'Amru bin Abdiwad

Prioritas: c, Kualitas: b
tanpa navbox
Dari wikishia
(Dialihkan dari 'Amru bin Abdiwadd)
'Amru bin Abdiwad
Nama lengkap'Amru bin Abdiwadd atau 'Amru bin Abdiwudd
Garis keturunanBani 'Amir bin Lui Quraisy
MeninggalTerbunuh ditangan Imam Ali as di perang Khandaq
EraPermulaan Islam
Dikenal sebagaiPetarung terbaik suku Quraisy
AktivitasIkut serta dalam perang Badar (menurut sebagian riwayat)

'Amru bin Abdiwadd (bahasa Arab:عَمرو بن عَبدِوَدّ) atau 'Amru bin Abdiwudd (عَمرو بن عَبدِوُدّ) adalah salah seorang petarung terbaik suku Quraisy yang terbunuh dalam perang Khandaq di tangan Imam Ali as. Menurut beberapa riwayat, Nabi Muhammad saw menyebut sabetan pedang Imam Ali as atas 'Amru pada perang tersebut lebih baik dari ibadah semua jin dan manusia. Ibnu Taimiyah, ulama Ahlusunah dan pendiri Salafisme menolak keberadaan 'Amru bin Abdiwadd. Beberapa peneliti menyebut alasan Ibnu Taimiyah tersebut didasarkan pada motif penolakan fadhilah dan keutamaan Imam Ali as.

Dalam salah satu puisi Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi diceritakan, Imam Ali as saat dalam keadaan bertarung, wajahnya diludahi oleh 'Amru, yang membuat Imam Ali as berhenti sejenak mengayunkan pedangnya untuk menekan amarahnya, lalu setelah itu membunuh 'Amru. Sebagian berpendapat, cerita tersebut tidak berdasar dan merupakan buatan, namun Ibnu Syahr Asyub (488-588 H/1095-1192) dalam kitabnya Manaqib Ali Abi Thalib, menuliskan kisah tersebut.

Terbunuhnya 'Amru

Tidak ada informasi yang jelas mengenai kelahiran dan riwayat hidup 'Amru bin 'Abdiwadd dalam kitab-kitab sejarah dan riwayat, kecuali sedikit informasi diantaranya ia berasal dari suku bani 'Amir bin Lui dari kabilah Quraisy. [1] Sebagaimana yang terdapat dalam sumber Ahlusunah dan Syiah, ia bersama dengan Ikrimah bin Abi Jahal, Hubaira bin Abi Wahab, Naufal bin Abdillah bin Mughirah dan Dirar bin Khattab dengan susah payah melewati parit yang dibuat kaum muslimin dalam perang Khandaq pada tahun ke-5 H/627. [2]'Amru bin Abdiwadd yang merupakan prajurit tertinggi ketiga dari Quraisy [3] diakui memiliki kemampuan perang yang sama dengan seribu prajurit. [4] Ia memancing kaum muslimin untuk bertarung dengan berkata, و لقد بححت من النداء بجمعهم هل من مبارز [5] yaitu "Suaraku menjadi serak karena ku berteriak di tengah-tengah mereka untuk mengajak mereka semua bertarung."[6] Menurut sumber, Ali bin Abi Thalib berdiri untuk menjawab ajakan 'Amru bin Abdiwadd untuk bertarung, namun Nabi Muhammad saw memerintahkannya untuk kembali duduk, sampai akhirnya Nabi Muhammad saw mengizinkan Imam Ali as untuk menghadapinya. Ia mengenakan surbannya ke kepala Ali dan juga menyerahkan pedangnya untuk digunakan Imam Ali as bertarung dengan 'Amru. [7]

