Lompat ke isi

Abu Bakar bin Abi Quhafah: Perbedaan antara revisi

tidak ada ringkasan suntingan
imported>Ali al-Hadadi
imported>Ali al-Hadadi
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 50: Baris 50:
Abu Bakar, menurut beberapa riwayat <ref>Ibnu Atsir al-Jaziri, ''Usd al-Ghābah'', jld.3, hlm.223.</ref> dan beberapa tanda dan bukti seperti umur dan tanggal meninggalnya, lahir di [[Mekah]], dua tahun dan beberapa bulan setelah [[Tahun Gajah]] (mungkin di tahun 50 sebelum hijrah/573 ).  
Abu Bakar, menurut beberapa riwayat <ref>Ibnu Atsir al-Jaziri, ''Usd al-Ghābah'', jld.3, hlm.223.</ref> dan beberapa tanda dan bukti seperti umur dan tanggal meninggalnya, lahir di [[Mekah]], dua tahun dan beberapa bulan setelah [[Tahun Gajah]] (mungkin di tahun 50 sebelum hijrah/573 ).  


Namanya pada masa [[Jahiliyah]], Abdul Ka'bah dan setelah [[Islam]], Nabi Muhammad saw memanggilanya dengan nama Abdullah <ref>Ibnu Qutaibah, ''al-Ma’ārif'', hlm.168.</ref> ayahnya bernama Abu Quhafah Utsman (wafat 14 H/635) dan ibunya, Umm al-Khair Salmi, putri Sakhr bin Amr bin Ka'ab, keduanya dari suku Taim dan melalui Murrah, kakek leluhur kelima, memiliki hubungan dengan Nabi saw. <ref>Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.169; Ibnu Qutaibah, ''al-Ma’ārif'', hlm.167-168.</ref> Di sebagian riwayat Ahlusunah, disebutkan bahwa namanya adalah 'Atiq <ref>Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.170; Ibnu Atsir al-Jaziri, ''Usd al-Ghābah'', jld.3, hlm.205.</ref> tapi tampaknya 'Atiq adalah gelarnya.
Namanya pada masa [[Jahiliyah]], Abdul Ka'bah dan setelah [[Islam]], Nabi Muhammad saw memanggilnya dengan nama Abdullah <ref>Ibnu Qutaibah, ''al-Ma’ārif'', hlm.168.</ref> ayahnya bernama Abu Quhafah Utsman (wafat 14 H/635) dan ibunya, Umm al-Khair Salmi, putri Sakhr bin Amr bin Ka'ab, keduanya dari suku Taim dan melalui Murrah, kakek leluhur kelima, memiliki hubungan dengan Nabi saw. <ref>Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.169; Ibnu Qutaibah, ''al-Ma’ārif'', hlm.167-168.</ref> Di sebagian riwayat Ahlusunah, disebutkan bahwa namanya adalah 'Atiq <ref>Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.170; Ibnu Atsir al-Jaziri, ''Usd al-Ghābah'', jld.3, hlm.205.</ref> tapi tampaknya 'Atiq adalah gelarnya.


Panggilan atau julukannya adalah Abu Bakar. Namun apakah ia dalam kenyataannya memiliki seorang anak laki-laki bernama Bakar atau tidak, terdapat perbedaan pendapat. Dalam berbagai sumber yang menyebutkan anak-anak Abu Bakar, tidak ada satupun darinya yang menyebut nama Bakar sebagai salah satu dari nama anak keturunannya. Namun dalam bait-bait syair yang mengutuk Abu Bakar dari lisan para murtad, terdapat kutipan yang menyebut bahwa ada seorang anak darinya bernama Bakar <ref>Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.246; Ibnu Katsir, ''al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld.6, hlm.313.</ref>, namun para penentangnya, seperti [[Abu Sufyan]], Abu Bakar (Bakar = unta muda) diubah menjadi Abu Fashil sebagai ejekan untuknya. (Fashil = anak unta yang baru terpisah dari susu induknya) <ref>Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld.1, hlm.589; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.253-255; Mufid, ''al-Irsyād'', hlm.102. </ref>.
