Lompat ke isi

Tauhid: Perbedaan antara revisi

62 bita ditambahkan ,  13 Juli 2018
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Ismail Dg naba
imported>Ismail Dg naba
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 17: Baris 17:
Dalam tauhid ''nazari'' (teoritis) mencakup keyakinan terhadap tauhid semua perkara Allah. Allah memiliki Dzat Esa, tidak ada serupa dan padanan bagi-Nya (tauhid dzati/pengesaan Tuhan dalam dzat), dalam perbuatan-Nya juga tidak membutuhkan kepada selain-Nya dan semua eksistensi membutuhkan-Nya (tauhid af'ali/perbuatan). Adapun tauhid ''amali'' (amal dan perbuatan kita dalam menegakkan keesaaan Tuhan) juga hanya Allah sematalah yang layak untuk disembah dan sudah semestinya kaum Muslimin melaksanakan amalan-amalan agamanya hanya untuk Allah semata (''tauhid af'ali'') dan meminta bantuan hanya kepada-Nya. Menurut perspektif Syiah, bahkan sifat-sifat Allah juga tak lain adalah (identik) Dzat Allah itu sendiri (tauhid sifat/pengesaan Tuhan dalam sifat).
Dalam tauhid ''nazari'' (teoritis) mencakup keyakinan terhadap tauhid semua perkara Allah. Allah memiliki Dzat Esa, tidak ada serupa dan padanan bagi-Nya (tauhid dzati/pengesaan Tuhan dalam dzat), dalam perbuatan-Nya juga tidak membutuhkan kepada selain-Nya dan semua eksistensi membutuhkan-Nya (tauhid af'ali/perbuatan). Adapun tauhid ''amali'' (amal dan perbuatan kita dalam menegakkan keesaaan Tuhan) juga hanya Allah sematalah yang layak untuk disembah dan sudah semestinya kaum Muslimin melaksanakan amalan-amalan agamanya hanya untuk Allah semata (''tauhid af'ali'') dan meminta bantuan hanya kepada-Nya. Menurut perspektif Syiah, bahkan sifat-sifat Allah juga tak lain adalah (identik) Dzat Allah itu sendiri (tauhid sifat/pengesaan Tuhan dalam sifat).


Banyak sekali ayat-ayat [[Al-Quran]] mengisyaratkan tentang tauhid dan kedudukan Allah swt. Menurut Al-Quran, keyakinan tauhid merupakan akar fitrah manusia, seluruh para nabi menyerukan tauhid dan upaya terbesar mereka adalah menghilangkan syirik dan praktek-praktek kesyirikan dan sejatinya tujuan pengutusan para nabi adalah melawan kesyirikan dan penyembahan Tuhan yang Esa.
Banyak sekali ayat-ayat [[Al-Quran]] mengisyaratkan tentang tauhid dan kedudukan Allah swt. Menurut Al-Quran, keyakinan tauhid merupakan akar fitrah manusia, seluruh para nabi menyerukan tauhid dan upaya terbesar mereka adalah menghilangkan [[syirik]] dan praktek-praktek kesyirikan dan sejatinya tujuan pengutusan para nabi adalah melawan kesyirikan dan penyembahan Tuhan yang Esa.
Sebagian kaum Muslimin, dengan tafsir-tafsir tidak populer tentang makna ibadah mengklaim sebagian sikap-sikap yang marak dari kaum Muslimin bertentangan dengan tauhid. Ideologi ini sangat dikritik oleh mayoritas cendekiawan [[Syiah]] dan [[Ahlusunah]] dan tertolak.
Sebagian kaum Muslimin, dengan tafsir-tafsir tidak populer tentang makna ibadah mengklaim sebagian sikap-sikap yang marak dari kaum Muslimin bertentangan dengan tauhid. Ideologi ini sangat dikritik oleh mayoritas cendekiawan [[Syiah]] dan [[Ahlusunah]] dan tertolak.


