Lompat ke isi

'Alaihissalam: Perbedaan antara revisi

87 bita ditambahkan ,  4 Maret 2023
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Rezvani
kTidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 15: Baris 15:
Dalil dari diperbolehkannya mengirimkan salam kepada para imam dan kaum mukminin adalah [[surah Al-Baqarah]] ayat 157, [[surah Al-Ahzab|Al-Ahzab]] ayat 43 dan [[surah Al-An'am|Al-An'am]] ayat 54. Dari kumpulan ayat ini disebutkan salam dan salawat dikirimkan untuk seluruh orang-orang yang beriman. [[Syahid Tsani]] merekomendasikan penulisan 'alaihissalam setelah penulisan nama imam sebagai adab dan etika penulisan karya-karya ilmiah keilmuan Islam.  
Dalil dari diperbolehkannya mengirimkan salam kepada para imam dan kaum mukminin adalah [[surah Al-Baqarah]] ayat 157, [[surah Al-Ahzab|Al-Ahzab]] ayat 43 dan [[surah Al-An'am|Al-An'am]] ayat 54. Dari kumpulan ayat ini disebutkan salam dan salawat dikirimkan untuk seluruh orang-orang yang beriman. [[Syahid Tsani]] merekomendasikan penulisan 'alaihissalam setelah penulisan nama imam sebagai adab dan etika penulisan karya-karya ilmiah keilmuan Islam.  


[[Ahlusunah]] setelah penyebutan nama-nama imam Syiah mereka menuliskan رَضِی اَللهُ عَنْه yang artinya semoga Allah meridhainya. Namun secara khusus untuk [[Imam Ali as]]  mereka juga menuliskan 'alaihissalam yang mana tidak digunakan untuk khalifah selainnya. Sementara itu, Ibnu Katsir salah satu murid Ibnu Taimiyah meyakini bahwa mengkhususkan doa 'alaihissalam untuk Imam Ali as dan tidak menyebutkannya untuk khalifah yang lain adalah sesuatu yang tidak sepantasnya dilakukan.  
[[Ahlusunah]] setelah penyebutan nama-nama imam Syiah mereka menuliskan {{ia|رَضِی اَللهُ عَنْه }} yang artinya semoga Allah meridhainya. Namun secara khusus untuk [[Imam Ali as]]  mereka juga menuliskan 'alaihissalam yang mana tidak digunakan untuk khalifah selainnya. Sementara itu, Ibnu Katsir salah satu murid Ibnu Taimiyah meyakini bahwa mengkhususkan doa 'alaihissalam untuk Imam Ali as dan tidak menyebutkannya untuk khalifah yang lain adalah sesuatu yang tidak sepantasnya dilakukan.  


Umat Islam Syiah sebagai bentuk pemuliaan dan penghormataan kepada sebagian perempuan [[Ahlulbait as]] seperti [[Sayidah Fatimah]], [[Sayidah Zainab|Zainab]] dan [[Khadijah]] penyebutan 'alaihissalam diganti dengan سَلامُ‌اللهْ‌ عَلَیها (salamullah 'alaiha) dan secara khusus untuk Nabi Muhammad saw digunakan kalimat صَلَّی اللهُ عَلَیهِ وَ آلِه, salam Allah atasnya dan atas keluarganya.  
Umat Islam Syiah sebagai bentuk pemuliaan dan penghormataan kepada sebagian perempuan [[Ahlulbait as]] seperti [[Sayidah Fatimah]], [[Sayidah Zainab|Zainab]] dan [[Khadijah]] penyebutan 'alaihissalam diganti dengan {{ia|سَلامُ‌ اللهْ‌ عَلَیها}} (salamullah 'alaiha) dan secara khusus untuk Nabi Muhammad saw digunakan kalimat {{ia|صَلَّی اللهُ عَلَیهِ وَ آلِه}}, salam Allah atasnya dan atas keluarganya.  


Kalimat 'alaihissalam dalam penulisannya biasa disingkat as dan salamullah 'alaiha disingkat dengan sa.  
Kalimat 'alaihissalam dalam penulisannya biasa disingkat as dan salamullah 'alaiha disingkat dengan sa.  
