Alu Buwaih

Prioritas: b, Kualitas: b
tanpa navbox
tanpa alih
Dari wikishia

Alu Buwaih (bahasa Arab:آل بُوَيْه) adalah dinasti Syiah yang memerintah sebagian Iran dan Irak dari tahun 322 hingga 448 H. Pendiri dinasti ini adalah Ali bin Buwaih (w. 338 H) dengan dukungan saudara-saudaranya Ahmad dan Hasan. Dinasti ini dinamai menurut nama ayah mereka (Buwaih). Selama masa pemerintahan dinasti ini, upacara berkabung Imam Husain as diadakan secara resmi dan terbuka pada hari Asyura dan perayaan penetapan wilayah Imam Ali as pada Idul Ghadir. Juga, selama periode ini, Hayya 'Ala Khairil 'Amal diucapkan dalam azan, dan penggunaan turbah salat dan tasbih turbah merupakan kebiasaan umum. Para penguasa dinasti ini juga membangun kembali kuburan imam-imam Syiah di Irak dan ziarah ke makam-makam suci mereka diperluas.

Sejumlah peneliti dengan bersandar pada sumber-sumber sejarah dan bukti-bukti peninggalan, meyakini dinasti ini adalah dinasti Syiah. Namun, muncul perbedaan pendapat tentang apakah mereka sejak awal adalah Syiah Dua Belas Imam atau Syiah Zaidiyah yang kemudian menjadi Syiah Dua Belas Imam. Rukn al-Daulah (323-338 H), Muaz al-Daulah (325-356 H) dan ‘Adh al-Daulah (338-372 H) adalah diantara penguasa terkenal dari dinasti ini. Berbagai karya telah ditulis tentang Al Buwaih. Kitab Ibnu Maskawiyah yang berjudul Tajarub al-Umam (ditulis pada abad ke-5 H) dianggap sebagai salah satu sumber penting tentang sejarah dinasti ini.

Posisi dan Pentingnya

Al Buwaih adalah dinasti Syiah yang memerintah sebagian Iran dan Irak selama lebih dari 120 tahun (322-448 H).[1] Selama periode kekuasaan mereka, sebagian dari tradisi Syiah seperti majelis duka Imam Husain as dan penyelenggaraan perayaan Idul Ghadir untuk pertama kalinya diadakan secara resmi dan terbuka. Periode ini dianggap sebagai salah satu periode peradaban Islam yang paling cemerlang.[2]

Pemerintahan Al-Buwaih didirikan oleh Ali bin Abu Syuja’ al-Buwaih dengan dukungan saudara-saudaranya Ahmad dan Hasan, dan karena itulah disebut Al-Buwaih atau Buyyan. Mereka juga disebut Diyalma[3] dan Dilmian.[4]

Mazhab

Shadigh Sajjadi, penulis artikel Al Buwaih di Dairah al-Ma’arif Ensiklopedia menyebutkan tidak mungkin memberi keterangan yang jelas terkait mazhab Al-Buwaih.[5] Namun, Rasul Jafarian[6], seorang sejarawan Syiah (lahir tahun 1346 S) dan beberapa penulis lain[7] dengan mengutip sumber sejarah dan menyajikan bukti, Al-Buwaih diyakini penganut Syiah Dua Belas Imam. Dihidupkannya tradisi-tradisi Syiah, memiliki menteri-menteri Syiah di jajaran pemerintahan, nama-nama penguasa yang identik dengan nama-nama Imam dan hubungan mereka dengan ulama Syiah adalah beberapa dari bukti-bukti yang diajukan.[8] Demikian pula, Ibnu Katsir dari Damaskus, sejarawan Sunni di abad ke-8 H, beranggapan mereka adalah Syiah Rafidhi.[9] Abdul Jalil Qazwini, seorang ulama Syiah abad ke-6 H juga menyebut mereka sebagai penganut Imamiyah dalam kitab Naqdh.[10]

Sebagian penulis dengan memperhatikan kehadiran mazhab Zaidiyah di Thabaristan,[11] mengajukan hipotesis bahwa Al-Buwaih adalah sebelumnya penganut Zaidiyah yang kemudian menjadi Imamiyah.[12] [catatan 1]