Baris 33: Baris 33:
Ajaran tauhid merupakan poros ajaran [[Islam]] dan merupakan pesan terpenting [[Al-Quran]]. Masalah ini terlihat dari afirmasi Al-Quran dan riwayat-riwayat, sampai-sampai kurang lebih sepertiga ayat-ayat Al-Quran terkait masalah tersebut dan menurut legitimasi Al-Quran, semua pesan para nabi adalah keyakinan terhadap tauhid. <ref>Q.S. [[Surah Al-Anbiya|Al-Anbiya]]: 25. </ref>
Ajaran tauhid merupakan poros ajaran [[Islam]] dan merupakan pesan terpenting [[Al-Quran]]. Masalah ini terlihat dari afirmasi Al-Quran dan riwayat-riwayat, sampai-sampai kurang lebih sepertiga ayat-ayat Al-Quran terkait masalah tersebut dan menurut legitimasi Al-Quran, semua pesan para nabi adalah keyakinan terhadap tauhid. <ref>Q.S. [[Surah Al-Anbiya|Al-Anbiya]]: 25. </ref>


Agama Islam mengenalkan tauhid sebagai pilar utama ketuhanan dan sumber kehidupan sejati dan menyebut syirik sebagai sebuah dosa tak terampuni:
Agama Islam mengenalkan tauhid sebagai pilar utama ketuhanan dan sumber kehidupan sejati dan menyebut [[syirik]] sebagai sebuah dosa tak terampuni:


<center>{{ia|﴾إِنَّ اللّهَ لاَ یغْفِرُ أَن یشْرَکَ بِهِ وَیغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِکَ لِمَن یشَاء وَمَن یشْرِکْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَی إِثْمًا عَظِیمًا﴿}}</center>
<center>{{ia|﴾إِنَّ اللّهَ لاَ یغْفِرُ أَن یشْرَکَ بِهِ وَیغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِکَ لِمَن یشَاء وَمَن یشْرِکْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَی إِثْمًا عَظِیمًا﴿}}</center>
Baris 67: Baris 67:


===Latar Belakang dan Sejarah Monoteisme dalam Perspektif Al-Quran===
===Latar Belakang dan Sejarah Monoteisme dalam Perspektif Al-Quran===
Menurut perspektif [[Al-Quran]], monoteisme karena ada dalam fitrah manusia, maka memiliki masa seukuran manusia itu sendiri; karena manusia pertama yang ada di atas muka bumi itu sendiri adalah seorang nabi yang monoteis. Dari sisi lain, menurut Al-Quran, di masa permulaan penciptaan manusia, semuanya adalah monoteisme dan syirik serta penyelewengan muncul setelahnya, karena mengikuti kelompok hawa nafsunya. <ref>Q.S. Al-Baqarah: 213; demikian juga lihatlah, ''Al-Mizan'', dibawah kata ayat ini. </ref>
Menurut perspektif [[Al-Quran]], monoteisme karena ada dalam fitrah manusia, maka memiliki masa seukuran manusia itu sendiri; karena manusia pertama yang ada di atas muka bumi itu sendiri adalah seorang nabi yang monoteis. Dari sisi lain, menurut Al-Quran, di masa permulaan penciptaan manusia, semuanya adalah monoteisme dan [[syirik]] serta penyelewengan muncul setelahnya, karena mengikuti kelompok hawa nafsunya. <ref>Q.S. Al-Baqarah: 213; demikian juga lihatlah, ''Al-Mizan'', dibawah kata ayat ini. </ref>


===Tauhid Fitri===
===Tauhid Fitri===
Baris 77: Baris 77:
Makna yang berkaitan dengan tauhid dalam hadis, khususnya hadis-hadis [[Ahlulbait as]], memiliki sastra yang luas. Di tengah-tengah ini semua, pidato tauhid [[Imam Ali as]] sangatlah populer. Sejumlah hadis ini dalam tafsir dan penjelasan ayat-ayat tauhid [[Al-Quran]] mengetengahkan poin-poin ajaran tauhid, dan dalam sebagian tempat menjelaskan tentang argumentasi keesaan Allah dan maksud dari keesaan itu sendiri.
Makna yang berkaitan dengan tauhid dalam hadis, khususnya hadis-hadis [[Ahlulbait as]], memiliki sastra yang luas. Di tengah-tengah ini semua, pidato tauhid [[Imam Ali as]] sangatlah populer. Sejumlah hadis ini dalam tafsir dan penjelasan ayat-ayat tauhid [[Al-Quran]] mengetengahkan poin-poin ajaran tauhid, dan dalam sebagian tempat menjelaskan tentang argumentasi keesaan Allah dan maksud dari keesaan itu sendiri.


