Lompat ke isi

Dialog Allah Swt dengan Nabi Musa as: Perbedaan antara revisi

Baris 17: Baris 17:
Syekh Thusi meyakini dialog Allah swt dengan Nabi Musa as dalam bentuk yang sesungguhnya yang terjadi secara nyata.<ref>Syekh Thusi, ''at-Tibyān,'' jld. 3, hlm. 240.</ref> Beberapa ahli tafsir mengambil penekanan dengan kata " تَکْلیماً " (berbicara langsung) dalam ayat {{ia|وَکَلَّمَ الله مُوسی تَکْلیماً}} <ref>QS. An-Nisā':164.</ref>sebagai bukti bahwa telah terjadi dialog dalam arti yang sesungguhnya dan dialog ini tidak bisa diartikan secara majaz.<ref>Qurthubi, ''al-Jāmi' Li Ahkām al-Qur'ān,'' jld. 6, hlm. 18.</ref>  Menurut Allamah Thabathabai, penulis Tafsir al-Mizan, juga menyebutkan dialog Allah swt dengan Nabi Musa as sebagai suatu hal yang nyata dan mempunyai efek pembicaraan yang normal, seperti percakapan itu membuat maksud yang disampaikan terpahami oleh yang lainnya; Namun tetap berbeda dengan pembicaraan pada umumnya, karena dalam dialog Allah swt berbicara tidak melalui lidah dan pangkal tenggorokan.<ref>Thabathabai, ''al-Mīzān,'' jld. 2, hlm. 315 & 316.</ref>
Syekh Thusi meyakini dialog Allah swt dengan Nabi Musa as dalam bentuk yang sesungguhnya yang terjadi secara nyata.<ref>Syekh Thusi, ''at-Tibyān,'' jld. 3, hlm. 240.</ref> Beberapa ahli tafsir mengambil penekanan dengan kata " تَکْلیماً " (berbicara langsung) dalam ayat {{ia|وَکَلَّمَ الله مُوسی تَکْلیماً}} <ref>QS. An-Nisā':164.</ref>sebagai bukti bahwa telah terjadi dialog dalam arti yang sesungguhnya dan dialog ini tidak bisa diartikan secara majaz.<ref>Qurthubi, ''al-Jāmi' Li Ahkām al-Qur'ān,'' jld. 6, hlm. 18.</ref>  Menurut Allamah Thabathabai, penulis Tafsir al-Mizan, juga menyebutkan dialog Allah swt dengan Nabi Musa as sebagai suatu hal yang nyata dan mempunyai efek pembicaraan yang normal, seperti percakapan itu membuat maksud yang disampaikan terpahami oleh yang lainnya; Namun tetap berbeda dengan pembicaraan pada umumnya, karena dalam dialog Allah swt berbicara tidak melalui lidah dan pangkal tenggorokan.<ref>Thabathabai, ''al-Mīzān,'' jld. 2, hlm. 315 & 316.</ref>


==Bagaimana Allah swt berbicara kepada Nabi Musa as==
==Bagaimana Allah Swt Berbicara Kepada Nabi Musa as==
Makarim Syirazi, seorang ulama dan mufasir Syiah, berpendapat bahwa Allah swt berbicara kepada Nabi  Musa as dengan menciptakan gelombang suara di ruang atau benda.<ref>Makarim Syirazi, ''Tafsir-e Nemune,'' jld. 6, hlm. 363.</ref> Syekh Thusi juga menulis bahwa Allah swt menciptakan ucapan dalam tubuh sebuah benda sehingga tujuannya tersampaikan kepada makhluk.<ref>Syekh Thusi, ''ar-Rasā'il al-'Asyr,'' hlm. 95.</ref> Beberapa mufasir lain juga menukilkan bahwa Allah swt menciptakan suara dan ucapan yang kemudian didengar oleh Nabi Musa as.<ref>Huseini Syirazi, ''Tabyīn al-Qur'ān,'' hlm. 115.</ref>
Makarim Syirazi, seorang ulama dan mufasir Syiah, berpendapat bahwa Allah swt berbicara kepada Nabi  Musa as dengan menciptakan gelombang suara di ruang atau benda.<ref>Makarim Syirazi, ''Tafsir-e Nemune,'' jld. 6, hlm. 363.</ref> Syekh Thusi juga menulis bahwa Allah swt menciptakan ucapan dalam tubuh sebuah benda sehingga tujuannya tersampaikan kepada makhluk.<ref>Syekh Thusi, ''ar-Rasā'il al-'Asyr,'' hlm. 95.</ref> Beberapa mufasir lain juga menukilkan bahwa Allah swt menciptakan suara dan ucapan yang kemudian didengar oleh Nabi Musa as.<ref>Husaini Syirazi, ''Tabyīn al-Qur'ān,'' hlm. 115.</ref>


Di sisi lain, Allamah Thabathabai berpendapat bahwa Allah swt tidak menyebutkan kepada kita cara Dia berbicara, dan kita juga tidak mengetahui cara berbicara-Nya berdasarkan tafsir Al-Qur'an.<ref>Thabathabai, ''al-Mīzān,'' jld. 2, hlm. 316.</ref> Muhammad Jawad Mughniyah, salah seorang mufasir Syiah, juga meyakini bahwa Allah swt diam tentang cara berbicara, dan tidak menjelaskannya. Kita juga bungkam mengenai hal ini dan tidak membicarakan sifatnya.<ref>Mughniyah, ''Tafsīr al-Kāsyif,'' jld. 2, hlm. 495.</ref>
Di sisi lain, Allamah Thabathabai berpendapat bahwa Allah swt tidak menyebutkan kepada kita cara Dia berbicara, dan kita juga tidak mengetahui cara berbicara-Nya berdasarkan tafsir Al-Qur'an.<ref>Thabathabai, ''al-Mīzān,'' jld. 2, hlm. 316.</ref> Muhammad Jawad Mughniyah, salah seorang mufasir Syiah, juga meyakini bahwa Allah swt diam tentang cara berbicara, dan tidak menjelaskannya. Kita juga bungkam mengenai hal ini dan tidak membicarakan sifatnya.<ref>Mughniyah, ''Tafsīr al-Kāsyif,'' jld. 2, hlm. 495.</ref>
confirmed
1.090

suntingan