Lompat ke isi

Abu Bakar bin Abi Quhafah: Perbedaan antara revisi

tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 122: Baris 122:
Para ulama [[Syiah]] telah menentang cerita tentang salatnya Abu Bakar di hari-hari Nabi saw terbaring sakit dengan beberapa cara:
Para ulama [[Syiah]] telah menentang cerita tentang salatnya Abu Bakar di hari-hari Nabi saw terbaring sakit dengan beberapa cara:


:1. Meskipun hadis yang dinukil oleh [[Aisyah]] hampir bersifat insidentil terhadap hal ini, namun hadis ini tidak sampai batas mutawatir dan ini tidak dapat dijadikan sebagai sebuah sandaran dan berdalil dengannya. Di sisi lain menurut pendapat [[Sayid Jakfar Murtadha al-Amili]], ada kemungkinan Aisyah dalam riwayat ini berbicara untuk memberikan keuntungan baginya.<ref>Jakfar Murtadha, jld. 32, hal. 315-316.</ref>
:1. Meskipun hadis yang diriwayatkan dari [[Aisyah]] hampir sepakat tentang masalah ini, namun hadis ini belum mencapai tingkat mutawatir dan ini tidak dapat dijadikan sebagai sebuah sandaran dan berdalil dengannya. Di sisi lain menurut pendapat [[Sayid Jakfar Murtadha al-Amili]], ada kemungkinan Aisyah dalam riwayat ini berbicara untuk memberikan keuntungan baginya.<ref>Jakfar Murtadha, jld. 32, hal. 315-316.</ref>


:2. Dengan ijmak para sejarawan <ref> Ibnu Jauzi, ''Afāt Ashāb al-Hadits'', hlm.49-50; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.132.</ref>, Abu Bakar seharusnya pada saat itu berada di kamp Jurf dan pasukan yang dikomandani oleh [[Usamah bin Zaid]], bukan di [[Madinah]]. Oleh karena itu, jika dia mendirikan [[salat]] dengan penduduk Madinah, itu bukan atas perintah Nabi saw. Ada beberapa hal tanda bukti yang menetapkan pernyataan ini:
:2. Dengan ijmak para sejarawan <ref> Ibnu Jauzi, ''Afāt Ashāb al-Hadits'', hlm.49-50; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.132.</ref>, Abu Bakar seharusnya pada saat itu berada di kamp Jurf dan pasukan yang dikomandani oleh [[Usamah bin Zaid]], bukan di [[Madinah]]. Oleh karena itu, jika dia mendirikan [[salat]] dengan penduduk Madinah, itu bukan atas perintah Nabi saw. Ada beberapa hal tanda bukti yang menetapkan pernyataan ini:
Baris 146: Baris 146:
Khotbah-khotbah ini dari sudut pandang para cendikiawan dan ulama [[Ahlusunah]] dianggap sebagai suatu tanda dari norma adab, kerendahan hati dan ketegaran Abu Bakar terhadap sunah-[[sunah]] [[kenabian]] dan merupakan bimbingan berharga dalam metode pemerintahan bagi masa depan <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.212; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.223-224; bandingkan: Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld.1, hlm.590-591 .</ref>, namun, para ulama [[Syiah]], menganggap bahwa sebagian dari beberapa petikan khotbah-khotbah tersebut mengungkapkan sisi kekurangan pada Abu Bakar dan sebuah alasan ketidaklayakannya dalam kekhalifahan, dan dalam hal ini mereka telah mendiskusikannya sebagai satu keyakinan mereka (prinsip [[Imamah]]). <ref>Azham, Asyhar Masyahir al-Islām, hlm.90-91; Deruzeh, ''Tārikh al-Arab fi al-Islām'', hlm.30.</ref>
Khotbah-khotbah ini dari sudut pandang para cendikiawan dan ulama [[Ahlusunah]] dianggap sebagai suatu tanda dari norma adab, kerendahan hati dan ketegaran Abu Bakar terhadap sunah-[[sunah]] [[kenabian]] dan merupakan bimbingan berharga dalam metode pemerintahan bagi masa depan <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.212; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.223-224; bandingkan: Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld.1, hlm.590-591 .</ref>, namun, para ulama [[Syiah]], menganggap bahwa sebagian dari beberapa petikan khotbah-khotbah tersebut mengungkapkan sisi kekurangan pada Abu Bakar dan sebuah alasan ketidaklayakannya dalam kekhalifahan, dan dalam hal ini mereka telah mendiskusikannya sebagai satu keyakinan mereka (prinsip [[Imamah]]). <ref>Azham, Asyhar Masyahir al-Islām, hlm.90-91; Deruzeh, ''Tārikh al-Arab fi al-Islām'', hlm.30.</ref>