Penafian ajaran-ajaran non tauhid dan sikap-sikap non monoteis serta kesyirikan juga termasuk topik hadis-hadis ini. Kedudukan keyakinan terhadap tauhid dalam agama juga diketengahkan dalam sejumlah hadis. Menurut dasar hadis ini, beberapa pakar hadis menyiapkan karya dalam topik tauhid dengan nama atau nama serupa. Dengan memperhatikan keluasan hadis-hadis tauhid, dalam tulisan ini hanya cukup menuturkan beberapa contoh saja.
Penafian ajaran-ajaran non tauhid dan sikap-sikap non monoteis serta [[Syirik|kesyirikan]] juga termasuk topik hadis-hadis ini. Kedudukan keyakinan terhadap tauhid dalam agama juga diketengahkan dalam sejumlah hadis. Menurut dasar hadis ini, beberapa pakar hadis menyiapkan karya dalam topik tauhid dengan nama atau nama serupa. Dengan memperhatikan keluasan hadis-hadis tauhid, dalam tulisan ini hanya cukup menuturkan beberapa contoh saja.


Menurut hadis, keyakinan akan tauhid merupakan amal hati terbaik dan ''muwahhid'' (orang yang mengesakan Tuhan) terjauhkan dari azab dan ibarat paling dikasihi disisi Allah adalah ''La Ilaha Illa Allah''. [[Imam Ridha as]] dalam sebuah hadis masyhur, ''Silsilah al-Dzahab'', berkata, jika kalimat ini dipraktekkan dengan syaratnya (seperti wilayah kewenangan), maka akan menjadi tempat pelindung dan benteng keamanan Allah. Pada dasarnya pondasi agama adalah ma'rifah kepada Allah, yakni mengesakan-Nya dan ini juga merupakan ibadah kepada Allah. <ref>Ibn Babawaih, hlm. 34, 35, 57. </ref>
Menurut hadis, keyakinan akan tauhid merupakan amal hati terbaik dan ''muwahhid'' (orang yang mengesakan Tuhan) terjauhkan dari azab dan ibarat paling dikasihi disisi Allah adalah ''La Ilaha Illa Allah''. [[Imam Ridha as]] dalam sebuah hadis masyhur, ''Silsilah al-Dzahab'', berkata, jika kalimat ini dipraktekkan dengan syaratnya (seperti wilayah kewenangan), maka akan menjadi tempat pelindung dan benteng keamanan Allah. Pada dasarnya pondasi agama adalah ma'rifah kepada Allah, yakni mengesakan-Nya dan ini juga merupakan ibadah kepada Allah. <ref>Ibn Babawaih, hlm. 34, 35, 57. </ref>
Baris 101: Baris 101:


Tauhid dzat dalam terminologi teologi, filsafat, dipakai untuk dua makna:
Tauhid dzat dalam terminologi teologi, filsafat, dipakai untuk dua makna:
:#Allah swt adalah satu dan tidak ada sepadan bagi-Nya serta tidak bisa diasumsikan dua untuk-Nya. Para teolog menamakan tingkat tauhid ini sebagai tauhid dzat dan menafikan segala bentuk serupa dan sepadan untuk dzat Allah. Tauhid ini disebut dengan tauhid wahidi. Dengan kata lain, tauhid wahidi yakni tauhid dalam Wajibul Wujud dan pentingnya satu wujud serta penafian segala bentuk kesyirikan, serupa dan sepadan dari Allah.
:#Allah swt adalah satu dan tidak ada sepadan bagi-Nya serta tidak bisa diasumsikan dua untuk-Nya. Para teolog menamakan tingkat tauhid ini sebagai tauhid dzat dan menafikan segala bentuk serupa dan sepadan untuk dzat Allah. Tauhid ini disebut dengan tauhid wahidi. Dengan kata lain, tauhid wahidi yakni tauhid dalam Wajibul Wujud dan pentingnya satu wujud serta penafian segala bentuk [[Syirik|kesyirikan]], serupa dan sepadan dari Allah.
:#Dzat Allah simpel dan tidak terangkap. Bagian tauhid ini juga disebut dengan tauhid ahadi. Dengan kata lain, tauhid ahadi yakni menafikan segala bentuk susunan rasional luar dan khayalan dari Allah serta menetapkan kesimpelan untuk Allah swt.
:#Dzat Allah simpel dan tidak terangkap. Bagian tauhid ini juga disebut dengan tauhid ahadi. Dengan kata lain, tauhid ahadi yakni menafikan segala bentuk susunan rasional luar dan khayalan dari Allah serta menetapkan kesimpelan untuk Allah swt.


