Lompat ke isi

Berpakaian Hitam: Perbedaan antara revisi

Tidak ada perubahan ukuran ,  29 Juli
Baris 34: Baris 34:


==Pengunaan Pakaian Hitam dalam Lintasan Sejarah==
==Pengunaan Pakaian Hitam dalam Lintasan Sejarah==
Di banyak negara dan budaya, warna hitam dianggap sebagai warna berkabung dan berduka cita. [19] Di Iran kuno, warna ini juga merupakan tanda berkabung, dan mengenakan warna hitam memiliki tempat penting dalam ritual berkabung Siyavash (orang-orang Siyavash atay Sauvash). [20] Hamdallah Mastaufi (w: 750 H) seorang sejarawan periode Ilkhani dalam kitab ''Tarikh Ghazideh'', setelah menyebutkan peristiwa terbunuhnya Siyavash, ia menganggap mengenakan pakaian berwarna gelap dan memanjangkan rambut sebagai peninggalan ritual duka Siyavash. [21] Berbagai bukti telah dikemukakan bahwa di kalangan orang Arab, warna hitam telah menjadi kebiasaan sebagai warna berkabung.[22] Konon di Irak dan banyak wilayah lainnya, pakaian hitam telah menjadi tanda berkabung sejak abad-abad awal Hijriah.[23]
Di banyak negara dan budaya, warna hitam dianggap sebagai warna berkabung dan berduka cita. [20] Di Iran kuno, warna ini juga merupakan tanda berkabung, dan mengenakan warna hitam memiliki tempat penting dalam ritual berkabung Siyavash (orang-orang Siyavash atay Sauvash). [21] Hamdallah Mastaufi (w: 750 H) seorang sejarawan periode Ilkhani dalam kitab ''Tarikh Ghazideh'', setelah menyebutkan peristiwa terbunuhnya Siyavash, ia menganggap mengenakan pakaian berwarna gelap dan memanjangkan rambut sebagai peninggalan ritual duka Siyavash. [22] Berbagai bukti telah dikemukakan bahwa di kalangan orang Arab, warna hitam telah menjadi kebiasaan sebagai warna berkabung.[23] Konon di Irak dan banyak wilayah lainnya, pakaian hitam telah menjadi tanda berkabung sejak abad-abad awal Hijriah.[24]


'''Sirah Nabi Muhammad saw dan Aimmah as'''
'''Sirah Nabi Muhammad saw dan Aimmah as'''


Menurut Ali Abul-Hasani dalam kitabnya, ''Siyahpusyi dar Saug Aimmeh Nur'', kumpulan laporan di bidang ini, terlepas dari perbedaan kredibilitas yang dimiliki masing-masingnya, menunjukkan bahwa [[Nabi Muhammad saw]] dan Aimmah sa mengenakan pakaian berkabung berwarna hitam saat berkabung atas orang yang mereka cintai. Tradisi seperti itu sudah umum di kalangan mereka dan para pengikutnya.[24]
Menurut Ali Abul-Hasani dalam kitabnya, ''Siyahpusyi dar Saug Aimmeh Nur'', kumpulan laporan di bidang ini, terlepas dari perbedaan kredibilitas yang dimiliki masing-masingnya, menunjukkan bahwa [[Nabi Muhammad saw]] dan Aimmah sa mengenakan pakaian berkabung berwarna hitam saat berkabung atas orang yang mereka cintai. Tradisi seperti itu sudah umum di kalangan mereka dan para pengikutnya.[25]


