Pengguna anonim
Keadilan Sahabat: Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono |
imported>Yuwono Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 18: | Baris 18: | ||
Beberapa ulama Syiah berkeyakinan bahwa teori keadilan sahabat telah diajukan untuk tujuan-tujuan seperti pembenaran kekhalifahan ketiga khalifah dan melegitimasi pemerintahan [[Muawiyah bin Abi Sufyan]]. | Beberapa ulama Syiah berkeyakinan bahwa teori keadilan sahabat telah diajukan untuk tujuan-tujuan seperti pembenaran kekhalifahan ketiga khalifah dan melegitimasi pemerintahan [[Muawiyah bin Abi Sufyan]]. | ||
Pembentukan teori | Pembentukan teori ijtihad sahabat, perselisihan di antara umat [[Islam]], memberikan otoritas pemahaman [[Alquran]] dan [[Sunnah]] kepada sahabat, membenarkan ucapan dan sirah perjalanan sahabat dan menerima hadis yang dikutip dari mereka tanpa menerapkan aturan cedera dan modifikasi diyakini sebagai konsekuensi dari teori ini. | ||
==Siapakah Sahabat Itu?== | ==Siapakah Sahabat Itu?== | ||
{{main| Sahabat}} | {{main| Sahabat}} | ||
[[Sahabat]] adalah seseorang yang bertemu dengan [[Nabi Islam saw]] dan ketika dia meninggal, dia senantiasa beriman kepadanya dan masih menjadi seorang Muslim. <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.158.</ref> yang dimaksud dari bertemu di sini artinya lebih umum dari berkunjung, duduk bersama, mendampingi, dan memperhatikan kebutuhan satu sama lain, meskipun mereka belum pernah untuk saling berbicara. <ref>Syahid Tsani, ''al-Riayah fi Ilm al-Dirayah'', hlm.339.</ref> Yang pasti, sebagian orang menambahkan beberapa syarat dan ketentuan atas definisi yang ada; termasuk lamanya persahabatan dengan Nabi saw, melestarikan riwayat darinya, berjuang dan syahid di pihak Nabi saw, <ref>Lihat: Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.159.</ref> dan beberapa orang lainnya hanya dengan berteman atau melihat Nabi sudah cukup dapat dijadikan tolak ukur kebenaran menjadi salah seorang sahabat Nabi saw; <ref>Ya'qub, ''Nazhariyah Adalati al-Shahabah'', hlm.15.</ref> Namun menurut penuturan Ibnu Hajar Asqalani, salah satu ulama | [[Sahabat]] adalah seseorang yang bertemu dengan [[Nabi Islam saw]] dan ketika dia meninggal, dia senantiasa beriman kepadanya dan masih menjadi seorang Muslim. <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.158.</ref> yang dimaksud dari bertemu di sini artinya lebih umum dari berkunjung, duduk bersama, mendampingi, dan memperhatikan kebutuhan satu sama lain, meskipun mereka belum pernah untuk saling berbicara. <ref>Syahid Tsani, ''al-Riayah fi Ilm al-Dirayah'', hlm.339.</ref> Yang pasti, sebagian orang menambahkan beberapa syarat dan ketentuan atas definisi yang ada; termasuk lamanya persahabatan dengan Nabi saw, melestarikan riwayat darinya, berjuang dan syahid di pihak Nabi saw, <ref>Lihat: Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.159.</ref> dan beberapa orang lainnya hanya dengan berteman atau melihat Nabi sudah cukup dapat dijadikan tolak ukur kebenaran menjadi salah seorang sahabat Nabi saw; <ref>Ya'qub, ''Nazhariyah Adalati al-Shahabah'', hlm.15.</ref> Namun menurut penuturan Ibnu Hajar Asqalani, salah satu ulama Sunni terkemuka di abad ke-7 dan ke-8 [[Hijriah]], beliau menyatakan bahwa yang diterima oleh para ulama adalah definisi pertama. <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.159.</ref> | ||