Baris 139: Baris 139:
Dengan ibarat lain, tauhid dalam tahapan sebelumnya meskipun hal lazim, namun tidaklah cukup, bahkan seseorang harus sampai pada tahap keyakinan bahwa tidak ada sesembahan selain Allah dan penyembahan hanya semata-mata untuk-Nya dan dalam praktek juga tidak menyembah selain-Nya. Ini adalah batas tauhid. Oleh karenanya, selama tauhid seseorang tidak sampai pada tauhid uluhiyyah, maka tauhid orang tersebut belum sampai pada batasannya. <ref>Mishbah Yazdi, ''Khuda Shenasi dar Qur'an,'' hlm. 76. </ref>
Dengan ibarat lain, tauhid dalam tahapan sebelumnya meskipun hal lazim, namun tidaklah cukup, bahkan seseorang harus sampai pada tahap keyakinan bahwa tidak ada sesembahan selain Allah dan penyembahan hanya semata-mata untuk-Nya dan dalam praktek juga tidak menyembah selain-Nya. Ini adalah batas tauhid. Oleh karenanya, selama tauhid seseorang tidak sampai pada tauhid uluhiyyah, maka tauhid orang tersebut belum sampai pada batasannya. <ref>Mishbah Yazdi, ''Khuda Shenasi dar Qur'an,'' hlm. 76. </ref>


Namun pembagian syirik khofi (samar), seperti penyembahan hawa nafsu, menyembah kedudukan dan riya', meskipun menurut akhlak sangatlah dicela, namun tidak menyebabkan keluarnya seseorang dari lingkup kemusliman. <ref>Saidi Mehr, ''Omuzesh Kalam-e Islami'', jild. 1, hlm. 162 dan 163. </ref>
Namun pembagian [[syirik]] khofi (samar), seperti penyembahan hawa nafsu, menyembah kedudukan dan riya', meskipun menurut akhlak sangatlah dicela, namun tidak menyebabkan keluarnya seseorang dari lingkup kemusliman. <ref>Saidi Mehr, ''Omuzesh Kalam-e Islami'', jild. 1, hlm. 162 dan 163. </ref>


==Syirik==
==Syirik==
Sebagaimana tauhid juga memiliki tingkatan dan derajat, syirik juga memiliki tingkatan dan terdapat jenis-jenis syirik di hadapan tauhid yang telah diserukan oleh para utusan Ilahi.
Sebagaimana tauhid juga memiliki tingkatan dan derajat, [[syirik]] juga memiliki tingkatan dan terdapat jenis-jenis syirik di hadapan tauhid yang telah diserukan oleh para utusan Ilahi.


===Syirik Nazari===
===Syirik Nazari===
Baris 151: Baris 151:
Syirik Sifat: Syirik, satu sifat yang sama sekali tidak pernah diketengahkan di kalangan masyarakat karena tidak detailnya masalah. Syirik dalam sifat khusus untuk sebagian kalangan para cendekiawan yang berfikir tentang masalah demikian, namun tidak memiliki kecakapan dan pendalaman yang cukup. Asy'ariyah salah seorang teolog Islam terimbas jenis syirik ini. Jenis syirik ini juga syirik samar dan tidak menyebabkan keluarnya seseorang dari Islam.
Syirik Sifat: Syirik, satu sifat yang sama sekali tidak pernah diketengahkan di kalangan masyarakat karena tidak detailnya masalah. Syirik dalam sifat khusus untuk sebagian kalangan para cendekiawan yang berfikir tentang masalah demikian, namun tidak memiliki kecakapan dan pendalaman yang cukup. Asy'ariyah salah seorang teolog Islam terimbas jenis syirik ini. Jenis syirik ini juga syirik samar dan tidak menyebabkan keluarnya seseorang dari Islam.