Panggilan atau julukannya adalah Abu Bakar. Namun apakah ia dalam kenyataannya memiliki seorang anak laki-laki bernama Bakar atau tidak, terdapat perbedaan pendapat. Dalam berbagai sumber yang menyebutkan anak-anak Abu Bakar, tidak ada satupun darinya yang menyebut nama Bakar sebagai salah satu dari nama anak keturunannya. Namun dalam bait-bait syair yang mengutuk Abu Bakar dari lisan para murtad, terdapat kutipan yang menyebut bahwa ada seorang anak darinya bernama Bakar <ref>Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.246; Ibnu Katsir, ''al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld.6, hlm.313.</ref>, namun para penentangnya, seperti [[Abu Sufyan]], Abu Bakar (Bakar = unta muda) diubah menjadi Abu Fashil sebagai ejekan untuknya. (Fashil = anak unta yang baru terpisah dari susu induknya) <ref>Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld.1, hlm.589; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.253-255; Mufid, ''al-Irsyād'', hlm.102. </ref>.
Baris 207: Baris 207:
Para peneliti [[Syiah]] berdasarkan sumber-sumber Ahlusunah menunjukkan bahwa Fatimah sa sejak Abu Bakar memerintahkan penyitaan tanah Fadak, beliau berulang kali -hingga akhir hayatnya yang singkat- berdalil di samping masyarakat [[Madinah]] atas keberhakkannya terhadap tanah Fadak. Tindakan dan juga prilaku para ajudan Abu Bakar dalam penyerangan ke rumah [[Ali as]] untuk pengambilan [[baiat]] membuat Fatimah sa sangat murka dan marah sehingga sampai akhir kehidupannya, beliau tidak mau berbicara dengan Abu Bakar. Beliaupun melarang Abu Bakar dan [[Aisyah]] untuk menghadiri upacara pemakaman jenazahnya.<ref> Muhaqiq Karaki, Nafahāt al-Lāhut, hlm.78; Amin, a’yān al-Syiah, jld.1, hlm.314; Bukhari, Sahih al-Bukhari, jld.5, hlm. 82; Ibnu Hajar Haitami, ''al-Shawa’iq al-Muhriqah'', hlm.25; Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahjul Balāghah'', jld.16, hlm.218.</ref>
Para peneliti [[Syiah]] berdasarkan sumber-sumber Ahlusunah menunjukkan bahwa Fatimah sa sejak Abu Bakar memerintahkan penyitaan tanah Fadak, beliau berulang kali -hingga akhir hayatnya yang singkat- berdalil di samping masyarakat [[Madinah]] atas keberhakkannya terhadap tanah Fadak. Tindakan dan juga prilaku para ajudan Abu Bakar dalam penyerangan ke rumah [[Ali as]] untuk pengambilan [[baiat]] membuat Fatimah sa sangat murka dan marah sehingga sampai akhir kehidupannya, beliau tidak mau berbicara dengan Abu Bakar. Beliaupun melarang Abu Bakar dan [[Aisyah]] untuk menghadiri upacara pemakaman jenazahnya.<ref> Muhaqiq Karaki, Nafahāt al-Lāhut, hlm.78; Amin, a’yān al-Syiah, jld.1, hlm.314; Bukhari, Sahih al-Bukhari, jld.5, hlm. 82; Ibnu Hajar Haitami, ''al-Shawa’iq al-Muhriqah'', hlm.25; Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahjul Balāghah'', jld.16, hlm.218.</ref>


Dikatakan bahwa Abu Bakar sambil menangis, pernah menuliskan sanad dan tanda bukti kepemilikan Fadak atas Fatimah sa setelah mendengarkan alasan-alasan yangs dikemukakan oleh Fatimah sa . Namun [[Umar]] ketika mengetahui hal itu, ia lantas memprotes Abu Bakar. Kemudian sanad tersebut diambilnya dan ia robek-robek.<ref> Halabi, al-Sirah al-Halabiyah, jld.3, hlm.362.</ref>
Dikatakan bahwa Abu Bakar sambil menangis, pernah menuliskan sanad dan tanda bukti kepemilikan Fadak atas Fatimah sa setelah mendengarkan alasan-alasan yang dikemukakan oleh Fatimah sa. Namun [[Umar]] ketika mengetahui hal itu, ia lantas memprotes Abu Bakar. Kemudian sanad tersebut diambilnya dan ia robek-robek.<ref> Halabi, al-Sirah al-Halabiyah, jld.3, hlm.362.</ref>