Menurut keterangan sebagian sumber, ketika Nabi wafat, jumlah para sahabatnya adalah 114.000. <ref>Syahid Tsani, ''al-Riayah fi Ilm al-Dirayah'', hlm.345.</ref> orang-orang yang melihat dan berjumpa dengan Nabi pada usia belia disebut sebagai seorang sahabat kecil dan kepada para wanita disebut sahabiyat. <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.7, hlm.679; jld.8, hlm.113.</ref> | Menurut keterangan sebagian sumber, ketika Nabi wafat, jumlah para sahabatnya adalah 114.000. <ref>Syahid Tsani, ''al-Riayah fi Ilm al-Dirayah'', hlm.345.</ref> orang-orang yang melihat dan berjumpa dengan Nabi pada usia belia disebut sebagai seorang sahabat kecil dan kepada para wanita disebut sahabiyat. <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.7, hlm.679; jld.8, hlm.113.</ref> | ||
==Penjelasan Teori== | ==Penjelasan Teori== | ||
Menurut pandangan masyhur ulama [[Ahlusunah]], semua | Menurut pandangan masyhur ulama [[Ahlusunah]], semua sahabat itu [[adil]]. <ref>Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld.1, hlm. 10; Ibnu Abdul Bar, ''al-Isti'ab, jld.1, hlm,2.</ref> Ibnu Hajar al-Asqalani mengklaim bahwa semua Ahlusunah sepakat akan keadilan semua sahabat dan menyebut para penentangnya yang berjumlah kecil sebagai para pembuat [[Bid'ah|bid'ah]]. <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.162.</ref> Dia juga menukil dari Ibnu Hazm (w. 456 H) bahwa semua sahabat akan masuk [[surga]] dan tidak satupun dari mereka yang masuk [[neraka]]. <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.163.</ref> | ||
Namun, Mazri (w. 530 H), salah seorang ulama Sunni, hanya menerima keadilan dari sekelompok sahabat yang menemani [[Nabi Islam saw]], membesarkannya dan membantunya, dan mengikuti " | Namun, Mazri (w. 530 H), salah seorang ulama Sunni, hanya menerima keadilan dari sekelompok sahabat yang menemani [[Nabi Islam saw]], membesarkannya dan membantunya, dan mengikuti "apa saja yang diturunkan kepadanya" (Alquran). <ref>Lihat: Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.163.</ref> Sebagian Ahlusunah lainnya juga menganggap sahabat Nabi sama halnya seperti [[Muslim]] lainnya dan meyakini bahwa hanya dengan menemani Nabi tidak menyebabkannya menjadi adil. <ref>Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahj al-Balaghah'', jld.1, hlm.9.</ref> | ||
Menurut penuturan Ahmad Husein Ya'qub, yang dimaksud dengan keadilan sahabat adalah tidak diperbolehkan berbohong atas para sahabat dan mencederai mereka, meskipun mereka telah melakukan kesalahan. <ref>Ya'kub, ''Nazhariyah 'Adalatu al-Shahabah'', hlm.15.</ref> Ibnu Atsir menulis dalam pengantar buku ''Usd al-Ghabah'': "Semua sahabat itu adil dan tidak ada kecederaan yang ditimpakan kepada mereka. | Menurut penuturan Ahmad Husein Ya'qub, yang dimaksud dengan keadilan [[sahabat]] adalah tidak diperbolehkan berbohong atas para sahabat dan mencederai mereka, meskipun mereka telah melakukan kesalahan. <ref>Ya'kub, ''Nazhariyah 'Adalatu al-Shahabah'', hlm.15.