Baris 24: Baris 24:
'Alaihissalam adalah kalimat yang merupakan doa yang artinya salam atau keselamatan untuknya, yang diucapkan atau dituliskan setelah penyebutan dan penulisan nama Imam, para nabi<ref>Dehkhuda, ''Lughat Name-e Dehkhuda,'' dibawah kata 'Alaih as-Salām.</ref> dan sebagian dari keturunan Nabi yang memiliki kedudukan khusus dan istimewa seperi [[Abu Fadhl Abbas|Sayid Abul Fadhl Abbas]]<ref>Lihat Muhammadi Rey Syahri, ''Dānesy Nāme-e Amīru al-Mukminīn (AS) Bar Paye-e Qurān,'' jld. 1, hlm. 185; Mudarrisi & Syusytari Zade, ''Hazrat-e 'Ali Akbar (AS),'' hlm.  8.</ref>, [[Ali Akbar as]]<ref>Lihat Muhammad Rey Sayhri, ''Guzīde-e Syahādat-e Emām Husein (AS),'' hlm. 55; Mudarrisi & Syusytari Zade, ''Hazrat-e 'Ali Akbar,'' hlm. 8.</ref> dan [[Ali Asghar]]<ref>Lihat Muhammad Rey Sayhri, ''Guzīde-e Syahādat-e Emām Husein (AS)''; Zhahiri, ''Qashash al-Husain (AS),'' jld. 1, hlm. 181.</ref> dan juga sebagian dari malaikat seperi [[Malaikat|malaikat]] Jibril<ref>Lihat Muhammad Rey Syahri, ''Danesy Nāme-e Amīr al-Mukminīn (AS) Bar Paye-e Qurān,'' jld. 1, hlm. 130; Mudarrisi & Syusytari Zade, ''Hazrat-e 'Ali Akbar,'' hlm. 6.</ref>.  
'Alaihissalam adalah kalimat yang merupakan doa yang artinya salam atau keselamatan untuknya, yang diucapkan atau dituliskan setelah penyebutan dan penulisan nama Imam, para nabi<ref>Dehkhuda, ''Lughat Name-e Dehkhuda,'' dibawah kata 'Alaih as-Salām.</ref> dan sebagian dari keturunan Nabi yang memiliki kedudukan khusus dan istimewa seperi [[Abu Fadhl Abbas|Sayid Abul Fadhl Abbas]]<ref>Lihat Muhammadi Rey Syahri, ''Dānesy Nāme-e Amīru al-Mukminīn (AS) Bar Paye-e Qurān,'' jld. 1, hlm. 185; Mudarrisi & Syusytari Zade, ''Hazrat-e 'Ali Akbar (AS),'' hlm.  8.</ref>, [[Ali Akbar as]]<ref>Lihat Muhammad Rey Sayhri, ''Guzīde-e Syahādat-e Emām Husein (AS),'' hlm. 55; Mudarrisi & Syusytari Zade, ''Hazrat-e 'Ali Akbar,'' hlm. 8.</ref> dan [[Ali Asghar]]<ref>Lihat Muhammad Rey Sayhri, ''Guzīde-e Syahādat-e Emām Husein (AS)''; Zhahiri, ''Qashash al-Husain (AS),'' jld. 1, hlm. 181.</ref> dan juga sebagian dari malaikat seperi [[Malaikat|malaikat]] Jibril<ref>Lihat Muhammad Rey Syahri, ''Danesy Nāme-e Amīr al-Mukminīn (AS) Bar Paye-e Qurān,'' jld. 1, hlm. 130; Mudarrisi & Syusytari Zade, ''Hazrat-e 'Ali Akbar,'' hlm. 6.</ref>.  


Sewaktu dua orang imam atau nabi yang nama-namanya disebut bersamaan maka yang digunakan adalah عَلَیهِمَا السَّلام؛, salam atas keduanya,<ref>Anuri, ''Farhangge Bozorgh-e Sukhan,'' dibawah kata 'Alaihima as-Salām.</ref> dan jika lebih dari dua orang maka kalimat yang digunakan adalah عَلَیهِمُ‌ السَّلام salam atas mereka.<ref>Anuri, ''''Farhangge Bozorgh-e Sukhan,'' dibawah kata 'Alaihim as-Salām.</ref> Umat Islam [[Syiah]] setelah penyebutan nama para imam as selain 'alaihissalam, juga menggunakan kalimat lain yang memiliki makna yang sama seperti salamullah 'alaihi, salawatullah 'alaihi,<ref>Nidzham A'raj, ''Syarh an-Nidzām,'' hlm. 25.</ref>, ‘alaihishshalatu wassalam<ref>Anuri, ''''Farhangge Bozorgh-e Sukhan,'' dibawah kata 'Alaihi as-Salawāt wa as-Salām.</ref> dan juga menggunakan kalimat عَلَیهِ اَفْضَلُ الصَّلاةِ وَ السَّلام sebaik-baiknya salawat dan salam atasnya, dan سَلامُ الله عَلَیهِ آلافُ التَّحِیةِ وَ الثَّنا ribuan salam dan shalawat semoga dilimpahkan atasnya.  
