Sunni Dua Belas Imam

Prioritas: c, Kualitas: b
tanpa navbox
Dari wikishia


Sunni Dua Belas Imam (bahasa Arab:التسنن الاثنا عشري) merupakan aliran mazhab di kalangan Ahlusunah, yang mana selain meyakini tiga khalifah, juga mereka menerima wilayah para Imam Syiah as.

Peneliti sejarah menganggap latar belakang kecenderungan keyakinan ini terbentuk pada awal-awal abad pertama Islam ketika adanya perlawanan para pengikut Utsman yang menentang Imam Ali as, di saat itu pula banyak yang membela Imam Ali as dan Ahlulbait maksum lainnya. Namun yang masyhur, aliran tersebut muncul sejak abad ke-6 Hijriah, yang diawali di Iran dan India, kemudian di bagian timur Khurasan Besar dan wilayah Kekhalifahan Ottoman.

Istilah "Tasannun Dawazdah Imami" atau "Sunni Dua Belas Imam" dianggap sebagai istilah baru dalam historiografi Iran; Namun sebagian peneliti, dengan mengutip pada sebuah manuskrip, mengatakan bahwa istilah tersebut juga telah digunakan pada akhir periode Safawi.

Beberapa faktor terbentuknya pandangan Sunni Dua Belas Imam adalah sebagai berikut: jatuhnya kekhalifahan Abbasiyah, toleransi beragama Ilhkanan Mughal dan amir Timuri, tumbuhnya pemikiran tasawuf, sehingga para sufi menjadi rujukan dalam beragama, serta adanya kedekatan antara Sufisme dan Syiah.

Para sejarawan menganggap pemikiran Sunni Dua Belas Imam menjadi salah satu sebab utama menyebarnya Syiah di dunia Islam wilayah timur, khususnya Iran, bahkan mereka menganggap pemikiran ini sebagai penyebab utama munculnya pemerintahan Syiah Safawi. Menurut mereka, keberadaan pemerintahan dengan pendekatan pemikiran Sunni Dua Belas Imam sepanjang abad ke-9 dan ke-10 H telah membuka jalan bagi transformasi mazhab masyarakat Iran dari Sunni menjadi Syiah.

Di Iran sendiri pada abad ke-9 dan ke-10 H pemerintahan dengan pendekatan Sunni Dua Belas Imam terbentuk. Selain itu, berbagai tokoh budaya Iran juga pada saat itu dianggap memiliki kecenderungan Sunni Dua Belas Imam. Banyak dalam karya-karya mereka, diceritakan mengenai tiga khalifah, dan juga disebutkan mengenai para imam Syi'ah sebagai hujjah dan manusia yang maksum.

Definisi dan Posisi

Sunni Dua Belas Imam merupakan pemikiran mazhab di kalangan Ahlusunah, yang mana selain meyakini tiga khalifah, juga menerima wilayah para Imam Syiah as dan 14 orang maksum as.[1]

Ahli sejarah menganggap bahwa Sunni Dua Belas Imam adalah salah satu penyebab utama penyebaran Syiah di kawasan timur dunia Islam, khususnya di Iran, yang diketahui telah muncul sejak abad keenam Hijriah dan seterusnya.[2] Sunni Dua belas Imam di Iran juga diyakini sebagai penyebab utama munculnya pemerintahan Syiah Safawi.[3] Mereka pun mengatakan bahwa pemikiran aliran ini menjadi salah satu sebab perkembangan intelektual dan mazhab yang penting di Iran, serta sebagai bagian dari faktor-faktor yang telah mengurangi konflik mazhab antara Syiah dan Sunni, tepatnya pada zaman abad ketujuh Hijriah dan setelahnya.[4]

Terminologi

Penggunaan istilah Sunni Dua Belas Imam pada sebuah kitab Majhul al-Muallif fi Futuh al-Mujahidin fi Radd al-Mutadallisin, pada akhir-akhir periode Safawi (1090 H)

Istilah "Tasannun Dua Belas Imami / Sunni Dua Belas Imam" dianggap sebagai Istilah baru dalam historiografi Iran.[5] Para peneliti mengatakan bahwa istilah ini tidak muncul dalam sumber-sumber sejarah terdahulu [6] namun sebagian peneliti lainnya, dengan mengutip sebuah manuskrip, telah memberikan indikasi keberadaan istilah ini dan prevalensinya pada akhir periode Safawi (1090 H).[7]

