Lompat ke isi

Tawarruk

Dari wikishia
Tawarruk dalam Salat

Tawarruk merupakan salah satu adab salat dalam fikih Syiah, merujuk pada cara duduk khusus di mana mushalli (orang yang salat) duduk di atas paha kiri sementara kaki kanan diletakkan di atas telapak kaki kiri.[1] Para fukaha menyatakan bahwa duduk seperti ini mustahab (disunahkan) dalam dua kondisi yaitu saat tasyahud,[2] dan di antara dua sujud.[3]

Namun, menurut Muhammad Hasan Najafi, kesunahan ini hanya berlaku untuk laki-laki, bukan perempuan.[4]

Dalam sebuah riwayat, Imam Ja'far al-Shadiq as melakukan tawarruk dalam shalat. Ketika Hammad bin Isa al-Juhani bertanya tentang kemakruhannya, Imam menjawab bahwa kekhawatiran tersebut berasal dari tradisi Bani Israil, bukan ajaran Islam.[5]

Abdullah Jawadi Amuli, seorang faqih Syiah kontemporer, menafsirkan tawarruk sebagai simbol kemenangan hak atas batil, berdasarkan hadis: "اللّهمّ أمِتِ الباطل و أقمِ الحق" ("Ya Allah, matikanlah kebatilan dan tegakkanlah kebenaran").[6] Menurutnya: Kaki kanan melambangkan hak (kebenaran) dan kaki kiri melambangkan batil (kesesatan).[7]

Sebagian mazhab Ahlusunah menganjurkan iftirasy (duduk dengan kaki kiri terlipat dan kaki kanan tegak) dalam tasyahud.[8] Sementara yang lain membedakan: Tasyahud awal: iftirasy dan Tasyahud akhir: tawarruk.[9]

Hukum Tawarruk dalam Qiyam (Berdiri): Jika bermakna bersandar atau mengalihkan berat badan antara kaki, hukumnya makruh.[10] Meletakkan Tangan di Paha juga dianggap makruh menurut sejumlah referensi fikih.[11]

Catatan Kaki

  1. Thabathaba'i Yazdi, Al-Urwah al-Wutsqa, 1419 H, jil. 2, hlm. 574.
  2. Muhaqqiq Hilli, Al-Mu'tabar fi Syarh al-Mukhtashar, 1407 H, jil. 2, hlm. 214 & 228; Khui, Syarh Al-Urwah al-Wutsqa, 1418 H, hlm. 177 & 343.
  3. Allamah Hilli, Tadzkirah al-Fuqaha, 1414 H, jil. 3, hlm. 197.
  4. Najafi, Jawahir al-Kalam, 1362 S, jil. 10, hlm. 182.
  5. Hurr al-Amili, Wasail al-Syiah, Muassasah Al al-Bayt, jil. 12, hlm. 107.
  6. Syekh Shaduq, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, 1413 H, jil. 1, hlm. 320.
  7. Jawadi Amuli, Raz-haye Namaz, 1389 S, hlm. 143.
  8. Nawawi, Al-Majmu', Dar al-Fikr, jil. 3, hlm. 450; Muhaqqiq Hilli, Al-Mu'tabar, 1407 H, jil. 2, hlm. 228.
  9. Muhaqqiq Hilli, Al-Mu'tabar, 1407 H, jil. 2, hlm. 228.
  10. Najafi, Jawahir al-Kalam, 1362 S, jil. 11, hlm. 91; Syahid Awwal, Al-Alfiyyah wa al-Nafliyyah, 1408 H, hlm. 114; Thabathaba'i Yazdi, Al-Urwah al-Wutsqa, 1420 H, jil. 3, hlm. 38.
  11. Allamah Hilli, Tadzkirah al-Fuqaha, 1414 H, jil. 3, hlm. 298–299.

Daftar Pustaka

  • Allamah Hili, Hasan bin Yusuf. Tadzkirah al-Fuqaha. Qom: Muassasah Al al-Bayt Alayhim al-Salam, 1414H.
  • Hurr Amili, Muhammad bin Hasan. Wasail al-Syi'ah. Qom: Muassasah Al al-Bayt Alayhim al-Salam li Ihya' al-Turats, Tanpa Tahun.
  • Jawadi Amuli, Abdullah. Razha-ye Namaz. Penyunting: Husain Shafi'i, Qom: Isra', Cetakan keenam belas, 1389S.
  • Khu'i, Sayyid Abul Qasim. Syarh 'Urwah al-Wutsqa. Penyunting: Muhammad Riza Musawi Khalakhali, Qom: Nashr Tawhid, 1418H/1998M.
  • Muhaqqiq Hili, Ja'far bin Hasan, Al-Mu'tabar fi Syarh al-Mukhtashar. Qom: Muassasah Sayyid al-Syuhada (as), Cetakan pertama, 1407H.
  • Najafi, Muhammad Hasan. Jawahir al-Kalam. Beirut: Dar Ihya' al-Turats al-Arabi, Cetakan ketujuh, 1362S.
  • Nawawi, Yahya bin Syaraf. Al-Majmu' Syarh al-Muhadzdzab. Beirut: Dar al-Fikr, Tanpa Tahun.
  • Syahid Awal, Muhammad bin Maki. Alfiah wa Nafliyah. Qom: Maktab I'lam Islami, 1408H.
  • Syekh Shaduq, Muhammad bin Ali. Man La Yahduruhu al-Faqih. Qom: Dftar Intisyarat Islami yang berafiliasi dengan Jamiah Mudarrisin Ḥawzah Ilmiyyah Qom: 1413H.
  • Thabathabai Yazdi, Sayid Muhammad Kazhim. 'Urwah al-Wutsqa. Penyunting: Muassasah al-Nasyr al-Islami, Jamaah Mudarrisin, Cetakan pertama, 1420H.