Sewaktu dua orang imam atau nabi yang nama-namanya disebut bersamaan maka yang digunakan adalah عَلَیهِمَا السَّلام ؛, salam atas keduanya,<ref>Anuri, ''Farhangge Bozorgh-e Sukhan,'' dibawah kata 'Alaihima as-Salām.</ref> dan jika lebih dari dua orang maka kalimat yang digunakan adalah {{ia|عَلَیهِمُ‌ السَّلام}} salam atas mereka.<ref>Anuri, ''''Farhangge Bozorgh-e Sukhan,'' dibawah kata 'Alaihim as-Salām.</ref> Umat Islam [[Syiah]] setelah penyebutan nama para imam as selain 'alaihissalam, juga menggunakan kalimat lain yang memiliki makna yang sama seperti salamullah 'alaihi, salawatullah 'alaihi,<ref>Nidzham A'raj, ''Syarh an-Nidzām,'' hlm. 25.</ref>, ‘alaihishshalatu wassalam<ref>Anuri, ''''Farhangge Bozorgh-e Sukhan,'' dibawah kata 'Alaihi as-Salawāt wa as-Salām.</ref> dan juga menggunakan kalimat {{ia|عَلَیهِ اَفْضَلُ الصَّلاةِ وَ السَّلام}} sebaik-baiknya salawat dan salam atasnya, dan {{ia| سَلامُ الله عَلَیهِ آلافُ التَّحِیةِ وَ الثَّنا}} ribuan salam dan shalawat semoga dilimpahkan atasnya.  


Setelah penyebutan nama istri-istri dan anak-anak perempuan Ahlulbait as<ref>''Farhangge Bozorgh-e Sukhan,'' dibawah kata salām Allah 'alaihā.</ref> seperti Sayidah Fatimah sa<ref>Lihat Makarim Shirazi, ''Tafsīr-r Nemune,'' jld. 11, hlm. 88; Rey Syahri, ''Danesy Nāme-e Amīr al-Mukminīn (AS) Bar Paye-e Qurān,'' jld. 1, hlm. 185.</ref>, Zainab sa<ref>Lihat Shafi Gulpaighani, ''Husein (AS) Syahīd-e Agāh wa Rahbar-e Nejāt Bakhsy-e Eslām,'' hlm. 451; Rey Syahri, ''Danesy Nāme-e Amīr al-Mukminīn (AS) Bar Paye-e Qurān,'' jld. 1, hlm. 166.</ref>, Ma'shumah sa<ref>Lihat Shafi Gulpaigani, ''Selsele-e Mabāhes-e Emāmat wa Mahdawiyyat,'' jld. 2, hlm. 278; Fazeli Muwahhidi Lankarani, ''Ayin-e Keifari-e Eslām,'' jld. 1, hlm. 516.</ref> dan setelah nama Khadijah istri Nabi<ref>Lihat Rey Syahri, ''Danesy Nāme-e Amīr al-Mukminīn (AS) Bar Paye-e Qurān,'' jld. 1, hlm. 223; Shafi Gulpaighani, ''Asyi'ah min 'Adzhmah al-Imām al-Husain,'' hlm. 105.</ref>, Maryam ibu Nabi Isa as<ref>Lihat Rey Syahri, ''Danesy Name-e Amīr al-Mukminīn (AS) Bar Paye-e Qurān,'' jld. 7, hlm. 394; Shafi Gulpaigani, ''Selsele-e Mabāhes-e Emāmat wa Mahdawiyyat,'' jld. 4, hlm. 190.</ref> dan [[Asiyah]] istri [[Fir'aun]]<ref>Lihat Hasyimi Rafsanjani, ''Farhangg-e Qurān,'' jld. 16, hlm. 247; Madzhahiri, ''Akhlāqiyyāt al-'Alāqah az-Zaujiyyah,'' hlm. 240.</ref> menggunakan kalimat salamullah 'alaiha atau 'alaihassalam. Khusus Nabi Muhammad saw menggunakan kalimat صَلَّی اللهُ عَلَیهِ وَ آلِه salam Allah atasnya dan keluarganya sebagai pengganti penguaan 'alaihissalam.<ref>Dehkhuda, ''Lughat Name-e Dehkhuda,'' dibawah kata Shallā Allāh 'Alaihi wa Alihi.</ref>