Penggunaan dan penjelasan istilah ini telah dikaitkan dengan artikel Mohammad Taghi Daneshpajoh (1290-1375 H), seorang peneliti dan ahli manuskrip asal Iran, pada tahun 1344 H.[8]

Sejarah

Kitab Mujmal al-Tawarikh wa al-Qishash salah satu dari sumber pertama yang menyebutkan tentang Sunni Dua Belas Imam

Menurut beberapa peneliti, Sunni Dua Belas Imam terbentuk sekitar abad ke-6 Hijriah;[9] walaupun akar pemikirannya telah terlihat sejak abad pertama Islam, yakni  pada masa adanya kelompok Sunni Utsmaniyah, dan mereka percaya bahwa kekhalifahan Imam Ali as tidak sah secara syar’i.[10] Pada masa itulah muncul kelompok yang memiliki pandangan yang berseberangan dengan mereka yakni dari orang-orang Sunni sendiri yang mencoba mempublikasikan keutamaan Imam Ali as dan Ahlulbait as.[11] Mereka ini lah disebut sebagai Sunni yang dituduh menjadi syiah.[12]

Menurut Rasul Ja’farian, upaya ideologis kelompok Ahlusunah ini menyebabkan adanya penyesuaian di dalam internal mazhab Sunni sendiri pada abad keenam Hijriah.[13] Penyesuaian mazhab ini, dengan landasan kecintaan kepada Ahlulbait as, menyebabkan bermunculan penulisan buku dan karya-karya tulis tentang keutamaan Ahlulbait as di kalangan Ahlusunah.[14] Di antara orang-orang yang berperan dalam penulisan karya ini adalah tokoh agama dan ilmu pengetahuan yang berpengaruh, seperti Ahmad bin Hanbal (164-241 H) , salah satu dari empat fukaha Sunni, dan Muhammad bin Jarir al-Thabari (meninggal: 310 H).[15]

Beberapa penyebab lain dari kemunculan Sunni Dua Belas Imam ini dikemukakan oleh para peneliti sebagai berikut: jatuhnya kekhalifahan Abbasiyah,[16] toleransi beragama Ilkhanan Mughal[17] dan para amir Timuri,[18] tumbuhnya tasawuf dan posisi mereka menjadi tempat rujukan,[19] dan konvergensi antara tasawuf dan Syi'ah.[20]

Dikatakan juga bahwa tren pemikiran ini menyebar pertama kali di Iran dan India dan kemudian di bagian timur Khurasan Besar dan wilayah Kekhalifahan Ottoman.[21] Para peneliti  juga melaporkan bahwa pembentukan pemerintahan Safawi telah menyebabkan lemahnya pandangan Sunni Dua Belas Imam di Iran.[22]

Hamdallah Mustaufa, salah seorang sejarawan yang memiliki kecenderungan pemikiran Sunni Dua Belas Imam, dalam bukunya Tarikh Guzideh, menyatakan:

Pasal ketiga dari bab ketiga dalam penyebutan semua imam yang maksum, semoga Allah meridhoi mereka semua, yang menjadi Hujjah al-Haq atas umat... Meskipun para imam maksum tidak menjadi khalifah, tetapi karena mereka pantas untuk menjadi khalifah, kita mengambil berkah dari kehidupan mereka yang mengharumkan di jalan mukjizat.[23]

Sunni Dua Belas Imam Dalam Ranah Politik

Menurut beberapa sejarawan, transformasi mazhab masyarakat Iran dari Sunni ke Syiah terjadi melalui pendekatan Sunni Dua Belas Imam di ranah politik dan kekuasaan.[24] Mereka melaporkan bahwa  pada awal abad kesembilan sampai awal abad kesepuluh Hijriah sebagai masa kekuasaan pemerintahan di Iran yang memiliki pendekatan Sunni Dua Belas Imam.[25]

Bahkan sebelumnya, pada abad ke-8 terdapat banyak pemerintahan daerah di Iran dan Irak, memiliki tanda-tanda adanya kecenderungan pemikiran ini; Di antara para penguasa tersebut adalah pemerintahan pertama Sarbadaran, dan mereka mempunyai kecenderungan Sunni Dua Belas Imam.[26]