Garis waktu kehidupan Imam Ali as
Mekah
599 Lahir
610 Orang pertama yang masuk Islam
619 Wafat Abu Thalib (ayah)
622 Lailatul Mabit: tidur mengganti Nabi Muhammad saw
Madinah
622 Hijrah ke Madinah
624/2 Ikut serta dalam Perang Badar
625/3 Ikut serta dalam Perang Uhud
626/4 Wafat Fatimah binti Asad (ibu)
627/5 Ikut serta dalam Perang Ahzab dan membunuh Amr bin Abdiwudd
628/6 Menyusun isi Perjanjian Hudaibiyah
629/7 Menaklukan benteng Khaibar dalam Perang Khaibar
630/8 Ikut serta dalam Pembukaan Kota Mekah dan mengahncuran berhala atas perintah Nabi saw
630/9 Wakil Nabi Muhammad saw di Madinah dalam Perang Tabuk
632/10 Ikut serta dalam Haji Wada'
632/10 Peristiwa Ghadir
632/11 Wafat Nabi Muhammad saw dan penguburan beliau oleh Imam Ali as
Peridoe tiga khalifah pertama
632/11 Peristiwa Saqifah dan permulaan khilafah Abu Bakar
632/11 Syahadah Sayidah Fatimah sa
634/13 Permulaan khilafah Umar bin Khattab
644/23 Perserta dalam Syura Enam Orang
644/23 Permulaan khilafah Utsman bin Affan
Periode Khilafah
655/35 Permulaan khilafahnya
656/36 Perang Jamal
657/37 Perang Shiffin
658/38 Perang Nahrawan
661/40 Syahadah


Tebasan Imam Ali as

Imam Ali as kembali lebih dulu mengajak 'Amru bin Abdiwadd untuk hanya menyembah Allah swt dan menerima kebenaran risalah Nabi Muhammad saw, namun ajakan itu tetap ditolak. Imam Ali as kemudian meminta agar ia kembali ke jalan ia yang pertama kali datang, namun 'Amru kembali menolak, sehingga Imam Ali as memintanya untuk turun dari kudanya dan bertarung. [8] Menurut riwayat dari Jabir bin Abdullah al-Anshari yang bersama dengan Imam Ali as saat itu, petarungan antara keduanya berlangsung sengit, sampai akhirnya terdengar suara takbir Imam Ali as yang menandakan kemenangannya dan kaum muslimin menemukan 'Amru bin Abdiwadd berhasil terbunuh di tangan Imam Ali as. [9] Menurut catatan sejarah, selain 'Amru bin Abdiwadd, putranya Hasal juga terbunuh di tangan Imam Ali as. [10]

Dalam riwayat disebutkan, Nabi Muhammad saw bersabda, "Tebasan pedang Imam Ali as atas 'Amru bin Abdiwadd pada perang Khandaq lebih utama dibanding ibadahnya seluruh jin dan manusia."[11]

Keraguan mengenai Keberadaan 'Amru

Ibnu Taimiyah salah seorang ulama Ahlusunah yang menjadi pendiri pemahaman Salafiyah meragukan keberadaan 'Amru bin Abdiwadd. [12] Menurutnya, pada perang-perang sebelumnya baik dalam perang Badar maupun perang Uhud demikian juga perang-perang lainnya, tidak disebutkan ada tokoh Quraisy yang bernama 'Amru bin Abdiwadd. Demikian juga dari riwayat-riwayat yang menceritakan keberadaannya pada perang Khandaq tidak satupun bersumber dari Shahihain yaitu Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. [13] Namun meski demikian keberadaan 'Amru bin Abdiwadd dalam perang Khandaq dimuat dalam kitab-kitab sejarah yang muktabar seperti dalam kitab Tarikh Thabari [14] dan Tarikh Islam adz-Dzahabi. [15] Al-Hakim al-Naisyaburi salah seorang ulama Ahlusunah juga menukilkan dalam kitab al-Mustadrak 'ala Shahihain sebuah riwayat yang menyebutkan keberadaan 'Amru bin Abdiwadd dalam perang Badar dan disebutkan ia mengalami luka dalam perang tersebut. [16] Demikian pula dalam catatan sejarah Asy'ari meriwayatkan dari Hassan bin Tsabit salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw mengenai kebanggaannya atas terbunuhnya 'Amru melalui tangan Imam Ali as [17] dan juga Asy'ari menyayangkan atas berhasilnya Masafi' bin Abdimanaf [18], Hubairah bin Abi Wahab [19] dan saudara perempuan 'Amru [20] yang merupakan satu kelompok dengan 'Amru bin Abdiwaddad melewati Khandaq. [21]

