Lompat ke isi

Imam Muhammad al-Baqir as: Perbedaan antara revisi

tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Ismail Dg naba
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 32: Baris 32:
  |  data9 = Baqir, Syakir, Hadi
  |  data9 = Baqir, Syakir, Hadi
  | label10 = Tanggal Lahir
  | label10 = Tanggal Lahir
  |  data10 = 1 [[Rajab]], Tahun 57 H
  |  data10 = 1 [[Rajab]], Tahun 57 H/677
  | label11 = Tempat Lahir
  | label11 = Tempat Lahir
  |  data11 = [[Madinah]]
  |  data11 = [[Madinah]]
Baris 38: Baris 38:
  |  data12 = [[Madinah]]
  |  data12 = [[Madinah]]
  | label13 = Tanggal Wafat
  | label13 = Tanggal Wafat
  |  data13 = 7 [[Dzulhijjah]], Tahun 114 H
  |  data13 = 7 [[Dzulhijjah]], Tahun 114 H/733
  | label14 = Nama Ayah
  | label14 = Nama Ayah
  |  data14 = [[Imam Sajjad as]]
  |  data14 = [[Imam Sajjad as]]
Baris 52: Baris 52:
  |  data19 = [[Imam Shadiq as|Ja'far]], Abdullah, Ibrahim, Ubaidillah, Ali, Zainab, Ummu Salamah
  |  data19 = [[Imam Shadiq as|Ja'far]], Abdullah, Ibrahim, Ubaidillah, Ali, Zainab, Ummu Salamah
}}
}}
'''Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib as''' (bahasa Arab: {{ia|محمد بن علی بن حسین بن علی بن أبي طالب}}) yang terkenal dengan sebutan '''Imam Baqir as''' (57-114 H) merupakan imam [[Syiah]] yang kelima dan menjadi imam selama 19 tahun.
'''Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib as''' (bahasa Arab: {{ia|محمد بن علی بن حسین بن علی بن أبي طالب}}) yang terkenal dengan sebutan '''Imam Baqir as''' (57-114 H/733) merupakan imam [[Syiah]] yang kelima dan menjadi imam selama 19 tahun.
Masa keimamahan Imam Baqir as bertepatan dengan era kelemahan pemerintahan [[Bani Umayah]] dan perebutan kekuasaan di antara mereka.  Imam Baqir as Pada priode tersebut telah membuat gerakan pengembangan ilmu yang sangat luas yang mencapai puncaknya pada periode keimamahan putranya [[Imam Shadiq as]] . Dikatakan bahwa Imam Baqir as sangat tinggi dalam sisi keilmuan, kezuhudan, keagungan dan keutamaan. Darinya telah banyak periwayatan yang dinukil dalam bidang ilmu agama seperti dalam ilmu fikih, [[tauhid]], hadis dan sunnah [[Nabi saw]], ilmu [[Al-Quran]], sejarah, akhlak dan satra. Pada masa keimamahannya, telah diambil langkah-langkah penting dalam penyusunan pandangan-pandangan Syiah dalam berbagai bidang pengetahuan, seperti [[akhlak]], [[fikih]], [[kalam]], [[tafsir]], dan sebagainya.
Masa keimamahan Imam Baqir as bertepatan dengan era kelemahan pemerintahan [[Bani Umayah]] dan perebutan kekuasaan di antara mereka.  Imam Baqir as Pada priode tersebut telah membuat gerakan pengembangan ilmu yang sangat luas yang mencapai puncaknya pada periode keimamahan putranya [[Imam Shadiq as]] . Dikatakan bahwa Imam Baqir as sangat tinggi dalam sisi keilmuan, kezuhudan, keagungan dan keutamaan. Darinya telah banyak periwayatan yang dinukil dalam bidang ilmu agama seperti dalam ilmu fikih, [[tauhid]], hadis dan [[sunah]] [[Nabi saw]], ilmu [[Alquran]], sejarah, akhlak dan satra. Pada masa keimamahannya, telah diambil langkah-langkah penting dalam penyusunan pandangan-pandangan Syiah dalam berbagai bidang pengetahuan, seperti akhlak, [[fikih]], kalam, tafsir, dan sebagainya.
Para ulama [[Ahlussunnah]] memberi kesaksian atas kemasyhuran ilmu dan agama Imam Baqir as. [[Ibnu Hajar Haitami]] berkata, "Abu Ja'far Muhammad Baqir menyingkap khazanah ilmu yang terpendam, hakikat-hakikat hukum dan mutiara-mutiara kebijaksanaan. Ia menghabiskan umurnya dalam ketaatan kepada Allah. Imam Baqir as telah sampai pada kedudukan para arif, dimana bahasa tidak mampu menjelaskan sifat-sifatnya. Ia pun mempunyai banyak memiliki kata-kata mutiara dalam hal suluk dan pengetahuan."
Para ulama [[Ahlusunah]] memberi kesaksian atas kemasyhuran ilmu dan agama Imam Baqir as. Ibnu Hajar Haitami berkata, "Abu Ja'far Muhammad Baqir menyingkap khazanah ilmu yang terpendam, hakikat-hakikat hukum dan mutiara-mutiara kebijaksanaan. Ia menghabiskan umurnya dalam ketaatan kepada [[Allah]]. Imam Baqir as telah sampai pada kedudukan para arif, dimana bahasa tidak mampu menjelaskan sifat-sifatnya. Ia pun mempunyai banyak memiliki kata-kata mutiara dalam hal suluk dan pengetahuan."


==Nasab, Julukan dan Gelar==
==Nasab, Julukan dan Gelar==
Muhammad bin Ali bin Husain bin [[Ali bin Abi Thalib]] yang terkenal dengan sebutan Imam Baqir as adalah Imam Kelima [[Syiah]], putra [[Imam Sajjad as]]. Ibunya bernama Ummu Abdillah adalah putri dari [[Imam Hasan as|Imam Hasan Al-Mujtaba as]].<ref>Al-Mufid, ''Al-Irsyad'', jld. 2, hlm. 155.</ref>
Muhammad bin Ali bin Husain bin [[Ali bin Abi Thalib]] yang terkenal dengan sebutan Imam Baqir as adalah Imam Kelima [[Syiah]], putra [[Imam Sajjad as]]. Ibunya bernama Ummu Abdillah adalah putri dari [[Imam Hasan al-Mujtaba as]].<ref>Al-Mufid, ''Al-Irsyad'', jld. 2, hlm. 155.</ref>
Imam Baqir as merupakan orang pertama dari [[Bani Hasyim]] yang lahir dari ayah dan ibu yang sama-sama berasal dari Bani Hasyim. Nasabnya dari kedua orang tua sampai kepada [[Imam Ali bin Abi Thalib as]].<ref>''Ibid'', jld. 2, hlm. 158.</ref>
Imam Baqir as merupakan orang pertama dari [[Bani Hasyim]] yang lahir dari ayah dan ibu yang sama-sama berasal dari Bani Hasyim. Nasabnya dari kedua orang tua sampai kepada [[Imam Ali bin Abi Thalib as]].<ref>''Ibid'', jld. 2, hlm. 158.</ref>
Di antara gelar Imam Baqir as yaitu Syakir, Hadi dan Baqir. Baqir merupakan gelarnya paling masyhur yang berarti "pembuka".<ref>Ya'qubi, ''Tarikh Ya'qubi'', jld. 2, hlm. 289.</ref> Ya'qubi menulis bahwa Imam Baqir as digelari dengan Baqir al-Ulum karena menjadi pembuka atau penyingkap khazanah ilmu pengetahuan.
Di antara gelar Imam Baqir as yaitu Syakir, Hadi dan Baqir. Baqir merupakan gelarnya paling masyhur yang berarti "pembuka".<ref>Ya'qubi, ''Tarikh Ya'qubi'', jld. 2, hlm. 289.</ref> Ya'qubi menulis bahwa Imam Baqir as digelari dengan Baqir al-Ulum karena menjadi pembuka atau penyingkap khazanah ilmu pengetahuan.
Baris 63: Baris 63:


==Hari Lahir dan Wafat==
==Hari Lahir dan Wafat==
Imam Baqir as lahir pada hari Jumat, satu [[Rajab]] tahun 57 H, di [[Madinah]]. Sebagian lagi menyebutkan hari lahirnya pada tanggal 3 [[Shafar]] tahun 57 H.<ref>Majlisi, ''Bihar'', jld. 46, hlm. 212.</ref> Ia sempat hadir dalam [[peristiwa Karbala]] pada usianya yang masih kanak-kanak.<ref>Ya'qubi, ''Tarikh Ya'qubi'', jld. 2, hlm. 289.</ref>
Imam Baqir as lahir pada hari Jumat, satu [[Rajab]] tahun 57 H/677, di [[Madinah]]. Sebagian lagi menyebutkan hari lahirnya pada tanggal 3 [[Shafar]] tahun 57 H/677.<ref>Majlisi, ''Bihar'', jld. 46, hlm. 212.</ref> Ia sempat hadir dalam [[peristiwa Karbala]] pada usianya yang masih kanak-kanak.<ref>Ya'qubi, ''Tarikh Ya'qubi'', jld. 2, hlm. 289.</ref>
[[Berkas:Imamhasanqadim.jpg|200 px|thumbnail|[[Jannatul Baqi]] Sebelum Penghacuran oleh Rezim Saudi]]
[[Berkas:Imamhasanqadim.jpg|200 px|thumbnail|[[Jannatul Baqi]] Sebelum Penghacuran oleh Rezim Saudi]]


Baris 71: Baris 71:


===Syahadah===
===Syahadah===
Imam Baqir as wafat pada tanggal 7 Dzulhijjah tahun 114 H.<ref>''Firaq al-Syi'ah'', hlm. 61; ''I'lam al-Wara''' menuliskan bulan Rabiul Awwal sebagai ganti Dzulhijjah. Lihat: hlm. 259.</ref> Namun terdapat pendapat lain yang berbeda tentang tahun wafat dan kesyahidan Imam Baqir as.
Imam Baqir as wafat pada tanggal [[7 Dzulhijjah]] tahun 114 H/733.<ref>''Firaq al-Syi'ah'', hlm. 61; ''I'lam al-Wara''' menuliskan bulan Rabiul Awwal sebagai ganti Dzulhijjah. Lihat: hlm. 259.</ref> Namun terdapat pendapat lain yang berbeda tentang tahun wafat dan kesyahidan Imam Baqir as.
Mengenai siapa orang yang telah membunuh Imam Baqir as, terdapat beberapa riwayat dan sejarah yang beragam. Sebagian sumber menyebutkan [[Hisyam bin Abdul Malik]] sebagai pembunuh Imam Baqir as.<ref>''Mishbah Kaf'ami'', hlm. 691. </ref>  Sebagian lainnya menyebutkan [[Ibrahim bin Walid]] yang telah meracunnya.<ref>''Dalail al-Aimmah'', hlm. 216; ''Manaqib Ibnu Syahr Asyub'', jld. 4, hlm. 228.</ref>  Riwayat lain mencatat [[Zaid bin Hasan]] sebagai pelaku pembunuhan, karena memiliki dendam lama terhadap Imam Baqir as.<ref>''Fir'q al-Syi'ah'', hlm. 61; ''I'lam al-Wara''' menuliskan bulan Rabiul Awwal sebagai ganti Dzulhijjah. Lihat: hlm. 259.</ref>  Yang jelas, wafat Imam Baqir as terjadi pada masa pemerintahan [[Hisyam bin Abdul Malik]].<ref>''Tarikh Ya'qubi'', jld. 2, hlm. 289; ''Muruj al-Dzahab'', jld. 3, hlm. 219.</ref>  Hal ini karena Hisyam memerintah dari tahun 105 – 125 H dan Imam Baqir as wafat pada tahun 118 H.
Mengenai siapa orang yang telah membunuh Imam Baqir as, terdapat beberapa riwayat dan sejarah yang beragam. Sebagian sumber menyebutkan Hisyam bin Abdul Malik sebagai pembunuh Imam Baqir as.<ref>''Mishbah Kaf'ami'', hlm. 691. </ref>  Sebagian lainnya menyebutkan Ibrahim bin Walid yang telah meracunnya.<ref>''Dalail al-Aimmah'', hlm. 216; ''Manaqib Ibnu Syahr Asyub'', jld. 4, hlm. 228.</ref>  Riwayat lain mencatat Zaid bin Hasan sebagai pelaku pembunuhan, karena memiliki dendam lama terhadap Imam Baqir as.<ref>''Fir'q al-Syi'ah'', hlm. 61; ''I'lam al-Wara''' menuliskan bulan Rabiul Awwal sebagai ganti Dzulhijjah. Lihat: hlm. 259.</ref>  Yang jelas, wafat Imam Baqir as terjadi pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik.<ref>''Tarikh Ya'qubi'', jld. 2, hlm. 289; ''Muruj al-Dzahab'', jld. 3, hlm. 219.</ref>  Hal ini karena Hisyam memerintah dari tahun 105 H/724 – 125 H/743 dan Imam Baqir as wafat pada tahun 118 H/736.


Sekalipun terdapat riwayat yang berbeda-beda, namun tidak menutup kemungkinan semuanya adalah benar, karena bisa jadi pelaku pembunuhan terhadap Imam Baqir as tersebut tidak hanya seorang. Dalam hal ini, setiap riwayat hanya menyebutkan salah satu dari pelaku pembunuhan saja. Dengan memperhatikan adanya kebencian Hisyam terhadap Imam Baqir as dan permusuhan [[Bani Umayah]] terhadap keluarga [[Imam Ali bin Abi Thalib as]], tidak diragukan lagi bahwa terdapat dugaan kuat Hisyam yang melakukan pembunuhan terhadap Imam BaqiraAs secara tidak langsung dengan menyuruh orang lain.
Sekalipun terdapat riwayat yang berbeda-beda, namun tidak menutup kemungkinan semuanya adalah benar, karena bisa jadi pelaku pembunuhan terhadap Imam Baqir as tersebut tidak hanya seorang. Dalam hal ini, setiap riwayat hanya menyebutkan salah satu dari pelaku pembunuhan saja. Dengan memperhatikan adanya kebencian Hisyam terhadap Imam Baqir as dan permusuhan [[Bani Umayah]] terhadap keluarga [[Imam Ali bin Abi Thalib as]], tidak diragukan lagi bahwa terdapat dugaan kuat Hisyam yang melakukan pembunuhan terhadap Imam Baqira as secara tidak langsung dengan menyuruh orang lain.
Dalam melaksanakan rencana jahatnya tersebut Hisyam menggunakan kekuatan bawahannya yang dapat dipercaya. Hisyam menunjuk Ibrahim bin Walid yang masih bagian dari [[Bani Umayah]] dan memiliki permusuhan dengan [[Ahlulbait as]]. Ia memberikan perlengkapan kepada seseorang dari anggota rumah keluarga [[Imam Ali bin Abi Thalib as]] yang  tidak memiliki hambatan dalam lingkungan kehidupan Imam Baqir as, juga tidak ada seorang pun yang dapat menghalanginya. Sehingga dengan perantaraannya ia berhasil melaksanakan rencana licik Hisyam dan membunuh Imam Baqir as.
Dalam melaksanakan rencana jahatnya tersebut, Hisyam menggunakan kekuatan bawahannya yang dapat dipercaya. Hisyam menunjuk Ibrahim bin Walid yang masih bagian dari Bani Umayah dan memiliki permusuhan dengan [[Ahlulbait as]]. Ia memberikan perlengkapan kepada seseorang dari anggota rumah keluarga Imam Ali bin Abi Thalib as yang  tidak memiliki hambatan dalam lingkungan kehidupan Imam Baqir as, juga tidak ada seorang pun yang dapat menghalanginya. Sehingga dengan perantaraannya ia berhasil melaksanakan rencana licik Hisyam dan membunuh Imam Baqir as.
Imam Baqir as dikuburkan di [[Pemakaman Baqi|Baqi]] di samping kuburan ayahnya, [[Imam Sajjad as]], dan kuburan paman dari ayahnya, [[Imam Hasan al-Mujtaba as]].<ref>''Fir'q al-Syi'ah'', hlm. 61; ''Ushul Kafi'', ld. 2, hlm. 372; ''Irsyad Mufid'', jld. 2, hlm. 158; ''Dalail al-Aimmah'', hlm. 216; ''A'lam al-Wara''', hlm. 259; ''Kasyf al-Ghummah'', jld. 2, hlm. 327; ''Tadzkirah al-Khawash'', hlm. 306; ''Mishbah Kaf'ami'', hlm. 691.</ref>
Imam Baqir as dikuburkan di [[Pemakaman Baqi|Baqi]] di samping kuburan ayahnya, [[Imam Sajjad as]], dan kuburan paman dari ayahnya, [[Imam Hasan al-Mujtaba as]].<ref>''Fir'q al-Syi'ah'', hlm. 61; ''Ushul Kafi'', ld. 2, hlm. 372; ''Irsyad Mufid'', jld. 2, hlm. 158; ''Dalail al-Aimmah'', hlm. 216; ''A'lam al-Wara''', hlm. 259; ''Kasyf al-Ghummah'', jld. 2, hlm. 327; ''Tadzkirah al-Khawash'', hlm. 306; ''Mishbah Kaf'ami'', hlm. 691.</ref>


