Bani Quraizhah

Prioritas: c, Kualitas: b
tanpa navbox
Dari wikishia

Bani Quraizhah (bahasa Arab: بنی قُریظه) adalah kabilah Yahudi yang tinggal di kota Madinah pada permulaan tahun-tahun pertama setelah hijrah Nabi Muhammad saw. Perang terakhir Nabi Muhammad saw dengan Yahudi kota Madinah adalah perang melawan bani Quraizhah yang terjadi pada tahun ke-5 H dan bernama perang bani Quraizhah.

Nabi Muhammad saw setelah selesai perang Ahzab bergerak menuju pemukiman bani Quraizhah dengan pasukannya. Setelah terkepung selama 15 hari, mereka meminta supaya diadakan perdamaian kemudian mereka menerima pengadilan Sa'ad bin Mu'adz. Sa'ad tidak menuruti kemauan kabilahnya, dan memerintahkan supaya membunuh prajurit-prajurit bani Quraizhah dan membagi harta mereka. Namun Sayid Ja'far Syahidi seorang peneliti dan sejarawan kontemporer dengan bersandar pada adanya perbedaan-perbedaan rujukan dalam sumber -sumber sejarah serta beberapa bukti yang lainnya, meragukan kejadian itu. Sebab dimulainya perang dengan bani Quraizhah karena mereka bekerja sama dengan kaum musyrikin dalam perang Ahzab.

Berdasarkan sumber sejarah, kabilah bani Quraizhah dan bani Nadhir merupakan keturunan Nabi Harun as, saudara Nabi Musa as yang sebelum hijrahnya suku Aus dan Khazraj ke Yatsrib tinggal dan berkuasa di sana, namun setelah kekalahan pemerintahan Yahudi di Yaman dari Raja Kristen Habasyah, kabilah Khazraj menang dalam perang melawan kaum Yahudi dan menguasai kota Yaman.

Informasi Umum

Kabilah Yahudi bani Quraizhah dalam banyak referensi sejarah bersama dengan bani Nadhir adalah keturunan Nabi Harun as, saudara Nabi Musa as. [1] Meskipun demikian, menurut referensi lain, mereka menilai bahwa bani Quraizhah berasal dari kabilah Judzam di Palestina yang pada masa Adiya bin Samuel memeluk agama Yahudi. [2]

Dikatakan bahwa kaum Yahudi bani Quraizhah sebelum hijrahnya kabilah Arab yaitu Aus dan Khazraj ke Yatsrib, mereka tinggal di sana. [3] Berdasarkan hal ini, karena adanya peperangan yang terjadi antara Romawi dan Yahudi pada tahun 70 Masehi, bani Quraizhah melarikan diri ke HIjaz dan tinggal di daerah Mahzur, Yatsrib. [4]

Bani Quraizhah mengurus administrasi pemerintahan kota Yatsrib bersamaan dengan kabilah-kabilah Yahudi. Sumber-sumber sejarah mengabarkan tentang kurangnya kekuatan kaum Yahudi di Madinah setelah kalah melawan pemerintahan Yahudi Yaman dari raja Habasyah. Pemerintahan Habasyah, berada dibawah perlindungan kaum Romawi. Pada akhirnya, dalam peperangan Khazraj dengan Yahudi, raja mereka terbunuh dan orang Arab mengambil alih pemerintahan. [5]

Penguasaan kabilah Arab di Madinah menyebabkan keluarnya orang Yahudi dari kota ini. [6] Demikian juga dilaporkan bahwa pada masa menjelang munculnya agama Islam, kabilah Yahudi hidup di luar kota dan di benteng-benteng mereka. [7] Bani Quraizhah, pada masa ini, memiliki penduduk yang lebih banyak dan memiliki lebih banyak pengaruh bila dibandingkan dengan bani Nadhir dan bani Qainuqa'. Posisi pemukiman mereka berada di sebelah tenggara [8] kota Madinah. [9] dan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. [10]

Perang Bani Quraizhah

Tulisan Asli: Perang Bani Quraizhah

Berdasarkan tulisan beberapa pengarang kitab, hanya ada satu laporan tentang bani Quraizhah dalam referensi-referensi Islam, dan hal itu berkaitan dengan peperangan kaum Muslimin dengan mereka yang terjadi pada tahun ke-5 H dan laporan lainnya tentang sejarah dan keadaan kabilah ini yang juga dibahas ketika menjelaskan tentang sejarah suku Aus dan Khazraj. [11]