Meskipun khilafah Abu Bakar di parlemen itu sudah dipastikan, namun sekelompok dari Muhajirin dan Anshar menolak untuk ber[[baiat]] dengannya. Nama beberapa orang dari mereka yang dimuat dalam sumber-sumber adalah: [[Ali as]], [[Sa'ad bin Ubadah]], [[Abbas bin Abdul Muthalib]], [[Fadhl bin Abbas]], [[Zubair bin Awwam]], [[Khalid bin Sa'id]], [[Miqdad bin Amr]], [[Salman al-Farisi]], [[Abu Dzar Ghifari]], [[Ammar bin Yasir]], [[Bara' bin 'Azib]], [['Ubay bin Ka'ab]], [[Hudzaifah bin Yaman]], [[Khuzaimah bin Tsabit]], [[Abu Ayyub al-Anshari]], [[Sahl bin Hunaif]], [[Utsman bin Hunaif]], [[Abu al-Haitsam bin al-Tayyihan]], [[Sa'ad bin Abi Waqqash]] dan [[Abu Sufyan bin Harb]]. <ref>Musawi Naisyaburi, Tasyiid al-Mathain, jld.1, hlm.197-224; Husaini Firuz Abadi, al-Sab’ah min al-Salaf, hlm.9-11.</ref>
Meskipun khilafah Abu Bakar di parlemen itu sudah dipastikan, namun sekelompok dari Muhajirin dan Anshar menolak untuk ber[[baiat]] dengannya. Nama beberapa orang dari mereka yang dimuat dalam sumber-sumber adalah:
{{col-begin|3}}
* [[Ali as]]
* [[Sa'ad bin Ubadah]]
* [[Abbas bin Abdul Muthalib]]
* [[Fadhl bin Abbas]]
* [[Zubair bin Awwam]]
* [[Khalid bin Sa'id]]
* [[Miqdad bin Amr]], [[Salman al-Farisi]]
* [[Abu Dzar Ghifari]]
* [[Ammar bin Yasir]]
* [[Bara' bin 'Azib]]
* [['Ubay bin Ka'ab]]
* [[Hudzaifah bin Yaman]]
* [[Khuzaimah bin Tsabit]]
* [[Abu Ayyub al-Anshari]]
* [[Sahl bin Hunaif]]
* [[Utsman bin Hunaif]]
* [[Abu al-Haitsam bin al-Tayyihan]]
* [[Sa'ad bin Abi Waqqash]]
* [[Abu Sufyan bin Harb]]. <ref>Musawi Naisyaburi, Tasyiid al-Mathain, jld.1, hlm.197-224; Husaini Firuz Abadi, al-Sab’ah min al-Salaf, hlm.9-11.</ref> {{akhir}}
   
