Ubaidillah bin Ziyad: Perbedaan antara revisi
imported>Hindr Tidak ada ringkasan suntingan |
imported>Hindr Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 40: | Baris 40: | ||
==Setelah Kematian Yazid== | ==Setelah Kematian Yazid== | ||
==Kematian Ibnu Ziyad== | ==Kematian Ibnu Ziyad== | ||
Setelah kemenangan pasukan laskar Mukhtar, Ibnu Ziyad sendiri datang menuju ke arahnya dengan beberapa pasukan dan pasukan Mukhtar duduk mundur. [[Mukhtar]] yang pada dasarnya sengaja mencari-cari kehancuran dan kebinasaan Ibnu Ziyad dan orang-orang lain yang memiliki andil dalam peristiwa Karbala, telah mengutus Ibrahim bin Malik bin Asytar bersama pasukan untuk berhadapan dengan Ibnu Ziyad. Ibrahim yang hendak bertemu dengan Ibnu Ziyad sebelum masuknya dia ke tanah Irak, telah berhadapan dengan laskar pasukan [[Syam]] di pinggir sungai Khazar di dekat sebuah desa bernama Barbitsa pada 16 km kota Mosul. Perang sengit yang terjadi antara orang-orang Irak dan orang-orang Syam telah dimulai, Ibnu Ziyad kalah (Muharram 67) dan terbunuh bersama para pengikutnya. Berdasarkan sebuah riwayat dari Abu Mihnaf, dikatakan bahwa Ibrahim bin Asytar dia dalam perang satu lawan satu dan Ibnu Ziyad mati di tangannya.<ref> Thabari, ''Tārikh'', jld.7, hlm. 557-560.</ref> | |||
==Keyakinan Kaum Syiah Tentang Ubaidillah== | ==Keyakinan Kaum Syiah Tentang Ubaidillah== | ||
Tindakan Ubaidillah terhadap Imam Husain dan terjadinya [[peristiwa Asyura]], telah menjadikan namanya menjadi buruk dan membuat kebencian kepadanya dari sejak awal dan telah membangkitkan kemarahan sebagian besar kaum muslimin kepadanya khususnya orang-orang Kufah; sebagaimana yang telah dinukil oleh sebagian sumber bahwa [[Abdullah bin Afif Azdi]], di pertengahan pidato pertama Ibnu Ziyad setelah peristiwa terjadi dia bangkit dan dengan keras menjelek-jelekkan dia dan Yazid. <ref> Thabari, ''Tārikh'', jld.7, hlm. 373-374; Ibnu Thawus Ali, ''al-Luhuf fi Qathla al-Thufuf'', jld.1, hlm.71-72.</ref> Dan bahkan dikatakan bahwa ibunya Marjanah sangat mengecamnya. <ref> Thabari, Tārikh, jld.7, hlm. 408.</ref> Ubaidillah karena mempunyai peran dalam peristiwa Asyura telah menjadi salah satu tokoh sejarah [[Islam]] yang paling dibenci oleh orang-orang [[Syiah]] selama berabad-abad. Namanya dimuat dalam beberapa doa Ziarah yang terkenal seperti doa [[Ziarah Asyura]], dan ia dalam doa ziarah ini telah dilaknat. <ref> ''Kāmil Ziyārāt'', hlm.176.</ref> | Tindakan Ubaidillah terhadap Imam Husain dan terjadinya [[peristiwa Asyura]], telah menjadikan namanya menjadi buruk dan membuat kebencian kepadanya dari sejak awal dan telah membangkitkan kemarahan sebagian besar kaum muslimin kepadanya khususnya orang-orang Kufah; sebagaimana yang telah dinukil oleh sebagian sumber bahwa [[Abdullah bin Afif Azdi]], di pertengahan pidato pertama Ibnu Ziyad setelah peristiwa terjadi dia bangkit dan dengan keras menjelek-jelekkan dia dan Yazid. <ref> Thabari, ''Tārikh'', jld.7, hlm. 373-374; Ibnu Thawus Ali, ''al-Luhuf fi Qathla al-Thufuf'', jld.1, hlm.71-72.</ref> Dan bahkan dikatakan bahwa ibunya Marjanah sangat mengecamnya. <ref> Thabari, Tārikh, jld.7, hlm. 408.</ref> Ubaidillah karena mempunyai peran dalam peristiwa Asyura telah menjadi salah satu tokoh sejarah [[Islam]] yang paling dibenci oleh orang-orang [[Syiah]] selama berabad-abad. Namanya dimuat dalam beberapa doa Ziarah yang terkenal seperti doa [[Ziarah Asyura]], dan ia dalam doa ziarah ini telah dilaknat. <ref> ''Kāmil Ziyārāt'', hlm.176.</ref> |
Revisi per 27 Oktober 2015 23.01
Ubaidillah bin Ziyad bin Abihi(Bahasa Arab: عبیدالله بن زیاد) (Kufah 33-67 M.), adalah seorang panglima komandan bani umayyah yang terkenal dan gubernur Kufah ketika terjadinya peristiwa Asyura, dia adalah penyebab utama kesyahidan Imam Husain As dan para sahabatnya. Ubaidillah sebelumnya menjabat sebagai gubernur kota Basrah namun Yazid memberikannya tugas kepadanya untuk menjadi gubernur Kufah pada tahun 60 H. setelah terjadinya pergolakan di kota tersebut dengan jabatan yang sama dengan tujuan menguasai kota tersebut dan meringkus revolusi Imam Husain As. Ubaidillah termasuk orang-orang yang dibenci oleh orang-orang Syiah, karena peranannya dalam peristiwa Karbala.
