Pengguna anonim
Tauhid: Perbedaan antara revisi
→Argumentasi Tauhid
imported>Hindr Tidak ada ringkasan suntingan |
imported>Hindr |
||
Baris 180: | Baris 180: | ||
==Argumentasi Tauhid== | ==Argumentasi Tauhid== | ||
Para teolog telah mengetengahkan beragam argumentasi untuk membuktikan tauhid, paling populer adalah dua argumentasi: | |||
===Argumentasi yang berlandaskan pada Wajibul Wujud=== | ===Argumentasi yang berlandaskan pada Wajibul Wujud=== | ||
Jika diasumsikan ada dua Wajibul Wujud, setiap darinya selain harus memiliki persamaan juga harus memiliki perbedaan dengan selainnya, sehingga diantara keduanya ada perbedaan. Dengan demikian, setiap keduanya harus terangkap dari dua bagian, dimana salah satunya adalah sama dan satunya lagi adalah istimewa, yang membedakan setiap darinya. Namun setiap wujud yang tersusun tidak akan bisa menjadi Wajibul Wujud, karena membutuhkan partikel-perikelnya dan menjadi akibat darinya. Dengan demikian, setiap darinya bukanlah dua Wajibul Wujud. <ref>Nashiruddin Thusi, ''Tajrid al-I’tiqad'', bagian Ilahiyyat; Subhani, Ja’far, ''al-Ilahiyyat ala Dhau’i al-Kitab wa al-Sunnah wa al-‘Aql'', jild. 2, hlm. 29.</ref> | |||
===Argumentasi Tamanu’ (saling menjatuhkan)=== | ===Argumentasi Tamanu’ (saling menjatuhkan)=== | ||
Argumentasi Tamanu’ termasuk argumentasi populer untuk membuktikan tauhid rububi Allah. Argumentasi ini terinspirasi dari surah Al-Anbiya ayat 22, yang mana Allah Swt berfirman,{{hadis|﴾ لَوْ كانَ فيهِما آلِهَةٌ إِلاَّ اللَّهُ لَفَسَدَتا ﴿}}“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa”. | |||
Tujuan asli argumentasi ini adalah membuktikan keesaan pengatur semesta, bukan keesaan dzat atau tauhid dalam penciptaan-Nya, meskipun tiga masalah ini tidak saling terpisahkan. | |||
Uraian argumentasi menurut tulisan Ayatullah Jawadi Amuli adalah sebagai berikut<ref>Jawadi Amuli, ''Tauhid dar Qur’an'', hlm. 74.</ref> : | |||
:Jika diasumsikan Tuhan semesta lebih dari satu, maka sudah pasti para Tuhan pengatur dalam dzat dan wujudnya harus independen dari selainnya, karena ketidakindependenan dengan ketuhanan adalah hal yang tidak sesuai dan demikian juga dalam hakikat dzat juga harus saling berbeda supaya terjadi banyak, bukan satu dzat terangkap, dan ketika dalam esensi dzat saling berbeda, maka sifat dzati mereka juga harus berbeda, karena sifat dzati Allah adalah entitas dzat-Nya dan natijahnya adalah ilmu dan irodah dari setiap pengatur selain ilmu dan kehendak selainnya dan tatanan ilmu dan maqom pengaturan setiap darinya harus saling berbeda dan karena sistem objektif mengikuti sistem ilmu, sistem objektif dan di luar setiap darinya akan berbeda dengan selainnya; maka hasilnya adalah adanya sejumlah Tuhan asumsi sistem objektif yang saling berbeda dan beragam dunia dan saling berbeda serta masyarakat manusia yang tidak terkoordinir di luar dan alam realita, sementara sekumpulan sistem alam terkoordinir, satu dan koheren. | |||
===Dalil Naqli=== | ===Dalil Naqli=== | ||
Dengan memperhatikan ayat-ayat [[Al-Quran]] dan beragam riwayat, maka menjadi jelas akan adanya dalil-dalil naqli yang banyak dan menegaskan tauhid. Para teolog dan muhadis telah menulis buku-buku tersendiri, diantaranya adalah kitab ''Al-Tauhid''. | |||
==Tauhid dalam Filsafat== | ==Tauhid dalam Filsafat== | ||
==Tauhid Irfan== | ==Tauhid Irfan== |