</ref> Ibnu Atsir menulis dalam pengantar buku ''Usd al-Ghabah'': "Semua sahabat itu adil dan tidak ada kecederaan yang ditimpakan kepada mereka". <ref>Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld.1, hlm. 10.</ref> Oleh karena itu, sebagian dari ulama Sunni berkata: "Siapapun yang merusak atau mencoreng nama baik salah satu sahabat Nabi maka dia adalah kafir". <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.162.</ref> | ||
Begitu juga, maksud dari keadilan sahabat yang diyakini adalah sebagai karakteristik yang berdasarkan hal tersebut [[riwayat]] para sahabat dapat diterima. Khatib al-Baghdadi menulis: Setiap hadis yang silsilahnya sampai kepada Nabi, beramal atas hadis tersebut menjadi hal yang lazim ketika keadilan para perawinya dapat dibuktikan, kecuali bagi para sahabat; sebab keadilan para sahabat sudah terbukti; Karena [[Allah swt]] telah menganggap mereka sebagai orang yang adil dan telah memberi tahu mereka tentang kesucian dan kemurnian mereka. <ref>Khatib Baghdadi, ''al-Kifayah'', jld.1, hlm.64.</ref> | Begitu juga, maksud dari keadilan sahabat yang diyakini adalah sebagai karakteristik yang berdasarkan hal tersebut [[riwayat]] para sahabat dapat diterima. Khatib al-Baghdadi menulis: Setiap hadis yang silsilahnya sampai kepada Nabi, beramal atas hadis tersebut menjadi hal yang lazim ketika keadilan para perawinya dapat dibuktikan, kecuali bagi para sahabat; sebab keadilan para sahabat sudah terbukti; Karena [[Allah swt]] telah menganggap mereka sebagai orang yang adil dan telah memberi tahu mereka tentang kesucian dan kemurnian mereka. <ref>Khatib Baghdadi, ''al-Kifayah'', jld.1, hlm.64.</ref> | ||
Baris 37: | Baris 37: | ||
==Dalil-Dalil Para Pendukung== | ==Dalil-Dalil Para Pendukung== | ||
Kalangan [[Sunni]] untuk membuktikan [[keadilan]] sahabat telah berdalil dengan [[ayat-ayat]] dari [[Alquran]] dan riwayat-riwayat dari Nabi; <ref>Khatib Baghdadi, ''al-Kifayah'', jld.1, hlm.64; Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.162.</ref> Termasuk: | Kalangan [[Sunni]] untuk membuktikan [[keadilan]] sahabat telah berdalil dengan [[ayat-ayat]] dari [[Alquran]] dan riwayat-riwayat dari Nabi; <ref>Khatib Baghdadi, ''al-Kifayah'', jld.1, hlm.64; Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.162.</ref> Termasuk: | ||
#Ayat yang mengatakan bahwa Allah swt rida dan rela dengan para | #Ayat yang mengatakan bahwa Allah swt rida dan rela dengan para sahabat; seperti ayat {{ia| وَ السَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهاجِرينَ وَ الْأَنْصارِ وَ الَّذينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَ رَضُوا عَنْه}} Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah <ref>Q.S. Al-Taubah, ayat 100.</ref> begitu juga ayat {{ia|لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنينَ إِذْ يُبايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَة }} <ref>Q.S. Al-Fath, ayat 18.