Pada abad ke-9 Hijriah, Sultan Husain Baiqara, salah satu penguasa Timuri, telah condong pada pemikiran Sunni Dua Belas Imam dan pihaknya menginginkan untuk menyampaikan khotbah atas nama Dua Belas Imam as, tetapi Abdul Rahman Jâmi[27] dan Amir Alishir Nawâi melarangnya untuk melakukan hal tersebut.[28] Pada era ini juga, Jahanshah Qaraqoyunlu telah mencetak koin mata uang dengan tulisan "Ali Wali Allah" terukir di salah satu sisi mata uang dan nama Khalifah Rasyidin di sebelah sisi lainnya.[29] Hal Ini telah dianggap sebagai tanda kecenderungan pemerintahannya terhadap Sunni Dua Belas Imam.[30]

Perjalanan mazhab kekuasaan Safawi juga digambarkan oleh para peneliti sebagai hasil dari pemikiran tersebut. Mereka yang mula-mula adalah Sunni, kemudian berubah dan mengikuti pandangan Sunni Dua Belas Imam, dan setelah itu mereka berbondong-bondong masuk ke dalam mazhab Syiah.[31] Beberapa ahli sejarah memaparkan adanya tanda-tanda kecenderungan seperti itu bahkan terjadi di pemerintahan besar yang menganut mazhab Sunni sebagai pusatnya, seperti pemerintahan Ottoman.[32]

Sunni Dua Belas Imam Dalam Ranah Kebudayaan

Berbagai tokoh budaya, sejak awal abad ke-6 H hingga kemunduran Dinasti Safawi, dianggap memiliki kecenderungan keyakinan kepada Sunni Imam Dua Belas.[33] Rasul Ja’fariyan meyakini bahwa pada pertengahan abad ke-8 hingga ke-10 Hijriah, banyak para tokoh budaya dari mazhab Sunni yang berkarya dalam tulisan mereka menunjukkan kecenderungan keyakinan ini;[34] berbagai karya keagamaan, sejarah dan sastra (puisi dan lain-lain) yang di dalamnya tertulis penyebutan para Khulafa Rasyidin, dan juga para imam Syiah dengan judul Hujjah yang maksum.[35]

Beberapa tokoh yang memiliki kecenderungan Sunni Dua Belas Imam dan karya-karya mereka yang ditulis dengan kecenderungan tersebut adalah sebagai berikut:

  • Penulis kitab Mujmal al-Tawârikh wa al-Qishâs (tahun penyusunan: 520 H.) dianggap mempunyai kecenderungan Sunni Dua Belas Imam.[36] Dalam kitab ini, setelah penyebutan sejarah para khalifah, sejarah dari Empat Belas maksum as pun disebutkan.[37]
  • Abu Muhammad Abdul Aziz bin Muhammad Hanbali Junabzi (wafat: 611 H) menulis kitab Ma'âlimu al-Îtrati al- Nubuwwah dan Ma'ârifu Ahlilbaiti al-Fatimiah al-‘Âlawiyyah yang menyebutkan biografi para imam Syiah as hingga imam kesebelas as.[38]
  • Muhammad bin Yusuf Ganji Syâfi'i (meninggal: 658 H) menulis Kifâyat al-Thâllib tentang keutamaan Imam Ali as dan Ahlulbait as.[39]
  • Hamdallah Mustaufa (wafat: setelah tahun 750 H) dalam kitab Tarikh Guzideh, yang menyusun biografi para khalifah yang tiga disertai dengan para Imam as,[40] begitu juga memperkenalkan[41] bahwa para Imam Syiah adalah “Hujjatul haq 'alal haq.”[42]
  • Syamssuddin Muhammad Zarandi Hanafi (meninggal: sekitar 750 H) dalam Nazm al-Durar al-Simtain dan Ma'ârij al-Wusûl Ila Ma’rifati Fadhli Âli Rasuli,[43]
  • Khajawi Kermâni (meninggal: 753 H) , di dalam puisi-puisinya, selain ia berpisah diri dari syiah  tetapi memuji kedua belas Imam as. [44]
  • Abdurrahman Jâmi (817-898 H), seorang penyair Hanafi dan Sufi Naqsyabandi, yang tidak sama sekali cenderung kepada mazhab Syi'ah dalam karya-karyanya, tetapi ia mengungkapkan kecintaannya kepada para imam Syi'ah as.[45]
  • Mulla Husain Wâ’idz Kâsyifi (meninggal: 910 H) dalam sebagian besar karyanya, [46] termasuk Raudhat Al-Syahâdat, yang dianggap sebagai bukti maraknya majelis duka bagi Imam Husain as di kalangan Sunni Dua Belas Imam.[47]
  • Fadhlullah bin Ruzbahan Khunji Syâfi'i (meninggal: 930 H) dalam kitabnya Wasîlat Al-Khâdim Ila al-Makhdûm, yang menuliskan salawat kepada Empat Belas Maksum as[48]
  • Syamsuddin Muhammad bin Thûlûn (wafat: 953 H), dalam Al-Syadzarât al-Dzahahabiyyah fi Tarajim al-Aimmah Itsna Asyar ‘Inda al-Imâmiyah.[49]
  • Syahabudin Ahmad bin Hajar Haitsami Syafi'i (909-974 H) telah membahas keutamaan Ahlulbait as dalam Al-Shawâ'iq al-Muhriqah, dan ia menulis buku ini untuk menolak Syiah.[50]
  • Jamaluddin Abdullah bin Muhammad Syabrawi Syafi'i (1092-1172 H) dalam Al-Ithâf bihubi al-Asyrâf[51]
  • Sulaiman bin Ibrahim Qunduzi Hanafi (1220-1294 H) di dalam kitab makrufnya Yanâbi Al-Mawaddah. [52]
  • Mu'min bin Hasan Shablanji Syâfi'i (1250-1308 H) dalam Nur al-Abshâr.[53]

