Tafsir Tathbiqi (Komparatif)

Prioritas: c, Kualitas: b
Dari wikishia
Ilmu Tafsir
Tafsir-tafsir Penting

Syi'ah:


Sunni:


Genre-genre Tafsir


Metode-metode Tafsir


Klasifikasi Tafsir
Terma-terma Ilmu Tafsir

Tafsir Tathbiqi atau Tafsir Komparatif (bahasa Arab:التفسير المُقَارن) adalah salah satu metode penafsiran Al-Qur'an yang memperjelas makna ayat dengan cara membandingkan sudut pandang penafsiran. Dengan menggunakan metode ini, kekuatan dan kelemahan sudut pandang penafsiran yang berbeda terungkap dan umat dapat memilih sudut pandang penafsiran yang lebih unggul.

Menurut sebagian peneliti, tafsir komparatif hanya mengacu pada perbandingan pandangan Syiah dan Sunni tentang konsep-konsep Al-Qur'an; Namun sebagian lainnya mengklasifikasikannya menjadi tiga kategori:

  • Perbandingan penafsiran antara Al-Qur'an dan Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
  • Perbandingan tafsir antar mazhab-mazhab Islam
  • Tafsir perbandingan antara Al-Qur'an dengan ilmu-ilmu lainnya.

Definisi dan Kedudukan

Tafsir komparatif atau tafsir muqaran adalah salah satu metode penafsiran Al-Qur'an[1] yang memperjelas makna lahiriyah dari ayat-ayat atau suatu teori tafsir dengan cara membandingkan beberapa sudut pandang yang satu dengan yang lain dan mengkaji persamaan dan perbedaannya.[2]

Dalam tafsir komparatif, terkadang membandingkan dua mufasir, terkadang dua mazhab tafsir dan terkadang dua kitab tafsir.[3] Beberapa penulis menganggap tafsir komparatif sebagai salah satu jenis tafsir tematik.[4] Namun menurut pendapat lainnya menyebutkan, tafsir komparatif terletak diantara tafsir maudhu’i (tematik) dan tafsir tartibi.[5] Disebutkan, ayat seperti ayat 50 Surah Al-An'am dianggap sebagai sumber inspirasi metode penafsiran ini.[6]

Tujuan dari penafsiran komparatif adalah untuk memperjelas sudut pandang serta memperjelas kelebihan dan kekurangannya ditinjau dari landasan dan argumentasinya sehingga seseorang dapat memilih sudut pandang penafsiran yang lebih kuat.[7]

Menurut beberapa peneliti, penafsiran komparatif sebenarnya bukanlah penafsiran Al-Qur'an; Melainkan kajian perbandingan tafsir Al-Qur'an tentang suatu tema atau tentang aliran dan metode dua orang mufasir.[8] Dalam bahasa Arab, tafsir jenis ini sering disebut dengan al-Tafsir al-Muqaran atau al-Tafsir al-Mawazan.[9]

Penafsiran komparatif selalu ada sepanjang sejarah tafsir; Namun pada abad ke-14 HS, metode ini diperkenalkan secara lebih teratur dan sistematis.[10] Tafsir Tathbiqi karya Fathullah Najarzadegan[11] dan Tafsir Tathbiqi Ayat Mawaddah" oleh Fadahusain ‘Abidi[12] termasuk di antara kitab-kitab yang disusun dalam bentuk studi komparatif.

Klasifikasi

Muhammad Ali Rezai Isfahani, seorang peneliti Al-Qur'an, membagi tafsir komparatif menjadi tiga jenis: 1. Tafsir Komparatif antara Al-Qur'an dan Kitab Perjanjian, 2. Tafsir Komparatif antar mazhab-mazhab Islam, 3. Tafsir Komparatif antara Al-Qur'an dan ilmu-ilmu lainnya.[13] Namun, Fathullah Najarzadegan, penulis buku Tafsir Komparatif, berpendapat bahwa tafsir komparatif ditujukan khusus untuk perbandingan perspektif Syiah dan Sunni terhadap konsep-konsep Al-Qur'an dan tidak termasuk perbandingan metode dan aliran pemikiran Islam lainnya.[14]

Tafsir Komparatif antar Mazhab-Mazhab Islam

Tafsir komparatif antara mazhab Islam telah menjadi perhatian para ahli tafsir Syiah dan Sunni sejak dulu.[15] Salah seorang ahli tafsir Syiah, Syekh Thusi (W. 460 H) dalam Tafsir Tibyan dan Thabarsi (w: 548 H) dalam kitab Majma’ al-Bayan, pada ayat-ayat yang berkaitan dengan wilayah, jabr dan tafwidh, mereka telah mengkaji pendapat kaum Mu'tazilah dan Asy’ariah dan membandingkannya dengan pandangan Syiah. Demikian pula Fakhr ar-Razi (w: 606 H), salah seorang ahli tafsir Sunni, dalam kitab tafsirnya Mafatih al-Ghaib, telah membandingkan tafsir dan pandangan teologis Syiah dan Sunni.[16]