</ref> Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, <ref>Khatib Baghdadi, ''al-Kifayah'', jld.1, hlm.64; Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.162-163.</ref> Para alim Sunni menganggap bahwa keridaan Allah kepada para sahabat adalah sebagai bukti keadilan mereka semua dan mengatakan bahwa siapapun yang diridai maka [[Allah]] tidak akan pernah marah padanya. <ref>Ibnu Abdul Bar, ''al-Isti'ab, jld.1, hlm,4.</ref> Menurut penuturan para ulama [[Syiah]], ayat-ayat ini tidak menunjukkan keadilan seluruh sahabat; karena dari zahir ayat pertama yang dapat dipahami bahwa yang dimaksud Allah adalah sebagian dari [[Muhajirin]] dan [[Anshar]], tidak semuanya. <ref>Allamah Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.9, hlm.374; Subhani, ''Ilahiyat'', jld.4, hlm.445.</ref> Dalam [[ayat]] kedua juga, yang dimaksud adalah hanya bagi para sahabat yang hadir dalam [[baiat Ridhwan]] dan tetap teguh dalam ikrar dan perjanjian mereka, tidak semua sahabat. <ref>Thusi, ''al-Tibyan'', jld.9, hlm.329.</ref> Begitu juga, keadilan dari semua [[sahabat]] tidak serasi dengan ayat ini {{ia| وَمِمَّنْ حَوْلَكُم مِّنَ الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ ۖ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ ۖ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ}};<ref>Q.S. Al-Taubah, ayat 101.</ref> karena ayat yang baru disebutkan ini memperkenalkan bahwa sebagian sahabat dinyatakan sebagai orang [[munafik]]. <ref>Q.S. Al-Taubah, ayat 101.</ref> | ||
#Ayat-ayat yang memperkenalkan umat [[Islam]] sebagai | #Ayat-ayat yang memperkenalkan umat [[Islam]] sebagai umat terbaik dan [[ummat wasatha]], seperti ayat {{ia| كُنتُمْ خَیرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ}} <ref>Q.S. Ali Imran, ayat 110.</ref> dan ayat {{ia| وَ کَذلِکَ جَعَلْناکُمْ أُمَّةً وَسَطاً}} <ref>Q.S. Al-Baqarah, ayat 143.</ref>, sebagian dari para mufasir Ahlusunah menafsirkan ummat wasatha sebagai ummah yang adil. <ref>Suyuthi, ''al-Dur al-Manstur'', jld.1, hlm.144; Fakhrurrazi, ''Tafsir al-Kabir'', jld.4, hlm.84.</ref> Dan berkata bahwa meskipun kata ummat itu umum, tetapi yang dimaksudkan adalah khusus (sahabat) dan ayat telah diturunkan berkaitan dengan sahabat; <ref>Khatib Baghdadi, ''al-Kifayah'', jld.1, hlm.64.</ref> padahal menurut ulama Syiah, ayat ini menunjukkan pada tindakan beberapa sahabat Nabi, yang kehadirannya telah menyebabkan umat Nabi saw disebut sebagai umat terbaik oleh Allah, bukan semua sahabat. <ref>Allamah Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.1, hlm.123.</ref> | ||
#Hadis | #Hadis "''Ashabi Kannujum''"; dalam hadis ini, para sahabat Nabi diibaratkan sebagai bintang, dimana siapa saja yang mengikuti mereka akan mendapat petunjuk. Menurut pandangan ulama Syiah dan sebagian ulama Sunni, riwayat ini adalah tergolong dari riwayat-riwayat palsu dan buatan, yang mana itu tidak sesuai dengan ayat-ayat dari Alquran dan riwayat-riawayat dari Nabi. <ref>Subhani, ''Ilahiyat'', jld.4, hlm.443.</ref> | ||