Perang bani Quraizhah dilaporkan terjadi pada akhir bulan Dzulkaidah dan pada awal Dzulhijjah tahun ke 5 H/626, perang terakhir antara kaum Muslimin dan kaum Yahudi di Madinah. Berdasarkan referensi-referensi Islam, Nabi Muhammad saw setelah selesai perang Ahzab dan setelah musuh lari langsung berperang melawan bani Quraizhah. Kaum Muslimin mengepung kaum Yahudi di benteng dan rumah-rumah bani Quraizhah selama 15 hari. [12] Pada akhirnya bani Quraizhah mengusulkan perdamaian dan menerima penghakiman yang diputuskan oleh Sa'ad bin Mu'adz. [13]

Berdasarkan sumber-sumber sejarah, Sa'ad bin Mu'adz yang sedang dalam keadaan terluka dan sakit, justru bersikap yang berdeda dari kaumnya. Saad memutuskan bahwa orang-orang laki-laki Yahudi bani harus dibunuh, harta mereka harus dibagi-bagi dan anak-anak mereka harus ditawan. [14]

Dalam sumber-sumber sejarah disebutkan bahwa Nabi Muhammad saw menilai keputusan yang dibuat oleh Sa'ad bin Mu'adz adalah berdasarkan keputusan Tuhan. [15] Penyebab terjadinya perang ini adalah pelanggaran janji yang dikakukan oleh bani Quraizhah dan kerja sama mereka dengan kaum musyrikin dalam perang Ahzab melawan kaum Muslimin. [16]

Sayid Ja'far Syahidi, seorang peneliti dan penulis sejarah pada masa kini dengan mendasarkan pada banyaknya perbedaan yang banyak dalam sumber-sumber sejarah dan demikian juga adanya kenyataan lainnya seperti banyaknya jumlah penduduk di Madinah dan demikian juga tindakan perilaku berdasarkan kasih sayang Nabi Muhammad saw dalam peristiwa tersebut, mempertanyakan, khususnya tentang jumlah orang yang terbunuh antara 600 hingga 900 dari bani Quraizhah adalah cerita yang dibuat-buat dan telah dimanipulasi dan hal itu adalah sebuah bentuk upaya keras kaum Khazraj untuk mengurangi kedudukan suku Aus dalam pandangan Nabi Muhammad saw . [17]

Ibnu Syahab Zuhri (51 H/671 - 124 H/741) dalam kitab al-Maghazi al-Nabawiyyah, meskipun mengisyaratkan tentang keputusan Sa'ad bin Mu'adz dan pengakuan Nabi Muhammad saw bahwa keputusan yang diberikan oleh Sa'ad bin Mu'adz sesuai perintah Allah, namun ia hanya mengisyaratkan tentang pembunuhan Hubbi bin Akhtab, pembesar bani Nadhir yang memprovokasi bani Quraizhah untuk memusuhi Nabi Muhammad saw. . [18]