Biodata dan Karakter
Kelahiran dan Keluarga
Abu Hafs, Ubaidillah bin Ziyad bin Abihi, terlahir dari seorang budak perempuan bernama Marjanah[1] yang kemudian menikah dengan Shiroyeh orang dari Iran dan Ubaidullah dibesarkan di rumah tersebut. Dituturkan bahwa dengan sebab inilah terjadi ketidakstabilan dalam percakapannya, dan sebagian dari huruf-huruf Arab tidak mampu diucapkan dengan baik. [2] Terkadang Ibnu Ziyad digoda dengan panggilan yang dinisbatkan kepada ibunya, “Ibnu Marjanah” yaitu putra Marjanah," yang hal itu menceritakan tentang ketidaksucian pada kelahirannya dan dalam beberapa sumber dijelaskan bahwa dia terkenal dengan pemilik nama buruk dan pezina yang tersohor. [3]
Ayahnya, Ziyad bin Abihi, adalah seorang panglima perwira para penguasa Bani Umayyah yang dalam menekan pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di daerah kawasan Muslim, dan dia terkenal dengan kekejaman dan kebrutalan. Dalam keturunan Ziyad bin Abihi juga terdapat perselisihan dan tidak ada satupun yang tahu siapa ayahnya. Oleh karena itu, dia disebut dengan Ibnu Abihi yaitu (anak ayahnya). Dikatakan bahwa Abu Sufyan mengaku bahwa Ziyad adalah hasil pergaulan bebas antara dia dan Sumayah ibunda Ziyad dan oleh karena itu, Muawiyah menyebut Ziyad sebagai saudaranya. [4]
Karakter Moral dan Perbuatan
Dikatakan bahwa dia dia sangat keras, kejam dan berani. Beberapa sejarawan menulis mennyebutnya sebagai "tiran"[5] sebagaimana yang telah dikutip ketika menangkap para Khawarij di Basrah dia menunjukkan tindakan kekerasannya yang sangat mengejutankan. [6] Ibnu Hkislat Ubaidillah adalah faktor penyebab sehingga dalam peperangan melawan para non muslim pada penaklukan dan pembukaan negara-negara juga mencapai kesuksesan-kesuksesan. [7]
Jabatan-jabatan Politik dan Kekuasaan
Dari jabatan-jabatan dan aktifitas-aktifitas politik Ubaidillah di awal masa mudanya tidak ada sumber yang memuat laporan tentangnya; akan tetapi menurut perkataan para peneliti sepertinya dia berada dalam kekuasaan ayahnya Ziyad bin Abihi sebagai gubernur Kufah dan Basrah, yang tidak lepas dalam urusan keperintahan. [8] Setelah meninggalnya Ziyad, Muawiyah menobatkan Ubaidillah menjadi penguasa Khurasan pada usia 25 tahun. [9]
Periode Muawiyah
Ubaidillah sangat memiliki peran yang penting dalam menaklukan Timur dan Timur Laut Iran pada periode Muawiyah. Setelah dia dilantik oleh Muawiyah menjadi gubernur Khurasan, untuk pertama kalinya dia berhasil menguasai tempat-tempat seperti Ramitsan, [10] Nasaf dan Baykand[11] termasuk kota-kota Bukhara dengan mengarungi sungai Aru Darya atau Oxus[12] dan mendesak mundur ratu Bukhara yang kaya Qabj Khatun dan pasukan Turki.