Sebagian peneliti menyebut keraguan Ibnu Taimiyah tersebut didasari atas keinginan untuk mengingkari keutamaan dan fadhilah Imam Ali as. [22]

Keluhuran Akhlak Imam as dalam Peristiwa Terbunuhnya 'Amru

Dalam bab pertama Matsnawi yang ditulis Jalaluddin Rumi (w. 672 H/1273) terdapat sebuat syair yang terdiri dari 120 bait mengenai Imam Ali as. Syair itu dimulai dengan bait berikut:

Belajar dari Ali, ikhlas dalam tindakan Ketahui singa kebenaran itu, bebas dari kecurangan

Mengenai bait tersebut, Jalaluddin Rumi menjelaskan bahwa ketika 'Amru bin Abdiwadd yang sudah dalam kondisi terdesak meludahi wajah Imam Ali as, lantas Imam Ali as menghentikan ayunan pedangnya di atas tubuh 'Amru yang sudah tidak berdaya. Ia melakukan hal tersebut karena tidak ingin menebas 'Amru dalam keadaan ia sedang marah karena diludahi. Setelah ia berhasil menekan amarahnya, iapun membunuh 'Amru dengan ikhlas di jalan Allah swt. [23]

Badi' al-Zaman menyebutkan, kisah yang ditulis dalam Matsnawi tersebut tidak memiliki sumber dan tidak ditemui dalam sumber manapun. [24] Namun sejumlah peneliti menemukan beberapa sumber kisah tersebut, diantaranya bersumber dari Manaqib Ali bin Abi Thalib karya Ibnu Syahr Asyub (w. 588 H/1192) yang menuliskan kisah tersebut. [25]

Catatan Kaki

  1. Untuk contoh, lih. Ibnu Hasyim al-Humairi, Sirah al-Nabi, jld. 3,hlm. 732; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damsyiq, jld. 42, hlm. 78; Ibnu Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh, jld. 2, hlm. 181
  2. Thabari, Tarikh al-Thabari, jld. 2, hlm. 573-574; Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm. 100
  3. Al-Hakim al-Naisyaburi, al-Mustadrak 'ala al-Shahihain, jld. 3, hlm. 34, hadis no. 4329
  4. Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Ali Abi Thalib, jld. 2,hlm. 324
  5. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm. 100
  6. Syekh Mufid, terj. al-Irsyad Syekh Mufid, hlm. 92
  7. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm. 100
  8. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm. 100 dan 101
  9. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm. 102
  10. 'Amili, al-Shahih min Sirah al-Nabi al-Adzham, jld. 11, hlm. 160
  11. Allamah Hilli, Nahjul Haq wa kasyf al-Shidq, hlm. 234
  12. Ibnu Taimiyah, Minhaj al-Sunnah al-Nabawuah, jld. 8, hlm. 105-110
  13. Ibnu Taimiyah, Minhaj al-Sunnah al-Nabuwah, jld. 8, hlm. 109
  14. Thabari, Tarikh al-Thabari, jld. 2, hlm. 573
  15. Dzahabi, Tarikh al-Islam, jld. 2, hlm. 290
  16. Al-Hakim al-Naisyaburi, al-Mustadrak 'ala al-Shahihain, jld. 3, hlm. 34, hadis no. 4329
  17. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiah, hlm. 268-269
  18. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiah, jld. 2, hlm. 266-267
  19. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiah, jld. 2, hlm. 267-268
  20. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm. 106-109
  21. Thabari, Tarikh al-Thabari, jld. 2, hlm. 573-574
  22. Tim Penulis, Imam Ali as, jld. 2, hlm. 148
  23. Mahdawi Damghani, Ma'khadz Khudu Andakhtan Khashm bar Rui Hadhrat Amirul Mukminin Ali as, hlm. 61-63
  24. Furuzanfar, Ahadits wa Qishahs Matsnawi, hlm. 143
  25. Mahdawi Damghani, Ma'khadz Khudu Andakhtan Khashm bar Rui Hadhrat Amirul Mukminin Ali as, hlm. 65; Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Ali Abi Thalib, jld. 1, hlm. 381

