi, terutama dengan memperhatikan bahwa dalam kehidupan dunia terdapat penderitaan-penderitaan yang apabila tidak ada dunia lain sebagai kelanjutan dunia ini yang tidak dipenuhi dengan kesusahan-kesusahan, maka akan berlawanan dengan hikmah Ilahi. <ref>Misbah Yazdi, hlm. 364-365; Sa'idi Mihr, jld. 2, hlm. 274. </ref> <ref>Silahkan lihat: Hilli, Kasyf al-Murad, hlm. 258. </ref> Alquran dalam ayat-ayat berikut dengan sangat jelas mengisyaratkan terhadap argumentasi-argumentasi ini:
وما خَلَقْنَا السَّماواتِ وَ الْأَرْضَ وَ ما بَینَهُما لاعِبینَ* ما خَلَقْناهُما إِلاَّ بِالْحَقِّ وَ لکنَّ أَکثَرَهُمْ لا یعْلَمُونَ* إِنَّ یوْمَ الْفَصْلِ میقاتُهُمْ أَجْمَعینَ
{{ia|وما خَلَقْنَا السَّماواتِ وَ الْأَرْضَ وَ ما بَینَهُما لاعِبینَ* ما خَلَقْناهُما إِلاَّ بِالْحَقِّ وَ لکنَّ أَکثَرَهُمْ لا یعْلَمُونَ* إِنَّ یوْمَ الْفَصْلِ میقاتُهُمْ أَجْمَعینَ}}
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan hak, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Sesungguhnya hari pemisahan (antara yang hak dan yang batil) itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya." (Qs Dukhan [45]: 38-40 )
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan hak, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Sesungguhnya hari pemisahan (antara yang hak dan yang batil) itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya." (Qs Dukhan [45]: 38-40 )


Baris 85: Baris 85:
-Dunia ini karena memiliki keterbatasan materi, tidak memiliki kapasitas untuk dimanfaatkan manusia guna memperoleh kesempurnaan yang berasal dari usahanya.
-Dunia ini karena memiliki keterbatasan materi, tidak memiliki kapasitas untuk dimanfaatkan manusia guna memperoleh kesempurnaan yang berasal dari usahanya.
-Oleh itu, harus ada alam lain dimana setiap manusia akan memperoleh balasan dari amal kesempurnaannya. <ref>Rabbani Gulbaigani, jld. 2, hlm. 190. </ref> Dalam surah al-An'am ayat 12 diisyaratkan mengenai hal ini.
-Oleh itu, harus ada alam lain dimana setiap manusia akan memperoleh balasan dari amal kesempurnaannya. <ref>Rabbani Gulbaigani, jld. 2, hlm. 190. </ref> Dalam surah al-An'am ayat 12 diisyaratkan mengenai hal ini.
قُلْ لِمَنْ ما فِی السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ قُلْ لِلَّهِ کتَبَ عَلی نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ لَیجْمَعَنَّکمْ إِلی یوْمِ الْقِیامَةِ لا رَیبَ فیهِ الَّذینَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لا یؤْمِنُونَ
{{ia|قُلْ لِمَنْ ما فِی السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ قُلْ لِلَّهِ کتَبَ عَلی نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ لَیجْمَعَنَّکمْ إِلی یوْمِ الْقِیامَةِ لا رَیبَ فیهِ الَّذینَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لا یؤْمِنُونَ}}
Katakanlah, "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?" Katakanlah, "Kepunyaan Allah. Dia telah menetapkan atas diri-Nya rahmat (kasih sayang). Dia sungguh-sungguh akan menghimpunmu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman." (Qs Al-An'am [6]: 12)
Katakanlah, "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?" Katakanlah, "Kepunyaan Allah. Dia telah menetapkan atas diri-Nya rahmat (kasih sayang). Dia sungguh-sungguh akan menghimpunmu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman." (Qs Al-An'am [6]: 12)


Baris 94: Baris 94:
-Oleh itu, prinsip keadilan menghukumi bahwa hasil setiap tindakan harus diperoleh secara sempurna. Orang-orang saleh akan mendapat pahala dan orang-orang yang berbuat keburukan akan dihukum.