Sebagian ulama Ahlusunah berkenaan dengan penyitaan tanah Fadak meyakini bahwa hal itu merupakan [[ijtihad]] dan batasan kemaslahatan khalifah. Namun kaum Syiah dengan bertolak bahwasannya ini hanya suatu penyitaan yang terjadi pada masa Abu Bakar dan sebaliknya, dilaporkan tentang pemberian dan pendermaan dari baitul mal demi tujuan pengokohan fondasi-fondasi kekhalifahan, tindakan ini betul-betul tindakan tercela, karena mengusik ketenangan Fatimah sa yang mana berdasarkan sabda [[Nabi saw]] sama dengan mengusik ketenangan [[Allah swt]] dan Nabi-Nya adalah suatu dosa yang besar dan ini merupakan salah satu aib, noda dan cela bagi Abu Bakar.<ref> Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahjul Balāghah'', jld.1, hlm.222; Mufid, ''al-Jamal wa al-Nushrah li Sayidil Itrah'', hlm.59.</ref>
Sebagian ulama Ahlusunah berkenaan dengan penyitaan tanah Fadak meyakini bahwa hal itu merupakan [[ijtihad]] dan batasan kemaslahatan khalifah. Namun kaum Syiah dengan bertolak bahwasannya ini hanya suatu penyitaan yang terjadi pada masa Abu Bakar dan sebaliknya, dilaporkan tentang pemberian dan pendermaan dari baitul mal demi tujuan pengokohan fondasi-fondasi kekhalifahan, tindakan ini betul-betul tindakan tercela, karena mengusik ketenangan Fatimah sa yang mana berdasarkan sabda [[Nabi saw]] sama dengan mengusik ketenangan [[Allah swt]] dan Nabi-Nya adalah suatu dosa yang besar dan ini merupakan salah satu aib, noda dan cela bagi Abu Bakar.<ref> Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahjul Balāghah'', jld.1, hlm.222; Mufid, ''al-Jamal wa al-Nushrah li Sayidil Itrah'', hlm.59.</ref>
Baris 271: Baris 271:
* Pengambilan izin dari [[Usamah bin Zaid|Usamah]] atas tinggalnya Umar di [[Madinah]] sebagai asisten Khalifah.
* Pengambilan izin dari [[Usamah bin Zaid|Usamah]] atas tinggalnya Umar di [[Madinah]] sebagai asisten Khalifah.
      
      
Menurut keterangan Thabari <ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 429.</ref>  dan Ibnu Hibban <ref> Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.192.</ref> Abu Bakar secara pribadi memanggil [[Utsman]] dan berkata: "Tulislah: dengan nama [[Allah swt|Allah]] yang Maha Pengasih dan  Penyayang. Ini adalah perjanjian Abu bakar bin Abi Quhafah dengan kaum [[muslimin]], amma ba'd…" Abu Bakar dalam keadaan itu dan di tempat itu hilang kesadarannya dan pingsan, kemudian Utsman atas inisiatif dirinya, ia menulis: "Amma ba'du, aku melantik [[Umar bin Khattab]] sebagai penerusku atas kalian dan aku tidak meninggalkan apa-apa atas kalian kecuali keinginan dalam kebaikan". Ketika Abu Bakar siuman, ia berkata: "Bacalah untukku!". kemudian Utsman membaca apa yang ia tulis. Abu Bakar karena mendengar nama Umar, langsung mengucapkan takbir dan berkata: "Apakah kamu takut jika dalam ketidaksadaranku aku meninggal, dan masyarakat saling berselisih?" Utsman menjawab: "Iya". Dalam riwayat-riwayat Ya'qubi<ref> ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.136, 138.</ref> dan Ibnu Qutaibah<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19.</ref> tidak ada ucapan tentang ketidaksadaran Abu Bakar dan teks surat perjanjian Abu Bakar dalam dua riwayat ini berbeda dengan sumber-sumber lainnya dan satu dengan yang lainnya juga memiliki perbedaan yang sangat banyak. Teks ini dalam riwayat Ibnu Qutaibah lebih rinci dan mengandung poin ini bahwa aku tidak gaib, dugaan dan harapanku adalah dia seorang yang adil, jika yang nyata adalah sebaliknya (Allah Maha Mengetahui) bahwa aku berniat baik.<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19; lihat juga: Mubarrad, jld.1, hlm.17, dekat dengan kandungan ini.</ref> Ibnu Hibban memuat riwayat dalam bukunya bahwa Abu bakar setelah mendengar teks surat perjanjian dari mulut Utsman dia mendoakannya dan kemudian mengangkat kedua tangnnya ke langit dan berkata: "Ya Allah, tanpa ada perintah dari Nabi-Mu, aku telah memberikannya kekuasaan dan dalam hal ini aku tidak bermaksud apapun kecuali kemaslahatan umat dan pencegahan dari timbulnya fitnah". <ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19.