Setelah penyebutan nama istri-istri dan anak-anak perempuan Ahlulbait as<ref>''Farhangge Bozorgh-e Sukhan,'' dibawah kata salām Allah 'alaihā.</ref> seperti Sayidah Fatimah sa<ref>Lihat Makarim Shirazi, ''Tafsīr-r Nemune,'' jld. 11, hlm. 88; Rey Syahri, ''Danesy Nāme-e Amīr al-Mukminīn (AS) Bar Paye-e Qurān,'' jld. 1, hlm. 185.</ref>, Zainab sa<ref>Lihat Shafi Gulpaighani, ''Husein (AS) Syahīd-e Agāh wa Rahbar-e Nejāt Bakhsy-e Eslām,'' hlm. 451; Rey Syahri, ''Danesy Nāme-e Amīr al-Mukminīn (AS) Bar Paye-e Qurān,'' jld. 1, hlm. 166.</ref>, Ma'shumah sa<ref>Lihat Shafi Gulpaigani, ''Selsele-e Mabāhes-e Emāmat wa Mahdawiyyat,'' jld. 2, hlm. 278; Fazeli Muwahhidi Lankarani, ''Ayin-e Keifari-e Eslām,'' jld. 1, hlm. 516.</ref> dan setelah nama Khadijah istri Nabi<ref>Lihat Rey Syahri, ''Danesy Nāme-e Amīr al-Mukminīn (AS) Bar Paye-e Qurān,'' jld. 1, hlm. 223; Shafi Gulpaighani, ''Asyi'ah min 'Adzhmah al-Imām al-Husain,'' hlm. 105.</ref>, Maryam ibu Nabi Isa as<ref>Lihat Rey Syahri, ''Danesy Name-e Amīr al-Mukminīn (AS) Bar Paye-e Qurān,'' jld. 7, hlm. 394; Shafi Gulpaigani, ''Selsele-e Mabāhes-e Emāmat wa Mahdawiyyat,'' jld. 4, hlm. 190.</ref> dan [[Asiyah]] istri [[Fir'aun]]<ref>Lihat Hasyimi Rafsanjani, ''Farhangg-e Qurān,'' jld. 16, hlm. 247; Madzhahiri, ''Akhlāqiyyāt al-'Alāqah az-Zaujiyyah,'' hlm. 240.</ref> menggunakan kalimat salamullah 'alaiha atau 'alaihassalam. Khusus Nabi Muhammad saw menggunakan kalimat صَلَّی اللهُ عَلَیهِ وَ آلِه salam Allah atasnya dan keluarganya sebagai pengganti penguaan 'alaihissalam.<ref>Dehkhuda, ''Lughat Name-e Dehkhuda,'' dibawah kata Shallā Allāh 'Alaihi wa Alihi.</ref>


Ahlusunah juga sebagai bentuk penghormatan kepada pada nabi<ref>Lihat Zamakhsyari, ''al-Kassyaf,'' jld. 1, hlm. 61 & 129; Fakhrurrazi, ''Tafsir al-Kabīr,'' jld. 1, hlm. 136.</ref> dan sebagian dari malaikat<ref>Lihat Zamakhsyari, ''al-Kassyaf,'' jld. 1, hlm. 350; Fakhrurrazi, ''Tafsir al-Kabīr,'' jld. 1, hlm. 83 & jld. 22, hlm. 171.</ref> menggunakan kalimat 'alaihissalam. Namun untuk para imam Syiah penyebutan yang digunakan adalah رَضِی اَللهُ عَنْه  sebagaimana juga digunakan untuk [[Sahabat Nabi|sahabat-sahabat]] Nabi yang artinya semoga Allah meridhainya.<ref>Abu Manshur al-Azhari al-Harawi, ''az-Zāhir fī Gharīb Alfādz as-Syāfi'ī,'' hlm. 93; Suyuthi, ''ad-Durr al-Mantsūr,'' jld. 4, hlm. 524; Sirhindi, ''Risālah Radd ar-Rawāfidh,'' hlm. 4.</ref>{{enote|Menurut Adib Darreh Shufi, sorang ulama Syi'ah abad ke-13, umat Islam Syi'ah menggunakan ungkapan رَضِی اَللهُ عَنْه untuk yang tidak maksum (Nidzam A'raj, ''Syarh-e Nidzam'', Dar al-Hujjah li al-Tsaqafah, Referensi, hlm. 25.}} Khusus untuk Imam Ali as selain menggunakan ''radhiallahu 'anhu'' mereka juga menggunakan ''karramallahu wajhahu'' (semoga Allah swt memuliakan wajahnya).<ref>Ibn Katsir, ''Tafsīr Ibn Katsīr'', jld. 3, hlm. 524; Ibn Hajar al-Haitami, ''al-Fatāwā al-Hadītsiyyah,'' jld. 1, hlm. 41.</ref> Pada sebagian kitab Ahlusunah ditemukan penggunaan 'alaihissalam setelah penyebutan nama Imam Ali as.<ref>Lihat Mujahid bin Jabr, ''Tafsīr Mujāhid,'' hlm. 684; Tsa'labi, ''Tafsīr ats-Tsa'labī,'' jld. 1, hlm. 136.</ref> Ibnu Katsir seorang sejarawan dan mufassir Ahlusunah<ref>Ibn Katsir, ''Tafsīr al-Qurān al-'Adzhīm,'' jld. 6, hlm. 478.  </ref> dan Muhammad Shalih al-Munajjadi, salah seorang ulama Salafi<ref>Al-Munajjad, ''Mauqi' al-Islām Su'āl wa Jawāb,'' jld. 9, hlm. 101.</ref> berpendapat penulisan ‘alaihissalam setelah penulisan nama Imam Ali as dalam kitab-kitab Ahlusunah ditulis oleh penulis ulang kitab bukan oleh penulis aslinya.