Catatan Kaki

  1. Ja'fariyan, Tarikh-e Iran-e eslami az Yuresy-e Magulan ta Zaval-e Turkmanan, hlm. 255; Abui Muhrizi, Kackul Mir Jamal al-Din Husaini Jami va Baztab-e Andisyeh-e Tasannun Davazdah Imami dar an, hlm. 2; Danesy Pazuh, Intiqad-e Ketab; Kasyf al-Haqaiq, hlm. 307
  2. Ja'fariyan, Tarikh-e Tasyayu dar Iran, hlm. 844
  3. Ja'fariyan, Tarikh-e Tasyayu dar Iran, hlm. 844
  4. Ramadhan Jama'at dan Jadidi, Avamil-e Muasir bar Syiklgiri va Gustaresy-e Tasannun Davazdah Imami va Tasir-e Mutaqabil an ba Tasyayu dar Qarn-e Nuhum-e Hijri, hlm. 154
  5. Ja'fariyan, Tarikh-e Tasyayu dar Iran, hlm. 843; Ramadhan Jama'at dan Jadidi, Avamil-e Muasir bar Syiklgiri va Gustaresy-e Tasannun Davazdah Imami va Tasir-e Mutaqabil an ba Tasyayu dar Qarn-e Nuhum-e Hijri, hlm. 154
  6. Ramadhan Jama'at dan Jadidi, Avamil-e Muasir bar Syiklgiri va Gustaresy-e Tasannun Davazdah Imami va Tasir-e Mutaqabil an ba Tasyayu dar Qarn-e Nuhum-e Hijri, hlm. 154
  7. Abui Muhrizi, Kackul Mir Jamal al-Din Husaini Jami va Baztab-e Andisyeh-e Tasannun Davazdah Imami dar an, hlm. 3
  8. Danesy Pazuh, Intiqad-e Ketab; Kasyf al-Haqaiq, hlm. 307
  9. Abui Muhrizi, Kackul Mir Jamal al-Din Husaini Jami va Baztab-e Andisyeh-e Tasannun Davazdah Imami dar an, hlm. 2; Ja'fariyan, (Muqaddameh Musahih), hlm. 27-33
  10. Ja'fariyan, (Muqaddameh Musahih), hlm. 26
  11. Ja'fariyan, (Muqaddameh Musahih), hlm. 26
  12. Ja'fariyan, (Muqaddameh Musahih), hlm. 26
  13. Ja'fariyan, (Muqaddameh Musahih), hlm. 26-27
  14. Ja'fariyan, (Muqaddameh Musahih), hlm. 26-27; Ja'fariyan, Tarikh-e Iran-e eslami az Yuresy-e Magulan ta Zaval-e Turkmanan, hlm. 255
  15. Ja'fariyan, (Muqaddameh Musahih), hlm. 26-27
  16. Ramadhan Jama'at dan Jadidi, Avamil-e Muasir bar Syiklgiri va Gustaresy-e Tasannun Davazdah Imami va Tasir-e Mutaqabil an ba Tasyayu dar Qarn-e Nuhum-e Hijri, hlm. 155-156; Ja'fariyan, Tarikh-e Iran-e eslami az Yuresy-e Magulan ta Zaval-e Turkmanan, hlm. 255
  17. Bertold Spuler, Tarikh-e Magul dar Iran, hlm. 203-204; Basani, Din dar 'Ahd-e Magul, hlm. 516
  18. Ramadhan Jama'at dan Jadidi, Avamil-e Muasir bar Syiklgiri va Gustaresy-e Tasannun Davazdah Imami va Tasir-e Mutaqabil an ba Tasyayu dar Qarn-e Nuhum-e Hijri, hlm. 159-161