Demikian juga, untuk membuktikan keadilan sahabat terdapat dalil-dalil dari ayat-ayat Alquran lainnya <ref>Q.S. al-Fath, ayat 29; al-Hadid, ayat 11; al-Hasyr, ayat 8-10; al-Taubah, ayat 117; Lihat: Daukhi, ''Adalatu al-Shahabah baina al-Qadasah wa al-Waqi', hlm.42-87.</ref> serta hadis seperti hadis | Demikian juga, untuk membuktikan keadilan sahabat terdapat dalil-dalil dari ayat-ayat Alquran lainnya <ref>Q.S. al-Fath, ayat 29; al-Hadid, ayat 11; al-Hasyr, ayat 8-10; al-Taubah, ayat 117; Lihat: Daukhi, ''Adalatu al-Shahabah baina al-Qadasah wa al-Waqi', hlm.42-87.</ref> serta hadis seperti hadis "''Khair al-Qurun Qarni''" dan hadis "''La Tasubbu Ashabi''". <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.165.</ref> Padahal keberadaan orang-orang munafik dan [[murtad]] di antara para sahabat Nabi, telah mencegah ayat-ayat dan hadis-hadis di atas untuk menunjukkan keadilan seluruh sahabat. <ref>Allamah Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.9, hlm.374.</ref> Untuk percontohan, pada [[ayat Naba']] yang mengatakan:{{ia| إِنْ جاءَكُمْ فاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا}} jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, <ref>Q.S. al-Hujurat, ayat 6.</ref> menurut penuturan para mufasir, ayat ini turun berkaitan dengan [[Walid bin Uqbah]], yang merupakan salah satu sahabat. <ref>Thabrasi, ''Majma' al-Bayan'', jld.9, hlm.198.</ref> | ||
==Prilaku Para Sahabat== | ==Prilaku Para Sahabat== | ||
Ulama [[Syiah]] dan sebagian dari ulama [[Ahlusunah]] mempercayai bahwa prilaku dan tindakan sebagian [[sahabat]] melanggar teori [[keadilan]] mereka. Menurut [[Sayid Muhsin Amin]], beberapa orang sahabat seperti | Ulama [[Syiah]] dan sebagian dari ulama [[Ahlusunah]] mempercayai bahwa prilaku dan tindakan sebagian [[sahabat]] melanggar teori [[keadilan]] mereka. Menurut [[Sayid Muhsin Amin]], beberapa orang sahabat seperti Ubaidullah bin Jahsy, Ubaidullah bin Khatl, Rabiah bin Umayyah dan [[Asy'ats bin Qais]] telah menjadi [[murtad]]. <ref>Amin, ''A'yan al-Syiah'', jld.1, hlm.163.</ref> Demikian juga, menurut sebuah riwayat yang dimuat dalam Shahih Bukhari, [[Nabi saw|Nabi]] memberitakan kemurtadan sejumlah sahabatnya. <ref>Bukhari, ''Shahih al-Bukhari'', jld.8, hlm.121, hadis 6585.</ref> | ||
Begitu juga dalam buku-buku sejarah terdapat bukti-bukti yang menjelaskan tentang berbagai perilaku yang bertentangan dengan keadilan sebagian dari para sahabat, seperti | Begitu juga dalam buku-buku sejarah terdapat bukti-bukti yang menjelaskan tentang berbagai perilaku yang bertentangan dengan keadilan sebagian dari para sahabat, seperti minum khamar, [[mencela Ali]], memberontak terhadap Imam yang adil, dan membunuh kaum Muslim. Termasuk [[Busr bin Artah]], dia membunuh sekitar 30.000 orang dari kalangan Syiah [[Imam Ali]]. <ref>Ibnu A'tsam Kufi, ''al-Futuh'', jld.4, hlm.238.</ref> [[Mughirah bin Syu'bah]] kurang lebih selama sekitar sembilan tahun telah mencela Imam Ali dari atas mimbar, <ref>Baladzhuri, ''Ansab al-Asyraf'', jld.5, hlm.243.</ref> [[Khalid bin Walid]] menegukkan cawan syahadah kepada Malik bin Nuwairah dan pada malam itu juga ia menyetubuhi istrinya, <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.5, hlm.561.</ref> dan [[Walid bin Uqbah]] minum khamar. <ref>Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.6, hlm.482.</ref> Juga dinukil dari [[Imam Syafi'i]] bahwa di antara para sahabat Nabi kesaksian [[Muawiyah bin Abi Sufyan]], [[Amr bin Ash]], Mughirah bin Syu'bah dan [[Ziyad bin Abih]] tidak dapat diterima. <ref>Abu Rayyah, ''Syaikh al-Mudhirah Abu Hurairah'', hlm.219.</ref> | ||