-Oleh itu, prinsip keadilan menghukumi bahwa hasil setiap tindakan harus diperoleh secara sempurna. Orang-orang saleh akan mendapat pahala dan orang-orang yang berbuat keburukan akan dihukum.
-Dunia ini, tidak memiliki kapasitas untuk memperoleh hasil perbuatan manusia secara sempurna sebagaimana diketahui bahwa sangat banyak dari manusia yang tidak dapat menerima balasan kebaikannya dan demikian juga banyak sekali orang-orang yang tidak dihukum karena melakukan keonaran.
-Dunia ini, tidak memiliki kapasitas untuk memperoleh hasil perbuatan manusia secara sempurna sebagaimana diketahui bahwa sangat banyak dari manusia yang tidak dapat menerima balasan kebaikannya dan demikian juga banyak sekali orang-orang yang tidak dihukum karena melakukan keonaran.
-Oleh itu, karena dunia ini adalah tempat bagi hamba-hamba-Nya untuk melaksanakan taklif, maka harus ada dunia lain sebagai tempat untuk menerima pahala dan hukuman, sebagai tempat untuk menerima balasan dari segala yang dikerjakan sehingga keadilan Tuhan akan terwujud. <ref>Misbah Yazdi, hlm. 366; Muhammad Ridha, jld. 1, hlm. 187. </ref> Allah Swt dalam beberapa ayat al-Quran mengabarkan tentang perbedaan  perlakuan-Nya terhadap orang-orang yang berbuat baik dan orang-orang-orang yang berbuat kejelekan.
-Oleh itu, karena dunia ini adalah tempat bagi hamba-hamba-Nya untuk melaksanakan taklif, maka harus ada dunia lain sebagai tempat untuk menerima pahala dan hukuman, sebagai tempat untuk menerima balasan dari segala yang dikerjakan sehingga keadilan Tuhan akan terwujud. <ref>Misbah Yazdi, hlm. 366; Muhammad Ridha, jld. 1, hlm. 187. </ref> Allah Swt dalam beberapa ayat Alquran mengabarkan tentang perbedaan  perlakuan-Nya terhadap orang-orang yang berbuat baik dan orang-orang-orang yang berbuat kejelekan.
وَ خَلَقَ اللهُ السَّماواتِ وَ الْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَ لِتُجْزى‏ كُلُّ نَفْسٍ بِما كَسَبَتْ وَ هُمْ لا يُظْلَمُونَ
{{ia|وَ خَلَقَ اللهُ السَّماواتِ وَ الْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَ لِتُجْزى‏ كُلُّ نَفْسٍ بِما كَسَبَتْ وَ هُمْ لا يُظْلَمُونَ
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلٰهَهُ هَواهُ وَ أَضَلَّهُ اللهُ عَلى‏ عِلْمٍ وَ خَتَمَ عَلى‏ سَمْعِهِ وَ قَلْبِهِ وَ جَعَلَ عَلى‏ بَصَرِهِ غِشاوَةً فَمَنْ يَهْديهِ مِنْ بَعْدِ اللهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلٰهَهُ هَواهُ وَ أَضَلَّهُ اللهُ عَلى‏ عِلْمٍ وَ خَتَمَ عَلى‏ سَمْعِهِ وَ قَلْبِهِ وَ جَعَلَ عَلى‏ بَصَرِهِ غِشاوَةً فَمَنْ يَهْديهِ مِنْ بَعْدِ اللهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ}}
Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan benar dan agar dibalas tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan. Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan benar dan agar dibalas tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan. Pernahkah kamu pernah melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya (bahwa ia tidak layak lagi memperoleh petunjuk), serta Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan di atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mau ingat?
Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan benar dan agar dibalas tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan. Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan benar dan agar dibalas tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan. Pernahkah kamu pernah melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya (bahwa ia tidak layak lagi memperoleh petunjuk), serta Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan di atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mau ingat?
