Lompat ke isi

Imam Muhammad al-Baqir as: Perbedaan antara revisi

imported>Ismail Dg naba
imported>Ismail Dg naba
Baris 147: Baris 147:
==Para Sahabat dan Murid==
==Para Sahabat dan Murid==
Kondisi zaman pada masa Imam Baqir as dan [[Imam Shadiq as]] memberikan peluang bagi keduanya, dimana kondisi ini tidak terdapat pada masa imam-imam lainnya. Kondisi yang menguntungkan tersebut berupa kelemahan dan kepincangan pemerintahan [[Bani Umayah]]. Pada masa itu pemberontakan-pemberontkan politik dari dalam tidak memberi ruang gerak kepada para penguasa, sebagaimana para penguasa sebelumnya, untuk menekan [[Ahlulbait]] dan menucilkannya. Kondisi baik ini dimanfaatkan oleh Imam Baqir as dan Imam Shadiq as untuk memuat sebagian besar pemikiran [[fikih]], tafsir dan akhlak dalam kitab-kitab fikih dan hadisnya.
Kondisi zaman pada masa Imam Baqir as dan [[Imam Shadiq as]] memberikan peluang bagi keduanya, dimana kondisi ini tidak terdapat pada masa imam-imam lainnya. Kondisi yang menguntungkan tersebut berupa kelemahan dan kepincangan pemerintahan [[Bani Umayah]]. Pada masa itu pemberontakan-pemberontkan politik dari dalam tidak memberi ruang gerak kepada para penguasa, sebagaimana para penguasa sebelumnya, untuk menekan [[Ahlulbait]] dan menucilkannya. Kondisi baik ini dimanfaatkan oleh Imam Baqir as dan Imam Shadiq as untuk memuat sebagian besar pemikiran [[fikih]], tafsir dan akhlak dalam kitab-kitab fikih dan hadisnya.
Dalam situasi seperti ini, [[Muhammad bin Muslim]] mampu meriwayatkan tiga puluh ribu hadis dari Imam Baqir as.<ref>''Ibid'', jld. 1, hlm. 83.</ref>  Sementara [[Jabir al-Ju'fi]] berhasil menghimpun tujuh puluh ribu hadis.<ref>Ali Muhammad Ali Dakhil, ''Aimmatuna'', jld. 1, hlm. 347.</ref>
Dalam situasi seperti ini, [[Muhammad bin Muslim]] mampu meriwayatkan tiga puluh ribu hadis dari Imam Baqir as.<ref>''Ibid'', jld. 1, hlm. 83.</ref>  Sementara Jabir al-Ju'fi berhasil menghimpun tujuh puluh ribu hadis.<ref>Ali Muhammad Ali Dakhil, ''Aimmatuna'', jld. 1, hlm. 347.</ref>
Menurut ulama [[Syiah]], terdapat enam orang fukaha yang paling fakih di awal Islam yang merupakan para sahabat Imam Baqir as dan Imam Shadiq as. Mereka adalah [[Zurarah bin A'yan]], [[Ma'ruf bin Kharbuz Makki]], [[Abu Basir Asadi]], [[Fadhil bin Yasar]], [[Muhammad bin Muslim Thaifi]] dan [[Barid bin Muawiyah 'Ajli]].<ref>''Manaqib'', Ibnu Syahr Asyub, jld. 4, hlm. 211.</ref>
Menurut ulama [[Syiah]], terdapat enam orang fukaha yang paling [[fakih]] di awal [[Islam]] yang merupakan para sahabat Imam Baqir as dan Imam Shadiq as. Mereka adalah [[Zurarah bin A'yan]], Ma'ruf bin Kharbuz Makki, [[Abu Basir Asadi]], Fadhil bin Yasar, Muhammad bin Muslim Thaifi dan Barid bin Muawiyah 'Ajli.<ref>''Manaqib'', Ibnu Syahr Asyub, jld. 4, hlm. 211.</ref>


[[Syeikh Thusi]] menyebutkan dalam [[kitab Rijal]], bahwa para murid Imam Baqir as yang meriwayatkan hadis darinya sebanyak 462 orang laki-laki dan dua perempuan.
[[Syeikh Thusi]] menyebutkan dalam kitab Rijal, bahwa para murid Imam Baqir as yang meriwayatkan hadis darinya sebanyak 462 orang laki-laki dan dua perempuan.
Dalam hal ketsiqahan dan kei'tibaran, sebagian para sahabat dan murid Imam Baqir as dipercaya baik oleh kalangan [[Ahlusunah]] maupun Syiah Imamiyah. Sebagian lagi tidak dimasukkan dalam kitab-kitab rijal Ahlu Sunnah karena kecenderungan mereka yang kental terhadap Syiah, dan mereka hanya dipercaya oleh kalangan Syiah.
Dalam hal ketsiqahan dan kei'tibaran, sebagian para sahabat dan murid Imam Baqir as dipercaya baik oleh kalangan [[Ahlusunah]] maupun Syiah Imamiyah. Sebagian lagi tidak dimasukkan dalam kitab-kitab rijal Ahlu Sunnah karena kecenderungan mereka yang kental terhadap Syiah, dan mereka hanya dipercaya oleh kalangan Syiah.
Akan tetapi, tidak boleh dipahami bahwa Imam Baqir as merasa nyaman dan aman dari pembatasan dan pelarangan yang dilakukan oleh para penguasa terhadap Ahlulbait as. Bahkan tidak diragukan lagi bahwa perlakuan penguasa atas kehidupan Imam Baqir as adalah karena [[taqiyah]]. Hal ini karena dengan sistem pemerintahan zalim yang berkuasa atas masyarakat, dikesampingkannya taqiyah adalah untuk melakukan aktifitas ilmiah dan menyebarkan pengetahuan dasar agama.
Akan tetapi, tidak boleh dipahami bahwa Imam Baqir as merasa nyaman dan aman dari pembatasan dan pelarangan yang dilakukan oleh para penguasa terhadap Ahlulbait as. Bahkan tidak diragukan lagi bahwa perlakuan penguasa atas kehidupan Imam Baqir as adalah karena [[taqiyah]]. Hal ini karena dengan sistem pemerintahan zalim yang berkuasa atas masyarakat, dikesampingkannya taqiyah adalah untuk melakukan aktifitas ilmiah dan menyebarkan pengetahuan dasar agama.