Sebagai contoh, Zainab putri Ummu Salamah, mengenakan pakaian berkabung hitam selama tiga hari sebagai tanda berkabung atas Hamzah bin Abdul Muttalib, dan Nabi Muhammad sawmenghiburnya; [25] Demikian pula ia memerintahkan Asma binti Umays, atas kesyahidan suaminya Jafar bin Abi Thalib untuk mengenakan pakaian berkabung (hitam) selama tiga hari. [26] Juga, menurut syarah Nahjul Balagha karya Ibn Abi al-Hadid, Imam Mujtaba as muncul di antara orang-orang dengan pakaian hitam. setelah syahidnya Imam Ali as. [27] Syekh Shaduq as dalam ''[['Uyun Akhbar al-Ridha as]]'', dalam sebuah riwayat, menceritakan kaum Syiah yang menghadiri prosesi pemakaman Imam Kazhim as mengenakan pakaian hitam.[28]
Sebagai contoh, Zainab putri Ummu Salamah, mengenakan pakaian berkabung hitam selama tiga hari sebagai tanda berkabung atas Hamzah bin Abdul Muttalib, dan Nabi Muhammad sawmenghiburnya; [26] Demikian pula ia memerintahkan Asma binti Umays, atas kesyahidan suaminya Jafar bin Abi Thalib untuk mengenakan pakaian berkabung (hitam) selama tiga hari. [27] Juga, menurut syarah Nahjul Balagha karya Ibn Abi al-Hadid, Imam Mujtaba as muncul di antara orang-orang dengan pakaian hitam. setelah syahidnya Imam Ali as. [28] Syekh Shaduq as dalam ''[['Uyun Akhbar al-Ridha as]]'', dalam sebuah riwayat, menceritakan kaum Syiah yang menghadiri prosesi pemakaman Imam Kazhim as mengenakan pakaian hitam.[29]


Dengan memperhatikan riwayat yang dinukil Allamah Majlisi di ''[[Bihar al-Anwar]]'', setelah [[Yazid]] membebaskan tawanan Karbala, seluruh wanita Bani Hasyim mengenakan pakaian hitam dan berkabung untuk Imam Husain as selama tujuh hari di malam hari. [29] Al-Kulaini dalam ''[[al-Kafi]]'' menyebutkan pakaian [[Imam Sajjad as]] pada momen tersebut berwarna hitam. [30] Menurut riwayat kitab Mahasin al-Barqi, setelah kesyahidan Imam Husain as, para wanita Bani Hashem mulai berkabung dengan mengenakan pakaian hitam, dan Imam Sajjad as menyediakan makanan bagi mereka.[31] Riwayat ini dinilai sebagai riwayat yang paling kuat di bidang ini baik dalam sanad maupun pendalilan.[32]
Dengan memperhatikan riwayat yang dinukil Allamah Majlisi di ''[[Bihar al-Anwar]]'', setelah [[Yazid]] membebaskan tawanan Karbala, seluruh wanita Bani Hasyim mengenakan pakaian hitam dan berkabung untuk Imam Husain as selama tujuh hari di malam hari. [30] Al-Kulaini dalam ''[[al-Kafi]]'' menyebutkan pakaian [[Imam Sajjad as]] pada momen tersebut berwarna hitam. [31] Menurut riwayat kitab Mahasin al-Barqi, setelah kesyahidan Imam Husain as, para wanita Bani Hashem mulai berkabung dengan mengenakan pakaian hitam, dan Imam Sajjad as menyediakan makanan bagi mereka.[32] Riwayat ini dinilai sebagai riwayat yang paling kuat di bidang ini baik dalam sanad maupun pendalilan.[33]


'''Tradisi Syiah yang Populer pada Periode Kegaiban'''
'''Tradisi Syiah yang Populer pada Periode Kegaiban'''