Ahlusunah juga sebagai bentuk penghormatan kepada pada nabi<ref>Lihat Zamakhsyari, ''al-Kassyaf,'' jld. 1, hlm. 61 & 129; Fakhrurrazi, ''Tafsir al-Kabīr,'' jld. 1, hlm. 136.</ref> dan sebagian dari malaikat<ref>Lihat Zamakhsyari, ''al-Kassyaf,'' jld. 1, hlm. 350; Fakhrurrazi, ''Tafsir al-Kabīr,'' jld. 1, hlm. 83 & jld. 22, hlm. 171.</ref> menggunakan kalimat 'alaihissalam. Namun untuk para imam Syiah penyebutan yang digunakan adalah رَضِی اَللهُ عَنْه  sebagaimana juga digunakan untuk [[Sahabat Nabi|sahabat-sahabat]] Nabi yang artinya semoga Allah meridhainya.<ref>Abu Manshur al-Azhari al-Harawi, ''az-Zāhir fī Gharīb Alfādz as-Syāfi'ī,'' hlm. 93; Suyuthi, ''ad-Durr al-Mantsūr,'' jld. 4, hlm. 524; Sirhindi, ''Risālah Radd ar-Rawāfidh,'' hlm. 4.</ref>{{enote|Menurut Adib Darreh Shufi, sorang ulama Syi'ah abad ke-13, umat Islam Syi'ah menggunakan ungkapan {{ia|رَضِی اَللهُ عَنْه}} untuk yang tidak maksum (Nidzam A'raj, ''Syarh-e Nidzam'', Dar al-Hujjah li al-Tsaqafah, Referensi, hlm. 25.}} Khusus untuk Imam Ali as selain menggunakan ''radhiallahu 'anhu'' mereka juga menggunakan ''karramallahu wajhahu'' (semoga Allah swt memuliakan wajahnya).<ref>Ibn Katsir, ''Tafsīr Ibn Katsīr'', jld. 3, hlm. 524; Ibn Hajar al-Haitami, ''al-Fatāwā al-Hadītsiyyah,'' jld. 1, hlm. 41.</ref> Pada sebagian kitab Ahlusunah ditemukan penggunaan 'alaihissalam setelah penyebutan nama Imam Ali as.<ref>Lihat Mujahid bin Jabr, ''Tafsīr Mujāhid,'' hlm. 684; Tsa'labi, ''Tafsīr ats-Tsa'labī,'' jld. 1, hlm. 136.</ref> Ibnu Katsir seorang sejarawan dan mufassir Ahlusunah<ref>Ibn Katsir, ''Tafsīr al-Qurān al-'Adzhīm,'' jld. 6, hlm. 478.  </ref> dan Muhammad Shalih al-Munajjadi, salah seorang ulama Salafi<ref>Al-Munajjad, ''Mauqi' al-Islām Su'āl wa Jawāb,'' jld. 9, hlm. 101.</ref> berpendapat penulisan ‘alaihissalam setelah penulisan nama Imam Ali as dalam kitab-kitab Ahlusunah ditulis oleh penulis ulang kitab bukan oleh penulis aslinya.


Setelah nama [[Nabi Muhammad saw]] Ahlusunah terkadang menggunakan kalimat<ref>Lihat Tsa'labi, ''Tafsīr ats-Tsa'labī,'' jld. 8, hlm. 116; Ibn Juzayy al-Kalbi, ''at-Tashīl li 'Ulūm at-Tanzīl,'' jld. 2, hlm. 467.</ref> صَلَّی اللهُ عَلَیهِ و سَلَّم, atau صَلَّی اللهُ عَلَیهِ و آله و سلم<ref>Lihat Tsa'labi, ''Tafsīr ats-Tsa'labī,'' jld. 8, hlm. 116; Ibn Juzayy al-Kalbi, ''at-Tashīl li 'Ulūm at-Tanzīl,'' jld. 2, hlm. 467.</ref> dan kadang juga cukup dengan<ref>Lihat Zamakhsyari, ''al-Kassyāf,'' jld1, hlm. 2' Fakhrurrazi, ''Tafsir al-Kabīr,'' jld. 1, hlm. 175.</ref> علیه‌السلام.