(Qs Jatsiyah [45]: 22-23)
(Qs Jatsiyah [45]: 22-23)


==Dalil-dalil Kemungkinan Ma'ad==
==Dalil-dalil Kemungkinan Ma'ad==
Orang-orang yang beriman kepada al-Quran dengan adanya hal-hal yang menyerupai hidupnya kembali makhluk hidup setelah mengalami perubahan bentuk dan kematian meyakini bahwa ma'ad adalah hal yang mungkin dan bisa terjadi. Allah Swt juga Maha Kuasa untuk melakukannya. Al-Quran memberikan contoh-contoh yang memberitahukan tentang makhluk hidup yang sudah mati kemudian dihidupkan kembali:
Orang-orang yang beriman kepada Alquran dengan adanya hal-hal yang menyerupai hidupnya kembali makhluk hidup setelah mengalami perubahan bentuk dan kematian meyakini bahwa ma'ad adalah hal yang mungkin dan bisa terjadi. Allah Swt juga Maha Kuasa untuk melakukannya. Alquran memberikan contoh-contoh yang memberitahukan tentang makhluk hidup yang sudah mati kemudian dihidupkan kembali:
Ashab Kahfi: Al-Quran menceriterakan sekelompok pemuda demi menghindari penganiayaan yang dilancarkan oleh pemimpin yang kafir dan menjaga keimanannya, mereka berlindung di dalam gua di luar kota. Akhirnya mereka memutuskan untuk tidur sejenak guna menghilangkan rasa keletihan yang menimpanya. Namun mereka ternyata tidur selama 309 tahun. Allah Swt hendak memberikan pelajaran kepada manusia bahwa hikmah dihidupkannya kembali dari sekelompok pemuda beriman untuk meyakinkan manusia akan kepastian terjdadinya hari kiamat:
Ashab Kahfi: Alquran menceriterakan sekelompok pemuda demi menghindari penganiayaan yang dilancarkan oleh pemimpin yang kafir dan menjaga keimanannya, mereka berlindung di dalam gua di luar kota. Akhirnya mereka memutuskan untuk tidur sejenak guna menghilangkan rasa keletihan yang menimpanya. Namun mereka ternyata tidur selama 309 tahun. Allah Swt hendak memberikan pelajaran kepada manusia bahwa hikmah dihidupkannya kembali dari sekelompok pemuda beriman untuk meyakinkan manusia akan kepastian terjdadinya hari kiamat:
وَکذَلِک أَعْثَرْنَا عَلَیهِمْ لِیعْلَمُوا أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَأَنَّ السَّاعَةَ لَا رَیبَ فِیهَا
{{ia|وَکذَلِک أَعْثَرْنَا عَلَیهِمْ لِیعْلَمُوا أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَأَنَّ السَّاعَةَ لَا رَیبَ فِیهَا}}
Dan demikianlah Kami memberitahukan (manusia) tentang mereka agar manusia itu mengetahui bahwa janji Allah (tentang hari kebangkitan) itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya.  (Qs al-Kahfi [18]: 21)
Dan demikianlah Kami memberitahukan (manusia) tentang mereka agar manusia itu mengetahui bahwa janji Allah (tentang hari kebangkitan) itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya.  (Qs al-Kahfi [18]: 21)
وَ أُبْرِئُ الْأَکمَهَ وَ الْأَبْرَصَ وَ أُحْی الْمَوْتی بِإِذْنِ اللَّهِ
{{ia|وَ أُبْرِئُ الْأَکمَهَ وَ الْأَبْرَصَ وَ أُحْی الْمَوْتی بِإِذْنِ اللَّهِ}}
dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah. (Qs Ali Imran [3]: 49)
dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah. (Qs Ali Imran [3]: 49)
Tumbuhnya kembali tumbuh-tumbuhan setelah kering, memiliki kemiripan yang banyak dengan keadaan manusia setelah hidup. Al-Quran kembali memberikan contoh tentang hidupnya kembali tumbuh-tumbuhan setelah mati:
Tumbuhnya kembali tumbuh-tumbuhan setelah kering, memiliki kemiripan yang banyak dengan keadaan manusia setelah hidup. Alquran kembali memberikan contoh tentang hidupnya kembali tumbuh-tumbuhan setelah mati:
فَانظُرْ إِلَی آثَارِ رَحْمَتِ اللَّهِ کیفَ یحْیی الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ ذَلِک لَمُحْیی الْمَوْتَی وَهُوَ عَلَی کلِّ شَیءٍ قَدِیرٌ
{{ia|فَانظُرْ إِلَی آثَارِ رَحْمَتِ اللَّهِ کیفَ یحْیی الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ ذَلِک لَمُحْیی الْمَوْتَی وَهُوَ عَلَی کلِّ شَیءٍ قَدِیرٌ}}
Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa menghidupkan bumi) itu benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Qs Rum [30]: 50)
Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa menghidupkan bumi) itu benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Qs Rum [30]: 50)
Hal-hal lain seperti dihidupkannya kembali burung-burung, dihidupkannya kembali Nabi Uzair As yang dijelaskan dalam al-Quran adalah contoh-contoh lain tentang dihidupkannya kembali makhluk setelah mati.
Hal-hal lain seperti dihidupkannya kembali burung-burung, dihidupkannya kembali Nabi Uzair As yang dijelaskan dalam Alquran adalah contoh-contoh lain tentang dihidupkannya kembali makhluk setelah mati.


==Ma'ad dalam al-Quran==
==Ma'ad dalam Alquran==
Perhatian al-Quran terhadap Ma'ad
Perhatian Alquran terhadap Ma'ad
Lebih dari sepertiga ayat-ayat al-Quran berkaitan dengan kehidupan abadi. Ayat-ayat ini dapat dikelompokkan ke dalam tujuh bagian:
Lebih dari sepertiga ayat-ayat Alquran berkaitan dengan kehidupan abadi. Ayat-ayat ini dapat dikelompokkan ke dalam tujuh bagian:
*Ayat-ayat yang menjelaskan tentang keharusan adanya akherat. <ref>Seperti surat al-Baqarah ayat 4, surah Naml ayat 3. </ref>
*Ayat-ayat yang menjelaskan tentang keharusan adanya akherat. <ref>Seperti surat al-Baqarah ayat 4, surah Naml ayat 3. </ref>
*Ayat-ayat yang menjelaskan tentang pahala dan balasan buruk <ref>Seperti surah Isra ayat 10, surah Furqan ayat 11, surah Saba ayat 8 dan surah Mukminun ayat 74. </ref>
*Ayat-ayat yang menjelaskan tentang pahala dan balasan buruk <ref>Seperti surah Isra ayat 10, surah Furqan ayat 11, surah Saba ayat 8 dan surah Mukminun ayat 74. </ref>
Baris 126: Baris 126:


==Sebab-sebab Pengingkaran terhadap Ma'ad==
==Sebab-sebab Pengingkaran terhadap Ma'ad==
Menurut al-Quran, terdapat tiga penyebab yang mendorong orang-orang bersikap keras kepala untuk menerima adanya prinsip ma'ad. Beberapa faktor-faktor tersebut yang paling penting adalah:
Menurut Alquran, terdapat tiga penyebab yang mendorong orang-orang bersikap keras kepala untuk menerima adanya prinsip ma'ad. Beberapa faktor-faktor tersebut yang paling penting adalah:
*Faktor pertama, karena adanya penolakan dari semua yang tak terlihat dan dan tak berwujud. Dalam perspektif materialisme dan empirialisme segala sesuatu yang bukan materi harus ditolak.
*Faktor pertama, karena adanya penolakan dari semua yang tak terlihat dan dan tak berwujud. Dalam perspektif materialisme dan empirialisme segala sesuatu yang bukan materi harus ditolak.