  19. Amini Zadeh dan Ranjbar, Tasannun Davazdah Imami Khurasan dar Sadeha-e Hasytum va Nuhum-e Hijri Zamineha va 'Ilal, hlm. 66
  20. Shaibi, Tasyayu va Tasawuf, hlm. 143-146; Ja'fariyan, Tarikh-e Tasyayu dar Iran, hlm. 760-767; Basani, Din dar 'Ahd-e Magul, hlm. 517
  21. Ja'fariyan, Tarikh-e Tasyayu dar Iran, hlm. 844
  22. Ja'fariyan, (Muqaddameh Musahih, hlm. 31
  23. Mustaufi, Tarikh-e Guzideh, hlm. 210
  24. Ja'fariyan, Tarik-e Tasyayu dar Iran, hlm. 840
  25. Ja'fariyan, Tarik-e Tasyayu dar Iran, hlm. 844
  26. Smith, Khuruj va 'Uruj Sarbadaran, hlm. 82-92
  27. Samarqandi, Mathla' Sa'dain wa Majma' Bahrain, jld. 2, hlm. 210-1022
  28. Ja'fariyan, Tarik-e Tasyayu dar Iran, hlm. 844
  29. Mazawi, Peydayesh-e Daulat-e shafavi, hlm. 144
  30. Ja'fariyan, (Muqaddameh Musahih), hlm. 32
  31. Ja'fariyan, Tarik-e Tasyayu dar Iran, hlm. 843
  32. Ja'fariyan, (Muqaddameh Musahih), hlm. 32
  33. Danesy Pazuh, Intiqad-e Ketab; Kasyf al-Haqaiq, hlm. 307-308
  34. Ja'fariyan, Tarikh-e Iran-e eslami az Yuresy-e Magulan ta Zaval-e Turkmanan, hlm. 256
  35. Ja'fariyan, (Muqaddameh musahih), hlm. 29
  36. Abui Muhrizi, Kackul Mir Jamal al-Din Husaini Jami va Baztab-e Andisyeh-e Tasannun Davazdah Imami dar an, hlm. 2
  37. Penulis tak diketahui, Mujmal al-Tawarikh wa al-Qishash, hlm. 454-458
  38. Ja'fariyan, (Mukaddameh Musahih), hlm. 29
  39. Ja'fariyan, (Mukaddameh Musahih), hlm. 28
  40. Mustaufi, Tarik-e Guzideh, hlm. 201
  41. Danesy Pazuh, Intiqad-e Ketab; Kasyf al-Haqaiq, hlm. 307; Ja'fariyan, Tarikh-e Tasyayu dar Iran, hlm. 842-843
  42. Mustaufi, Tarikh-e Guzideh, hlm. 201
  43. Danesy Pazuh, Intiqad-e Ketab; Kasyf al-Haqaiq, hlm. 307
  44. Ja'fariyan, Tarikh-e Tasyayu dar Iran, hlm. 847
  45. Mayel Heravi, Syekh Abdul Rahman Jami, hlm. 114-122
  46. Ja'fariyan, Tarikh-e Tasyayu dar Iran, hlm. 844-846
  47. Ja'fariyan, Tarikh-e Tasyayu dar Iran, hlm. 844
  48. Ja'fariyan, Tarikh-e Iran-e eslami az Yuresy-e Magulan ta Zaval-e Turkmanan, hlm. 255-256
  49. Ja'fariyan, (Muqaddameh Musahih), hlm. 29
  50. Danesy Pazuh, Intiqad-e Ketab; Kasyf al-Haqaiq, hlm. 307
  51. Ja'fariyan, (Muqaddameh Musahih), hlm. 31
  52. Ja'fariyan, (Muqaddameh Musahih), hlm. 31
  53. Ja'fariyan, (Muqaddameh Musahih), hlm. 31