Demikian juga pembunuhan sahabat di tangan sahabat lainnya dalam [[perang Jamal]], di mana di sana ada dua kelompok sahabat yang saling berkonfrontasi, hal ini tidak sesuai dengan teori keadilan semua sahabat; [[Ibnu Abi al-Hadid]], dari Ahlusunah yang berpikiran [[Mu'tazilah]], menganggap bahwa para sahabat yang menjadi penegak perang Jamal adalah para penghuni [[Neraka]], dan hanya mengecualikan beberapa orang saja diantara mereka seperti [[Aisyah]], [[Thalhah]], dan [[Zubair]] karena | Demikian juga pembunuhan sahabat di tangan sahabat lainnya dalam [[perang Jamal]], di mana di sana ada dua kelompok sahabat yang saling berkonfrontasi, hal ini tidak sesuai dengan teori keadilan semua sahabat; [[Ibnu Abi al-Hadid]], dari Ahlusunah yang berpikiran [[Mu'tazilah]], menganggap bahwa para sahabat yang menjadi penegak perang Jamal adalah para penghuni [[Neraka]], dan hanya mengecualikan beberapa orang saja diantara mereka seperti [[Aisyah]], [[Thalhah]], dan [[Zubair]] karena per[[taubat]]an mereka. Dia juga memiliki keyakinan yang sama berkenaan dengan tentara Syam dalam [[perang Siffin]] itu juga karena desakan mereka atas kelompok pembangkang. Sesuai dengan pemikiran rekan Mu'tazilahnya, dia juga menganggap bahwa kaum [[Khawarij]] termasuk para penghuni neraka. <ref>Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahj al-Balaghah'', jld.1, hlm.9.</ref> | ||
==Tujuan dan Konsekuensi== | ==Tujuan dan Konsekuensi== | ||
Kelompok [[Syiah]] tidak menerima teori keadilan sahabat dan mereka meyakini bahwa para [[sahabat]] [[Nabi saw]] seperti kaum Muslim lainnya dan [[keadilan]] tidak dapat dibuktikan hanya dengan bertemu Nabi. <ref>Syahid Tsani, ''al-Riayah fi Ilm al-Dirayah'', hlm.343; Amin, ''A'yan al-Syiah'', jld.1, hlm.161.</ref> Menurut pandangan mereka, tidak mungkin semua sahabat Nabi Islam saw telah mencapai tingkat ketakwaan yang dapat digambarkan sebagai keadilan (meninggalkan [[dosa besar]] dan tidak terpaksa melakukan [[dosa kecil]]). Padahal, sesuai dengan sumber-sumber sejarah [[Islam]], sebagian sahabat telah menyatakan keyakinan dan [[Iman|keimanan]] mereka kepada Nabi karena disebabkan rasa takut, terpaksa dan karena lemahnya hati. <ref>Amin, ''A'yan al-Syiah'', jld.1, hlm.162.</ref> Dalam pandangan mereka, pembahasan keadilan sahabat itu diterapkan atas beberapa tujuan, yang diantaranya adalah: | Kelompok [[Syiah]] tidak menerima teori keadilan sahabat dan mereka meyakini bahwa para [[sahabat]] [[Nabi saw]] seperti kaum Muslim lainnya dan [[keadilan]] tidak dapat dibuktikan hanya dengan bertemu Nabi. <ref>Syahid Tsani, ''al-Riayah fi Ilm al-Dirayah'', hlm.343; Amin, ''A'yan al-Syiah'', jld.1, hlm.161.