</ref> Aku ber[[ijtihad]] dengan pendapatku sendiri dan orang terbaik dan terkuat dari mereka telah aku lantik dan sama sekali aku tidak berpihak terhadap Umar.<ref> Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.192-193.</ref> Dalam riwayat ''[[al-Imāmah wa al-Siyāsah]]'' ada sebuah ungkapan lain dalam ucapan-ucapan Abu Bakar yang ditujukan kepada masyarakat dimana dia berkata: "Jika kalian mau, berkumpullah dan berkonfirmasilah. Siapa saja yang kalian kehendaki maka berikah kekuasaan kepadanya dan jika kalian mau aku berijtihad dengan pendapatku…", kemudian ia menangis dan masyarakat juga menangis dan mereka berkata: "Wahai penerus dan pengganti Nabi Allah, engkau lebih baik dan lebih tahu dari kami…". Lalu dia memanggil Umar dan memberikan surat kepadanya supaya dibacakan di depan masyarakat. Di situlah datang seseorang di jalan Umar seraya bertanya: "Abu Hafs, apa yang tertulis di dalam surat?", Umar menjawab: "Aku tidak tahu, namun apa saja yang tertulis, aku adalah orang pertama yang mendengar dan taat". Orang tadi berkata: "Tetapi demi Allah aku tahu apa isinya, tahun pertama kamu menjadikannya amir(pemimpin) dan tahun ini dia menjadikan kamu amir".<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19-20; bandingkan: Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.199; 200; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 428-430; Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.425-428.</ref>
Menurut keterangan Thabari <ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 429.</ref>  dan Ibnu Hibban <ref> Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.192.</ref> Abu Bakar secara pribadi memanggil [[Utsman]] dan berkata: "Tulislah: dengan nama [[Allah swt|Allah]] yang Maha Pengasih dan  Penyayang. Ini adalah perjanjian Abu bakar bin Abi Quhafah dengan kaum [[muslimin]], amma ba'd…" Abu Bakar dalam keadaan itu dan di tempat itu hilang kesadarannya dan pingsan, kemudian Utsman atas inisiatif dirinya, ia menulis: "Amma ba'du, aku melantik [[Umar bin Khattab]] sebagai penerusku atas kalian dan aku tidak meninggalkan apa-apa atas kalian kecuali keinginan dalam kebaikan". Ketika Abu Bakar siuman, ia berkata: "Bacalah untukku!". kemudian Utsman membaca apa yang ia tulis. Abu Bakar karena mendengar nama Umar, langsung mengucapkan takbir dan berkata: "Apakah kamu takut jika dalam ketidaksadaranku aku meninggal, dan masyarakat saling berselisih?" Utsman menjawab: "Iya". Dalam riwayat-riwayat Ya'qubi<ref> ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.136, 138.</ref> dan Ibnu Qutaibah<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19.</ref> tidak ada ucapan tentang ketidaksadaran Abu Bakar dan teks surat perjanjian Abu Bakar dalam dua riwayat ini berbeda dengan sumber-sumber lainnya dan satu dengan yang lainnya juga memiliki perbedaan yang sangat banyak. Teks ini dalam riwayat Ibnu Qutaibah lebih rinci dan mengandung poin ini bahwa aku tidak gaib, dugaan dan harapanku adalah dia seorang yang adil, jika yang nyata adalah sebaliknya (Allah Maha Mengetahui) bahwa aku berniat baik.<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19; lihat juga: Mubarrad, jld.1, hlm.17, dekat dengan kandungan ini.</ref> Ibnu Hibban memuat riwayat dalam bukunya bahwa Abu bakar setelah mendengar teks surat perjanjian dari mulut Utsman dia mendoakannya dan kemudian mengangkat kedua tangnnya ke langit dan berkata: "Ya Allah, tanpa ada perintah dari Nabi-Mu, aku telah memberikannya kekuasaan dan dalam hal ini aku tidak bermaksud apapun kecuali kemaslahatan umat dan pencegahan dari timbulnya fitnah". <ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19.