Setelah nama [[Nabi Muhammad saw]] Ahlusunah terkadang menggunakan kalimat<ref>Lihat Tsa'labi, ''Tafsīr ats-Tsa'labī,'' jld. 8, hlm. 116; Ibn Juzayy al-Kalbi, ''at-Tashīl li 'Ulūm at-Tanzīl,'' jld. 2, hlm. 467.</ref> {{ia|صَلَّی اللهُ عَلَیهِ و سَلَّم}}, atau {{ia|صَلَّی اللهُ عَلَیهِ و آله و سلم}}<ref>Lihat Tsa'labi, ''Tafsīr ats-Tsa'labī,'' jld. 8, hlm. 116; Ibn Juzayy al-Kalbi, ''at-Tashīl li 'Ulūm at-Tanzīl,'' jld. 2, hlm. 467.</ref> dan kadang juga cukup dengan<ref>Lihat Zamakhsyari, ''al-Kassyāf,'' jld1, hlm. 2' Fakhrurrazi, ''Tafsir al-Kabīr,'' jld. 1, hlm. 175.</ref> {{ia|علیه‌ السلام}}.


Sesuai dengan naskah asli kitab ''al-Irsyad'' yang ditulis tangan pada tahun 566 H, untuk para Maksumin as ditulis 'alaihissalam.<ref>Syekh Mufid, ''al-Irsyād,'' jld. 1, hlm. 15.</ref>
Sesuai dengan naskah asli kitab ''al-Irsyad'' yang ditulis tangan pada tahun 566 H, untuk para Maksumin as ditulis 'alaihissalam.<ref>Syekh Mufid, ''al-Irsyād,'' jld. 1, hlm. 15.</ref>
Baris 39: Baris 39:
Berbeda dengan Ibnu Katsir, salah satu murid Ibnu Taimiyah<ref>Ibn Katsir, ''Tafsīr al-Qurān al-'Adzhīm,'' jld. 6, hlm. 478.</ref> dan Abdul Aziz bin Baz seorang mufti Wahabi<ref>Bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah, ''Majmū' Fatāwā wa Maqālāt Mutanawwi'ah'', jld. 6, hlm. 399.</ref> memberikan pengkhususan lafaz 'alaihissalam untuk Imam Ali as dan tidak memberikan ucapan ini untuk khalifah yang lain (sebagaimana yang ditulis dalam sebagian kitab Ahlusunah) adalah sesuatu yang tidak semestinya dilakukan.  
Berbeda dengan Ibnu Katsir, salah satu murid Ibnu Taimiyah<ref>Ibn Katsir, ''Tafsīr al-Qurān al-'Adzhīm,'' jld. 6, hlm. 478.</ref> dan Abdul Aziz bin Baz seorang mufti Wahabi<ref>Bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah, ''Majmū' Fatāwā wa Maqālāt Mutanawwi'ah'', jld. 6, hlm. 399.</ref> memberikan pengkhususan lafaz 'alaihissalam untuk Imam Ali as dan tidak memberikan ucapan ini untuk khalifah yang lain (sebagaimana yang ditulis dalam sebagian kitab Ahlusunah) adalah sesuatu yang tidak semestinya dilakukan.  


