Lompat ke isi

Kesyahidan Sayidah Fatimah sa: Perbedaan antara revisi

imported>Ismail Dg naba
imported>Ismail Dg naba
Baris 61: Baris 61:


===Hubungan Baik Imam Ali as Dengan Para Khalifah===
===Hubungan Baik Imam Ali as Dengan Para Khalifah===
Salah satu alasan Ahlusunah untuk mengingkari kesyahidan Sayidah Fatimah az-Zahra sa adalah berpegang pada hubungan hangat di antara para khalifah dengan Imam Ali as dan keluarganya. Dalam kitab terperinci, ''Fathimah binti al-Nabi'', sang penulis berupaya menunjukkan bahwa khalifah pertama dan kedua sangat mencintai Sayidah Fatimah az-Zahra sa,[66] namun dengan semua ini, penulis dalam menarik konklusi menegaskan bahwa Sayidah Fatimah az-Zahra sa memutuskan hubungan dengan Abu Bakar paska kejadian [[Fadak]] dan juga tidak membaiatnya.[67] Muhammad Nafi' dari penulis Ahlusunah menulis sebuah kitab berjudul ''Ruhama'u Bainahum''. Dia berusaha menunjukkan bahwa ketiga khalifah memiliki hubungan baik dengan Imam Ali as.[67] Begitu juga pada satu makalah di jurnal "Nidaye Islam", penulis dengan menukil bebepa contoh dari hubungan para khalifah dengan Imam Ali as dan juga hubungan para wanita dan putri-putri mereka dengan Sayidah Fatimah az-Zahra sa berusaha menunjukkan bahwa hubungan ini tidak sinergi dengan penghinaan Sayidah Fatimah az-Zahra sa dan pemukulannya.[69] Menurut penuturan Sayid Murtadha (w. 436 H), teolog Syiah, layanan konsultasi Imam Ali as kepada para khalifah tidak bisa dijadikan bukti dari bekerja samanya beliau dengan mereka, sebab memberikan petunjuk mengenai hukum-hukum Ilahi dan membela kaum muslimin adalah kewajiban setiap orang alim.[70] Pernikahan Ummu Kultsum, putri Imam Ali as dengan khalifah kedua termasuk contoh lain yang digunakan untuk membuktikan kesukaan dan kecintaan Umar kepada Ahlulbait yang mana hal ini bertolak belakang dengan intervensi Umar dalam kesyahdian Sayidah Fatimah az-Zahra sa.[71] Sebagian dari penulis menolak terjadinya perkawinan ini.[72] Sayid Murtadha meyakini bahwa perkawinan ini dilakukan dengan paksa dan ancaman.[73] Karena itu tidak bisa menjadi indikator hubungan dekat di antara dua orang.[74] Dinukil pula sebuah hadis dari [[Imam Shadiq as]] dengan ungkapan "ghashb" untuk menguatkan adanya unsur pemaksaan dalam pernikahan ini.[75]
Salah satu alasan [[Ahlusunah]] untuk mengingkari kesyahidan Sayidah Fatimah az-Zahra sa adalah berpegang pada hubungan hangat di antara para khalifah dengan [[Imam Ali as]] dan keluarganya. Dalam kitab terperinci, ''Fathimah binti al-Nabi'', sang penulis berupaya menunjukkan bahwa khalifah pertama dan kedua sangat mencintai Sayidah Fatimah az-Zahra sa,[66] namun dengan semua ini, penulis dalam menarik konklusi menegaskan bahwa Sayidah Fatimah az-Zahra sa memutuskan hubungan dengan [[Abu Bakar]] paska kejadian [[Fadak]] dan juga tidak membaiatnya.[67] Muhammad Nafi' dari penulis Ahlusunah menulis sebuah kitab berjudul ''Ruhama'u Bainahum''. Dia berusaha menunjukkan bahwa ketiga khalifah memiliki hubungan baik dengan Imam Ali as.[67] Begitu juga pada satu makalah di jurnal "Nidaye Islam", penulis dengan menukil bebepa contoh dari hubungan para khalifah dengan Imam Ali as dan juga hubungan para wanita dan putri-putri mereka dengan Sayidah Fatimah az-Zahra sa berusaha menunjukkan bahwa hubungan ini tidak sinergi dengan penghinaan Sayidah Fatimah az-Zahra sa dan pemukulannya.[69] Menurut penuturan Sayid Murtadha (w. 436 H), teolog Syiah, layanan konsultasi Imam Ali as kepada para khalifah tidak bisa dijadikan bukti dari bekerja samanya beliau dengan mereka, sebab memberikan petunjuk mengenai hukum-hukum Ilahi dan membela kaum muslimin adalah kewajiban setiap orang alim.[70] [[Pernikahan Ummu Kultsum dengan Umar bin Khattab|Pernikahan Ummu Kultsum]], putri Imam Ali as dengan khalifah kedua termasuk contoh lain yang digunakan untuk membuktikan kesukaan dan kecintaan Umar kepada Ahlulbait yang mana hal ini bertolak belakang dengan intervensi Umar dalam kesyahdian Sayidah Fatimah az-Zahra sa.[71] Sebagian dari penulis menolak terjadinya perkawinan ini.[72] Sayid Murtadha meyakini bahwa perkawinan ini dilakukan dengan paksa dan ancaman.[73] Karena itu tidak bisa menjadi indikator hubungan dekat di antara dua orang.[74] Dinukil pula sebuah hadis dari [[Imam Shadiq as]] dengan ungkapan "ghashab" untuk menguatkan adanya unsur pemaksaan dalam pernikahan ini.[75]


===Penamaan Anak Keturunan Ahlulbait Dengan Nama Para Khalifah===
===Penamaan Anak Keturunan Ahlulbait Dengan Nama Para Khalifah===