</ref> Aku ber[[ijtihad]] dengan pendapatku sendiri dan orang terbaik dan terkuat dari mereka telah aku lantik dan sama sekali aku tidak berpihak terhadap Umar.<ref> Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.192-193.</ref> Dalam riwayat ''[[al-Imāmah wa al-Siyāsah]]'' ada sebuah ungkapan lain dalam ucapan-ucapan Abu Bakar yang ditujukan kepada masyarakat dimana dia berkata: "Jika kalian mau, berkumpullah dan berkonfirmasilah. Siapa saja yang kalian kehendaki maka berikan kekuasaan kepadanya dan jika kalian mau aku berijtihad dengan pendapatku…", kemudian ia menangis dan masyarakat juga menangis dan mereka berkata: "Wahai penerus dan pengganti Nabi Allah, engkau lebih baik dan lebih tahu dari kami…". Lalu dia memanggil Umar dan memberikan surat kepadanya supaya dibacakan di depan masyarakat. Di situlah datang seseorang di jalan Umar seraya bertanya: "Abu Hafs, apa yang tertulis di dalam surat?", Umar menjawab: "Aku tidak tahu, namun apa saja yang tertulis, aku adalah orang pertama yang mendengar dan taat". Orang tadi berkata: "Tetapi demi Allah aku tahu apa isinya, tahun pertama kamu menjadikannya amir(pemimpin) dan tahun ini dia menjadikan kamu amir".<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19-20; bandingkan: Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.199; 200; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 428-430; Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.425-428.</ref>


==Penampilan, Kepribadian dan Aturan Hidup==
==Penampilan, Kepribadian dan Aturan Hidup==
Baris 291: Baris 291:
Abu Bakar pada hari Senin, 7 [[Jumadil Akhir]] tahun 13 H/634 ia pergi [[mandi]] dimana pada waktu itu hari begitu dingin. Setelah itu dia demam dan dirawat sehingga ia tidak dapat pergi melakukan [[salat]] bersama masyarakat. Ketika ia dalam keadaan sakit yang berlangsung selama 15 hari, Umarlah yang menggantikan posisinya sebagai imam [[salat jamaah ]] bersama masyarakat. Dan mulai orang-orangpun mulai menjenguknya. Hingga pada malam hari Selasa tanggal 22 bulan yang sama, di usia 62 dia meninggal dunia dan memegang tampuk kekhalifahan selama 2 tahun, 3 bulan, 22 hari. <ref> Ya'qubi, ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.136-137; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.419-420; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.191-194.</ref> Menurut wasiat Abu Bakar, isterinya [[Asma' binti Umais|Asma']] yang memandikan jenazahnya. Pada malam itu Umar yang menyalatinya di [[masjid Nabi]]. Sesuai dengan wasiatnya kepada [[Aisyah]], dengan bantuan [[Utsman]], [[Thalhah]] dan ... ia dikuburkan di samping [[Nabi saw]]. <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.203, 208,209; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 421-422; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.193-195.</.</ref>
Abu Bakar pada hari Senin, 7 [[Jumadil Akhir]] tahun 13 H/634 ia pergi [[mandi]] dimana pada waktu itu hari begitu dingin. Setelah itu dia demam dan dirawat sehingga ia tidak dapat pergi melakukan [[salat]] bersama masyarakat. Ketika ia dalam keadaan sakit yang berlangsung selama 15 hari, Umarlah yang menggantikan posisinya sebagai imam [[salat jamaah ]] bersama masyarakat. Dan mulai orang-orangpun mulai menjenguknya. Hingga pada malam hari Selasa tanggal 22 bulan yang sama, di usia 62 dia meninggal dunia dan memegang tampuk kekhalifahan selama 2 tahun, 3 bulan, 22 hari. <ref> Ya'qubi, ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.136-137; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.419-420; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.191-194.</ref> Menurut wasiat Abu Bakar, isterinya [[Asma' binti Umais|Asma']] yang memandikan jenazahnya. Pada malam itu Umar yang menyalatinya di [[masjid Nabi]]. Sesuai dengan wasiatnya kepada [[Aisyah]], dengan bantuan [[Utsman]], [[Thalhah]] dan ... ia dikuburkan di samping [[Nabi saw]]. <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.203, 208,209; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 421-422; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.193-195.</.</ref>


