Lompat ke isi

Dialog Allah Swt dengan Nabi Musa as: Perbedaan antara revisi

Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 12: Baris 12:
Ucapan Allah swt dinilai sebagai perkataan yang tidak memiliki fisik; Karena berbicara dengan lidah dan melalui pita suara itu tandanya mempunyai fisik, sementara Allah swt tidak memiliki fisik.<ref>Makarim Syirazi, ''Yek Shad Wa Hasytad Pursyesy Wa Pasukh,'' hlm. 75.</ref> Imam Ali as menjelaskan bahwa percakapan Allah swt dengan Nabi Musa as bukanlah percakapan yang membutuhkan organ material.<ref>Syekh Shaduq, ''at-Tauhīd,'' hlm. 79.</ref> Imam Ridha as juga menyebutkan ucapan Allah swt tanpa menggunakan mulut dan lidah, berbeda dengan ucapan makhluk.<ref>Majlisi, ''Bihār al-Anwār,'' jld. 4, hlm. 152.</ref>
Ucapan Allah swt dinilai sebagai perkataan yang tidak memiliki fisik; Karena berbicara dengan lidah dan melalui pita suara itu tandanya mempunyai fisik, sementara Allah swt tidak memiliki fisik.<ref>Makarim Syirazi, ''Yek Shad Wa Hasytad Pursyesy Wa Pasukh,'' hlm. 75.</ref> Imam Ali as menjelaskan bahwa percakapan Allah swt dengan Nabi Musa as bukanlah percakapan yang membutuhkan organ material.<ref>Syekh Shaduq, ''at-Tauhīd,'' hlm. 79.</ref> Imam Ridha as juga menyebutkan ucapan Allah swt tanpa menggunakan mulut dan lidah, berbeda dengan ucapan makhluk.<ref>Majlisi, ''Bihār al-Anwār,'' jld. 4, hlm. 152.</ref>


==Percakapan yang sesungguhnya dan tanpa perantara==
==Hakikat Percakapan dan Tanpa Perantara==
Menurut ulama-ulama Islam, dialog Allah swt dengan Nabi Musa as terjadi secara langsung<ref>Mughniyah, ''Tafsīr al-Kāsyif,'' jld. 2, hlm. 495.</ref> dan tanpa perantaraan malaikat.<ref>Thayyib, ''Athyab al-Bayān,'' jld. 5, hlm. 452.</ref> Tabarsi, penulis Tafsir Majma’ al-Bayan, dalam membedakan dialog Allah swt dengan Nabi Musa as dan nabi-nabi lainnya, ia mengatakan bahwa Allah swt berbicara kepada Nabi Musa as tanpa perantara.<ref>Thabrasi, ''Majma' al-Bayān,'' jld. 3, hlm. 218.</ref> Dalam percakapan jenis ini, kata-kata sampai kepada pendengarnya, tetapi pembicaranya tidak terlihat; Karena ada tabir dan hambatan yang menghalangi untuk melihat pihak yang berbicara.<ref>Fadhlullah, ''Tafsīr Min Wahy al-Qur'ān,'' jld. 20, hlm. 202.</ref>
Menurut ulama-ulama Islam, dialog Allah swt dengan Nabi Musa as terjadi secara langsung<ref>Mughniyah, ''Tafsīr al-Kāsyif,'' jld. 2, hlm. 495.</ref> dan tanpa perantaraan malaikat.<ref>Thayyib, ''Athyab al-Bayān,'' jld. 5, hlm. 452.</ref> Tabarsi, penulis Tafsir Majma’ al-Bayan, dalam membedakan dialog Allah swt dengan Nabi Musa as dan nabi-nabi lainnya, ia mengatakan bahwa Allah swt berbicara kepada Nabi Musa as tanpa perantara.<ref>Thabrasi, ''Majma' al-Bayān,'' jld. 3, hlm. 218.</ref> Dalam percakapan jenis ini, kata-kata sampai kepada pendengarnya, tetapi pembicaranya tidak terlihat; Karena ada tabir dan hambatan yang menghalangi untuk melihat pihak yang berbicara.<ref>Fadhlullah, ''Tafsīr Min Wahy al-Qur'ān,'' jld. 20, hlm. 202.</ref>


Syekh Thusi meyakini dialog Allah swt dengan Nabi Musa as dalam bentuk yang sesungguhnya yang terjadi secara nyata.<ref>Syekh Thusi, ''at-Tibyān,'' jld. 3, hlm. 240.</ref> Beberapa ahli tafsir mengambil penekanan dengan kata " تَکْلیماً " (berbicara langsung) dalam ayat ''وَکَلَّمَ الله مُوسی تَکْلیماً'' <ref>QS. An-Nisā':164.</ref>sebagai bukti bahwa telah terjadi dialog dalam arti yang sesungguhnya dan dialog ini tidak bisa diartikan secara majaz.<ref>Qurthubi, ''al-Jāmi' Li Ahkām al-Qur'ān,'' jld. 6, hlm. 18.</ref>  Menurut Allamah Thabathabai, penulis Tafsir al-Mizan, juga menyebutkan dialog Allah swt dengan Nabi Musa as sebagai suatu hal yang nyata dan mempunyai efek pembicaraan yang normal, seperti percakapan itu membuat maksud yang disampaikan terpahami oleh yang lainnya; Namun tetap berbeda dengan pembicaraan pada umumnya, karena dalam dialog Allah swt berbicara tidak melalui lidah dan pangkal tenggorokan.<ref>Thabathabai, ''al-Mīzān,'' jld. 2, hlm. 315 & 316.</ref>
Syekh Thusi meyakini dialog Allah swt dengan Nabi Musa as dalam bentuk yang sesungguhnya yang terjadi secara nyata.<ref>Syekh Thusi, ''at-Tibyān,'' jld. 3, hlm. 240.</ref> Beberapa ahli tafsir mengambil penekanan dengan kata " تَکْلیماً " (berbicara langsung) dalam ayat {{ia|وَکَلَّمَ الله مُوسی تَکْلیماً}} <ref>QS. An-Nisā':164.</ref>sebagai bukti bahwa telah terjadi dialog dalam arti yang sesungguhnya dan dialog ini tidak bisa diartikan secara majaz.<ref>Qurthubi, ''al-Jāmi' Li Ahkām al-Qur'ān,'' jld. 6, hlm. 18.</ref>  Menurut Allamah Thabathabai, penulis Tafsir al-Mizan, juga menyebutkan dialog Allah swt dengan Nabi Musa as sebagai suatu hal yang nyata dan mempunyai efek pembicaraan yang normal, seperti percakapan itu membuat maksud yang disampaikan terpahami oleh yang lainnya; Namun tetap berbeda dengan pembicaraan pada umumnya, karena dalam dialog Allah swt berbicara tidak melalui lidah dan pangkal tenggorokan.<ref>Thabathabai, ''al-Mīzān,'' jld. 2, hlm. 315 & 316.</ref>


==Bagaimana Allah swt berbicara kepada Nabi Musa as==
==Bagaimana Allah swt berbicara kepada Nabi Musa as==
confirmed
1.067

suntingan