Syirik dalam Penciptaan: Sebagian maktab ideologi meyakini Allah sebagai dzat tanpa padanan dan serupa dan menyebut-Nya sebagai pokok tunggal dunia, namun sebagian makhluk ikut campur dengan-Nya dalam penciptaan. Semisalnya keyakinan Allah sebagai penanggung jawab penciptaan keburukan, cela dan kekurangan dan ringkasnya semua peristiwa dan kejadian yang tidak diinginkan, bahkan semua urusan adalah ciptaan sebagian makhluk.
[[Syirik]] dalam Penciptaan: Sebagian maktab ideologi meyakini Allah sebagai dzat tanpa padanan dan serupa dan menyebut-Nya sebagai pokok tunggal dunia, namun sebagian makhluk ikut campur dengan-Nya dalam penciptaan. Semisalnya keyakinan Allah sebagai penanggung jawab penciptaan keburukan, cela dan kekurangan dan ringkasnya semua peristiwa dan kejadian yang tidak diinginkan, bahkan semua urusan adalah ciptaan sebagian makhluk.


Kesyirikan jenis ini termasuk syirik dalam penciptaan dan pelaku, lawan dari tauhid af'ali. Islam juga tidak menerima syirik semacam ini. Namun syirik dalam penciptaan juga memiliki tingkatan, dimana diantaranya adalah syirik khofi, bukan syirik secara terang-terangan, dengan demikian tidak menyebabkan keluarnya seseorang dari lingkup ahli tauhid dan ranah Islam.
Kesyirikan jenis ini termasuk syirik dalam penciptaan dan pelaku, lawan dari tauhid af'ali. Islam juga tidak menerima syirik semacam ini. Namun syirik dalam penciptaan juga memiliki tingkatan, dimana diantaranya adalah syirik khofi, bukan syirik secara terang-terangan, dengan demikian tidak menyebabkan keluarnya seseorang dari lingkup ahli tauhid dan ranah Islam.
Baris 160: Baris 160:
Demikian juga, ucapan dan tindakan yang menunjukkan pensucian, pengagungan, sanjungan dan pujian dzat sempurna secara mutlak dan tidak butuh secara mutlak kepada selain [[Allah]] adalah syirik. Pensucian mutlak dari segala kekurangan dan kelemahan, kebesaran mutlaknya, semua sanjungan dan pujian hanya semata untuk-Nya, semua daya dan kekuatan yang tegak dengan-Nya adalah dzat-Nya. Deskripsi semacam ini baik secara lisan ataupun praktis – untuk selain Allah adalah syirik.<ref>Muthahhari, ''Jahan Bini Tauhidi'', jild. 2, hlm. 80, dengan sedikit ringkasan dan perubahan.</ref>
Demikian juga, ucapan dan tindakan yang menunjukkan pensucian, pengagungan, sanjungan dan pujian dzat sempurna secara mutlak dan tidak butuh secara mutlak kepada selain [[Allah]] adalah syirik. Pensucian mutlak dari segala kekurangan dan kelemahan, kebesaran mutlaknya, semua sanjungan dan pujian hanya semata untuk-Nya, semua daya dan kekuatan yang tegak dengan-Nya adalah dzat-Nya. Deskripsi semacam ini baik secara lisan ataupun praktis – untuk selain Allah adalah syirik.<ref>Muthahhari, ''Jahan Bini Tauhidi'', jild. 2, hlm. 80, dengan sedikit ringkasan dan perubahan.</ref>