Baris 84: Baris 84:
*2. [[Abdullah ibn Muhammad ibn Ali|Abdullah]],Ummu Farwah binti Qasim bin Muhammad adalah ibu bagi kedua putra Imam diatas.
*2. [[Abdullah ibn Muhammad ibn Ali|Abdullah]],Ummu Farwah binti Qasim bin Muhammad adalah ibu bagi kedua putra Imam diatas.
*3. [[Ibrahim ibn Muhammad ibn Ali|Ibrahim]]
*3. [[Ibrahim ibn Muhammad ibn Ali|Ibrahim]]
*4. [[Ubaidillah]],[[Ummu Hakim]] binti Usaid Tsaqafi adalah ibu dari kedua putra Imam diatas dan dari kedua putranya tidak memiliki keturunan.
*4. [[Ubaidillah]],Ummu Hakim binti Usaid Tsaqafi adalah ibu dari kedua putra Imam diatas dan dari kedua putranya tidak memiliki keturunan.
*5. [[Ali ibn Muhammad ibn Ali|Ali]]
*5. [[Ali ibn Muhammad ibn Ali|Ali]]
*6. Zainab,ibu keduanya adalah seorang wanita sahaya.
*6. Zainab,ibu keduanya adalah seorang wanita sahaya.
Baris 91: Baris 91:
==Imamah==
==Imamah==
{{Sejarah Singkat}}
{{Sejarah Singkat}}
Imam Baqir as menjadi imam setelah ayahnya mati syahid. Ia menjadi pemimpin [[Syiah]] hingga wafat pada tahun 114 H (atau 117 H).
Imam Baqir as menjadi imam setelah ayahnya mati syahid. Ia menjadi pemimpin [[Syiah]] hingga wafat pada tahun 114 H/733 (atau 117 H/735).
{{Keyakinan-keyakinan Syiah}}
{{Keyakinan-keyakinan Syiah}}
===Dalil Keimamahan===
===Dalil Keimamahan===
[[Jabir bin Abdillah al-Anshari]] meriwayatkan, "Dalam menjawab pertanyaan Jabir tentang para imam setelah [[Amirul Mukminin]], [[Nabi Muhammad saw]] berkata, "[[Imam Hasan as|Hasan]] dan [[Imam Husain as|Husain]] yang keduanya pemimpin para pemuda ahli surga, kemudian pemimpin para ahli ibadah di zamannya, yaitu [[Imam Sajjad as|Ali bin Husain]], kemudian Baqir, yaitu Muhammad bin Ali, dimana engkau akan melihatnya wahai [[Jabir bin Abdillah al-Anshari|Jabir]] …."<ref>''Kifayat al-Atsar'', hlm. 144-145.</ref>
[[Jabir bin Abdillah al-Anshari]] meriwayatkan, "Dalam menjawab pertanyaan Jabir tentang para imam setelah [[Amirul Mukminin]], [[Nabi Muhammad saw]] berkata, "[[Imam Hasan as|Hasan]] dan [[Imam Husain as|Husain]] yang keduanya pemimpin para pemuda ahli [[surga]], kemudian pemimpin para ahli ibadah di zamannya, yaitu [[Imam Sajjad as|Ali bin Husain]], kemudian Baqir, yaitu Muhammad bin Ali, dimana engkau akan melihatnya wahai [[Jabir bin Abdillah al-Anshari|Jabir]] …."<ref>''Kifayat al-Atsar'', hlm. 144-145.</ref>


Imam Sajjad as juga sering memperhatikan putranya, Imam Baqir as, secara seksama. Ketika seorang anaknya bertanya mengenai rahasia tentang perhatian khusus Imam Sajjad as kepada Imam Baqir as, Imam Sajjad as menjawab, "Hal ini karena keimahaman akan berlanjut pada keturunannya hingga pada hari [[Al-Qaim]] melakukan revolusi dan memenuhi dunia dengan keadilan. Oleh karena itu, Baqir adalah Imam dan ayah dari [[Imam-imam Syiah|para Imam]]."<ref>Ibid, hlm. 237.</ref>
Imam Sajjad as juga sering memperhatikan putranya, Imam Baqir as, secara seksama. Ketika seorang anaknya bertanya mengenai rahasia tentang perhatian khusus Imam Sajjad as kepada Imam Baqir as, Imam Sajjad as menjawab, "Hal ini karena keimahaman akan berlanjut pada keturunannya hingga pada hari [[Al-Qaim]] melakukan revolusi dan memenuhi dunia dengan keadilan. Oleh karena itu, Baqir adalah Imam dan ayah dari [[Imam-imam Syiah|para Imam]]."<ref>Ibid, hlm. 237.</ref>
[[Syeikh Mufid]] menulis, "Imam Baqir as memiliki keunggulan di antara saudaranya dalam sisi keilmuan, kezuhudan, dan kemuliaan. Kedudukan dan kebesarannya lebih tinggi. Setiap orang memuji kebesarannya. Ia dihormati oleh masyarakat umum dan orang-orang khusus. Darinya terpancar ilmu-ilmu agama, [[sunah nabawi]], ilmu [[Al-Quran]], sejarah, akhlak dan sastra. Semua itu tidak nampak pada seorang pun dari keturunan [[Imam Hasan as]] dan [[Imam Husain as]]. Para sahabat Nabi saw yang tersisa, para pembesar dari [[tabi'in]] dan ulama fikih kaum muslimin meriwayatkan darinya. Keutamaan dan kebesarannya sedemikian rupa hingga menjadi perumpamaan di kalangan ulama. Mengenai sifat-sifatnya, para ulama menulis buku dan membacakan syair-syair tentangnya."<ref>Mufid, ''Al-Irsyad'', jld. 2, hlm. 157.</ref>
[[Syeikh Mufid]] menulis, "Imam Baqir as memiliki keunggulan di antara saudaranya dalam sisi keilmuan, kezuhudan, dan kemuliaan. Kedudukan dan kebesarannya lebih tinggi. Setiap orang memuji kebesarannya. Ia dihormati oleh masyarakat umum dan orang-orang khusus. Darinya terpancar ilmu-ilmu agama, [[sunah nabawi]], ilmu [[Alquran]], sejarah, akhlak dan sastra. Semua itu tidak nampak pada seorang pun dari keturunan [[Imam Hasan as]] dan [[Imam Husain as]]. Para [[sahabat Nabi saw]] yang tersisa, para pembesar dari [[tabi'in]] dan ulama [[fikih]] kaum muslimin meriwayatkan darinya. Keutamaan dan kebesarannya sedemikian rupa hingga menjadi perumpamaan di kalangan ulama. Mengenai sifat-sifatnya, para ulama menulis buku dan membacakan syair-syair tentangnya."<ref>Mufid, ''Al-Irsyad'', jld. 2, hlm. 157.</ref>


===Para Penguasa Pada Masa Imam Baqir as===
===Para Penguasa Pada Masa Imam Baqir as===
Masa keimamahan Imam Baqir as berbarengan dengan lima penguasa [[Bani Umayah]]: [[Walid bin Abdul Malik]] (86-96 H), [[Sulaiman bin Abdul Malik]] (96-99 H), [[Umar bin Abdul Aziz]] (99-101), [[Yazid bin Abdul Malik]] (101-105), [[Hisyam bin Abdul Malik]] (105-125 H).
Masa keimamahan Imam Baqir as berbarengan dengan lima penguasa [[Bani Umayah]]: Walid bin Abdul Malik (86 H/705-96 H/715), Sulaiman bin Abdul Malik (96 H/715-99 H/718), Umar bin Abdul Aziz (99 H/718-101 H/720), Yazid bin Abdul Malik (101 H/720-105 H/724), Hisyam bin Abdul Malik (105 H/724-125 H/743).
Dari kelima penguasa [[Bani Umayah]] tersebut, [[Umar bin Abdul Aziz]] terbilang bertindak menjalankan pemerintahan dengan adil dan bijaksana. Sementara para penguasa lainnya memerintah dengan kesewenang-wenangan dan bertindak zalim terhadap masyarakat, terutama kepada orang-orang [[Syiah]]. Di istana mereka sangat nampak kerusakan, kemungkaran, dendam dan pengkastaan manusia.
Dari kelima penguasa [[Bani Umayah]] tersebut, Umar bin Abdul Aziz terbilang bertindak menjalankan pemerintahan dengan adil dan bijaksana. Sementara para penguasa lainnya memerintah dengan kesewenang-wenangan dan bertindak zalim terhadap masyarakat, terutama kepada orang-orang [[Syiah]]. Di istana mereka sangat nampak kerusakan, kemungkaran, dendam dan pengkastaan manusia.