Menurut laporan sejarah, tradisi mengenakan pakaian hitam adalah hal biasa di kalangan Syiah setelah para imam dan pada periode kegaiban kubra. Pada masa Al-Bawaih, merupakan kebiasaan untuk mengadakan upacara berkabung bagi Ahlulbait as dengan mengenakan pakaian berwarna hitam.[33] Disebutkan dalam ''al-Kamil fi al-Tarikh'' bahwa majelis berkabung resmi Syiah yang pertama untuk Imam Husain as diselenggarakan atas perintah Mu'az al-Daulah al-Dailami pada tahun 352 H dan dalam acara ini, kaum perempuan diperintahkan untuk menghitamkan rambut dan wajah. [34] Dalam kitab Adab al-Laththaf Sya’ri salah seorang penyair abad 5 H menukilkan penggunaan pakaian hitam sebagai tanda berkabung untuk Imam Husain as.[35]
Menurut laporan sejarah, tradisi mengenakan pakaian hitam adalah hal biasa di kalangan Syiah setelah para imam dan pada periode kegaiban kubra. Pada masa Al-Bawaih, merupakan kebiasaan untuk mengadakan upacara berkabung bagi Ahlulbait as dengan mengenakan pakaian berwarna hitam.[34] Disebutkan dalam ''al-Kamil fi al-Tarikh'' bahwa majelis berkabung resmi Syiah yang pertama untuk Imam Husain as diselenggarakan atas perintah Mu'az al-Daulah al-Dailami pada tahun 352 H dan dalam acara ini, kaum perempuan diperintahkan untuk menghitamkan rambut dan wajah. [35] Dalam kitab Adab al-Laththaf Sya’ri salah seorang penyair abad 5 H menukilkan penggunaan pakaian hitam sebagai tanda berkabung untuk Imam Husain as.[36]


Disebutkan Khawaja Ali Siyapusy (W. 830 H), salah seorang keturunan Syekh Shafi al-Din al-Ardabili dan leluhur raja-raja Shafawi, menjadi terkenal dengan julukan tersebut karena ia selalu mengenakan pakaian berwarna hitam saat majelis duka Imam Husain as.[36] Pietro Della Valle seorang petualang Italia dalam kunjungannya ke Isfahan pada tahun 1027 H pada periode Shafawi, menggambarkan pawai duka  masyarakat selama Muharram bersamaan dengan mengenakan pakaian hitam.[37]
Disebutkan Khawaja Ali Siyapusy (W. 830 H), salah seorang keturunan Syekh Shafi al-Din al-Ardabili dan leluhur raja-raja Shafawi, menjadi terkenal dengan julukan tersebut karena ia selalu mengenakan pakaian berwarna hitam saat majelis duka Imam Husain as.[37] Pietro Della Valle seorang petualang Italia dalam kunjungannya ke Isfahan pada tahun 1027 H pada periode Shafawi, menggambarkan pawai duka  masyarakat selama Muharram bersamaan dengan mengenakan pakaian hitam.[38]


Penulis Perancis Comte Dugobineau menceritakan pakaian para emir, menteri dan pegawai pada periode Qajar berwarna hitam dan gelap.[38] Washal Syirazi (W. 1262 H) penyair Syiah pada periode ini, telah memulai menyusun syair Asyuranya dengan kalimat, "Pakaian hitam ini untuk acara berkabung siapa?” [39] Charles James Wills, seorang dokter Inggris pada periode Qajar di Iran, juga melaporkan bahwa pakaian resmi berkabung untuk Muharram dan [[Safar]] pada periode ini berwarna hitam, dan kebanyakan orang mengenakan pakaian hitam sejak awal [[Muharam]].[40]
Penulis Perancis Comte Dugobineau menceritakan pakaian para emir, menteri dan pegawai pada periode Qajar berwarna hitam dan gelap.[39] Washal Syirazi (W. 1262 H) penyair Syiah pada periode ini, telah memulai menyusun syair Asyuranya dengan kalimat, "Pakaian hitam ini untuk acara berkabung siapa?” [40] Charles James Wills, seorang dokter Inggris pada periode Qajar di Iran, juga melaporkan bahwa pakaian resmi berkabung untuk Muharram dan [[Safar]] pada periode ini berwarna hitam, dan kebanyakan orang mengenakan pakaian hitam sejak awal [[Muharam]].[41]


==Pakaian Hitam Bani Abbas==
==Pakaian Hitam Bani Abbas==
1.795

suntingan