</ref> Menurut pandangan mereka, tidak mungkin semua sahabat Nabi Islam saw telah mencapai tingkat ketakwaan yang dapat digambarkan sebagai keadilan (meninggalkan [[dosa besar]] dan tidak terpaksa melakukan [[dosa kecil]]). Padahal, sesuai dengan sumber-sumber sejarah [[Islam]], sebagian sahabat telah menyatakan keyakinan dan [[Iman|keimanan]] mereka kepada Nabi karena disebabkan rasa takut, terpaksa dan karena lemahnya hati. <ref>Amin, ''A'yan al-Syiah'', jld.1, hlm.162.</ref> Dalam pandangan mereka, pembahasan keadilan sahabat itu diterapkan atas beberapa tujuan, yang diantaranya adalah: | ||
*Pembenaran [[Kekhalifahan]] | *Pembenaran atas [[Kekhalifahan]] [[Abu bakabinn Abu Quhafah]], [[Umar bin Khattab]] dan [[Utsman bin Affan]]. | ||
*Kekebalan bagi para Sahabat dan pencegahan atas kritik | *Kekebalan bagi para Sahabat dan pencegahan atas kritik serta protes terhadap mereka. | ||
*Pengesahan atas pemerintahan [[Muawiyah bin Abi Sufyan]] dan membenarkan tindakannya. <ref>Ya'qub, ''Nazhariyah Adalati al-Shahabah'', hlm.105-108.</ref> | *Pengesahan atas pemerintahan [[Muawiyah bin Abi Sufyan]] dan membenarkan tindakannya. <ref>Ya'qub, ''Nazhariyah Adalati al-Shahabah'', hlm.105-108.</ref> | ||
Juga, membangun teori | Juga, membangun teori ijtihad para sahabat untuk membenarkan sebagian dari perilaku sahabat, mengesahkan pemahaman [[Alquran]] dan [[Sunnah]] para sahabat, dan memberikan otoritas pada ucapan dan sirah perjalanan mereka, menerima hadis-hadis yang diriwayatkan dari sahabat tanpa menerapkan aturan modifikasi jarh dan ta'dil (menilai kredibelitas perawi hadis) dan perbedaan di antara umat Islam dianggap sebagai konsekuensi dari teori keadilan sahabat. <ref>Fakhali, [http://alwahabiyah.com/fa/Article/View/1727 Dialog Keadilan sahabat].</ref> | ||
==Bibliografi== | ==Bibliografi== | ||
Persoalan keadilan sahabat merupakan salah satu perbedaan antara [[Syiah]] dan [[Ahlusunah]], yang telah mendapat perhatian dalam karya-karya tulis tentang para sahabat, <ref>Ibnu Abdul Bar, ''al-Isti'ab, jld.1, hlm.4; Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld.1, hlm. 10; Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.161-165.</ref> interpretatif <ref>Untuk percontohan lihat: Allamah Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.9, hlm.374-375.</ref> dan teologis <ref>Untuk percontohan lihat: Subhani, ''Ilahiyat'', jld.4, hlm.445.</ref>. Kelompok Syiah juga telah menulis berbagai buku secara independen tentang itu, yang beberapa di antaranya adalah: | Persoalan keadilan sahabat merupakan salah satu perbedaan antara [[Syiah]] dan [[Ahlusunah]], yang telah mendapat perhatian dalam karya-karya tulis tentang para sahabat, <ref>Ibnu Abdul Bar, ''al-Isti'ab, jld.1, hlm.4; Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld.1, hlm. 10; Ibnu Hajar Asqalani, ''al-Ishabah'', jld.1, hlm.161-165.</ref> interpretatif <ref>Untuk percontohan lihat: Allamah Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.9, hlm.374-375.</ref> dan teologis <ref>Untuk percontohan lihat: Subhani, ''Ilahiyat'', jld.4, hlm.445.</ref>. Kelompok Syiah juga telah menulis berbagai buku secara independen tentang itu, yang beberapa di antaranya adalah: | ||