Rasul Jafarian juga mengutip sebuah artikel dari kitab Tarikh Ray yang ditulis oleh Mutjab al-Din Razi, seorang ulama Syiah abad 6 H, yang dari situ penulis dari Ibnu Syahr Asyub menyebutkan Al-Buwaih menganut Islam Syiah melalui Taj al-Rausa bin Abi al-Sa’ada seorang ulama Syiah.[13] Ja'farian menganggap kemungkinan bahwa konversi Al-Buwaih dari Syiah Zaidiyah menjadi Syiah Dua Belas Imam adalah karena fakta bahwa penguasa Al-Buwaih harus menyerahkan pemerintahan kepada kaum Alawiyah jika mereka Zaidiyah namun karena mereka sendiri adalah Imamiyah, maka pemerintahan tetap berada di tangan mereka.[14]

Ilya Pavlovich Petroshevsky (lahir 1898), seorang profesor di Universitas Rusia, percaya bahwa pendiri pemerintahan Al-Buwaih adalah Syiah, tetapi anggota selanjutnya dari keluarga ini, meskipun mereka cenderung ke Syiah di dalam, namun secara lahiriah dan secara resmi adalah Sunni[15] Penulis artikel “Alu Buwaih wa Naqsy Anan dar Barpay Marasim wa Mawasim Syi’ih Imamiyah dar Iraq” (Alu-Buwaih dan Peran Mereka dalam Pembentukan Upacara dan Musim Syiah Imamiyah di Irak) menganggap persepsi ini salah dan menyebut bahwa penerimaan kekhalifahan Abbasiyah oleh para penguasa Al-Buwaih menyebabkan kesan ini.[16] Demikian pula seorang orientalis Jerman Bertold Spühler (1911-1990 M) dalam bukunya History of Iran in the First Islamic Centuries, percaya bahwa Al-Buwaih adalah seorang Syiah Dua Belas Imam sejak awal dan mereka tetap dengan keyakinan tersebut sampai akhir.[17]

Peringatan Ritual Syiah

Al-Buwaih melakukan beberapa tindakan dalam mempromosikan ritual dan tradisi Syiah Imamiyah, beberapa di antaranya adalah:

  • Menggelar majelis dukacita di Hari Asyura: Atas perintah Muazza al-Daulah Dailami, berkabung umum diumumkan pada Hari Asyura 352 H dan orang-orang diminta untuk menunjukkan kesedihan mereka dengan mengenakan pakaian hitam. Menurut Ibnu Khaldun, pada hari itu wanita akan meninggalkan rumah mereka dengan rambut acak-acakan dan wajah menghitam, memukuli kepala dan wajah mereka, dan menangis berkabung untuk Imam Husain as.[18]

Juga, menurut laporan sejarawan Sunni Ibnu Jauzi (w. 597 H), semua usaha dan tempat-tempat kerja pada hari itu diliburkan, dan didirikan tenda di pasar-pasar untuk kemudian digelar upacara berkabung untuk Imam Husain as.[19] Kamil Syaibani juga memiliki pandangan yang sama dan menyebut tradisi memperingati tragedi Asyura pertama kali muncul di kalangan mereka pada tahun 352 H.[20]

  • Menggelar perayaan Idul Ghadir: Atas perintah Mu’az al-Daulah Dailami, pada tahun 351 H, mulai digelar perayaan Idul Ghadir di Bagdad.[21]

Kemudian, penguasa-penguasa selanjutnya dari Al-Buwaih juga menggelar perayaah Idul Ghadir.[22]

  • Penyebaran tradisi ziarah ke makam Imam-imam Syiah: Al-Buwaih mengambil langkah-langkah terkait makam para imam yang dimakamkan di Irak; Memperbaiki dan merenovasi makam para Imam (as), mendirikan kubah dan pusara di atas kuburan mereka,[23] menyumbangkan persembahan dan mengalokasikan wakaf ke tempat suci, membangun fasilitas bagi peziarah dan mendorong orang untuk tinggal di dekat situs-situs suci dan memberikan pesangon dan bantuan ekonomi kepada masyarakat sekitar makam-makam suci. [24]
  • Penyebutan azan: Dari tahun 356 H, penyebutan Hayya ‘ala Khairil ‘Amal ditambahkan dalam matan azan dan ditetapkan secara resmi. Aturan ini berlaku sampai awal-awal kejatuhan dinasti Saljuq.[25]
  • Mempromosikan penggunaan turbah Imam Husain as: Selama periode Al-Buwaih, seseorang biasanya menyiapkan tasbih dan turbah Imam Husain as lalu kemudian membagi-bagikannya kepada orang-orang.[26]

