Lompat ke isi

Imam Hasan al-Askari as: Perbedaan antara revisi

Tidak ada perubahan ukuran ,  10 Desember 2018
imported>M.hazer
imported>M.hazer
Baris 63: Baris 63:
Masa [[keimamahan]] Imam Askari as bertepatan dengan tiga khalifah Abbasi: Mu'taz Abbasi (252-255 H), Muhtada (255-256 H) dan Mu'tamad (256-279 H).
Masa [[keimamahan]] Imam Askari as bertepatan dengan tiga khalifah Abbasi: Mu'taz Abbasi (252-255 H), Muhtada (255-256 H) dan Mu'tamad (256-279 H).


Pada periode kehidupan Imam Askari as, sistem dinasti Abbasi berubah menjadi senjata dan sarana untuk para penguasa rival, khususnya para penguasa dinasti Turki mempunyai peran dan pengaruh besar dalam sistem pemerintahan. Barangkali posisi politik pertama yang terekam pada kehidupan Imam Hasan Askari as adalah berkaitan dengan satu masa dimana Imam berusia 20 tahun dan ayahnya masih hidup. Beliau dalam sepucuk surat kepada Abdullah bin Abdullah bin Thahir (termasuk menteri dinasti Abbasi yang berpengaruh dan menjadi musuh Musta'in, khalifah  pada masa itu) menyebut khalifah seorang yang lalim dan beliau memohon kepada [[Allah]] supaya kekuasaannya dihancurkan. Surat ini beliau tulis beberapa hari sebelum lengsernya Musta'in dari kekuasaan.<ref>Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tarikh'', jld.7, hlm.151</ref>
Pada periode kehidupan Imam Askari as, sistem dinasti Abbasi berubah menjadi senjata dan sarana untuk para penguasa rival, khususnya para penguasa dinasti Turki mempunyai peran dan pengaruh besar dalam sistem pemerintahan. Barangkali sikap politis pertama yang terekam dalam kehidupan Imam Hasan Askari as adalah berkaitan dengan satu masa dimana Imam berusia 20 tahun dan ayahnya masih hidup. Beliau dalam sepucuk surat kepada Abdullah bin Abdullah bin Thahir (termasuk menteri dinasti Abbasi yang berpengaruh dan menjadi musuh Musta'in, khalifah  pada masa itu) menyebut khalifah seorang yang lalim dan beliau memohon kepada [[Allah]] supaya kekuasaannya dihancurkan. Surat ini beliau tulis beberapa hari sebelum lengsernya Musta'in dari kekuasaan.<ref>Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tarikh'', jld.7, hlm.151</ref>


Pasca terbunuhnya Musta'in, musuhnya Mu'taz memegang kekuasaan. Mengingat bahwa dia mengetahui secara global tentang sikap Imam Hasan Askari as terhadap khalifah yang terbunuh, maka pada awal pemerintahannya (minimal secara zahir) ia tidak bersikap keras kepada beliau dan ayahnya. Pasca kesyahidan [[Imam Hadi as]] dan setelah Imam Askari as menjadi penggantinya juga terdapat bukti-bukti bahwa dengan adanya pembatasan-pembatasan dari pihak pemerintahan terhadap kegiatan-kegiatannya, Imam masih relatif bebas. Beberapa pertemuan Imam dengan para pengikutnya menjadi bukti atas hal tersebut. Namun setelah berlau satu tahun, sang khalifah berburuk sangka kepada Imam dan pada tahun 255 H beliau dijebloskan ke dalam penjara. Imam as pada periode satu tahun khalifah berikutnya (Muhtada) pun masih berada dalam penjara.  
Pasca terbunuhnya Musta'in, musuhnya Mu'taz memegang kekuasaan. Mengingat bahwa dia mengetahui secara global tentang sikap Imam Hasan Askari as terhadap khalifah yang terbunuh, maka pada awal pemerintahannya (minimal secara zahir) ia tidak bersikap keras kepada beliau dan ayahnya. Pasca kesyahidan [[Imam Hadi as]] dan setelah Imam Askari as menjadi penggantinya juga terdapat bukti-bukti bahwa dengan adanya pembatasan-pembatasan dari pihak pemerintahan terhadap kegiatan-kegiatannya, Imam masih relatif bebas. Beberapa pertemuan Imam dengan para pengikutnya menjadi bukti atas hal tersebut. Namun setelah berlau satu tahun, sang khalifah berburuk sangka kepada Imam dan pada tahun 255 H beliau dijebloskan ke dalam penjara. Imam as pada periode satu tahun khalifah berikutnya (Muhtada) pun masih berada dalam penjara.  