* '' | * ''Edalate Sahabeh'' karya Sayid Ali Milani, salah seorang ulama Syiah abad ke-14 yang ditulis dalam bahasa Persia. Buku ini, mengkritik dalil dan alasan teori keadilan sahabat. Penulis memuat [[ayat-ayat]] dari Alquran yang memberikan contoh [[dosa-dosa besar]] sebagian sahabat dan kutipan dari para sesepuh Ahlusunah tentang ketidakadilan sebagian para sahabat. | ||
* '' | * ''Edalate Sahabeh dar Partue Qur'an, Sunnat wa Tarikh'' karya Muhammad Asif Muhsini, salah seorang marja' Syiah. Dalam buku ini, keadilan sahabat dievaluasi dengan pandangan pendekatan antar mazhab. Membahas konsep sahabat dalam pandangan ulama Syiah dan Ahlusunah dan pembuktian adanya [[Maksiat|kemaksiatan]] dan [[kemunafikan]] sebagian sahabat menurut ayat-ayat Alquran yang merupakan salah satu topik buku tersebut. Penulis juga menyangkal atribusi [[Takfiri]] untuk semua sahabat dari pihak kelompok Syiah. <ref>Hadis Net, [http://hadith.net/post/46566/ «Edalate Sahabeh dar Partue Qur'an, Sunnat wa Tarikh.].</ref> | ||
''Nazhariyah Idalatu al-Shahabah wa al-Marja'iyah al-Siyasiyah fi al-Islam'' karya Ahmad Husein Ya'qub, '' | ''Nazhariyah Idalatu al-Shahabah wa al-Marja'iyah al-Siyasiyah fi al-Islam'' karya Ahmad Husein Ya'qub, ''Edalate Sahabeh'' karya Sayid Muhammad Yatsribi, ''Barresi Nazariyeh Edalate Sahabeh'' karya Ghulam Husein Zeinali dan ''Nazariyeh Edalate Sahabeh'' karya Kelompok Peneliti [[Majma' Jahani Ahlulbait as]] termasuk dari karya-karya lain yang ditulis dalam rangka kritik terhadap teori keadilan [[sahabat]]. | ||
==Pranala Terkait== | ==Pranala Terkait== | ||
Baris 85: | Baris 85: | ||
*Ibnu Abdul Bar, Yusuf bin Abdillah. Al-Isti'ab fi Ma’rifati al-Ashab. Riset: Ali Muhammad al-Bajawi. Beirut, Dar al-Jil. 1992/1412 H. | *Ibnu Abdul Bar, Yusuf bin Abdillah. Al-Isti'ab fi Ma’rifati al-Ashab. Riset: Ali Muhammad al-Bajawi. Beirut, Dar al-Jil. 1992/1412 H. | ||
*Ibnu Abi al-Hadid, Abdul Hamid. Syarh Nahj al-Balaghah. Riset: Muhammad Abulfadhl Ibrahim. Kairo. 1959-1964/1378-1384 H. | *Ibnu Abi al-Hadid, Abdul Hamid. Syarh Nahj al-Balaghah. Riset: Muhammad Abulfadhl Ibrahim. Kairo. 1959-1964/1378-1384 H. | ||
*Ibnu A'tsam Kufi, Ahmad bin | *Ibnu A'tsam Kufi, Ahmad bin A'tsam. Al-Futuh. Riset: Ali Syiri. Beirut, Dar al-Adhwa’. 1991/1411 H. | ||
*Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad. Usd al-Ghabah fi Ma’rifati al-Shahabah. Beirut, Dar al-Fikr.1989/1409 H. | *Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad. Usd al-Ghabah fi Ma’rifati al-Shahabah. Beirut, Dar al-Fikr.1989/1409 H. | ||
*Ibnu Hajar Asqalani, Ahmad bin Ali. Al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah. Riset: Adil Ahmad Abdul Mahmud, Ali Muhammad Muawadh. Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah. 1415 H. | *Ibnu Hajar Asqalani, Ahmad bin Ali. Al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah. Riset: Adil Ahmad Abdul Mahmud, Ali Muhammad Muawadh. Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah. 1415 H. |