Sejumlah penulis telah melaporkan tentang uang koin yang berlaku pada periode Al-Buwaih, terdapat tulisan Allah, Muhammad Rasulullah dan Ali waliyullah, terukir di atasnya.[27]

Penguasa-Penguasa yang Masyhur

Sebagian dari penguasa yang masyhur dari Al Buwaih, diantaranya:

  • Ali bin Buwaih, dengan laqab 'Imad al-Daulah putra dari Abu Syuja' al-Dailami, merupakan pendiri dinasti Al Buwaih di Fars.
  • Hasan bin Buwaih dengan laqab Rukn al-Daulah bin Abu Syuja' al-Dailami, merupakan penguasa wilayah Jabal. Ia banyak berperang untuk memperluas wilayah kekuasaan Al Buwaih di wilayah Ray, Jabal, Tabaristan dan Gorgan.
  • Ahmad bin Buwaih dengan laqab Mu'az al-Daulah al-Dailami, saudara Ali dan Hasan bin Buwaih. Ia menaklukkan Bagdad pada tahun 334 H. Dia memerintahkan untuk menyelenggarakan upacara berkabung pada hari Asyura [28] dan Idul Ghadir[29] di Baghdad.
  • Adhadi al-Daulah al-Dailami adalah putra Hasan bin Buwaih, yang menggantikan pamannya 'Imad al-Daulah di Fars yang meninggal. Dia adalah salah satu penguasa Syiah paling kuat di Iran yang memerintah wilayah yang luas di tanah Islam dan Iran. Di antara tindakannya, rekonstruksi reruntuhan Baghdad[30] pembangunan waduk besar di Fars,[31] pembangunan Rumah Sakit Adhadi di Baghdad,[32] rekonstruksi makam para imam termasuk Haram Kazhimain[33] dan Haram Askariyain[34] dan juga membangun pagar dekat kota Madinah.[35]

Sejarah Berdirinya

Pada awal-awal abad 4 H, orang-orang Dailami memulai pergerakan di Iran melawan kekhalifahan Abbasiyah.[36] Makan bin Kakay, Esfarin Syriuye dan Mardawij Ziyari, masing-masing dengan pasukannya meninggalkan Dailam. Ali dan Hasan, putra-putra Abu Syuja’, bergabung dengan Makan yang setia dari Samaniyah. Pada tahun 321 H, Mardawij Ziyari merebut Jurjan dan Tabaristan, Ali dan Hasan kemudian atas saran Makan bergabung dengan Mardawij. Dia menunjuk Ali untuk memerintah Karaj[37]

Ali pergi ke Karaj dan dengan merebut benteng di sekitarnya membuat Mardawij menjadi khawatir. Dia pertama kali berencana untuk merebut Isfahan, tetapi dia dikalahkan oleh pasukan saudara laki-laki Mardawij dan setelah beberapa saat dia berhasil merebut Arrajan dan Nubandjan dan saudaranya Hasan juga berhasil merebut Kazroon atas perintahnya.[38]

Ali menaklukkan Syiraz pada tahun 322 H dan mendirikan pemerintahan Al Buwaih di sana.[39] Namun, menurut Shadiq Sajjadi, beberapa sejarawan meyakini penaklukan Arjan (321 H). /932 M) merupakan awal berdirinya daulah Ali Buwaih.[40] Selama 12 tahun setelah itu, Hasan dan Ahmad masing-masing menaklukkan Ray, Kerman dan Irak, dan pemerintahan Al-Buyeh dibagi menjadi tiga cabang besar dan satu cabang kecil di Kerman dan Oman.[41]

Menurut Ali Asghar Faqihi, seorang sejarawan Syiah (w. 1382 S/2004), kitab Tajarib al-Umam adalah referensi utama para penulis mengenai sejarah Al Buwaih.[42] Ibnu Miskawayh (320-420 H) adalah penulisnya dan sezaman dengan pemerintahan Al-Buwaih.[43]

Monografi

Karya-karya juga telah ditulis tentang Al-Buwaih, beberapa di antaranya adalah:

  • Kitab Tarikh Al Buwaih karya Ali Asghar Faqihi (1296-1382 S): Buku ini mencakup sejarah Al-Ziyar dan Al-Buwaih serta situasi pada masa itu. Karya ini disusun pada tahun 1378 S sebagai teks mata kuliah sejarah di tingkat sarjana universitas Iran.[44]
  • Ahya Farhanggi dar ‘Ahad Al Buwaih Insan Geraiy dar ‘Ashr Reinanse Islami karya Joel. L. Karamuz: Buku ini mengkaji kemakmuran intelektual dan budaya pusat-pusat pemerintahan Al Buwaih, khususnya di Bagdad. Karya ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Persia.[45]
  • Hayat ‘Ilmi dar ‘Ahd Al Buwaih (Kehidupan Ilmiah di Zaman Al-Buwaih karya Gholamreza Fadaei, Guru Besar Universitas Teheran (lahir tahun 1324 S): Buku ini merupakan bagian dari kumpulan Kehidupan Ilmiah di Era Pemerintahan Syiah, dan memuat daftar nama ilmuwan pada periode Al Buwaih.[46]
  • Al-Taji fi Akhbar al-Daulah al-Daulamiyah karya Ibrahim bin Hilal Shabi (wafat 384 H). Dari para penulis Al-Buwaih diambil sejarah dinasti ini pada tahun-tahun pemerintahan ‘Adhadi al-Daulah. Buku ini ditulis atas perintah ‘Adhadi al-Daula untuk mengagungkan Dailamah dan kekuasaan mereka. Ibn Maskawayh telah menjadikannya rujukan menggunakannya dalam menulis kitab Tajarub al-Umam. Salinan sebagian kitab ini disimpan di perpustakaan Masjid Raya Sana'a Yaman. Muhammad Husain Zabaidi menerbitkannya dengan judul Al-Muntaza’ Man Kitab al-Taji pada tahun 1977 di Baghdad.

catatan

  1. Menurut Fatimah Jafarnia, penduduk Dilam mengenal Islam dan Syiah melalui Alawiyun seperti Nashir Kabir atau Nashir Athrusy dan Hasan bin Qasim; Hasan bin Qasim adalah penganut Zaidiyah, sementara terdapat perbedaan pendapat mengenai mazhab Nashir al-Thrusy. (Ja’farniya, Barresi Naqsy Daula Al Buwaih dar Ghustaresy Tasyayyu wa ‘Imran ‘Atabat ‘Iraq, hlm. 24)