[[Surah At-Taubah]] ayat 103<ref>Fakhrul Muhaqqiqin, ''Idāh al-Fawā'id,'' jld. 1, hlm. 528.</ref>, surah Al-Baqarah ayat 157, surah Al-Ahzab ayat 43 dan surah Al-An’am ayat 54, juga bisa digunakan sebagai dalil untuk membolehkan pengiriman salam kepada para imam as. Yang mana ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah swt memerintahkan untuk mengirim salam kepada orang-orang beriman.<ref>Sanei, ''Pasukh be Syubahāt Dar Syabha-e Pesyawar,'' hlm. 33.</ref>. Demikian pula pada ayat<ref>QS. Ash-Shaffat:130.</ref> سَلَامٌ عَلیٰ اِلْ یاسِینَ berdasarkan kitab-kitab tafsir<ref>Lihat Muqatil Bin Sulaiman, ''Tafsīr Muqātil Bin Sulaiman,'' jld. 3, hlm. 618; Tabarsi, ''Majma' al-Bayān,'' jld. 8, hlm. 714.</ref> dan riwayat-riwayat yang ada<ref>Kufi, ''Tafsīr Furāt Kūfī,'' hlm. 356; Shaduq, ''al-Āmālī,'' hlm. 472.</ref> yang dimaksud dengan Ali Yasin adalah keluarga [[Nabi Muhammad saw]] sehingga juga ayat ini dapat dijadikan dalil.<ref>Sanei, ''Pasukh be Syubahāt Dar Syabha-e Pesyawar,'' hlm. 33.</ref>
[[Surah At-Taubah]] ayat 103<ref>Fakhrul Muhaqqiqin, ''Idāh al-Fawā'id,'' jld. 1, hlm. 528.</ref>, surah Al-Baqarah ayat 157, surah Al-Ahzab ayat 43 dan surah Al-An'am ayat 54, juga bisa digunakan sebagai dalil untuk membolehkan pengiriman salam kepada para imam as. Yang mana ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah swt memerintahkan untuk mengirim salam kepada orang-orang beriman.<ref>Sanei, ''Pasukh be Syubahāt Dar Syabha-e Pesyawar,'' hlm. 33.</ref>. Demikian pula pada ayat<ref>QS. Ash-Shaffat:130.</ref> {{ia|سَلَامٌ عَلیٰ اِلْ یاسِینَ }} berdasarkan kitab-kitab tafsir<ref>Lihat Muqatil Bin Sulaiman, ''Tafsīr Muqātil Bin Sulaiman,'' jld. 3, hlm. 618; Tabarsi, ''Majma' al-Bayān,'' jld. 8, hlm. 714.</ref> dan riwayat-riwayat yang ada<ref>Kufi, ''Tafsīr Furāt Kūfī,'' hlm. 356; Shaduq, ''al-Āmālī,'' hlm. 472.</ref> yang dimaksud dengan Ali Yasin adalah keluarga [[Nabi Muhammad saw]] sehingga juga ayat ini dapat dijadikan dalil.<ref>Sanei, ''Pasukh be Syubahāt Dar Syabha-e Pesyawar,'' hlm. 33.</ref>


Mengenai penganjuran mengirimkan salam untuk para nabi, para ulama bersandar pada ayat-ayat [[Alquran]] yang menuliskan penyebutan salam untuk para nabi secara umum<ref>QS. Ash-Shaffat:181.</ref> dan untuk sebagian nabi yang namanya dituliskan dalam Al-Qur’an<ref>Lihat QS. Ash-Shaffat:79 & 109.</ref>. Namun dalam sebuah riwayat dalam kitab ''al-Amālī'' Syeikh Shaduq<ref>Shaduq, ''al-Āmālī,'' hlm. 380.</ref> dan kitab ''Amali'' [[Syaikh Thusi]]<ref>Thusi, ''Āmālī,''  hlm. 424.</ref> dianjurkan setelah penyebutan salah satu nama nabi lebih dulu mengirimkan salam untuk Nabi Muhammad saw baru kemudian mengirimkan salam untuk nabi tersebut. Dalam riwayat yang mirip dengan itu, dalam kitab ''[[Wasail al-Syi'ah]]'' dianjurkan untuk lebih dulu mengirimkan salam untuk Nabi Muhammad saw dan keluarganya, baru kemudian mengirimkan salawat untuk nabi yang lain.<ref>Hurr Amili, ''Wasā'il as-Syī'ah,'' jld. 7, hlm. 208.</ref> Sebagian dari ulama Syiah setelah penyebutan nama para nabi menggunakan lafaz عَلیٰ نَبِیِّنَا وَ آلِهِ وَ علیه‌السلام yang artinya salam untuk nabi kita dan keluarganya dan untuk nabi (yang kemudian disebutkan namanya).<ref>Lihat Shafi Gulpaigani, ''Muntakhab al-Atsar fī al-Imām ats-Tsānī 'Asyar (AS),'' jld. 2, hlm. 356; Esytehardi,  ''Haqīqat-e Mu'jeze az Anbiyā' wa A'emme (AS),''  jld. 1, hlm. 75.</ref>