==Kebangkitan Ilmu==
==Kebangkitan Ilmu==
Tahun 94 H hingga 114 H merupakan masa munculnya aliran-aliran fikih dan puncak periwayatan mengenai tafsir Al-Quran. Hal ini disebabkan lemahnya pemerintahan Bani Umayah dan pertengkaran di antara petinggi pemerintahan untuk memperoleh kekuasaaan. Ulama Ahlu Sunnah, seperti  [[Syihab Zuhri]], [[Makhul]] dan [[Hisyam bin Urwah]], aktif dalam meriwayatkan hadis dan memberi fatwa. Sementara yang lainnya aktif dalam menyebarkan akidah dan pemikirannya masing-masing, seperti [[Khawarij]], [[Murjiah]], [[Kisaniyah]] dan [[Ghaliyan]].
Tahun 94 H/713 hingga 114 H/733 merupakan masa munculnya aliran-aliran [[fikih]] dan puncak periwayatan mengenai tafsir [[Alquran]]. Hal ini disebabkan lemahnya pemerintahan [[Bani Umayah]] dan pertengkaran di antara petinggi pemerintahan untuk memperoleh kekuasaaan. Ulama [[Ahlusunah]], seperti  Syihab Zuhri, Makhul dan Hisyam bin Urwah, aktif dalam meriwayatkan hadis dan memberi [[fatwa]]. Sementara yang lainnya aktif dalam menyebarkan [[akidah]] dan pemikirannya masing-masing, seperti [[Khawarij]], Murjiah, Kisaniyah dan Ghaliyan.


Pada masa tersebut, Imam Baqir as membuka sisi kelimuan cecara luas yang mencapai puncaknya pada masa putranya, [[Imam Shadiq as]]. Ia menjadi rujukan semua pembesar dan ulama Bani Hasyim dalam kelimuan, kezuhudan, keagungan dan keutaman. Riwayat dan hadisnya mengenai ilmu agama, sunah nabawi, ulumul quran, sejarah, akhlak dan sastra sedemikian rupa hingga pada saat itu tidak tersisa lagi pada seorang pun dari keturunan [[Imam Hasan as]] dan [[Imam Husain as]].<ref>''Ibid'', hlm. 507.</ref>
Pada masa tersebut, Imam Baqir as membuka sisi kelimuan cecara luas yang mencapai puncaknya pada masa putranya, [[Imam Shadiq as]]. Ia menjadi rujukan semua pembesar dan ulama [[Bani Hasyim]] dalam kelimuan, kezuhudan, keagungan dan keutaman. Riwayat dan hadisnya mengenai ilmu agama, sunah nabawi, ulumul quran, sejarah, akhlak dan sastra sedemikian rupa hingga pada saat itu tidak tersisa lagi pada seorang pun dari keturunan [[Imam Hasan as]] dan [[Imam Husain as]].<ref>''Ibid'', hlm. 507.</ref>


Meskipun saat itu pemikiran Syiah masih terbatas pada masalah azan, taqiyah, shalat mayit dan sebagainya, namun dengan kehadiran Imam Baqir as terdapat langkah penting dalam perkara ini. Di kalangan Syiah muncul sebuah kondisi yang baik. Pada masa inilah Syiah mulai menyusun budayanya sendiri—melingkupi fikih, tafsir dan akhlak.<ref>''Dhuha al-Islam'', jld. 1, hlm. 386; ''Dirasat wa Buhuts fi al-Tarikh al-Islam'', jld. 1, hlm. 56-57 dalam Ja'fariyan, ''Hayat-e Fikri va Siyasi Imaman-e Syiah'', hlm. 295.</ref>
Meskipun saat itu pemikiran [[Syiah]] masih terbatas pada masalah [[azan]], [[taqiyah]], [[salat mayit]] dan sebagainya, namun dengan kehadiran Imam Baqir as terdapat langkah penting dalam perkara ini. Di kalangan Syiah muncul sebuah kondisi yang baik. Pada masa inilah Syiah mulai menyusun budayanya sendiri—melingkupi [[fikih]], tafsir dan akhlak.<ref>''Dhuha al-Islam'', jld. 1, hlm. 386; ''Dirasat wa Buhuts fi al-Tarikh al-Islam'', jld. 1, hlm. 56-57 dalam Ja'fariyan, ''Hayat-e Fikri va Siyasi Imaman-e Syiah'', hlm. 295.</ref>


Imam Baqir as dengan dengan keras menolak argumentasi kelompok [[Ashhabul Qiyas]].<ref>Syeikh Hurr ‘Amili, ''Wasail al-Syi'ah'', jld. 18, hlm. 39.</ref>  Ia pun dengan keras melawan argumentasi seluruh kelompok Islam yang menyimpang. Dengan cara gigih ini, Imam Baqir as berhasil membedakan keyakinan Ahlulbait yang benar dari pemikiran kelompok Islam lainnya pada berbagai bidang. Mengenai kelompok [[Khawarij]], Imam Baqir as berkata, "Kaum [[Khawarij]] memahami zaman secara sempit karena kebodohannya. Agama yang lebih sederhana dan lebih luwes adalah milik orang-orang yang mengenalnya (zamannya)."<ref>Syeikh Thusi, ''Al-Tahdzib'', jld. 1, hlm. 241 dalam Ja'fariyan, ''Hayat-e Fikri va Siyasi Imaman-e Syiah'', hlm. 299.</ref>
Imam Baqir as dengan dengan keras menolak argumentasi kelompok Ashhabul Qiyas.<ref>Syeikh Hurr ‘Amili, ''Wasail al-Syi'ah'', jld. 18, hlm. 39.</ref>  Ia pun dengan keras melawan argumentasi seluruh kelompok [[Islam]] yang menyimpang. Dengan cara gigih ini, Imam Baqir as berhasil membedakan keyakinan [[Ahlulbait]] yang benar dari pemikiran kelompok Islam lainnya pada berbagai bidang. Mengenai kelompok Khawarij, Imam Baqir as berkata, "Kaum Khawarij memahami zaman secara sempit karena kebodohannya. Agama yang lebih sederhana dan lebih luwes adalah milik orang-orang yang mengenalnya (zamannya)."<ref>Syeikh Thusi, ''Al-Tahdzib'', jld. 1, hlm. 241 dalam Ja'fariyan, ''Hayat-e Fikri va Siyasi Imaman-e Syiah'', hlm. 299.</ref>
Kemasyhuran ilmu Imam Baqir as tidak hanya di wilayah [[Hijaz]], namun juga tersebar hingga daerah [[Irak]] dan [[Khurasan]]. Seorang perawi mengatakan "Aku melihat penduduk [[Khurasan]] duduk mengelilinginya dan menanyakan berbagai masalah ilmu mereka kepadanya."<ref>Kulaini, ''Ushul Kafi'', jld. 6, hlm. 266; Majlisi, ''Bihar al-Anwar'', jld. 26, hlm. 357.</ref>
Kemasyhuran ilmu Imam Baqir as tidak hanya di wilayah [[Hijaz]], namun juga tersebar hingga daerah Irak dan Khurasan. Seorang perawi mengatakan "Aku melihat penduduk Khurasan duduk mengelilinginya dan menanyakan berbagai masalah ilmu mereka kepadanya."<ref>Kulaini, ''Ushul Kafi'', jld. 6, hlm. 266; Majlisi, ''Bihar al-Anwar'', jld. 26, hlm. 357.</ref>
[[Berkas:Pemakaman baqi 2.jpg|250 px|thumbnail|<center>Pemakaman Baqi saat ini</center>]]
[[Berkas:Pemakaman baqi 2.jpg|250 px|thumbnail|<center>Pemakaman Baqi saat ini</center>]]