Muawiyah mencabutnya dari kekuasaan Khurasan dan melantiknya menjadi gubernur Basrah menggantikan posisi Abdullah bin Amr bin Ghilan pada tahun 55, 56 atau 57 H. [13]
Ubaidillah dalam pemerintahan Basrah, berhadapan dengan kerusuhan yang datang dari arah kaum. Kerusuhan pada tahun 58 H. telah mencapai puncaknya dan dia akhirnya dengan kekerasan yang menakjubkan, dapat menekan dan membunuh sebagian besar dari mereka. [14]
Periode Yazid
Yazid, setelah kematian Mu'awiyah pada tahun 60 H. / 680 M. telah berniat mencabut jabatan Ubaidillah dari pemerintah Basrah, tetapi seakan-akan situasi politik di Basrah dan Kufah tidak membiarkannya melakukan niat tersebut. Dengan dimulainya kebangkitan Imam Husain As dan pengutusan delegasinya Muslim bin Aqil ke Kufah, Ubaidillah dan ayahnya yang memiliki sejarah kekerasan dan kekejaman dan tersohor dalam menekan kerusuhan dan gerakan, pada tahun 60 H. dengan mempertahankan jabatannya dia diangkat sebagai gubernur Kufah. Dikatakan bahwa, Yazid melakukan tindakan perlawanan terhadap kebangkitan yang dilakukan Imam Husain As, semua itu atas usulan Sargon seorang kristiani yang ketika itu menjadi penasehat Yazid. [15]
Ubaidillah di Kufah
Orang-orang Kufah pada tahun 60 H. menyatakan persetujuan mereka untuk berbaiat dengan Imam Husain As dan ketika itu tengah menunggu kedatangan Imam di Kufah. Ibnu Ziyad dengan muka tertutup memasuki kota kufah dan penduduk menduga bahwa dia adalah Husain As yang dinanti dan mereka menyambutnya namun segera mereka faham bahwa yang datang adalah Ubaidillah. Tindakan pertama yang dilakukan Ubaidillah adalah mencari keberadaan Muslim bin Aqil. [16]
Ibnu Ziyad sejenak setelah memasuki Kufah, telah mengecam para penentang Yazid dengan keras dalam sebuah pidatonya dan menjanjikan perlakukan yang kejam kepada orang-orang yang mengikuti langkahnya. [17]
Menurut riwayat Yakubi, Hani bin ‘Urwah telah mengenal Ibnu Ziyad dari sebelumnya dan ketika Ubaidillah memasuki Kufah dia dalam keadaan sakit, dan dia mengira bahwa Ubaidillah sesampainya di Kufah akan menjenguknya. Oleh karena itu, ia dengan Muslim bin Aqil merencanakan pembunuhan Ibnu Ziyad di rumahnya. [18] Dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa Syarik bin A’war, salah seorang pemuka Syiah di Kufah, sedang sakit dan dirawat di rumah Hani dan telah merencanakan dengan Muslim bahwa ketika Ibnu Ziyad datang menjenguknya maka Muslim menyerang dan membunuhnya. [19] Dengan semuanya ini seakan-akan Hani tidak menyukai peristiwa itu terjadi di rumahnya, kemudian mencegah Muslim untuk melakukan itu dan jiwa Ibnu Ziyad pun selamat. [20]
Adapun menurut laporan Thabari, Ibnu Ziyad sesaat setelah memasuki kota Kufah telah mengetahui tempat persembunyian Muslim bin Aqil secara licik. Kemudian ia memanggil Hani ke Darul Imarah tempat kekuasaannya dan kemudian memasukkannya ke dalam penjara dan juga sesaat kemudian Muslim bin Aqil ditangkap dan membunuh keduanya dan kemudian mengirim kepala mereka ke hadapan Yazid. [21] Ubaidillah setelah mengancam dan menyuap orang-orang Kufah, mengutus al-Hur bin Yazid dan memerintahkan kepadanya untuk menghadang perjalanan Husain bin Ali As dan juga melarangnya untuk tidak mendirikan perkemahan di daerah yang dengan air. Kemudian, mengutus Umar bin Sa'ad bin Abi Waqqas menuju ke arah Imam dengan tentara pasukan. [22]