Syirik praktis juga memiliki tingkatan. Tingkatan tertinggi yang menyebabkan seseorang keluar dari kancah [[Islam]] adalah syirik dalam penyembahan dan disebut juga dengan syirik terang-terangan. Namun ada juga jenis syirik samar, yang mana Islam dalam agenda tauhid praktisnya sangat memeranginya. Dengan demikian, segala bentuk riya, penyembahan hawa nafsu dan cinta kedudukan, jabatan, harta dan individu dikategorikan sebagai syirik. Namun, jenis syirik samar ini tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam.
[[Syirik]] praktis juga memiliki tingkatan. Tingkatan tertinggi yang menyebabkan seseorang keluar dari kancah [[Islam]] adalah syirik dalam penyembahan dan disebut juga dengan syirik terang-terangan. Namun ada juga jenis syirik samar, yang mana Islam dalam agenda tauhid praktisnya sangat memeranginya. Dengan demikian, segala bentuk riya, penyembahan hawa nafsu dan cinta kedudukan, jabatan, harta dan individu dikategorikan sebagai syirik. Namun, jenis syirik samar ini tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam.


==Batasan Tauhid dan Syirik==
==Batasan Tauhid dan Syirik==
Baris 169: Baris 169:
Dengan memperhatikan analisis makna tauhid, maka kita dapat mengetahui tolok ukur dan batasan tauhid serta syirik adalah ketergantungan atau keindependenan untuk eksistensi selain Allah. Yakni mengasumsikan eksistensi sejajar dengan Allah, baik dari aspek kekuatan, ilmu dan sifat-sifat lainnya yang sifatnya independen dan tidak bergantung dengan Allah. Adapun asumsi dimana Allah adalah dzat yang menciptakan dan diri-Nyalah yang memberikan ilmu dan kekuatan kepada mereka, itu tidak akan menyebabkan kesyirikan; karena mereka meskipun memiliki kekuatan dan ilmu namun bergantung dan makhluk Allah dan tidak dikategorikan sebagai sekutu bagi dzat Allah.
Dengan memperhatikan analisis makna tauhid, maka kita dapat mengetahui tolok ukur dan batasan tauhid serta syirik adalah ketergantungan atau keindependenan untuk eksistensi selain Allah. Yakni mengasumsikan eksistensi sejajar dengan Allah, baik dari aspek kekuatan, ilmu dan sifat-sifat lainnya yang sifatnya independen dan tidak bergantung dengan Allah. Adapun asumsi dimana Allah adalah dzat yang menciptakan dan diri-Nyalah yang memberikan ilmu dan kekuatan kepada mereka, itu tidak akan menyebabkan kesyirikan; karena mereka meskipun memiliki kekuatan dan ilmu namun bergantung dan makhluk Allah dan tidak dikategorikan sebagai sekutu bagi dzat Allah.


Tidak memperhatikan tolok ukur detail tauhid dan syirik menyebabkan terlontarkannya pelbagai perspektif dalam masalah ini. Asy'ariyah menganggap jika seseorang mengklaim pokok kausalitas atau pengaruh supra natural menyebabkan kesyirikan. Kelompok wahabi juga berkeyakinan jika seseorang baik manusia atau kausalitas tabiat dan non tabiat selain Allah itu memiliki pengaruh, maka itu adalah syirik atau mengatakan jika manusia mengklaim sebagian perkara seperti penyembuhan penyakit atau menunaikan hajat untuk selain Allah, maka itu termasuk kesyirikan.
Tidak memperhatikan tolok ukur detail tauhid dan [[syirik]] menyebabkan terlontarkannya pelbagai perspektif dalam masalah ini. Asy'ariyah menganggap jika seseorang mengklaim pokok kausalitas atau pengaruh supra natural menyebabkan kesyirikan. Kelompok wahabi juga berkeyakinan jika seseorang baik manusia atau kausalitas tabiat dan non tabiat selain Allah itu memiliki pengaruh, maka itu adalah syirik atau mengatakan jika manusia mengklaim sebagian perkara seperti penyembuhan penyakit atau menunaikan hajat untuk selain Allah, maka itu termasuk kesyirikan.


