Pengguna anonim
Tauhid: Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Habrizen Tidak ada ringkasan suntingan |
imported>Habrizen Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 64: | Baris 64: | ||
===Latar Belakang dan Sejarah Monoteisme dalam Perspektif Al-Quran=== | ===Latar Belakang dan Sejarah Monoteisme dalam Perspektif Al-Quran=== | ||
Menurut perspektif [[Al-Quran]], monoteisme karena ada dalam fitrah manusia, maka memiliki masa seukuran manusia itu sendiri; karena manusia pertama yang ada di atas muka bumi itu sendiri adalah seorang nabi yang monoteis. Dari sisi lain, menurut Al-Quran, di masa permulaan penciptaan manusia, semuanya adalah monoteisme dan [[syirik]] serta penyelewengan muncul setelahnya, karena mengikuti | Menurut perspektif [[Al-Quran]], monoteisme karena ada dalam fitrah manusia, maka memiliki masa seukuran manusia itu sendiri; karena manusia pertama yang ada di atas muka bumi itu sendiri adalah seorang nabi yang monoteis. Dari sisi lain, menurut Al-Quran, di masa permulaan penciptaan manusia, semuanya adalah monoteisme dan [[syirik]] serta penyelewengan muncul setelahnya, karena mengikuti hawa nafsunya. <ref>Q.S. Al-Baqarah: 213; demikian juga lihatlah, ''Al-Mizan'', dibawah kata ayat ini. </ref> | ||
===Tauhid Fitri=== | ===Tauhid Fitri=== | ||
Baris 74: | Baris 74: | ||
Makna yang berkaitan dengan tauhid dalam hadis, khususnya hadis-hadis [[Ahlulbait as]], memiliki sastra yang luas. Di tengah-tengah ini semua, pidato tauhid [[Imam Ali as]] sangatlah populer. Sejumlah hadis ini dalam tafsir dan penjelasan ayat-ayat tauhid [[Al-Quran]] mengetengahkan poin-poin ajaran tauhid, dan dalam sebagian tempat menjelaskan tentang argumentasi keesaan Allah dan maksud dari keesaan itu sendiri. | Makna yang berkaitan dengan tauhid dalam hadis, khususnya hadis-hadis [[Ahlulbait as]], memiliki sastra yang luas. Di tengah-tengah ini semua, pidato tauhid [[Imam Ali as]] sangatlah populer. Sejumlah hadis ini dalam tafsir dan penjelasan ayat-ayat tauhid [[Al-Quran]] mengetengahkan poin-poin ajaran tauhid, dan dalam sebagian tempat menjelaskan tentang argumentasi keesaan Allah dan maksud dari keesaan itu sendiri. | ||
Penafian ajaran-ajaran non tauhid dan sikap-sikap non monoteis serta [[Syirik|kesyirikan]] juga termasuk topik hadis-hadis ini. Kedudukan keyakinan terhadap tauhid dalam agama juga diketengahkan dalam sejumlah hadis. Menurut dasar hadis ini, beberapa pakar hadis menyiapkan karya dalam topik tauhid dengan | Penafian ajaran-ajaran non tauhid dan sikap-sikap non monoteis serta [[Syirik|kesyirikan]] juga termasuk topik hadis-hadis ini. Kedudukan keyakinan terhadap tauhid dalam agama juga diketengahkan dalam sejumlah hadis. Menurut dasar hadis ini, beberapa pakar hadis menyiapkan karya dalam topik tauhid dengan nama serupa. Dengan memperhatikan keluasan hadis-hadis tauhid, dalam tulisan ini hanya cukup menuturkan beberapa contoh saja. | ||
Menurut hadis, keyakinan akan tauhid merupakan amal hati terbaik dan ''muwahhid'' (orang yang mengesakan Tuhan) terjauhkan dari azab dan | Menurut hadis, keyakinan akan tauhid merupakan amal hati terbaik dan ''muwahhid'' (orang yang mengesakan Tuhan) terjauhkan dari azab dan termasuk orang yang paling dikasihi disisi Allah adalah ''La Ilaha Illa Allah''. [[Imam Ridha as]] dalam sebuah hadis masyhur, ''Silsilah al-Dzahab'', berkata, jika kalimat ini dipraktekkan dengan syarat (meyakini wilayahnya), maka akan menjadi tempat pelindung dan benteng keamanan Allah. Pada dasarnya pondasi agama adalah ma'rifah kepada Allah, yakni mengesakan-Nya dan ini juga merupakan ibadah kepada Allah. <ref>Ibn Babawaih, hlm. 34, 35, 57. </ref> | ||
===Makna Keesaan=== | ===Makna Keesaan=== |