Catatan Kaki

  1. Abul Faraj Isfahani, Al-Aghāni, 1994, jld. 22, hal 343; Muqadasi, Al-Bada wa Al-Tārikh, 1899-1919, jld. 4, hlm. 129-130; Yaqut al-Hamawi, Mu'jam al-Buldan, 1408 H, jld. 5, hlm. 84.
  2. Ya'qubi, Tārikh Al-Ya'qubi, 1379 H, jld. 1, hlm. 408.
  3. Abul Faraj Isfahan, al-Aghāni, 1994, jld. 22, hlm. 343; Muqadasi, Al-Bada wa al-Tārikh, 1899-1919 M, jld. 4, hlm. 129-130; Yaqut al-Hamawi, Mu'jam al-Buldān, 1408 H, jld. 5, hlm. 84.
  4. Abul Faraj Isfahani, Al-Aghāni, 1994, jld. 22, hlm. 344
  5. Muqadasi, Al-Bada wa Al-Tārikh, 1899-1919, jld. 4, hlm. 130.
  6. Tha'imah, Al-Tārikh al-Yahudi al-'Am, 1411 H/1991, jld. 2, hlm. 12; Marshafi, Al-Rasul wa Al-Yahud Wajaha Laujaha, 1413 H-1992, jld. 7, hlm. 7, hlm. 10-12.
  7. Majdub, Al-Mastuthanat Al-Yahudiyah ala Ahd Al-Rasul, 1417 H/1991, jld. 2, hlm. 45
  8. .Majdub, Al-Mastuthanat Al-Yahudiyah ala Ahd Al-Rasul, 1417 H/1991, jld. 2, hlm. 43
  9. Tha'imah, Al-Tārikh al-Yahudi al-'Am, 1411 H/1991, jld. 2, hlm. 15
  10. Marshafi, Al-Rasul wa Al-Yahud Wajaha Laujaha, 1413 H-1992, jld. 7, hlm. 7, hlm. 123
  11. Ohanchi, bani Quraizhah, hlm. 469
  12. Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqāt Al-Kubra, 1410 H, jld. 2, hlm. 57.
  13. Ibnu Sa'd, Al-Iqd al-Farid, 1407 H, jld. 3, hlm. 327.
  14. Ibnu Atsir, Usd Al-Ghābah, 1409 H, jld. 2, hlm. 222-223.
  15. Ibnu Atsir, Usd Al-Ghābah, 1409 H, jld. 2, al. 222-223; Ya'qubi, Tarikh Al-Ya'qubi, 1379 H, jld. 1, hlm. 412, jld. 2, hlm. 52; Usd Al-Ghābah, Al-Thabaqat Al-Kubra, 1410 H, jld. 2, hlm. 57-59; Mazi, Tahdzib Al-Kamal, 1409 H, jld. 10, hlm. 302.
  16. Waqidi, Al-Maghāzi, 1414 H, jld. 1, hlm. 503 dan 504.
  17. Syahidi, Tārikh Tahlili Islām, 1392 S, hlm. 88-90.
  18. Ibnu Syahabuddin al-Zuhri, Al-Maghāzi al-Nabawiyyah, 1410 H, hlm. 82-83.

Daftar Pustaka

  • Abu al-Faraj al-Isfahani, Ali bin Husain. Al-Aghānī. Beirut: Dar Ihya' at-Turats al-'Arabi, 1415 H.
  • Ahanci, Azar. Banī Quraizhah: Danesynāmeh Jahān Islām (Ensiklopedia Dunia Islam) . Teheran: Bunyad-e Dairah al-Ma'arif Islami, 1377 HS (1998).
  • Hafizh Mizzi, Yusuf bin Abdurrahman. Tahdzīb al-Kamāl fī Asmā' ar-Rijāl. Riset Basysyar 'Awwad Ma'ruf. Beirut: Muassasah ar-Risalah, 1409 H.
  • Hamawi Bagdadi, Yaqut. Mu'jam al-Buldān. Beirut: 1988.
  • Ibnu 'Abdi Rabbih Andalusi, Ahmad bin Muhammad. Al-'Iqd al-Farīd. Riset Mufid Muhammad Qamihah. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1407 H.
  • Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad al-Jazari. Usd al-Ghābah fī Ma'rifat al-Shahābah. Beirut: Dar al-Fikr, 1989.
  • Ibnu Sa'ad. At-Thabaqāt al-Kubrā. Riset Muhammad Abdul Qodir Atha'. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1410 H.
  • Ibnu Shahab az-Zuhri, Muhammad bin Muslim. Al-Maghāzī an-Nabawiyah. Riset Suhail Zakkar. Damaskus: Dar al-Fikr, 1401H.
  • Majdub, Ahmad Ali. Al-Mastūthanat al-Yahūdiyah 'ala 'Ahdir Rasūl. Kairo: Ad- Darul Mishriyyah al-Lubnaniyyah, 1417 H.
  • Marshafi, Sa`ad. Ar-Rasūl wa al-Yahūd Wajhan li wajhin. Kuwait: Maktabah al-Manar al-Islamiyyah, 1413 H.
  • Muqaddasi, Muthahhar bin Thahir. Al-Bad`u wa At-Tārīkh. Paris: 1899-1919.
  • Syahidi, Sayid Ja’far. Tārikh Tahlilī Islām. Teheran: Markaz-e Nasyr-e Danesygahi, 1392.
  • Tha`imah, Shobir. At-Tārikh al-Yahūdī al- Ā'm. Beirut: Dar al-Jil, 1411 H.
  • Ya'qubi, Ahmad bin Ishaq. Tārīkh al-Ya'qūbī. Riset Abdul Amir Muhanna. Beirut:1960.