Catatan Kaki

  1. Sajadi, Ali Buwaih, jld. 1, hlm. 629
  2. Gulizavareh, Barresiye Naqsye daulate AluBuwih dar Gustareshe Tasyi-e va Umran Atabate Irak, hlm. 112
  3. Silakan lihat ke, Mustaufa Nazhah al-Qulub, hlm. 98-99 & 174
  4. Gulizavareh, Barresiye Naqsye daulate AluBuwih dar Gustareshe Tasyi-e va Umran Atabate Irak, hlm. 112
  5. Sajadi, Ali Buwaih, jld. 1, hlm. 640
  6. Ja'fariyan, Tarikh Tasyayu dar Iran, 1387 S, hlm. 375
  7. Ja'fariyan, Tarikh Tasyayyu dar Iran, 1387 S, hlm. 376: Ja'farnia, Barresiy Naqsy daulat Alu Buwaih dar Gustaresy Tasyayyu va 'Imran 'Atabat 'Iraq, hlm. 24
  8. Ja'farnia, Barresiy Naqsy daula Alu Buwaih dar Gustareshe Tasyayyu va 'Imran 'Atabat 'Iraq, hlm. 24
  9. Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa al-Nihayah, 1407 Q, jld. 11, hlm. 307
  10. Qazwini, Naqd, Anjumane Asare Milli, hlm. 42
  11. Ja'farnia, Barresiy Naqsy daula Alu Buwaih dar Gustaresy Tasyayyu va 'Imran Atabat 'Iraq, hlm. 24
  12. Syaibi, Al-Shillah baina al-Tasawwuf wa al-Tasayayyu 1482 M, jld. 2, hlm. 39
  13. Ja'fariyan, Tarikh Tasayyu' dar Iran, 1387 S, hlm. 380
  14. Ja'fariyan, Tarikh Tasayyu' dar Iran, 1387 S, hlm. 378
  15. Petroshevsky Islam dar Iran dar Iran, 267 be naqle az Pur Ahmadi, Alu Buwaih wa Naqsy Anan dar Barpaye Marasim va Mawasim Syieh Imamiye dar 'Iraq”, hlm. 112
  16. Pur ahmadi, Alu Buwaih wa Naqsy Anan dar Barpaye Marasim va Mawasim Syieh Imamiye dar 'Iraq, hlm. 112
  17. Spuhler, Tarikh Iran dar Qurune Nakhustine Islami, jld. 1, hlm. 363, be naqle az Ja'fariyan, Tarikh Iran Tasayyu dar Iran, 1387 S, hlm. 375
  18. Ibnu Khaldun, Tarikh Ibnu Khaldun, 1391 Q, jld. 3, hlm. 425
  19. Ibnu Jauzi, Al-Muntadzam, 1358 Q, jld. 7, hlm. 15
  20. Shaibi, Al-Shillah baina al-Tasawuf wa al-Tasyayyu]], 1982 M, jld. 2, hlm. 39
  21. Silakan lihat ke Ibnu Khaldun, Tarikh Ibnu Khaldun, 1391 Q, jld. 3, hlm. 420-425
  22. Silakan lihat ke Ibnu Jauzi, Al-Muntadzam, 1358 Q, jld. 6, hlm. 163
  23. Dzahabi, Al-'Ibr min Khabar min Gubar, 1405 Q, hlm. 232
  24. Khatib Bagdadi, Tarikh Bagdad, 1407 Q, jld. 1, hlm. 424
  25. Ibnu Jauzi, Al-Muntadzam, 1358 Q, jld. 8, hlm. 164: Ibnu Khaldun, Tarikh Ibnu Khaldun, 1391 Q, jld. 3, hlm. 460
  26. Tsa'labi, Yatimah al-Dahr, 1352 Q, jld. 3, hlm. 183
  27. Silakan lihat ke Ja'fariyan, Tarikh Tasayyu dar Iran 1387 S, hlm. 380
  28. Ibnu Khaldum, Tarikh Ibnu Khaldun, 1408 Q, jld. 3, hlm. 527
  29. Ibnu Atsir, Al-Kamil 1385, jld. 8, hlm. 549
  30. Ibnu Maskawaih, Tajarib al-Umam, jld. 6, hlm. 477-478
  31. Farsyad, tarikh 'Ilm dar Iran, 1366 S, jld. 2, hlm. 790
  32. Farsyad, tarikh 'Ilm dar Iran, 1366 S, jld. 2, hlm. 849-851
  33. Ali Yasin, Tarikh al-Masyhad al-Kadhimi, 1435 Q, hlm. 24
  34. Mahallati, Ma'tsar al-Kubra, 1384 S, jld. 1, hlm. 321
  35. sahmudi, Wafa al-Fawa 2006 M, hlm. 269-270
  36. Sajadi, Alu Buwaih, jld. 1, hlm. 629
  37. Ibnu Atsir, Al-Kamil, 1399 Q, jld. 8, hlm. 267
  38. Muqrizi, Al-Suluk, 1942 M, jld. 1, hlm. 27
  39. Ibnu Tughra, Al-Nujum al-Zahirah, 1392 Q, jld. 3, hlm. hlm. 244-245
  40. Sajadi, Alu Buwaih, jld. 2, hlm. 629
  41. Sajadi, Alu Buwaih, jld. 2, hlm. 629
  42. Faqihi, Tarikh Alu Buwaih, 1378 S, hlm. 17
  43. Faqihi, Tarikh Alu Buwaih, 1378 S, hlm. 17
  44. Faqihi, Tarikh Alu Buwaih, 1378 S, hlm. 4
  45. Ihya-e Farhanggiye dar Ahde Alu Buwaih Chanel Jami' Kitab Gisum
  46. Hayat-e Ilmiye dar Ahde Alu Buwaih Chanel Jami' Kitab Gisum