Dengan dimualinya kekhilafahan Mu'tamad (256 H) yang berhadap-hadapan dengan kebangkitan-kebangkitan Syiah, maka Imam terbebaskan dari penjara dan sekali lagi beliau mendapat kesempatan untuk mengatur dengan serius kondisi sosial dan ekonomi [[Imamiyah]]. Peran aktif Imam ini, itupun di ibu kota dinasti Abbasi, sekali lagi mengancam badan kekhilafahan. Pada bulan [[Shafar]] tahun 270 H, Imam masuk penjara lagi atas perintah Mu'tamad dan khalifah sendiri mengontrol setiap hari semua berita yang berkaitan dengan Imam.<ref>Mas'udi, ''Itsbāt al-Washiyah'', hlm. 268</ref> Satu bulan setelahnya, Imam dibebaskan dari penjara, namun dipindahkan ke rumah Hasan bin Sahl (menteri Ma'mun) di dekat kota Wasit dan masih berada dalam pengawasan khalifah.<ref>Masudi, ''Itsbāt al-Washiyah'', hlm.269</ref>
Dengan dimualinya kekhilafahan Mu'tamad (256 H) yang berhadap-hadapan dengan kebangkitan-kebangkitan Syiah, maka Imam terbebaskan dari penjara dan sekali lagi beliau mendapat kesempatan untuk mengatur dengan serius kondisi sosial dan ekonomi [[Imamiyah]]. Peran aktif Imam ini, itupun di ibu kota dinasti Abbasi, sekali lagi mengancam badan kekhilafahan. Pada bulan [[Shafar]] tahun 270 H, Imam masuk penjara lagi atas perintah Mu'tamad dan khalifah sendiri mengontrol setiap hari semua berita yang berkaitan dengan Imam.<ref>Mas'udi, ''Itsbāt al-Washiyah'', hlm. 268</ref> Satu bulan setelahnya, Imam dibebaskan dari penjara, namun dipindahkan ke rumah Hasan bin Sahl (menteri Ma'mun) di dekat kota Wasit dan masih berada dalam pengawasan khalifah.<ref>Masudi, ''Itsbāt al-Washiyah'', hlm.269</ref>
Baris 74: Baris 74:
*'''Kebangkitan [[Ali bin Zaid]] dan [[Isa bin Ja'far]]''': Dua sosok ini berkebangsaan Alawi dan dari keturunan [[Imam Hasan Mujtaba as]]. Pada tahun 255 H mereka melakukan kebangkitan di [[Kufah]]. Mu'taz mengirim bala tentara besar dengan dikomandani oleh  Said bin Shaleh yang terkenal dengan nama "Hajib" kepada mereka dan berhasil menaklukan kebangkitan tersebut.<ref>Masudi, ''Muruj al-Dzahab'', jld.4, hlm.94</ref>
*'''Kebangkitan [[Ali bin Zaid]] dan [[Isa bin Ja'far]]''': Dua sosok ini berkebangsaan Alawi dan dari keturunan [[Imam Hasan Mujtaba as]]. Pada tahun 255 H mereka melakukan kebangkitan di [[Kufah]]. Mu'taz mengirim bala tentara besar dengan dikomandani oleh  Said bin Shaleh yang terkenal dengan nama "Hajib" kepada mereka dan berhasil menaklukan kebangkitan tersebut.<ref>Masudi, ''Muruj al-Dzahab'', jld.4, hlm.94</ref>


*'''Kebangkitan Ali bin Zaid bin Husain''': Dia adalah termasuk dari cucu [[Imam Husain as]] dan pada masa Muhtada Abbasi melakukan kebangkitan di Kufah. Syah bin Maikal bersama pasukan tentara besar bertempur dengannya tapi mengalami kekalahan. Ketika Mu'tamad Abbasi memegang kekuasaan, ia mengirim Keijur Turki untuk melawannya. Setelah Ali bin Zaid beberapa lama berada dalam pengejaran dan pelarian, maka akhirnya terbunuh pada tahun 257 H.<ref>Ibnu Atsir, ''al-Kamil fi Tarikh'', jld.7, hlm.239</ref>
*'''Kebangkitan Ali bin Zaid bin Husain''': Dia adalah termasuk dari cucu [[Imam Husain as]] dan pada masa Muhtada Abbasi melakukan kebangkitan di Kufah. Syah bin Maikal bersama pasukan tentara besar bertempur dengannya tapi mengalami kekalahan. Ketika Mu'tamad Abbasi memegang kekuasaan, ia mengirim Keijur Turki untuk melawannya. Setelah Ali bin Zaid beberapa lama berada dalam pengejaran dan pelarian, maka akhirnya terbunuh pada tahun 257 H.<ref>Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi Tarikh'', jld.7, hlm.239</ref>


*'''Kebangkitan Ahmad bin Muhammad bin Abdullah''': Ia pada masa Mu'tamad Abbasi melakukan kebangkitan di Mesir di antara Barqah dan Iskandariah, dan dengan dukungan para pengikutnya yang berjumlah banyak ia mengklaim diri sebagai khalifah. Ahmad bin Thulun, pejabat Turk khalifah pada saat itu, mengutus satu pasukan kepada Ahmad bin Muhammad untuk memporak-porandakan para pendukungnya dan mereka berhasil membunuhnya setelah sebelumnya ia berusaha melakukan perlawanan.<ref>Masudi, ''Muruj al-Dzahab'', jld.4, hlm.108</ref>
*'''Kebangkitan Ahmad bin Muhammad bin Abdullah''': Ia pada masa Mu'tamad Abbasi melakukan kebangkitan di Mesir di antara Barqah dan Iskandariah, dan dengan dukungan para pengikutnya yang berjumlah banyak ia mengklaim diri sebagai khalifah. Ahmad bin Thulun, pejabat Turk khalifah pada saat itu, mengutus satu pasukan kepada Ahmad bin Muhammad untuk memporak-porandakan para pendukungnya dan mereka berhasil membunuhnya setelah sebelumnya ia berusaha melakukan perlawanan.<ref>Masudi, ''Muruj al-Dzahab'', jld.4, hlm.108</ref>
Pengguna anonim