*Faktor kedua: Motivasi psikologis yang menginginkan kenyamanan, kebebasan dan kurang memiliki rasa tanggung jawab. Karena kepercayaan terhadap hari kiamat dan dihitungnya amal perbuatan menjadi dukungan yang kuat untuk merasa bertanggung jawab dan menerima batasan-batasan bertindak dan menjauhi kezaliman dan tidak berbuat korup dan menindas orang lain, dan dengan mengingkarinya, maka ia akan terbebas untuk menuruti hawa nafsunya.
*Faktor kedua: Motivasi psikologis yang menginginkan kenyamanan, kebebasan dan kurang memiliki rasa tanggung jawab. Karena kepercayaan terhadap hari kiamat dan dihitungnya amal perbuatan menjadi dukungan yang kuat untuk merasa bertanggung jawab dan menerima batasan-batasan bertindak dan menjauhi kezaliman dan tidak berbuat korup dan menindas orang lain, dan dengan mengingkarinya, maka ia akan terbebas untuk menuruti hawa nafsunya.
Baris 141: Baris 141:
*Syubhah Kembalinya Sesuatu yang telah Tiada
*Syubhah Kembalinya Sesuatu yang telah Tiada
Tulisan Asli: Kembalinya Sesuatu yang telah Tiada
Tulisan Asli: Kembalinya Sesuatu yang telah Tiada
Salah satu persoalan yang mengemuka dalam pembahasan maad adalah bahwa pada waktu manusia meninggal dunia, maka ruhnya akan pergi dari badannya dan jasadnya akan hancur. Jika ma'ad benar-benar terjadi, Allah harus menciptakan kembali makhluk-makhluk-Nya yang telah binasa dan dari sisi bahwa I'adeh ma'dum menurut perspektif Filosof adalah mustahil, maka ma'ad juga mustahil. <ref>Surah Ra'd ayat 5. </ref> Namun Allah Swt dalam al-Quran dalam menjawab kritikan yang disampaikan manusia bahwa setelah kematian, manusia akan hancur dan tiada, menjelaskan bahwa para malaikat akan mencabut ruh manusia dan akan membawa kembali ke sisi Tuhan. Oleh itu, ma'ad bukanlah I'adeh ma'dum (kembalinya sesuatu yang telah tiada) namun kembalinya ruh ke sisi Tuhan.
Salah satu persoalan yang mengemuka dalam pembahasan maad adalah bahwa pada waktu manusia meninggal dunia, maka ruhnya akan pergi dari badannya dan jasadnya akan hancur. Jika ma'ad benar-benar terjadi, Allah harus menciptakan kembali makhluk-makhluk-Nya yang telah binasa dan dari sisi bahwa I'adeh ma'dum menurut perspektif Filosof adalah mustahil, maka ma'ad juga mustahil. <ref>Surah Ra'd ayat 5. </ref> Namun Allah Swt dalam Alquran dalam menjawab kritikan yang disampaikan manusia bahwa setelah kematian, manusia akan hancur dan tiada, menjelaskan bahwa para malaikat akan mencabut ruh manusia dan akan membawa kembali ke sisi Tuhan. Oleh itu, ma'ad bukanlah I'adeh ma'dum (kembalinya sesuatu yang telah tiada) namun kembalinya ruh ke sisi Tuhan.