Disebutkan bahwa kitab tafsir yang paling menonjol ditulis dengan metode ini adalah kitab al-Tafsir al-Atsari al-Jami’ yang ditulis oleh Muhammad Hadi Ma’rifat.[17]

Tafsir Komparatif antara Al-Qur'an dan Perjanjian

Dalam metode penafsiran komparatif antara Al-Qur'an dan Kitab Perjanjian, teks Al-Qur'an dan Perjanjian dibandingkan dalam topik-topik yang memiliki kesamaan (seperti kisah para nabi).[18] Pada metode tafsir ini, dijelaskan mengenai kesatuan sumber Al-Qur'an dan kitab-kitab samawi lainnya (yaitu kesemuanya bersumber dari wahyu) dan dijelaskan pula mengenai terjadinya distorsi dan penyimpangan pada kitab-kitab perjanjian dan terbebasnya Al-Qur'an dari distorsi.[19]

Muhammad Husain Thabathabai dalam Tafsir al-Mizan dengan topik yang berkaitan dengan kisah Adam dan Hawa, dan Muhammad Jawad Balaghi dalam Tafsir Ala ar-Rahman menggunakan metode ini.[20]

Tafsir Komparatif antara Al-Qur'an dengan Ilmu-Ilmu Lainnya

Dalam metode penafsiran komparatif antara Al-Qur'an dengan ilmu-ilmu lain dibahas isu-isu atau topik-topik berbagai ilmu yang juga berkaitan dan bersinggungan dengan Al-Qur'an.[21]

Metode penafsiran ini telah dianggap bermanfaat dalam menjelaskan ayat-ayat ilmiah Al-Qur'an, menyelesaikan isu kontradiksi antara sains dan agama, dan menggali teori-teori ilmiah Al-Qur'an.[22]

Kebolehan dan vailiditas penafsiran ilmiah, cakupan Al-Qur'an dalam generalisasi ilmu pengetahuan dan adanya hubungan antara Al-Qur'an dan sains dianggap sebagai prinsip dan landasan metode penafsiran ini.[23] Juga pemanfaatan sains untuk memahami ayat-ayat Al-Qur'an, memperhatikan bahasa Al-Qur'an dan konteks sejarahnya, serta perlunya menerapkan jaryi dan tathbiq dalam tafsir ayat, disebut sebagai kaidah-kaidah dalam metode tafsir ini.[24]

Metode penafsiran ini disebutkan memiliki beberapa kelemahan ; Diantaranya: memaksakan pandangan ilmiah terhadap ayat-ayat Al-Qur'an, dan berusaha mengekstraksi seluruh rincian suatu ilmu dari Al-Qur'an serta mengabaikan konteks dan suasana turunnya ayat-ayat tersebut sehingga memberikan penafsiran yang tidak lengkap terhadap ayat-ayat Al-Qur'an tersebut.[25]

Langkah-Langkah Tafsir Komparatif

Beberapa peneliti telah mencantumkan tujuh langkah berikut untuk menerapkan metode tafsir komparatif:

  1. Memilih tema atau isu yang diperselisihkan;
  2. Penjelasan masalah dan kata kuncinya;
  3. Membuat rancangan struktur;
  4. Menentukan dua pihak yang akan dibandingkan;
  5. Menentukan jenis-jenis perbedaan;
  6. Menggali pandangan Al-Qur'an;
  7. Penilaian tentang benar atau salahnya pihak-pihak yang diperbandingkan.[26]

Manfaat dan Bahaya

Berikut ini adalah beberapa manfaat dari metode penafsiran ini:

  • Membebaskan mufasir dari ekslusifitas;
  • Memperjelas dimensi tema yang tidak jelas;
  • Memunculkan kesadaran akan kesalahan dan kekurangan dari penafsiran ayat-ayat.[27]

Menurut Muhammad Ali Rezai Isfahani, tafsir komparatif dalam beberapa kasus mungkin menimbulkan bahaya; Diantaranya:

  • Bercampurnya israiliyat dengan tafsir Al-Qur'an;
  • Meningkatkan perselisihan yang ditimbulkan dari fanatisme mazhab;
  • Memaksakan teori-teori sains yang belum terbukti pada Al-Qur'an.[28]