Berikut ini peninggalan ilmu Imam Baqir as secara ringkas dalam berbagai bidang:
Berikut ini peninggalan ilmu Imam Baqir as secara ringkas dalam berbagai bidang:
===Tafsir===
===Tafsir===
Imam Baqir as mengkhususkan sebagian waktunya untuk menjelaskan pembahasan tafsir.  Ia mebuat majelis-majelis tafsir dan menjawab soal serta subhat-subhat para ulama dan masyarakat umum. Imam Baqir as menulis sebuah kitab tafsir Al-Quran yang disebutkan oleh [[Muhammad bin Ishaq Nadim]] dalam kitabnya, [[Al-Fahrast]].<ref>Ibnu Nadim, ''Al-Fahrast'', hlm. 59; Syarif al-Qursyi, Baqir, ''Hayat al-Imam al-Muhammad al-Baqir'', jld. 1, hlm. 174.</ref>
Imam Baqir as mengkhususkan sebagian waktunya untuk menjelaskan pembahasan tafsir.  Ia mebuat majelis-majelis tafsir dan menjawab soal serta subhat-subhat para ulama dan masyarakat umum. Imam Baqir as menulis sebuah kitab tafsir Al-Quran yang disebutkan oleh Muhammad bin Ishaq Nadim dalam kitabnya, [[Al-Fahrast]].<ref>Ibnu Nadim, ''Al-Fahrast'', hlm. 59; Syarif al-Qursyi, Baqir, ''Hayat al-Imam al-Muhammad al-Baqir'', jld. 1, hlm. 174.</ref>
Imam Baqir as menyebutkan bahwa makrifat dan pengetahuuan Al-Quran hanya terbatas pada Ahlulbait as. Hal ini karena [[Ahlulbait]] yang mampu membedakan ayat-ayat [[muhkamat]], [[mutasyabihat]], [[nasikh]] dan [[mansukh]]. Ilmu semacam ini tidak terdapat pada seorang pun selain Ahlulbait. Oleh karena itu, Imam Baqir as berkata, "Tidak ada satu pun seperti tafsir Al-Quran yang jauh dari akal masyarakat. Hal ini karena pada satu ayat yang perkataannya bersambung memiliki awal ayat yang berbicara satu masalah, sementara di akhir ayatnya mebicarakan masalah lain. Dan perkataan bersambung ini bisa dikembalkan kepada beberapa bentuk."<ref>Guruh-e Muallifan, ''Pishvayan-e Hidayat'', hlm. 320.</ref>
Imam Baqir as menyebutkan bahwa makrifat dan pengetahuuan Al-Quran hanya terbatas pada Ahlulbait as. Hal ini karena [[Ahlulbait]] yang mampu membedakan ayat-ayat [[muhkamat]], [[mutasyabihat]], [[nasikh]] dan [[mansukh]]. Ilmu semacam ini tidak terdapat pada seorang pun selain Ahlulbait. Oleh karena itu, Imam Baqir as berkata, "Tidak ada satu pun seperti tafsir [[Alquran]] yang jauh dari akal masyarakat. Hal ini karena pada satu [[ayat]] yang perkataannya bersambung memiliki awal ayat yang berbicara satu masalah, sementara di akhir ayatnya mebicarakan masalah lain. Dan perkataan bersambung ini bisa dikembalkan kepada beberapa bentuk."<ref>Guruh-e Muallifan, ''Pishvayan-e Hidayat'', hlm. 320.</ref>


===Hadis===
===Hadis===
Secara khusus, Imam Baqir as memberikan perhatian penting terhadap hadis-hadis Nabi Muhammad saw. [[Jabir bin Yazid Ja'fi]] meriwayatkan tujuh puluh ribu hadis Nabi Muhammad saw melalui Imam Baqir as. Demikian juga [[Aban bin Taghlib]] dan seluruh murid Imam Baqir as meriwayatkan sejumlah besar hadis agung Rasulullah saw ini dari Imam Baqir as.
Secara khusus, Imam Baqir as memberikan perhatian penting terhadap hadis-hadis Nabi Muhammad saw. [[Jabir bin Yazid Ja'fi]] meriwayatkan tujuh puluh ribu hadis Nabi Muhammad saw melalui Imam Baqir as. Demikian juga [[Aban bin Taghlib]] dan seluruh murid Imam Baqir as meriwayatkan sejumlah besar hadis agung Rasulullah saw ini dari Imam Baqir as.


Tidak cukup dengan menukil dan menyebarkan hadis saja, Imam Baqir as pun menyuruh para sahabatnya untuk memberikan perhatian serius dalam memahami hadis dan mengetahui maknanya. Ia berkata, "Kenalilah derajat para Syiah kami dengan timbangan periwayatan mereka atas hadis-hadis Ahlulbait dan makrifat mereka atas hadis-hadis tersebut. Dan makrifat adalah pengetahuan atas riwayah dan diroyah hadis. Dengan diroyah dan pemahaman riwayah inilah seorang mukmin mencapai derajat iman paling tinggi."<ref>Syarif al-Qursyi, Baqir, ''Hayat al-Imam al-Muhammad al-Baqir'', jld. 1, hlm. 140-141.</ref>
Tidak cukup dengan menukil dan menyebarkan hadis saja, Imam Baqir as pun menyuruh para sahabatnya untuk memberikan perhatian serius dalam memahami hadis dan mengetahui maknanya. Ia berkata, "Kenalilah derajat para [[Syiah]] kami dengan timbangan periwayatan mereka atas hadis-hadis [[Ahlulbait]] dan makrifat mereka atas hadis-hadis tersebut. Dan makrifat adalah pengetahuan atas riwayah dan diroyah hadis. Dengan diroyah dan pemahaman riwayah inilah seorang mukmin mencapai derajat iman paling tinggi."<ref>Syarif al-Qursyi, Baqir, ''Hayat al-Imam al-Muhammad al-Baqir'', jld. 1, hlm. 140-141.</ref>


===Kalam===
===Kalam===
Pada masa Imam Baqir as, dengan adanya kesempatan dan berkurangnya tekanan serta kontrol dari para penguasa, muncul kesempatan untuk menampakkan berbagai keyakinan dan pemikiran. Hal ini menyebabkan muncul dan tersebarnya pemikiran-pemikiran menyimpang di masyarakat. Kondisi  seperti ini mendorong Imam Baqir as untuk menjelaskan akidah dan keyakinan yang murni dan benar, melawan akidah batil dan menjawab berbagai subhat. Imam Baqir as menjelaskan pemikiran-pemikiran kalamnya untuk menanggapi masalah ini. Diantara pembahasannya yaitu masalah ketidakmampuan akal manusia dalam memahami hakikat Allah Swt,<ref>Kulaini, ''Ushul Kafi'', jld.1, hlm. 82.</ref>  keazalian wajibul wujud (Tuhan)<ref>''Ibid'', hlm. 88-89.</ref>  dan kewajiban taat terhadap imam makshum.<ref>''Ibid'', hlm. 185.</ref>
Pada masa Imam Baqir as, dengan adanya kesempatan dan berkurangnya tekanan serta kontrol dari para penguasa, muncul kesempatan untuk menampakkan berbagai keyakinan dan pemikiran. Hal ini menyebabkan muncul dan tersebarnya pemikiran-pemikiran menyimpang di masyarakat. Kondisi  seperti ini mendorong Imam Baqir as untuk menjelaskan akidah dan keyakinan yang murni dan benar, melawan akidah batil dan menjawab berbagai subhat. Imam Baqir as menjelaskan pemikiran-pemikiran kalamnya untuk menanggapi masalah ini. Diantara pembahasannya yaitu masalah ketidakmampuan akal manusia dalam memahami hakikat [[Allah swt]],<ref>Kulaini, ''Ushul Kafi'', jld.1, hlm. 82.</ref>  keazalian wajibul wujud ([[Tuhan]])<ref>''Ibid'', hlm. 88-89.</ref>  dan kewajiban taat terhadap [[imam makshum]].<ref>''Ibid'', hlm. 185.</ref>
Warisan Imam Baqir as lainnya adalah masalah fikih<ref>Guruh-e Muallifan, ''Pishvayan-e Hidayat'', hlm. 341-347.</ref> dan sejarah.<ref>''Ibid'', hlm. 330-334.</ref>
Warisan Imam Baqir as lainnya adalah masalah [[fikih]]<ref>Guruh-e Muallifan, ''Pishvayan-e Hidayat'', hlm. 341-347.</ref> dan sejarah.<ref>''Ibid'', hlm. 330-334.</ref>