Dinukil dari Abu Bakar ucapan-ucapan ketika ia dalam keadaan sakit sebagai wasiat, yang sebagian di antaranya berhubungan dengan suksesi [[Umar]], berbagai protes yang dilontarkan kepadanya, sebagian lainnya berhubungan dengan permasalahan pribadi dan apa yang ia tinggalkan dan penyelesaian dengan baitul mal. <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.192-200; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 428-430; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.191-194.</.</ref> Selain ucapan-ucapan ini, dinukil sebuah ucapan yang luar biasa darinya dengan sedikit perbedaan dalam lafaz dan makna dalam beberapa sumbe. Untuk mengetahui tentang misteri di akhir kehidupannya dan penjelasan sebagian tentang beberapa peristiwa dalam sejarah [[Islam]] memiliki nilai penting dan khusus. Ucapan-ucapannya ini dalam menjawab kata-kata terakhir yang disampaikan [[Abdurrahman bin Auf|Abdurrahman]] kepadanya, ia berkata: "Engkau senantiasa baik dan melakukan perbaikan, dengan begitu kamu jangan bersedih atas sesuatu dari dunia," dan Abu Bakar menjawab: "Ya, aku tidak menyesali apa pun tentang dunia kecuali tiga hal yang telah aku lakukan dan andai saja tidak aku lakukan begitu juga dengan tiga hal yang seandainya jawabannya aku tanyakan kepada [[Rasulullah saw]]. Adapun apa yang aku sukai tapi tidak aku lakukan adalah:
Dinukil dari Abu Bakar ucapan-ucapan ketika ia dalam keadaan sakit sebagai wasiat, yang sebagian di antaranya berhubungan dengan suksesi [[Umar]], berbagai protes yang dilontarkan kepadanya, sebagian lainnya berhubungan dengan permasalahan pribadi dan apa yang ia tinggalkan dan penyelesaian dengan baitul mal. <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.192-200; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 428-430; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.191-194.</.</ref> Selain ucapan-ucapan ini, dinukil sebuah ucapan yang luar biasa darinya dengan sedikit perbedaan dalam lafaz dan makna dalam beberapa sumber. Untuk mengetahui tentang misteri di akhir kehidupannya dan penjelasan sebagian tentang beberapa peristiwa dalam sejarah [[Islam]] memiliki nilai penting dan khusus. Ucapan-ucapannya ini dalam menjawab kata-kata terakhir yang disampaikan [[Abdurrahman bin Auf|Abdurrahman]] kepadanya, ia berkata: "Engkau senantiasa baik dan melakukan perbaikan, dengan begitu kamu jangan bersedih atas sesuatu dari dunia," dan Abu Bakar menjawab: "Ya, aku tidak menyesali apa pun tentang dunia kecuali tiga hal yang telah aku lakukan dan andai saja tidak aku lakukan begitu juga dengan tiga hal yang seandainya jawabannya aku tanyakan kepada [[Rasulullah saw]]. Adapun apa yang aku sukai tapi tidak aku lakukan adalah:
* Pertama, adalah andai rumah [[Fatimah sa]] yang mereka tutup -walau mereka bertujuan melawanku- tidak aku dobrak.
* Pertama, adalah andai rumah [[Fatimah sa]] yang mereka tutup -walau mereka bertujuan melawanku- tidak aku dobrak.
* Kedua, adalah andai Fajaah Sulami tidak aku bakar, seharusnya aku segera membunuhnya atau aku melepaskannya.
* Kedua, adalah andai Fajaah Sulami tidak aku bakar, seharusnya aku segera membunuhnya atau aku melepaskannya.
Pengguna anonim