Lompat ke isi

Tauhid: Perbedaan antara revisi

5.322 bita ditambahkan ,  1 Agustus 2015
imported>Hindr
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Hindr
Baris 146: Baris 146:
Syirik praktis juga memiliki tingkatan. Tingkatan tertinggi yang menyebabkan seseorang keluar dari kancah [[Islam]] adalah syirik dalam penyembahan dan disebut juga dengan syirik terang-terangan. Namun ada juga jenis syirik samar, yang mana Islam dalam agenda tauhid praktisnya sangat memeranginya. Dengan demikian, segala bentuk riya, penyembahan hawa nafsu dan cinta kedudukan, jabatan, harta dan individu dikategorikan sebagai syirik. Namun, jenis syirik samar ini tidak menyebabkan seseorang keluar dari [[Islam]].
Syirik praktis juga memiliki tingkatan. Tingkatan tertinggi yang menyebabkan seseorang keluar dari kancah [[Islam]] adalah syirik dalam penyembahan dan disebut juga dengan syirik terang-terangan. Namun ada juga jenis syirik samar, yang mana Islam dalam agenda tauhid praktisnya sangat memeranginya. Dengan demikian, segala bentuk riya, penyembahan hawa nafsu dan cinta kedudukan, jabatan, harta dan individu dikategorikan sebagai syirik. Namun, jenis syirik samar ini tidak menyebabkan seseorang keluar dari [[Islam]].


==Batasan Tauhid dan Syirik==
===Batasan Tauhid dan Syirik===
Sebagaimana yang telah diutarakan, batasan bertauhid seseorang adalah keyakinan terhadap tauhid ketuhanan, yang juga mencakup tahapan-tahapan sebelumnya.
 
Sesuai dengan definisi tauhid, jika mengklaimkan sekutu bagi Allah dalam penciptaan dan perwujudan para makhluk dan atau dalam sifat-sifatNya, seperti penciptaan, pemberian rezeki dan hal-hal lainnya, maka kita telah mengasumsikan padanan bagi Allah kita telah melakukan kesyirikan.
 
Dengan memperhatikan analisis makna tauhid, maka kita dapat mengetahui tolok ukur dan batasan tauhid serta syirik adalah ketergantungan atau keindependenan untuk eksistensi selain Allah. Yakni mengasumsikan eksistensi sejajar dengan Allah, baik dari aspek kekuatan, ilmu dan sifat-sifat lainnya yang sifatnya independen dan tidak bergantung dengan Allah. Adapun asumsi dimana Allah adalah dzat yang menciptakan dan diri-Nyalah yang memberikan ilmu dan kekuatan kepada mereka, itu tidak akan menyebabkan kesyirikan; karena mereka meskipun memiliki kekuatan dan ilmu namun bergantung dan makhluk Allah dan tidak dikategorikan sebagai sekutu bagi dzat Allah.
 
Tidak memperhatikan tolok ukur detail tauhid dan syirik menyebabkan terlontarkannya pelbagai perspektif dalam masalah ini. Asy’ariyah menganggap jika seseorang mengklaim pokok kausalitas atau pengaruh supra natural menyebabkan kesyirikan. Kelompok wahabi juga berkeyakinan jika seseorang baik manusia atau kausalitas tabiat dan non tabiat selain Allah itu memiliki pengaruh, maka itu adalah syirik atau mengatakan jika manusia mengklaim sebagian perkara seperti penyembuhan penyakit atau menunaikan hajat untuk selain Allah, maka itu termasuk kesyirikan.
 
Dengan memperhatikan tolok ukur tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa ucapan ini tidaklah dibenarkan; karena selain analisis rasional menentang hal tersebut, riwayat-riwayat juga menafikannya.
 
[[Al-Quran]], yang mana merupakan ajaran tauhid, dalam pelbagai ayat, menisbahkan sebagian perbuatan dan pengaruh kepada manusia, para malaikat dan sesuatu. Bahkan sebagian perkara yang luar biasa, seperti penciptaan, menghidupkan orang-orang mati, mengabarkan perihal yang gaib dan menyembuhkan penyakit yang dinisbatkan kepada seseorang (Nabi Isa as):
<center>{{hadis|﴾ وَ إِذْ تَخْلُقُ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ بِإِذْني‏ فَتَنْفُخُ فيها فَتَكُونُ طَيْراً بِإِذْني‏ وَ تُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَ الْأَبْرَصَ بِإِذْني‏ وَ إِذْ تُخْرِجُ الْمَوْتى‏ بِإِذْني‏﴿}}</center>
<center>“…dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku dan, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yangsebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, …” <ref>Q.S. Al-Maidah: 110</ref></center>
Sebagaimana yang kita saksikan, dalam ayat ini, kekuatan menghidupakan dan menyembuhkan bahkan penciptaan dinisbatkan kepada Nabi Isa As, dari sisi lain ditegaskan dengan kalimat bi iznihi (dengan seizin-Nya) sehingga menjadi jelas bahwa Nabi Isa As tidak melakukan perihal ini secara independen, bahkan bergantung dan butuh kepada Allah. Menurut ayat ini dan ayat-ayat lainnya, klaim terhadap seorang manusia seperti nabi atau para imam yang memiliki kekuatan melakukan hal yang luar biasa, maka tidaklah dikategorikan sebagai syirik.
 
Ustad Muthahhari menulis:
:Sejatinya, bahwa batasan tauhid dan syirik terkait pada Allah, manusia dan dunia adalah darinya dan menuju kepadaNya. Batasan tauhid dan syirik dalam tauhid nazari adalah darinya (inna lillahi). Setiap hakikat dan setiap eksistensi selama dia dalam zat, sifat dan perbuatan, dengan khislat dan huwiyat dari-Nya, maka dia adalah benar dan sesuai dengan realita dan dengan perspektif tauhid, baik hal tersebut punya pengaruh ataupun tidak, baik memiliki pengaruh aspek supranatural ataukah tidak.
:
:Karena Tuhan bukan hanya Tuhan supranatural, Tuhan langit, Tuhan malakut dan jabarut semata, tetapi Tuhan Alam semesta. Dia dekat dengan tabiat dan memiliki kebersamaan dan qoyyumiyah(kekal, tetap dan stabil), yang tidak memberikan aspek ketuhanan kepada supranatural dan aspek supranatural… dunia dalam aspek pandangan dunia Islam memiliki esensi “dari-Nya”.
 
[[Al-Quran]] dalam beberapa ayat menisbahkan perbuatan-perbuatan mukjizat seperti menghidupkan orang mati dan menyembuhkan orang yang buta sedari kecil kepada para nabi, namun disertai dengan menambahkan kalimat “'''bi iznihi'''”. Kalimat ini menunjukkan esensi perbuatan ini “'''dari-Nya'''”, sehingga seseorang tidak beranggapan para nabi memiliki independensi dari dirinya. Jadi, batasan tauhid nazari dan syirik nazari adalah “dari-Nya”.
Keyakinan terhadap adanya eksistensi dimana wujudnya tidak dari-Nya adalah syirik. Keyakinan akan pengaruh eksistensi, yang mana pengaruhnya bukan dari-Nya juga syirik, baik berpengaruh, ataupun pengaruh diluar tabiat, seperti penciptaan semua langit, bumi dan atau karya kecil yang tidak penting, seperti membolak-balik daun.
 
===Makna Ibadah===
===Makna Ibadah===
==Argumentasi Tauhid==
==Argumentasi Tauhid==
===Argumentasi yang berlandaskan pada Wajibul Wujud===
===Argumentasi yang berlandaskan pada Wajibul Wujud===
Pengguna anonim