Dengan memperhatikan tolok ukur tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa ucapan ini tidaklah dibenarkan; karena selain analisis rasional menentang hal tersebut, riwayat-riwayat juga menafikannya.
Dengan memperhatikan tolok ukur tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa ucapan ini tidaklah dibenarkan; karena selain analisis rasional menentang hal tersebut, riwayat-riwayat juga menafikannya.
Baris 179: Baris 179:


[[Murtadha Muthahhari|Ustad Muthahhari]] menulis:
[[Murtadha Muthahhari|Ustad Muthahhari]] menulis:
:Sejatinya, bahwa batasan tauhid dan syirik terkait pada [[Allah]], manusia dan dunia adalah darinya dan menuju kepadaNya. Batasan tauhid dan syirik dalam tauhid nazari adalah darinya (inna lillahi). Setiap hakikat dan setiap eksistensi selama dia dalam zat, sifat dan perbuatan, dengan khislat dan huwiyat dari-Nya, maka dia adalah benar dan sesuai dengan realita dan dengan perspektif tauhid, baik hal tersebut punya pengaruh ataupun tidak, baik memiliki pengaruh aspek supranatural ataukah tidak.
:Sejatinya, bahwa batasan tauhid dan [[syirik]] terkait pada [[Allah]], manusia dan dunia adalah darinya dan menuju kepadaNya. Batasan tauhid dan syirik dalam tauhid nazari adalah darinya (inna lillahi). Setiap hakikat dan setiap eksistensi selama dia dalam zat, sifat dan perbuatan, dengan khislat dan huwiyat dari-Nya, maka dia adalah benar dan sesuai dengan realita dan dengan perspektif tauhid, baik hal tersebut punya pengaruh ataupun tidak, baik memiliki pengaruh aspek supranatural ataukah tidak.
:
:
:Karena [[Tuhan]] bukan hanya Tuhan supranatural, Tuhan langit, Tuhan malakut dan jabarut semata, tetapi Tuhan Alam semesta. Dia dekat dengan tabiat dan memiliki kebersamaan dan qoyyumiyah(kekal, tetap dan stabil), yang tidak memberikan aspek ketuhanan kepada supranatural dan aspek supranatural… dunia dalam aspek pandangan dunia Islam memiliki esensi "dari-Nya".
:Karena [[Tuhan]] bukan hanya Tuhan supranatural, Tuhan langit, Tuhan malakut dan jabarut semata, tetapi Tuhan Alam semesta. Dia dekat dengan tabiat dan memiliki kebersamaan dan qoyyumiyah(kekal, tetap dan stabil), yang tidak memberikan aspek ketuhanan kepada supranatural dan aspek supranatural… dunia dalam aspek pandangan dunia Islam memiliki esensi "dari-Nya".
Baris 193: Baris 193:
Namun, segala hal yang disandingkan di sisi Allah, yakni sejajar dengan-Nya adalah syirik. Dengan demikian ziarah kubur, meminta bantuan dan bertawasul kepada para wali dan imam, meyakini syafaat, dengan bertolak bahwa tidak ada independensi dari dirinya, maka tidak dikategorikan sebagai syirik.
Namun, segala hal yang disandingkan di sisi Allah, yakni sejajar dengan-Nya adalah syirik. Dengan demikian ziarah kubur, meminta bantuan dan bertawasul kepada para wali dan imam, meyakini syafaat, dengan bertolak bahwa tidak ada independensi dari dirinya, maka tidak dikategorikan sebagai syirik.


Seseorang seperti Ibnu Taimiyah dan orang-orang yang mengikutinya, seperti Wahabi meyakini segala bentuk ketundukan dan kekhusyu'an kepada selainnya adalah ibadah<ref>Ibnu Taimiyah, 1983 M, jild. 5, hlm. 247.</ref> ;  dengan demikian dapat dikatakan bahwa segala bentuk tawasul, mengambil berkah, [[Ziarah Kubur|ziarah kubur]], meminta [[syafa'at]] berartikan menyembah seseorang dan syirik.
Seseorang seperti Ibnu Taimiyah dan orang-orang yang mengikutinya, seperti Wahabi meyakini segala bentuk ketundukan dan kekhusyu'an kepada selainnya adalah ibadah<ref>Ibnu Taimiyah, 1983 M, jild. 5, hlm. 247.</ref> ;  dengan demikian dapat dikatakan bahwa segala bentuk tawasul, mengambil berkah, [[Ziarah Kubur|ziarah kubur]], meminta [[syafa'at]] berartikan menyembah seseorang dan [[syirik]].


==Argumentasi Tauhid==
==Argumentasi Tauhid==