Umar bin Saad sebelum itu, telah dilantik oleh Ibnu Ziyad untuk menjabat sebagai gubernur kota Rey dan ketika itu ia hendak berangkat ke sana; namun Ibnu Ziyad telah memerintahkannya untuk mengambil baiat Imam Husain untuk Yazid atau perang dengannya, dan karena Umar meminta kepadanya untuk tidak melakukan hal itu dalam artian menolaknya, Ibnu Ziyad akhirnya memberikan Syarat bahwa kekuasaan Rey tidak akan ia berikan kecuali Umar bin Sa’ad harus berhadapan dengan Husain bin Ali As. [23] Umar bin Sa’ad setelah berunding dengan Husain bin Ali As, dikabarkan kepda Ibnu Ziyad bahwa Husain As akan kembali ke rumahnya, oleh karena itu tidak perlu lagi mengadakan pertempuran. Seakan-akan Ibnu Ziyad pada mulanya senang dengan kabar tersebut; namun Syimr bin Dzil Jausyan memaksanya untuk melakukan damai. Kemudian Ibnu Ziyad menulis dalam suratnya kepada Umar bin Sa’ad, jika dia menggambil baiat dari Husain, maka utus dia ke Kufah dan jika tidak maka perangi dia, jika tidak mau berperang dengan Husain, maka jabatan panglima perang akan aku berikan kepada Syimr. [24]
Menyandra Keluarga Imam Husain As
Berdebat dengan Zainab
Setelah Kematian Yazid
Kematian Ibnu Ziyad
Setelah kemenangan pasukan laskar Mukhtar, Ibnu Ziyad sendiri datang menuju ke arahnya dengan beberapa pasukan dan pasukan Mukhtar duduk mundur. Mukhtar yang pada dasarnya sengaja mencari-cari kehancuran dan kebinasaan Ibnu Ziyad dan orang-orang lain yang memiliki andil dalam peristiwa Karbala, telah mengutus Ibrahim bin Malik bin Asytar bersama pasukan untuk berhadapan dengan Ibnu Ziyad. Ibrahim yang hendak bertemu dengan Ibnu Ziyad sebelum masuknya dia ke tanah Irak, telah berhadapan dengan laskar pasukan Syam di pinggir sungai Khazar di dekat sebuah desa bernama Barbitsa pada 16 km kota Mosul. Perang sengit yang terjadi antara orang-orang Irak dan orang-orang Syam telah dimulai, Ibnu Ziyad kalah (Muharram 67) dan terbunuh bersama para pengikutnya. Berdasarkan sebuah riwayat dari Abu Mihnaf, dikatakan bahwa Ibrahim bin Asytar dia dalam perang satu lawan satu dan Ibnu Ziyad mati di tangannya.[25]
Keyakinan Kaum Syiah Tentang Ubaidillah
Tindakan Ubaidillah terhadap Imam Husain dan terjadinya peristiwa Asyura, telah menjadikan namanya menjadi buruk dan membuat kebencian kepadanya dari sejak awal dan telah membangkitkan kemarahan sebagian besar kaum muslimin kepadanya khususnya orang-orang Kufah; sebagaimana yang telah dinukil oleh sebagian sumber bahwa Abdullah bin Afif Azdi, di pertengahan pidato pertama Ibnu Ziyad setelah peristiwa terjadi dia bangkit dan dengan keras menjelek-jelekkan dia dan Yazid. [26] Dan bahkan dikatakan bahwa ibunya Marjanah sangat mengecamnya. [27] Ubaidillah karena mempunyai peran dalam peristiwa Asyura telah menjadi salah satu tokoh sejarah Islam yang paling dibenci oleh orang-orang Syiah selama berabad-abad. Namanya dimuat dalam beberapa doa Ziarah yang terkenal seperti doa Ziarah Asyura, dan ia dalam doa ziarah ini telah dilaknat. [28]
Catatan kaki
- ↑ Baladzuri Ahmad, Ansāb al-Asyrāf, jld.4, hlm. 75.
- ↑ jahiz Amr, al-Bayān wa al-Tabyin, jld.1, hlm.76.
- ↑ Mufid, al-Ikhtishāsh, hlm. 73.
- ↑ Lihat: Al-Isti’āb, jld.2, hlm.525.
- ↑ Zarkuli, al-A’lām, jld.4, hlm.193.
- ↑ Dainuri, Akhbār al-Thiwāl, jld.1, hlm. 269-270; Thabari, Tārikh, jld.7, hlm. 185-187.
