Lompat ke isi

Ajal: Perbedaan antara revisi

1 bita dihapus ,  24 Juni 2023
Baris 39: Baris 39:


==Ajal dalam Ilmu Kalam==
==Ajal dalam Ilmu Kalam==
Para teolog Muslim juga membahas tentang masalah yang berkaitan dengan keterpaksaan atau Determinisme (jabr) Iradah dan kehendak  manusia yang dihubungkan dengan Ajal kematian manusia.<ref>Mujtahed-e Syabastari, ''Ajal,'' jld. 2, hlm. 614.</ref> Mereka mengatakan bahwa Ash'ari  yang  pertama kalinya memprotes pendapat mu'tazilah tentang iradah dan kehendak manusia dengan menghubungkan dengan  ayat-ayat yang berkaitan dengan Ajal manusia.<ref>Mujtahed-e Syabastari, ''Ajal,'' jld. 2, hlm. 614.</ref> Mereka mengatakan bahwa karena ayat-ayat tentang Ajal  ini menjelaskan kepada kita bahwa  segala sesuatu sebagaimana telah ditetapkan oleh Tuhan, maka semua amal perbuatan kita harus dinisbatkan  kepada  Tuhan. Misalnya, dalam membunuh manusia, si pembunuh tidak memiliki kehendak bebas; Karena kematian korban (waktu kematiannya) telah ditentukan oleh [[Tuhan]].<ref>Mujtahed-e Syabastari, ''Ajal,'' jld. 2, hlm. 614.</ref>
Para teolog Muslim juga membahas tentang masalah yang berkaitan dengan keterpaksaan atau Determinisme (jabr) Iradah dan kehendak  manusia yang dihubungkan dengan ajal kematian manusia.<ref>Mujtahed-e Syabastari, ''Ajal,'' jld. 2, hlm. 614.</ref> Mereka mengatakan bahwa Asy'ari  yang  pertama kalinya memprotes pendapat mu'tazilah tentang iradah dan kehendak manusia dengan menghubungkan dengan  ayat-ayat yang berkaitan dengan ajal manusia.<ref>Mujtahed-e Syabastari, ''Ajal,'' jld. 2, hlm. 614.</ref>  
 
Mereka mengatakan bahwa karena ayat-ayat tentang ajal ini menjelaskan kepada kita bahwa  segala sesuatu sebagaimana telah ditetapkan oleh Tuhan, maka semua amal perbuatan kita harus dinisbatkan  kepada  Tuhan. Misalnya, dalam membunuh manusia, si pembunuh tidak memiliki kehendak bebas; Karena kematian korban (waktu kematiannya) telah ditentukan oleh [[Tuhan]].<ref>Mujtahed-e Syabastari, ''Ajal,'' jld. 2, hlm. 614.</ref>


Mu'tazilah berpendapat: Manusia juga melakukan perbuatan salah dan karena perbuatan salah tidak dapat dinisbatkan kepada Tuhan, maka perbuatan itu harus dianggap sebagai perbuatannya sendiri.<ref>Mujtahed-e Syabastari, ''Ajal,'' jld. 2, hlm. 614.</ref>
Mu'tazilah berpendapat: Manusia juga melakukan perbuatan salah dan karena perbuatan salah tidak dapat dinisbatkan kepada Tuhan, maka perbuatan itu harus dianggap sebagai perbuatannya sendiri.<ref>Mujtahed-e Syabastari, ''Ajal,'' jld. 2, hlm. 614.</ref>
confirmed, templateeditor
2.192

suntingan