Daftar Pustaka

  • Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad. Al-Kamil fi al-Tarikh. Beirut: Dar Shadir wa Dar Beirut, 1385 H/1965
  • Ibnu Taimiyah, Ahmad bin Abd al-Halim. Minhaj al-Sunnah al-Nabawiah fi Naqdh Kalam al-Syiah al-Qadriyah, riset: Muhammad Risyad Salam. Riyadh: Jami'ah al-Imam Muhammad bin Sa'ud al-Islamiyah,1406 H/1986
  • Ibnu Syahr Asyub, Muhammad bin Ali, Manaqib Ali Abi Thalib, Najaf, al-Mathba'ah al-Haidariyah, 1375 H/1956
  • Ibnu Asakir, Ali bin al-Hasan, Tarikh Madinah Dimasyq, Beirut, Dar al-Fikr, 1415 H/1995
  • Ibnu Hisyam al-Humairi, Abdul Malik, Sirah al-Nabi, riset: Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Kairo, Maktab Muhammad Ali Shabih, 1383 H/1963
  • Ibnu Hisyam al-Humairi, Abdul Malik, al-Sirah al-Nabawiah, riset: Mustafa al-Saqa dan Ibrahim al-Abyati dan Abdul Hafizh Syilbi, Beirut, Dar al-Ma'rifah, tanpa tahun
  • Tim Penulis, Imam Ali as, Qom, Sazman Haj wa Ziyarat, tanpa tahun
  • Al-Hakim al-Naisyaburi, Muhammad bin Abdullah, al-Mustadrak 'ala al-Shahihain, riset: Mustafa Abdul Qadir 'Atha, Dar al-Kutub al-'Ilmiah, 1411 H/1990
  • Dzahabi, Muhammad bin Ahmad, Tarikh Islam wa Wafiyat al-Masyahir wa al-A'lam, riset: Umar Abdul Salam Tadmiri, Beirut, Dar al-Kitab al-'Arabi, 1410 H/1990
  • Syekh Mufid, Muhammad bin Muhammad, al-Irsyad fi Ma'rifah Hujaj Allah 'ala al-'Ibad, riset: Muassasah Ali al-Bait as li Ahya al-Turats, Qom, al-Mu'tamar al-'Alami li Al-fiyah al-Syekh al-Mufid, 1413 H
  • Syekh Mufid, Muhammad bin Muhammad, terj. Irsyad Syekh Mufid, penerjemah: Sayid Hasan Musawi Majab, Qom, Surur, 1388 HS
  • Thabari, Muhammad bin Jarir, Tarikh al-Thabari: Tarikh al-Rusul wa al-Muluk, Wishalah Tarikh al-Thabari, Beirut, Dar al-Turats, 1387 H
  • Amili, Ja'far Murtadha, al-Shahih min Sirah al-Nabi al-A'dzham, Qom, Muassasah 'Ilmi Farhanggi Dar al-Hadits, 1426 H/1385 HS
  • Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf, Nahj al-Haq wa Kasyf al-Shidq, riset: Faraj Allah Hasani dan pengantar Sayid Ridha Shadr, Beirutm Dar al-Kitab al-Lilbanani, 1982
  • Furuzanfar, Ahadits wa Qishash Matsnawi; ringkasan dari dua kitab: Ahadits Matsnawi dan Ma'khadz Qhishash wa Tamtsilat Matsnawi, penerj ke Persia: Husain Dawudi, Tehran, Amir Kabir, 1387 HS
  • Mahdawi Damghani, Muhammad, Ma'khadz Khudu Andakhtan Khashm bar Rui Hadhrat Amirul Mukminin Ali as/Iftikhar Har Nabi wa Har Ali, dalam Jurnal Khusus Adabiyat Farsi, nmr. 1 dan 2, Bahar dan Tabestan, 1383 HS