وَقَالُوا أَئِذَا ضَلَلْنَا فِی الْأَرْضِ أَئِنَّا لَفِی خَلْقٍ جَدِیدٍ بَلْ هُم بِلِقَاء رَبِّهِمْ کافِرُونَ* قُلْ یتَوَفَّاکم مَّلَک الْمَوْتِ الَّذِی وُکلَ بِکمْ ثُمَّ إِلَی رَبِّکمْ تُرْجَعُونَ
{{ia|وَقَالُوا أَئِذَا ضَلَلْنَا فِی الْأَرْضِ أَئِنَّا لَفِی خَلْقٍ جَدِیدٍ بَلْ هُم بِلِقَاء رَبِّهِمْ کافِرُونَ* قُلْ یتَوَفَّاکم مَّلَک الْمَوْتِ الَّذِی وُکلَ بِکمْ ثُمَّ إِلَی رَبِّکمْ تُرْجَعُونَ}}
Dan mereka berkata, "Bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah, apakah kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?" Bahkan (sebenarnya) mereka ingkar terhadap perjumpaan dengan Tuhan mereka. Katakanlah, "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhan-mulah kamu akan dikembalikan." (Qs Sajdah [32]: 10-11)
Dan mereka berkata, "Bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah, apakah kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?" Bahkan (sebenarnya) mereka ingkar terhadap perjumpaan dengan Tuhan mereka. Katakanlah, "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhan-mulah kamu akan dikembalikan." (Qs Sajdah [32]: 10-11)
*Pertanyaan mengenai Ilmu dan Kekuasaan Tuhan serta ketidakmampuan badan
*Pertanyaan mengenai Ilmu dan Kekuasaan Tuhan serta ketidakmampuan badan
Pertanyaan lain yang timbul adalah bahwa segala sesuatu memerlukan fa'il (pelaku) untuk melakukan tindakan tertentu harus memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan tertentu tersebut. Ma'ad pun juga demikian. Dari satu sisi, harus ada seseorang yang mampu melakukan pekerjaan ini yaitu bahwa ruh akan kembali kepada orangnya masing-masing dan dari sisi lain, badan juga harus mampu untuk kembali menjadi bentuk badan setelah hancur. Padahal kehidupan itu berkaitan dengan kebutuhan-kebutahan dan syarat-syarat tertentu, misalnya sperma harus ada di rahim dan memerlukan kebutuhan-kebutuhan tertentu sehingga janin itu secara pelan akan berkembang dan akan menjadi manusia, namun badan yang sudah hancur, tidak lagi memiliki kapasitas untuk hidup. <ref>Misbah Yazdi, hlm. 380. </ref>
Pertanyaan lain yang timbul adalah bahwa segala sesuatu memerlukan fa'il (pelaku) untuk melakukan tindakan tertentu harus memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan tertentu tersebut. Ma'ad pun juga demikian. Dari satu sisi, harus ada seseorang yang mampu melakukan pekerjaan ini yaitu bahwa ruh akan kembali kepada orangnya masing-masing dan dari sisi lain, badan juga harus mampu untuk kembali menjadi bentuk badan setelah hancur. Padahal kehidupan itu berkaitan dengan kebutuhan-kebutahan dan syarat-syarat tertentu, misalnya sperma harus ada di rahim dan memerlukan kebutuhan-kebutuhan tertentu sehingga janin itu secara pelan akan berkembang dan akan menjadi manusia, namun badan yang sudah hancur, tidak lagi memiliki kapasitas untuk hidup. <ref>Misbah Yazdi, hlm. 380. </ref>
Al-Quran memberikan jawaban dengan beberapa cara. Kadang-kadang dengan menyerupakan ma'ad dengan pertumbuhan kembali tanah dan kadang-kadang dengan membandingkan penciptaan awal manusia sembari mengingatkan kekuasaan Tuhan kepada manusia. Oleh itu, al-Quran menjelaskan bahwa manusia yang terbungkus dari badan akan berubah menjadi tanah dan kemudian hidup kembali lalu akan memiliki kepala dan kaki kemudian siap untuk menghadapi ma'ad.
Alquran memberikan jawaban dengan beberapa cara. Kadang-kadang dengan menyerupakan ma'ad dengan pertumbuhan kembali tanah dan kadang-kadang dengan membandingkan penciptaan awal manusia sembari mengingatkan kekuasaan Tuhan kepada manusia. Oleh itu, Alquran menjelaskan bahwa manusia yang terbungkus dari badan akan berubah menjadi tanah dan kemudian hidup kembali lalu akan memiliki kepala dan kaki kemudian siap untuk menghadapi ma'ad.