===Diskusi dan Debat===
===Diskusi dan Debat===
Aktifitas ilmiah Imam Baqir as lainnya berupa diskusi dan debat yang dilakukan dengan berbagai kalangan dalma berbagai tema. Diantara debat dan diskusi yang dilakukannya antara lain:
Aktifitas ilmiah Imam Baqir as lainnya berupa diskusi dan debat yang dilakukan dengan berbagai kalangan dalam berbagai tema. Diantara debat dan diskusi yang dilakukannya antara lain:
* [[Debat dengan Uskup Nasrani]]
* Debat dengan Uskup Nasrani
* [[Diskusi dengan Hasan Bashri]]
* Diskusi dengan Hasan Bashri
* [[Debat dengan Hisyam bin Abdul Malik]]
* Debat dengan Hisyam bin Abdul Malik
* [[Debat dengan Muhamad bin Munkadar]]
* Debat dengan Muhamad bin Munkadar
* [[Debat dengan Nafi' bin Azraq]]
* Debat dengan Nafi' bin Azraq
* [[Debat dengan Abdullah bin Mua'mmar Laitsi]]
* Debat dengan Abdullah bin Mua'mmar Laitsi
* [[Diskusi dengan Qatadah bin Du'amah]]
* Diskusi dengan Qatadah bin Du'amah
[[berkas:4 Imam Syiah di Jannatul Baqi.jpg|250px|thumbnail|Kuburan empat imam syiah ([[Imam Ja'far al-Shadiq as]],[[Imam Muhammad al-Baqir as]], [[Imam Ali Zainal Abidin as]] dan [[Imam Hasan al-Mujtaba as]]) di [[Jannatul Baqi]], [[Madinah]], setelah penghancuran.]]
[[berkas:4 Imam Syiah di Jannatul Baqi.jpg|250px|thumbnail|Kuburan empat imam syiah ([[Imam Ja'far al-Shadiq as]],[[Imam Muhammad al-Baqir as]], [[Imam Ali Zainal Abidin as]] dan [[Imam Hasan al-Mujtaba as]]) di [[Jannatul Baqi]], [[Madinah]], setelah penghancuran.]]


===Melawan Israiliyat===
===Melawan Israiliyat===
Diantara para kelompok yang pada masa itu berada di tengah-tengah masyarakat [[Islam]] dan  memberikan pengaruh yang besar dan dalam pada budaya di masa itu adalah kaum [[Yahudi]]. yaitu sejumlah dari ulama Yahudi yang secara lahiriah telah masuk Islam dan sekelompok lain yang masih teguh pada agama aslinya pun tersebar di tengah-tengah masyarakat Islam  dan Menjadi rujukan ilmu bagi orang-orang awam yang mudah tertipu.  Perjuangan Imam Baqir as dan tindakannya dalam melawan kaum Yahudi dan ilham-ilham buruk mereka dalam budaya [[Islam]], dan mendustakan hadis-hadis palsu dan buatan serta perlakuan buruk kaum Yahudi terhadap para nabi dan perkara-perkara yang menyebabkan ternodainya wajah asli para nabi Allah, dapat dilihat dengan baik.
Diantara para kelompok yang pada masa itu berada di tengah-tengah masyarakat [[Islam]] dan  memberikan pengaruh yang besar dan dalam pada budaya di masa itu adalah kaum [[Yahudi]]. yaitu sejumlah dari ulama Yahudi yang secara lahiriah telah masuk Islam dan sekelompok lain yang masih teguh pada agama aslinya pun tersebar di tengah-tengah masyarakat Islam  dan Menjadi rujukan ilmu bagi orang-orang awam yang mudah tertipu.  Perjuangan Imam Baqir as dan tindakannya dalam melawan kaum Yahudi dan ilham-ilham buruk mereka dalam budaya Islam, dan mendustakan hadis-hadis palsu dan buatan serta perlakuan buruk kaum Yahudi terhadap para nabi dan perkara-perkara yang menyebabkan ternodainya wajah asli para nabi [[Allah]], dapat dilihat dengan baik.
[[Zurarah]] meriwayatkan, "Aku duduk di hadapan Imam Baqir as. Dalam posisi menghadap [[Kabah]], Imam berkata, "Memandang ke arah [[Kabah]] adalah ibadah." Pada saat itu datang seorang bernama ‘Ashim bin Umar dan berkata, "Ka'b al-Ahbar berkata, ‘Setiap pagi [[Kabah]] melakukan [[sujud]] kepada [[Baitul Maqdis]].' Imam Baqir as berkata, "Apa pendapatmu tentang perkataan [[Ka'b al-Ahbar]] ini?" Orang tersebut berkata, "Perkataan Ka'b al-Ahbar adalah benar." Imam berkata, "Engkau dan Ka'b al-Ahbar telah berkata dusta." Dalam keadaan marah Imam berkata, "Allah tidak menciptakan bangunan di atas bumi yang lebih dicintai daripada [[Kabah]]."<ref>Majlisi, ''Bihar al-Anwar'', jld. 46, hlm. 345.</ref>
[[Zurarah]] meriwayatkan, "Aku duduk di hadapan Imam Baqir as. Dalam posisi menghadap [[Kakbah]], Imam berkata, "Memandang ke arah Kakbah adalah ibadah." Pada saat itu datang seorang bernama 'Ashim bin Umar dan berkata, "Ka'b al-Ahbar berkata, Setiap pagi Kakbah melakukan [[sujud]] kepada [[Baitul Maqdis]].' Imam Baqir as berkata, "Apa pendapatmu tentang perkataan [[Ka'b al-Ahbar]] ini?" Orang tersebut berkata, "Perkataan Ka'b al-Ahbar adalah benar." Imam berkata, "Engkau dan Ka'b al-Ahbar telah berkata dusta." Dalam keadaan marah Imam berkata, "Allah tidak menciptakan bangunan di atas bumi yang lebih dicintai daripada [[Kabah]]."<ref>Majlisi, ''Bihar al-Anwar'', jld. 46, hlm. 345.</ref>


==Para Sahabat dan Murid==
==Para Sahabat dan Murid==
Kondisi zaman pada masa Imam Baqir as dan [[Imam Shadiq as]] memberikan peluang bagi keduanya, dimana kondisi ini tidak terdapat pada masa imam-imam lainnya. Kondisi yang menguntungkan tersebut berupa kelemahan dan kepincangan pemerintahan Bani Umayah. Pada masa itu pemberontakan-pemberontkan politik dari dalam tidak memberi ruang gerak kepada para penguasa, sebagaimana para penguasa sebelumnya, untuk menekan Ahlulbait dan menucilkannya. Kondisi baik ini dimanfaatkan oleh Imam Baqir as dan Imam Shadiq as untuk memuat sebagian besar pemikiran fikih, tafsir dan akhlak dalam kitab-kitab fikih dan hadisnya.
Kondisi zaman pada masa Imam Baqir as dan [[Imam Shadiq as]] memberikan peluang bagi keduanya, dimana kondisi ini tidak terdapat pada masa imam-imam lainnya. Kondisi yang menguntungkan tersebut berupa kelemahan dan kepincangan pemerintahan [[Bani Umayah]]. Pada masa itu pemberontakan-pemberontkan politik dari dalam tidak memberi ruang gerak kepada para penguasa, sebagaimana para penguasa sebelumnya, untuk menekan [[Ahlulbait]] dan menucilkannya. Kondisi baik ini dimanfaatkan oleh Imam Baqir as dan Imam Shadiq as untuk memuat sebagian besar pemikiran [[fikih]], tafsir dan akhlak dalam kitab-kitab fikih dan hadisnya.
Dalam situasi seperti ini, [[Muhammad bin Muslim]] mampu meriwayatkan tiga puluh ribu hadis dari Imam Baqir as.<ref>''Ibid'', jld. 1, hlm. 83.</ref>  Sementara [[Jabir al-Ju'fi]] berhasil menghimpun tujuh puluh ribu hadis.<ref>Ali Muhammad Ali Dakhil, ''Aimmatuna'', jld. 1, hlm. 347.</ref>
Dalam situasi seperti ini, [[Muhammad bin Muslim]] mampu meriwayatkan tiga puluh ribu hadis dari Imam Baqir as.<ref>''Ibid'', jld. 1, hlm. 83.</ref>  Sementara [[Jabir al-Ju'fi]] berhasil menghimpun tujuh puluh ribu hadis.<ref>Ali Muhammad Ali Dakhil, ''Aimmatuna'', jld. 1, hlm. 347.</ref>
Menurut ulama [[Syiah]], terdapat enam orang fukaha yang paling fakih di awal Islam yang merupakan para sahabat Imam Baqir as dan Imam Shadiq as. Mereka adalah [[Zurarah bin A'yan]], [[Ma'ruf bin Kharbuz Makki]], [[Abu Basir Asadi]], [[Fadhil bin Yasar]], [[Muhammad bin Muslim Thaifi]] dan [[Barid bin Muawiyah ‘Ajli]].<ref>''Manaqib'', Ibnu Syahr Asyub, jld. 4, hlm. 211.</ref>
Menurut ulama [[Syiah]], terdapat enam orang fukaha yang paling fakih di awal Islam yang merupakan para sahabat Imam Baqir as dan Imam Shadiq as. Mereka adalah [[Zurarah bin A'yan]], [[Ma'ruf bin Kharbuz Makki]], [[Abu Basir Asadi]], [[Fadhil bin Yasar]], [[Muhammad bin Muslim Thaifi]] dan [[Barid bin Muawiyah 'Ajli]].<ref>''Manaqib'', Ibnu Syahr Asyub, jld. 4, hlm. 211.</ref>