- ↑ lihat: Zarkuli, al-A’lām, jld.4, hlm.193.
- ↑ Abu Ali Maskawaih Ahmad, Tajārub al-Umam, jld.2. hlm, 28.
- ↑ Thabari, Tārikh, jld.7, hlm. 166-167.
- ↑ Yakubi, Tārikh, jld.2, hlm.236.
- ↑ Abu Ali Maskawaih Ahmad, Tajārub al-Umam, jld.2. hlm, 32; Baladzuri Ahmad, Futuh al-Buldān, jld.1, hlm. 410.
- ↑ Thabari, Tārikh Thabari, jld.7, hlm. 169.
- ↑ Yakubi, Tārikh, jld.2, hlm.238; Thabari, Tārikh Thabari, jld.7, hlm. 172.
- ↑ Thabari, Tārikh Thabari, jld.7, hlm. 185-187 dan jld. 7, hlm.228.
- ↑ Thabari, Tārikh Thabari, jld.7, hlm. 227.
- ↑ Thabari, Tārikh Thabari, jld.7, hlm. 229.
- ↑ Abu al-Faraj Isfahani, Maqātil al-Thalibin, jld. 1, hlm. 97.
- ↑ Yakubi, Tārikh, jld.2, hlm.243.
- ↑ Thabari, Tārikh Thabari, jld.7, hlm. 248.
- ↑ Abu al-Faraj Isfahani, Maqātil al-Thalibin, jld. 1, hlm. 98-99.
- ↑ Thabari,Tārikh Thabari, jld.7, hlm. 229-231 dan 270.
- ↑ Thabari, Tārikh Thabari, jld.7, hlm. 308.
- ↑ Ibnu Sa’ad, Thabaqāt al-Kubrā, jld. 5, hlm.168; Dainuri, Akhbār al-Thiwāl, jld.1, hlm. 253.
- ↑ Lihat: Thabari, Tārikh Thabari, jld.7, hlm. 315-316; Mufid, al-Irsyād, jld.1, hlm.253.
- ↑ Thabari, Tārikh, jld.7, hlm. 557-560.
- ↑ Thabari, Tārikh, jld.7, hlm. 373-374; Ibnu Thawus Ali, al-Luhuf fi Qathla al-Thufuf, jld.1, hlm.71-72.
- ↑ Thabari, Tārikh, jld.7, hlm. 408.
- ↑ Kāmil Ziyārāt, hlm.176.
Daftar Pustaka
- Thabari, Muhammad bin Jarir, Tārikh al- Umam wa al-Muluk, jld.7, dar al-Thurast, Beirut, 1387.
- Majlisi, Muhammad Baqir, Bihār al-Anwār al-Jami’ah lidurai al-Akhbār al-Aimah al-Athhar, Dar Ihya al-Thurats al-Arabi, Beirut, 1403 H.
- Ibnu Qulawaih, Ja’far bin Muhammad, Kāmil al-Ziyarat, Dar al-Murtadhawiah, Najaf Asyraf, 1356 S.
- Muhammad bin Sa’ad Bashri, Thabaqāt al-Kubrā, Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut, 1410 H.
- Ahmad bin ‘Atsam Kufi, al-Futuh, Dar al-Adwa’, Beirut, 1411 H.
- Ibnu Thawus Ali, al-Luhuf fi Qathla al-Thufuf, Najaf, 1369 H.
- Balazduri Ahmad, Ansāb al-Asyraf, riset: Ihsan Abbas, Beirut, 1400 H.
- Jahiz Amr, al-Bayān wa al-Tabyin, Cairo, 1351 H.
- Abu Ali Maskawaih Ahmad, tajārub al-Umam, Tehran, 1366 S.
- Yakubi Ahmad, Tārikh, Beirut, Dar Shadir.
- Dainuri Ahmad, Akhbār al-Thiwāl, riset: Abdul Mun’im ‘Āmir, Baghdad, 1379 H.
- Abu al-Faraj Isfahani, Maqatil al-Thalibin, riset: Ahmad Shaqar, Cairo, 1368 H.
- Ibin Sa’ad Muhammad Bashri, Thabaqāt
Pranala Luar
- Sumber Artikel: Ensiklopedia Dairatu al-Ma’ārif Buzurg Islami, jld.3, hlm.640-642, di bawah tulisan Ibnu Ziyad, Abu Hafsh, tulisan Shadiq Sajjadi: [1]