Daftar Pustaka

  • Abui Murizi, Muhammad Ridha. Kackul Mir Jamal al-Din Husaini Jami va Baztab-e Andisyeh-e Tasannun Davazdah Imami dar an. Dalam jurnal Tarikh-e Iran, vol. 75, musim dingin 1393 dan musim semi 1394
  • Amini Zadeh, Ali dan Muhammad Ranjbar. Tasannun Davazdah Imami Khurasan dar Sadeha-e Hasytum va Nuhum-e Hijri Zamineha va 'Ilal. Dalam jurnal ilmiah Pazuhesyi Syieh Syenasi, vol. 57, musim semi 1396 S
  • Basani. Din dar 'Ahd-e Magul. Dalam Sejarah Iran Kimbrij (Sejak kedatangan Saljuqiyan sampai runtuhnya Ilkhanan), jld. 5, penghimpun: Ji-o-bawail, penerjemah: Hasan Anoushe, penerbit Amir Kabir, 1385 S
  • Danesh Pazuh, Muhammad Taqi. Intiqad-e Ketab: Kasyf al-Haqaiq. Dalam Farhang Iran-e Zamin, vol. 13, 1344 S
  • Ja'far, Rasul. Tarikh-e Tasyayu dar Iran (az Agaz ta Tulu'e daulat-e Shafawi). Teheran: Penerbit: Ilm, 1388 S
  • Ja'fariyan, Rasul. (Muqaddameh Musahih). Dalam Khanaji Isfahani. Fadhlullah bin Ruzbahan. Wasilah al-Khadim ila al-Makhdum dar Syarh-e Shalawat-e Chardah Ma'sum. Dengan usaha Rasul Ja'fariyan. Qom: Penerbit Anshariyan, 1375 S
  • Ja'fariyan, Rasul. Tarikh-e Ian-e Eslami az Yuresy-e Magulan ta Zaval-e Turkman. Teheran: Kanun-e Andisye-e Jahan, 1378 S
  • Karimi, Bahzad. Syah Ismail Shafawi va Tagyir-e Mazhab. Teheran: Penerbit Quqnus, 1398 S
  • Mayel Heravi, Najib. Syekh Abdul Rahman Jami. Teheran: Penerbit Tarh-e Nu, 1377 S
  • Mazawi, Michael. Peydayesy-e daulat-e Shafawi. Penerjemah: Ya'qub Azand. Teheran: Nashr-e Gustaresy, 1388 S
  • Mustaufa, Hamdullah bin Abi Bakar. Tarikh-e Guzideh. Riset: Abdul Husain Nawai. Teheran: Penerbit Amir Kabir, 1383 S
  • Penulis tak diketahui. Mujmal al-Tawarikh wa al-Qishash. Riset: Muhammad Taqi Bahar. Teheran: Kulaleh Khovar. 1318 S
  • Ramadhan Jama'at, Purandakt dan Nashir Jadidi. Avamil-e Muasir-e bar Syiklgiri va Gustaresh-e Tasannun Davazdah Imami va Ta'sir-e Mutaqabil an ba Tasyayu dar Qarn-e Nuhum-e Hijri. Dalam jurnal ilmiah Pazuhesyi Syieh Syenasi, vol. 70, musim dingin 1399 S
  • Samarqandi, Abdul Razaq bin Ishaq. Mathla' Sa'dain wa Majma' Bahrain. Riset: Abdul Husain Nawai. Teheran: Pazuhesygah Ulum-e Insani va Muthala'at-e Farhanggi, 1383 S
  • Shaibi, Kamil Musthafa. Tasyayu va Tasawuf ta Agaz Sadah-e Davazdahum-e Hijri. Penerjemah: Ali Ridha Dzakawati Qaragzaloo. Teheran: Amir Kabir 1387 S
  • Smith, John Mason. Khuruj va 'Uruj Sarbadaran. Penerjemah: Ya'qub Azand. Teheran: Vahid-e Muthala'at va Tahqiqat-e Farhanggi va Tarikhi, 1361 S
  • Spule, Bertold. Tarikh-e Magul dar Iran. penerjemah: Mahmud Mir Aftab. Teheran: Bunggah Tarjumeh va Nashr-e Ketab, 1351 S