Mengenai penganjuran mengirimkan salam untuk para nabi, para ulama bersandar pada ayat-ayat [[Alquran]] yang menuliskan penyebutan salam untuk para nabi secara umum<ref>QS. Ash-Shaffat:181.</ref> dan untuk sebagian nabi yang namanya dituliskan dalam Al-Qur’an<ref>Lihat QS. Ash-Shaffat:79 & 109.</ref>. Namun dalam sebuah riwayat dalam kitab ''al-Amālī'' Syeikh Shaduq<ref>Shaduq, ''al-Āmālī,'' hlm. 380.</ref> dan kitab ''Amali'' [[Syaikh Thusi]]<ref>Thusi, ''Āmālī,''  hlm. 424.</ref> dianjurkan setelah penyebutan salah satu nama nabi lebih dulu mengirimkan salam untuk Nabi Muhammad saw baru kemudian mengirimkan salam untuk nabi tersebut. Dalam riwayat yang mirip dengan itu, dalam kitab ''[[Wasail al-Syi'ah]]'' dianjurkan untuk lebih dulu mengirimkan salam untuk Nabi Muhammad saw dan keluarganya, baru kemudian mengirimkan salawat untuk nabi yang lain.<ref>Hurr Amili, ''Wasā'il as-Syī'ah,'' jld. 7, hlm. 208.</ref> Sebagian dari ulama Syiah setelah penyebutan nama para nabi menggunakan lafaz {{ia|عَلیٰ نَبِیِّنَا وَ آلِهِ وَ علیه‌ السلام}} yang artinya salam untuk nabi kita dan keluarganya dan untuk nabi (yang kemudian disebutkan namanya).<ref>Lihat Shafi Gulpaigani, ''Muntakhab al-Atsar fī al-Imām ats-Tsānī 'Asyar (AS),'' jld. 2, hlm. 356; Esytehardi,  ''Haqīqat-e Mu'jeze az Anbiyā' wa A'emme (AS),''  jld. 1, hlm. 75.</ref>


==Metode Penyingkatan==
==Metode Penyingkatan==
Lafaz ‘alahissalam dan salamullah ‘alaiha secara singkatnya ditulis dengan cara as dan sa.<ref>Subhani Tabrizi, Ayin-e Wahhābiyyat,'' hlm. 274; Mazaheri, ''Mazhar-e Haq,'' hlm. 46.</ref> Namun sebagian berpendapat penulisan dengan cara disingkat adalah sebuah kesalahan dan bentuk ketidakhormatan kepada Ahlulbait as.<ref>Kazemi, ''Dalīl-e Estefād-e az Alāyem-e Ekhteshāri Baraye Ta'zīm wa Takrīm-e Emāmān,'' Site Khabar Online (https://www.khabaronline.ir/news/270266/%D8%AF%D9%84%DB%8C%D9%84-%D8%A7%D8%B3%D8%AA%D9%81%D8%A7%D8%AF%D9%87-%D8%A7%D8%B2-%D8%B9%D9%84%D8%A7%DB%8C%D9%85-%D8%A7%D8%AE%D8%AA%D8%B5%D8%A7%D8%B1%DB%8C-%D8%A8%D8%B1%D8%A7%DB%8C-%D8%AA%D8%B9%D8%B8%DB%8C%D9%85-%D9%88-%D8%AA%DA%A9%D8%B1%DB%8C%D9%85-%D8%A7%D9%85%D8%A7%D9%85%D8%A7%D9%86), diakses tanggal 19 April 2022.</ref>
Lafaz 'alahissalam dan salamullah ‘alaiha secara singkatnya ditulis dengan cara as dan sa.<ref>Subhani Tabrizi, Ayin-e Wahhābiyyat,'' hlm. 274; Mazaheri, ''Mazhar-e Haq,'' hlm. 46.</ref> Namun sebagian berpendapat penulisan dengan cara disingkat adalah sebuah kesalahan dan bentuk ketidakhormatan kepada Ahlulbait as.<ref>Kazemi, ''Dalīl-e Estefād-e az Alāyem-e Ekhteshāri Baraye Ta'zīm wa Takrīm-e Emāmān,'' Site Khabar Online (https://www.khabaronline.ir/news/270266/%D8%AF%D9%84%DB%8C%D9%84-%D8%A7%D8%B3%D8%AA%D9%81%D8%A7%D8%AF%D9%87-%D8%A7%D8%B2-%D8%B9%D9%84%D8%A7%DB%8C%D9%85-%D8%A7%D8%AE%D8%AA%D8%B5%D8%A7%D8%B1%DB%8C-%D8%A8%D8%B1%D8%A7%DB%8C-%D8%AA%D8%B9%D8%B8%DB%8C%D9%85-%D9%88-%D8%AA%DA%A9%D8%B1%DB%8C%D9%85-%D8%A7%D9%85%D8%A7%D9%85%D8%A7%D9%86), diakses tanggal 19 April 2022.</ref>


==Catatan Kaki==
==Catatan Kaki==
Pengguna anonim