Lompat ke isi

Hadis Makarim Akhlak: Perbedaan antara revisi

Baris 25: Baris 25:
Berikut adalah beberapa penafsiran terkait hadis Makarim al-Akhlak:
Berikut adalah beberapa penafsiran terkait hadis Makarim al-Akhlak:


Murtadha Mutthahhari, seorang ulama Islam dan penulis Syiah, berpendapat bahwa dapat dipahami dari hadis ini bahwa misi Nabi saw adalah membentuk spirit, akhlak, dan pendidikan umat, serta memiliki aspek emosional, dan menggerakkan, bukan  hanya aspek ilmiah dan keilmuan saja. Berbeda dengan akhlak Socrates yang bertumpu pada kebajikan dan kaidah akal serta hanya mempertimbangkan dimensi rasional. Karena alasan ini, ia kering, dan tetap tak bergerak.<ref>Mutahhari, ''Yaddasytha-e Ustad'', jld. 6, hlm. 478.</ref>
[[Murtadha Mutthahhari]], seorang ulama Islam dan penulis [[Syiah]], berpendapat bahwa dapat dipahami dari hadis ini bahwa [[Bi'tsah|pengutusan Nabi saw]] adalah membentuk jiwa, akhlak, dan pendidikan umat, serta memiliki aspek emosional dan menggerakkan, bukan  hanya aspek ilmiah dan keilmuan saja. Berbeda dengan akhlak Socrates yang bertumpu pada keutamaan dan kaidah [[akal]] serta hanya mempertimbangkan dimensi rasional. Karena alasan ini, ia kering, dan tetap tak bergerak.<ref>Mutahhari, ''Yaddasytha-e Ustad'', jld. 6, hlm. 478.</ref>


Menurut Ibnu Arabi seorang ‘arif dan mufasir Ahlusunah (560-638 H), di antara para nabi, masing-masing mempunyai kapasitas yang lebih besar dalam menerima keutamaan<ref>Ibn Arabi, ''Tafsīr Ibn 'Arabī'', jld. 2, hlm. 84.</ref> dan nabi-nabi yang diutus setelahnya memiliki semua sifat dan kesempurnaan nabi-nabi terdahulu. Oleh karena itu, Nabi saw memiliki kapasitas untuk menyempurnakan Makarim al-Akhlak.<ref>Ibn Arabi, ''Tafsīr Ibn 'Arabī'', jld. 1, hlm. 395.</ref>
Menurut Ibnu Arabi seorang ‘arif dan mufasir [[Ahlusunah]] (560-638 H), di antara para nabi, masing-masing mempunyai kapasitas yang lebih besar dalam menerima keutamaan<ref>Ibn Arabi, ''Tafsīr Ibn 'Arabī'', jld. 2, hlm. 84.</ref> dan nabi-nabi yang diutus setelahnya memiliki semua sifat dan kesempurnaan nabi-nabi terdahulu. Oleh karena itu, Nabi saw memiliki kapasitas untuk menyempurnakan Makarim al-Akhlak.<ref>Ibn Arabi, ''Tafsīr Ibn 'Arabī'', jld. 1, hlm. 395.</ref>


Sebagian peneliti juga berpendapat bahwa mencapai keutamaan akhlak bukanlah satu-satunya tujuan pengutusan Nabi saw.<ref>Aref Niya & Muhammadi, ''Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq'', majalah Pazuhesy Name-e Akhlaq, no. 14, vo. 53, hlm. 141.</ref> Karena pengutusan Nabi saw, memiliki banyak tujuan lainnya seperti berpolitik, memimpin masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah mereka.<ref>Hadi, ''Makārim al-Akhlāq: Pazuhesyi Peiramun-e Rewayat-e Tatmim-e Makarem-e Akhlak'', jurnal Akhlak, vol. 5-6, hlm. 322; Aref Niya & Muhammadi, ''Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq'', majalah Pazuhesy Name-e Akhlaq, no. 14, vo. 53, hlm. 141.</ref>  
Sebagian peneliti juga meyakini bahwa maksud dari Hadis Makarim Akhlak bukanlah sampainya pada makarim akhlak sebagai satu-satunya tujuan pengutusan Nabi saw.<ref>Aref Niya & Muhammadi, ''Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq'', majalah Pazuhesy Name-e Akhlaq, no. 14, vo. 53, hlm. 141.</ref> Karena pengutusan Nabi saw, memiliki banyak tujuan lainnya seperti berpolitik, memimpin masyarakat serta menyempurnakan hujjah atas mereka.<ref>Hadi, ''Makārim al-Akhlāq: Pazuhesyi Peiramun-e Rewayat-e Tatmim-e Makarem-e Akhlak'', jurnal Akhlak, vol. 5-6, hlm. 322; Aref Niya & Muhammadi, ''Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq'', majalah Pazuhesy Name-e Akhlaq, no. 14, vo. 53, hlm. 141.</ref>  


Mengingat hal tersebut, berikut adalah beberapa kemungkinan yang disebutkan dalam memaknai hadis tersebut:  
Mengingat hal tersebut, berikut adalah beberapa kemungkinan yang disebutkan dalam memaknai hadis tersebut:  
confirmed, templateeditor
5.284

suntingan