[[Syeikh Thusi]] menyebutkan dalam [[kitab Rijal]], bahwa para murid Imam Baqir as yang meriwayatkan hadis darinya sebanyak 462 orang laki-laki dan dua perempuan.
[[Syeikh Thusi]] menyebutkan dalam [[kitab Rijal]], bahwa para murid Imam Baqir as yang meriwayatkan hadis darinya sebanyak 462 orang laki-laki dan dua perempuan.
Dalam hal ketsiqahan dan kei'tibaran, sebagian para sahabat dan murid Imam Baqir as dipercaya baik oleh kalangan [[Ahlusunnah]] maupun Syiah Imamiyah. Sebagian lagi tidak dimasukkan dalam kitab-kitab rijal Ahlu Sunnah karena kecenderungan mereka yang kental terhadap Syiah, dan mereka hanya dipercaya oleh kalangan Syiah.
Dalam hal ketsiqahan dan kei'tibaran, sebagian para sahabat dan murid Imam Baqir as dipercaya baik oleh kalangan [[Ahlusunah]] maupun Syiah Imamiyah. Sebagian lagi tidak dimasukkan dalam kitab-kitab rijal Ahlu Sunnah karena kecenderungan mereka yang kental terhadap Syiah, dan mereka hanya dipercaya oleh kalangan Syiah.
Akan tetapi, tidak boleh dipahami bahwa Imam Baqir as merasa nyaman dan aman dari pembatasan dan pelarangan yang dilakukan oleh para penguasa terhadap Ahlulbait as. Bahkan tidak diragukan lagi bahwa perlakuan penguasa atas kehidupan Imam Baqir as adalah karena [[taqiyah]]. Hal ini karena dengan sistem pemerintahan zalim yang berkuasa atas masyarakat, dikesampingkannya [[taqiyah]] adalah untuk melakukan aktifitas ilmiah dan menyebarkan pengetahuan dasar agama.
Akan tetapi, tidak boleh dipahami bahwa Imam Baqir as merasa nyaman dan aman dari pembatasan dan pelarangan yang dilakukan oleh para penguasa terhadap Ahlulbait as. Bahkan tidak diragukan lagi bahwa perlakuan penguasa atas kehidupan Imam Baqir as adalah karena [[taqiyah]]. Hal ini karena dengan sistem pemerintahan zalim yang berkuasa atas masyarakat, dikesampingkannya taqiyah adalah untuk melakukan aktifitas ilmiah dan menyebarkan pengetahuan dasar agama.