یا أَیهَا النَّاسُ إِنْ کنْتُمْ فِی رَیبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاکمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَیرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَینَ لَکمْ... وَتَرَی الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَیهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ کلِّ زَوْجٍ بَهِیجٍ
{{ia|یا أَیهَا النَّاسُ إِنْ کنْتُمْ فِی رَیبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاکمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَیرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَینَ لَکمْ... وَتَرَی الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَیهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ کلِّ زَوْجٍ بَهِیجٍ}}
Hai manusia, jika kamu ragu tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sebagiannya berbentuk dan sebagian yang lain tidak berbentuk, agar Kami jelaskan kepadamu (bahwa Kami Maha Kuasa atas segala sesuatu), dan Kami tetapkan dalam rahim (ibu) janin yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, supaya (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah ia ketahui. Dan (dari sisi lain) kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, bumi itu hidup dan tumbuh subur dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Qs Haj [22] :5)
Hai manusia, jika kamu ragu tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sebagiannya berbentuk dan sebagian yang lain tidak berbentuk, agar Kami jelaskan kepadamu (bahwa Kami Maha Kuasa atas segala sesuatu), dan Kami tetapkan dalam rahim (ibu) janin yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, supaya (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah ia ketahui. Dan (dari sisi lain) kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, bumi itu hidup dan tumbuh subur dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Qs Haj [22] :5)
Terkait dengan kemampuan badan yang sudah rusak untuk sekali lagi hidup, dapat dikatakan bahwa aturan dan sistem yang berlaku di dunia ini bukanlah satu-satunya sistem yang ada, dan aturan-aturan serta kausa-kausa yang dikenal di alam ini bukanlah satu-satunya aturan-aturan dan kausa-kausa yang dikenal berdasarkan pengalaman empirik.
Terkait dengan kemampuan badan yang sudah rusak untuk sekali lagi hidup, dapat dikatakan bahwa aturan dan sistem yang berlaku di dunia ini bukanlah satu-satunya sistem yang ada, dan aturan-aturan serta kausa-kausa yang dikenal di alam ini bukanlah satu-satunya aturan-aturan dan kausa-kausa yang dikenal berdasarkan pengalaman empirik.
Bukti-bukti hal ini adalah bahwa di dunia ini juga terdapat fenomena-fenomena luar biasa seperti dihidupkannya kembali sebagian hewan-hewan dan manusia yang juga dijelaskan oleh al-Quran. <ref>Misbah Yazdi, hlm. 380. </ref>
Bukti-bukti hal ini adalah bahwa di dunia ini juga terdapat fenomena-fenomena luar biasa seperti dihidupkannya kembali sebagian hewan-hewan dan manusia yang juga dijelaskan oleh Alquran. <ref>Misbah Yazdi, hlm. 380. </ref>
Terkait dengan ilmu Ilahi yang juga diisyaratkan sebagai ilmu tiada terbatas yang dimiliki oleh Allah, Al-Quran menyebutkan:
Terkait dengan ilmu Ilahi yang juga diisyaratkan sebagai ilmu tiada terbatas yang dimiliki oleh Allah, Alquran menyebutkan:
قَالَ فَمَا بَالُ الْقُرُونِ الْأُولَی* قَالَ عِلْمُهَا عِندَ رَبِّی فِی کتَابٍ لَّا یضِلُّ رَبِّی وَلَا ینسَی
{{ia|قَالَ فَمَا بَالُ الْقُرُونِ الْأُولَی* قَالَ عِلْمُهَا عِندَ رَبِّی فِی کتَابٍ لَّا یضِلُّ رَبِّی وَلَا ینسَی}}
Fira‘un berkata, "Lalu bagaimanakah nasib umat-umat terdahulu (yang tidak beriman kepada semua itu)?" Musa menjawab, "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku di dalam sebuah kitab, Tuhanku tidak akan salah dan tidak (pula) lupa. (Qs Thaha [20]:51-52 )
Fira‘un berkata, "Lalu bagaimanakah nasib umat-umat terdahulu (yang tidak beriman kepada semua itu)?" Musa menjawab, "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku di dalam sebuah kitab, Tuhanku tidak akan salah dan tidak (pula) lupa. (Qs Thaha [20]:51-52 )