Catatan Kaki

  1. Asgari dan Syakir, Tafsir Tathbiqi, Ma'na Yabi va Guneh Syenasi, hlm. 11.
  2. Tamimi, Ushul wa Qawaid al-Tafsir al-Maudhu'i li al-Quran, hlm. 116.
  3. Rezai Isfahani, Mantiq Tafsir-e Quran (3), hlm. 70.
  4. Rezai Isfahani, Tafsir Quran Mehr, jld. 1, hlm. 45.
  5. Asgari dan Syakir, Tafsir Tathbiqi, Ma'na Yabi va Guneh Syenasi, hlm. 19.
  6. Rezai Isfahani, Mantiq Tafsir-e Quran (3), hlm. 72.
  7. Asgari dan Syakir, Āsib Syenasi Mabani va Pisyfarzha-e Kalami va Mazhabi Tafasir-e Tathbiqi, hlm. 81.
  8. Thayib Husaini, Tafsir Tathbiqi, hlm. 223.
  9. Thayib Husaini, Tafsir Tathbiqi, hlm. 222.
  10. Thayib Husaini, Tafsir Tathbiqi, hlm. 224.
  11. Nejarzadegan, Tafsir Tathbiqi, (semua isi buku).
  12. 'Abedi, Tafsir Tathbiqi Ayeh Mawaddat, (semua isi buku).
  13. Rezai Isfahani, Mantiq Tafsir-e Quran (3), hlm. 72-76.
  14. Nejarzadegan, Tafsir Tathbiqi, hlm. 13.
  15. Rezai Isfahani, Mantiq Tafsir-e Quran (3), hlm. 73.
  16. Rezai Isfahani, Mantiq Tafsir-e Quran (3), hlm. 73.
  17. Rezai Isfahani, Mantiq Tafsir-e Quran (3), hlm. 73.
  18. Rezai Isfahani, Mantiq Tafsir-e Quran (3), hlm. 72.
  19. Rezai Isfahani, Mantiq Tafsir-e Quran (3), hlm. 72.
  20. Rezai Isfahani, Mantiq Tafsir-e Quran (3), hlm. 72.
  21. Tamimi, Ushul wa Qawaid al-Tafsir al-Maudhu'i li al-Quran, hlm. 122-123.
  22. Tamimi, Ushul wa Qawaid al-Tafsir al-Maudhu'i li al-Quran, hlm. 123.
  23. Tamimi, Ushul wa Qawaid al-Tafsir al-Maudhu'i li al-Quran, hlm. 124-127.
  24. Tamimi, Ushul wa Qawaid al-Tafsir al-Maudhu'i li al-Quran, hlm. 128-130.
  25. Tamimi, Ushul wa Qawaid al-Tafsir al-Maudhu'i li al-Quran, hlm. 130.
  26. Karimi, Farayand-e Amali Tafsir-e Mauzu'i Tathbiqi, hlm. 136.
  27. Rezai Isfahani, Mantiq Tafsir-e Quran (3), hlm. 70.
  28. Rezai Isfahani, Mantiq Tafsir-e Quran (3), hlm. 77.

Daftar Pustaka

  • 'Abedi, Fadahusain. Tafsir Tathbiqi Āyeh Mawaddat. Qom: Markaz Jahani Ukum-e Islami, 1384 HS.
  • Asgari, Ansiyeh dan Muhammad Kazhim Syakir. Āsib Syenasi Mabani va Pisyfarzha-e Kalami va Mazhabi Tafasir-e Tathbiqi. dalam majalah Pazuhesynameh Mazahib-e Islami, vol. 15, musim semi dan musim panas, 1400 HS.
  • Asgari, Ansiyeh dan Muhammad Kazhim Syakir. Tafsir Tathbiqi, Ma'na Yabi va Guneh Syenasi. Dalam majalah Pazyhesyha-e Tafsir Tathbiqi, vol. 2, musim gugur dan musim dingin, 1394 HS.
  • Karimi, Musthafa. Farayand-e Amali Tafsir-e Mauzu'i Tathbiqi. Dalam majalah Hikmat-e balighah, vol. 2, musim gugur dan musim dingin, 1400 HS.
  • Najarzadegan, Fathullah. Tafsir Tathbiqi. Qom: Markaz Jahani Uum-e Islami, 1383 HS.
  • Rezai Isfahani, Muhammad Ali. Mantiq Tafsire Quran (3). Qom: Pazuhesygah Bainal Milali al-Musthafa, 1392 HS.
  • Rezai Isfahani, Muhammad Ali. Tafsir Quran Mehr. Qom: Pazuhesyha-e Tafsir va Ulum-e Quran, 1387 HS.
  • Tamimi, Mazan Syakir. Ushul wa qawaid al-Tafsir al-Maudhu'i li al-Quran. Karbala: al-Atabah al-Husainiyah al-Muqaddasah, 1436 H.
  • Thayib Husaini. Tafsir Tathbiqi. Dairah al-Ma'arif Quran-e Karim, jld. 8. Qom: Bustan-e Ketab, 1392 HS,