==Imam Baqir as Menurut Para Ulama==
==Imam Baqir as Menurut Para Ulama==
[[Ibnu Hajar Haitami]] menulis, "Abu Ja'far Muhammad Baqir as menyingkap khazanah ilmu yang terpendam, hakikat hukum, hikmah-hikmah dan kebijksanaan yang tidak tertutupi keculi oleh unsur-unsur tanpa bashirat atau buruknya niat. Dengan demikian, ia digelari dengan "Baqirul Ulum" atau pembuka dan penyingkap ilmu, penghimpun ilmu dan penegak panji ilmu. Ia menghabiskan umurnya dalam ketaatan kepada Allah Swt dan telah sampai pada kedudukan orang-orang arif, dimana bahasa tidak mampu melukiskan sifat-sifatnya. Ia memiliki banyak perkataan dalam bidang suluk dan pengetahuan.<ref>Ibnu Hajar, ''Al-Shawaiq al-Muhriqah'', hlm. 201.</ref>
Ibnu Hajar Haitami menulis, "Abu Ja'far Muhammad Baqir as menyingkap khazanah ilmu yang terpendam, hakikat hukum, hikmah-hikmah dan kebijksanaan yang tidak tertutupi keculi oleh unsur-unsur tanpa bashirat atau buruknya niat. Dengan demikian, ia digelari dengan "Baqirul Ulum" atau pembuka dan penyingkap ilmu, penghimpun ilmu dan penegak panji ilmu. Ia menghabiskan umurnya dalam ketaatan kepada [[Allah swt]] dan telah sampai pada kedudukan orang-orang arif, dimana bahasa tidak mampu melukiskan sifat-sifatnya. Ia memiliki banyak perkataan dalam bidang suluk dan pengetahuan.<ref>Ibnu Hajar, ''Al-Shawaiq al-Muhriqah'', hlm. 201.</ref>
[[Abdullah bin ‘Atha]], seorang ulama besar zaman Imam Baqir as, berkata, "Aku tidak melihat ulama yang rendah di hadapan siapapun, kecuali ulama yang ada di hadapan Abu Ja'far (yakni Imam Baqir as)."<ref>Sibth Ibnu al-Jauzi, ''Tadzkirah al-Khawash'', hlm. 337; Ali bin Issa al-Arbili, ''Kasyf al-Ghummah'', jld. 2, hlm. 329.</ref>
[[Abdullah bin 'Atha]], seorang ulama besar zaman Imam Baqir as, berkata, "Aku tidak melihat ulama yang rendah di hadapan siapapun, kecuali ulama yang ada di hadapan Abu Ja'far (yakni Imam Baqir as)."<ref>Sibth Ibnu al-Jauzi, ''Tadzkirah al-Khawash'', hlm. 337; Ali bin Issa al-Arbili, ''Kasyf al-Ghummah'', jld. 2, hlm. 329.</ref>
[[Dzahabi]] menulis tentang Imam Baqir as, "Ia adalah di antara orang yang terkumpul padanya ilmu, amal, kebesaran, kemuliaan, ketenangan dan terpercaya. Dan ia memiliki kelayakan untuk khilafah."<ref>Dzahabi, ''Siru A'lam al-Nubala''', jld. 4, hlm. 402.</ref>
[[Dzahabi]] menulis tentang Imam Baqir as, "Ia adalah di antara orang yang terkumpul padanya ilmu, amal, kebesaran, kemuliaan, ketenangan dan terpercaya. Dan ia memiliki kelayakan untuk khilafah."<ref>Dzahabi, ''Siru A'lam al-Nubala''', jld. 4, hlm. 402.</ref>
<onlyinclude>{{#ifeq:{{{section|editorial box}}}|editorial box|{{Editorial Box
<onlyinclude>{{#ifeq:{{{section|editorial box}}}|editorial box|{{Editorial Box
  | prioritas =aa
  | prioritas =aa
  | kualitas =c
  | kualitas =b
  | link =
  | link =sudah
  | foto =sudah
  | foto =sudah
  | kategori =sudah
  | kategori =sudah
Baris 165: Baris 167:
  | navbox =sudah
  | navbox =sudah
  | alih=sudah
  | alih=sudah
  | referensi =
  | referensi =sudah
  | Artikel bagus =
  | Artikel bagus =
  | Artikel pilihan =
  | Artikel pilihan =
Baris 172: Baris 174:
{{Succession box
{{Succession box
  | title  = [[Imam]] ke-5 [[Syiah Imamiyah]]
  | title  = [[Imam]] ke-5 [[Syiah Imamiyah]]
  | years  = 95 H-114 H
  | years  = 95 H/714-114 H/733
  | with  =
  | with  =
  | before = [[Imam Sajjad as]]
  | before = [[Imam Sajjad as]]
Baris 178: Baris 180:
}}
}}
{{S-end}}
{{S-end}}
== Catatan Kaki ==
== Catatan Kaki ==
{{Catatan Kaki}}
{{Catatan Kaki}}
== Daftar Pustaka ==
== Daftar Pustaka ==
{{ref}}
{{ref}}
* Ibnu Atsir, ''‘Izuddin, Al-Makamil fi al-Tarikh'', Beirut, Dar Shadir, 1402 H/1982 M.
* Al-Kaf'ami, Taqiyuddin Ibrahim bin Ali, ''Al-Mishbah'', Beirut, Muassasah al-A'lam al li al-Mathbu'at, Cetakan Pertama, 1414 H/1994 M.
* Al-Kulaini, Abi Ja'far Muhammad bin Ya'qub, ''Al-Kafi'', Riset oleh Ali Akbar Ghafari, Tehran, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cetakan Kedua, 1388 H.
* Al-Mufid, ''Al-Irsyad'', Riset oleh Muassasah Aalulbait as li Tahqiq al-Turats, Beirut, Darul Mufid Li al-Thaba'ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi', 1414 H/1993 M.
* 'Amili, Hurr, ''Wasail al-Syi'ah ila Tahshili Masail al-Syari'ah'', Beirut, Dar Ihya al-Turats al-'Arabi, Tanpa Tahun.
* Dakhil, Ali Muhammad Ali, ''Aimmatuna Sirah al-Aimmah al-Itsna ‘Asyar'', Qom, Muassasah Dar al-Kutub al-Islami, Cetakan Ketiga, 1429 H/2008 M.
* Guruh-e Muallifan, ''Pishvayan-e Hidayat Shekofande-ye Ulum Hazrat-e Imam Baqir as'', Penerjemah: Kazhim Hatami Thabari, Qom, Majma Jahani Ahlulbait, Cetakan Pertama, 1385 S.
* Ibnu Atsir, '''Izuddin, Al-Makamil fi al-Tarikh'', Beirut, Dar Shadir, 1402 H/1982 M.
* Ibnu Hajar Haitami, Ahmad, ''Al-Shawa'iq al-Muhriqah'', Maktabah al-Qahirah, Tanpa Tahun.
* Ibnu Nadim, Muhammad, ''Kitab al-Fahrast'', Terjemah Muhammad Ridha Tajadud, Teharan, Penerbit Sephar, Cetakan Ketiga, 1366 S.
* Ibnu Nadim, Muhammad, ''Kitab al-Fahrast'', Terjemah Muhammad Ridha Tajadud, Teharan, Penerbit Sephar, Cetakan Ketiga, 1366 S.
* Majlisi, ''Bihar al-Anwar'', Beirut, Dar Ihya al-Turats al-'Arabi, 1403 H.
* Qomi Razi, Abil Qasim Ali bin Muhammad, ''Kifayah al-Atsar fi al-Nash 'ala al-Aimmah Itsna 'Asyar'', Qom, Mathbu'ah al-Khiyam, 1401 H.
* Sibth Ibnu Jauzi, ''Tadzkirah al-Khawash'', Tehran, Maktabah Nainawa al-Haditsah, Nashir Khusru.
* Sibth Ibnu Jauzi, ''Tadzkirah al-Khawash'', Tehran, Maktabah Nainawa al-Haditsah, Nashir Khusru.
* Suyuthi, Jalaluddin, ''Tarikh al-Khulafa''', Riset oelh Muhamamd Muhyiddin Abdul Hamid.
* Suyuthi, Jalaluddin, ''Tarikh al-Khulafa''', Riset oelh Muhamamd Muhyiddin Abdul Hamid.
* Thabarsi, Aminul Islam, ''‘Alam al-Wara' bi ‘Alam al-Huda'', Terjemah ‘Azizullah ‘Athardi, Tehran, Toko Buku Islamiyah, Cetakan Kedua, 1377 S.
* Syahr Asyub, Abi Ja'far Muhammad bin Ali, ''Manaqib Aali Abi Thalib'', Penerbit Dzawil Qurba, Cetakan Pertama, 1421 H/1379 S.
* Syarif al-Qursyi, Baqir, ''Hayat al-Imam Muhammad al-Baqir'', Qom, Dar al-Kutub al-‘Alamiyah, Ismailiyan Najafi, 1397 S.
* Thabari, Muhamamd, bin Jarir, ''Dalail al-Imamah'', Qom, Muassasah al-Bi'tsah, Cetakan Pertama, 1413 H.
* Thabari, Muhamamd, bin Jarir, ''Dalail al-Imamah'', Qom, Muassasah al-Bi'tsah, Cetakan Pertama, 1413 H.
* Majlisi, ''Bihar al-Anwar'', Beirut, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, 1403 H.
* Qomi Razi, Abil Qasim Ali bin Muhammad, ''Kifayah al-Atsar fi al-Nash ‘ala al-Aimmah Itsna ‘Asyar'', Qom, Mathbu'ah al-Khiyam, 1401 H.
* Syahr Asyub, Abi Ja'far Muhammad bin Ali, ''Manaqib Aali Abi Thalib'', Penerbit Dzawil Qurba, Cetakan Pertama, 1421 H/1379 S.
* Ibnu Hajar Haitami, Ahmad, ''Al-Shawa'iq al-Muhriqah'', Maktabah al-Qahirah, Tanpa Tahun.
* Thabarsi, Abi Manshur Ahmad bin Ali, ''Al-Ihtijaj'', Masyhad, Nasyr al-Musthafa, 1403 H.
* Thabarsi, Abi Manshur Ahmad bin Ali, ''Al-Ihtijaj'', Masyhad, Nasyr al-Musthafa, 1403 H.
* Guruh-e Muallifan, ''Pishvayan-e Hidayat Shekofande-ye Ulum Hazrat-e Imam Baqir as'', Penerjemah: Kazhim Hatami Thabari, Qom, Majma Jahani Ahlulbait, Cetakan Pertama, 1385 S.
* Thabarsi, Aminul Islam, '''Alam al-Wara' bi ‘Alam al-Huda'', Terjemah 'Azizullah 'Athardi, Tehran, Toko Buku Islamiyah, Cetakan Kedua, 1377 S.
* Al-Kaf'ami, Taqiyuddin Ibrahim bin Ali, ''Al-Mishbah'', Beirut, Muassasah al-A'lam al li al-Mathbu'at, Cetakan Pertama, 1414 H/1994 M.
* Syarif al-Qursyi, Baqir, ''Hayat al-Imam Muhammad al-Baqir'', Qom, Dar al-Kutub al-‘Alamiyah, Ismailiyan Najafi, 1397 S.
* Al-Kulaini, Abi Ja'far Muhammad bin Ya'qub, ''Al-Kafi'', Riset oleh Ali Akbar Ghafari, Tehran, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cetakan Kedua, 1388 H.
* Dakhil, Ali Muhammad Ali, ''Aimmatuna Sirah al-Aimmah al-Itsna ‘Asyar'', Qom, Muassasah Dar al-Kutub al-Islami, Cetakan Ketiga, 1429 H/2008 M.
* Thusi, Abi Ja'far Muhammad bin Jal-Hasan, ''Ikhtiyar Ma'rift al-Rijal'', Ditashhih oleh Hasan al-Musthafawi, Universitas Masyhad, 1348 S.
* Thusi, Abi Ja'far Muhammad bin Jal-Hasan, ''Ikhtiyar Ma'rift al-Rijal'', Ditashhih oleh Hasan al-Musthafawi, Universitas Masyhad, 1348 S.
* ‘Amili, Hurr, ''Wasail al-Syi'ah ila Tahshili Masail al-Syari'ah'', Beirut, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, Tanpa Tahun.
* Al-Mufid, ''Al-Irsyad'', Riset oleh Muassasah Aalulbait as li Tahqiq al-Turats, Beirut, Darul Mufid Li al-Thaba'ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi', 1414 H/1993 M.
* Ya'qubi, Ibnu Wadhih, ''Tarikh Ya'qubi'', Terjemah Muhammad Ibrahim, Tehran, Penerbit Ilmi va Farhanggi, 1378 S.
* Ya'qubi, Ibnu Wadhih, ''Tarikh Ya'qubi'', Terjemah Muhammad Ibrahim, Tehran, Penerbit Ilmi va Farhanggi, 1378 S.
{{akhir}}
{{akhir}}
{{Imamah}}
{{Imamah}}
{{Peristiwa Asyura}}
{{Peristiwa Asyura}}