Daftar Pustaka

  • Ihya-e Farhanggi dar Ahd-e Alu Buwaih: Insangerayi dar Asr-e ransans-e Islami. Syabake Jami Kitab-e Gisoom, dilihat 12 Mehr 1401 S
  • Hayat-e Ilmi dar Ahde Alu Buwaih. Syabake Jami Kitab-e Gisoom, dilihat 12 Mehr 1401 S
  • Ali Yasin, Muhammad Hasan. Tarikh al-Masyhad al-Kadzhimi, al-Amanah al-Amah li al-Atabah al-Kadhimiah al-Muqaddasah. 1435 Q/2014 M
  • Dzahabi, Syamsuddin Muhammad. al-Ibar min Khabar man Ghabar. Beirut: Dar al-Kutub al-Arabiah, 1405 H
  • Faqihi, ali Ashgar. Tarikh-e Alu Buwaih. Teheran: Sazman-e Muthaleeh va Tadvin-e Kutub-e Ulum-e Islami Danesygaha (Samte) 1387 S
  • Farsyad, Mahdi. Tarikh-e Ilm dar Iran. Teheran: Yayasan Penerbit Amir Kabir, cet. 1, 1366 S
  • Gulizawarih, Ghulam Reza. Barresiye Naqsye Daulat-e Alu Buwaih dar Gustares-e Tasyayu va Umran Atabat-e Iraq. Ziyarat, no. 37, 1397 S
  • Ibnu Atsir, 'Izzudin. Al-Kamil fi al-Tarikh. Beirut: Dar Shadir, 1399 H
  • Ibnu Jauzi, Abdurrahman. Al-Muntadzim fi Tarikh al-Muluk wa al-Umam. Haidar Abad Dekan. Dairah al-Ma'arif al-Utsmaniah, 1358 H
  • Ibnu Khaldun, Abdurrahman bin Muhammad. Tarikh Ibnu Khaldun'. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, 1391 H
  • Ibnu Miskawaih, Ahmad bin Muhammad. Tajarib al-Umam wa Ta'aqib al-Himam. Kairo: Perpustakaan Bisyarkih al-Tamaddun al-Shinaiyah, 1332 H
  • Ibnu Tagri, Yusuf bin Tagri. Al-Nujum al-Zahirah fi Muluk Mishr wa al-Qahirah. Kementrian al-Tsaqafah wa al-Irsyad al-Qaumi al-Muasasah al-Mishriyah al-Amah. 1392 H/1972 M
  • Ja’fariyan, Rasul. Tarikh-e Tasyayu dar Iran. Teheran: Penerbit Ulum, 1387 S
  • Ja’farniya, Fatimah. Siyasathaye Hukumt-e Alu Buwaih dar Jahat-e Tahkim-e Vahdat Miyan-e Syieh va Ahl-e Sunnat. Surat Khawarizmi, no. 22, Musim Panas 1397 S
  • Khatib Baghdadi, Ahmad bin Ali. Tarikh Bagdad au Madinah al-Islam Mundzu Ta’sisiha Hatta Sanah 463 Q. Beirut: dar al-Kutub al-Ilmiah, 1407 H
  • Mahallati, Dzabihullah. Ma’tsar al-Kubara fi Tarikh Samira. Qom: Yayasan al-Haidariyah, 1384 S/1426 H
  • Muqrizi, Ahmad bin Ali. al-Suluk li Ma’rifah al-Duwal al-Muluk. Riset: Muhammad Abdul Qadir Atha. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, cet. 1, 1418 H/1997 M
  • Mustaufa, Hamdullah bin Abi Bakr. Nazhah al-Qulub. Qazwin, Hadis-e Emruz, 1381 S
  • Qazwini, Abdul Jalil. Naqdh. Editor: Muhadis Armawi. Muhadis. Teheran: Anjuman-e Asar-e Milli, tanpa tahun
  • Sajadi, Shadiq. Alu Buwaih. Dairah al-Ma’arif-e Buzurg-e Islami’’. Teheran: Markaz Dairah al-Ma’arif-e Buzurg-e Islami, 1369 S
  • Samhudi, Ali bin Ahmad. Wafa al-Wafa bi Ikbar Dar al-Musthafa. Komentar: Khalid bin Abdul Ghina Mahfudh. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 2006 M
  • Shaybi, Kamil Mustafa. al-Shillah baina al-Tashawuf wa al-Tasyayu. Dar al-Andalus. Beirut: 1982 M
  • Tsa’labi, Abdul malik bin Muhammad. Yatimah al-Dahr. Dar al-Kitab al-Arabi, 1352 H
  • Pur Ahmadi, Husain. Alu Buwaih va Naqshe Anan dar barpayi-e Marasim-e Syieh Imamiyeh dar 'Iraq Jurnal Syieh Syenasyi, no. 3 & 4, 1382 S