   
Dari jumlah tersebut, selain Saad bin Ubadah yang mengklaim kekhalifahan dan orang-orang seperti Abu Sufyan dan para pendukungnya yang memiliki tujuan duniawi <ref> Ya'qubi, ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.123-126; Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld.1, hlm.588; Ibnu Abdu Rabbah, ''al-'Aqd al-Farid'', jld.4, hlm.259-260; Thabrasi, al-Ihtijāj, jld.1, hlm.97; Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahjul Balāghah'', jld.1, hlm.44-61.</ref>, sekelompok lainnya lagi dengan bersandar pada dasar bahwa Imam Ali as memiliki latar belakang dalam Islam, layanan yang brilian dan kedekatan serta kekerabatannya dengan Nabi yaitu sebagaimana yang mereka pakai di Saqifah sebagai dasar bukti keutamaan Abu Bakar dalam urusan khilafah dan Ali as beserta Bani Hasyim juga berdalil demikian hanya sekedar memberitahu mereka yang bahwa apa yang mereka gunakan semuanya ada pada Ali <ref> Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld.1, hlm.588.</ref> dan meyakini bahwa khilafah adalah hak Ali as dan kelompok Syiah Ali lainnya meyakini bahwa masalah suksesi dan kepemimpnan masyarakat Islam merupakan masalah yang paling tinggi dan urgen dalam kedudukan mazhab dan dengan bersandarkan pada ayat {{ia| اِنَّ اللّهَ اصْطَفی آدَمَ وَ نوحاً وَ آلَ اِبْراهیمَ وَ آلَ عِمْرانَ عَلَی الْعالَمینَ، ذُرّیهً بَعْضُها مِنْ بَعْضٍ…}} Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing sebagai) satu keturunan yang sebagiannya( keturunan) dari yang lain.<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.11-12;  Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld.1, hlm.582; Ya'qubi, ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.125-126; ''Nahjul Balāghah'', khotbah 67.</ref> dan bahwasannya Nabi Muhammad dan keluarganya dari keturunan Nabi Ibrahim dan memiliki keutamaan-keutamaan dan kelayakan-kelayakan, dan juga ayat {{ia|اِنَّما وَلیکُمُ اللّهُ وَ رَسولُهُ وَ الَّذینَ آمَنوا الّذینَ یقیمونَ الصّلوهَ وَ یؤتونَ الزّکوهَ وَهُمْ راکِعونَ }} <ref> Q.S. Ali Imran, ayat 33-34.</ref> dan masih banyak ayat-ayat lainnya <ref> Q.S. Al-Maidah, ayat 55.</ref>, begitu pula dengan berdasarkan hadis-hadis konstanta atau mutawatir seperti, Hadis Dar <ref> Lihat: Mufid, ''al-Jamal wa al-Nushrah li Sayidil Itrah'', hlm.32-33;  Thabathabai, Syieh dar Islām, hlm.113.</ref>, hadis Manzilah, <ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.2, hlm.319-321; Ahmad bin Hambal, ''Musnad'', jld.1, hlm.111.</ref> dan hadis Ghadir <ref> Ghanji, kifāyah al-Thālib, hlm.281; Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.23-24; Mufid, ''al-Jamal wa al-Nushrah li Sayidil Itrah'', hlm.33-34;  Ibnu Shabagh, al-Fushul al-Muhimmah, hlm.39.</ref>, yang kesemuanya ini menyatakan bahwa kekhalifahan itu berdasarkan nash dan penentuan. <ref> Muhib Thabari, Dzakhāir al-‘Uqba, hlm.67-68; Ibnu Katsir, ''al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld.5, hlm.208-214; jld.7, hlm.346-351.</ref>
Dari jumlah tersebut, selain Sa'ad bin Ubadah yang mengklaim kekhalifahan dan orang-orang seperti Abu Sufyan serta para pendukungnya yang memiliki tujuan duniawi <ref> Ya'qubi, ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.123-126; Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld.1, hlm.588; Ibnu Abdu Rabbah, ''al-'Aqd al-Farid'', jld.4, hlm.259-260; Thabrasi, al-Ihtijāj, jld.1, hlm.97; Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahjul Balāghah'', jld.1, hlm.44-61.</ref>, sekelompok lainnya lagi dengan bersandar pada dasar bahwa Imam Ali as memiliki latar belakang dalam Islam, layanan yang brilian dan kedekatan serta kekerabatannya dengan Nabi yaitu sebagaimana yang mereka pakai di Saqifah sebagai dasar bukti keutamaan Abu Bakar dalam urusan khilafah dan Ali as beserta Bani Hasyim juga berdalil demikian hanya sekedar memberitahu mereka yang bahwa apa yang mereka gunakan semuanya ada pada Ali <ref> Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld.1, hlm.588.</ref> dan meyakini bahwa khilafah adalah hak Ali as dan kelompok Syiah Ali lainnya meyakini bahwa masalah suksesi dan kepemimpnan masyarakat Islam merupakan masalah yang paling tinggi dan urgen dalam kedudukan mazhab dan dengan bersandarkan pada ayat {{ia| اِنَّ اللّهَ اصْطَفی آدَمَ وَ نوحاً وَ آلَ اِبْراهیمَ وَ آلَ عِمْرانَ عَلَی الْعالَمینَ، ذُرّیهً بَعْضُها مِنْ بَعْضٍ…}} Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing sebagai) satu keturunan yang sebagiannya( keturunan) dari yang lain.<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.11-12;  Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld.1, hlm.582; Ya'qubi, ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.125-126; ''Nahjul Balāghah'', khotbah 67.</ref> dan bahwasannya Nabi Muhammad dan keluarganya dari keturunan Nabi Ibrahim dan memiliki keutamaan-keutamaan dan kelayakan-kelayakan, dan juga ayat {{ia|اِنَّما وَلیکُمُ اللّهُ وَ رَسولُهُ وَ الَّذینَ آمَنوا الّذینَ یقیمونَ الصّلوهَ وَ یؤتونَ الزّکوهَ وَهُمْ راکِعونَ }} <ref> Q.S. Ali Imran, ayat 33-34.</ref> dan masih banyak ayat-ayat lainnya <ref> Q.S. Al-Maidah, ayat 55.</ref>, begitu pula dengan berdasarkan hadis-hadis konstanta atau mutawatir seperti, Hadis Dar <ref> Lihat: Mufid, ''al-Jamal wa al-Nushrah li Sayidil Itrah'', hlm.32-33;  Thabathabai, Syieh dar Islām, hlm.113.</ref>, hadis Manzilah, <ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.2, hlm.319-321; Ahmad bin Hambal, ''Musnad'', jld.1, hlm.111.</ref> dan hadis Ghadir <ref> Ghanji, kifāyah al-Thālib, hlm.281; Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.23-24; Mufid, ''al-Jamal wa al-Nushrah li Sayidil Itrah'', hlm.33-34;  Ibnu Shabagh, al-Fushul al-Muhimmah, hlm.39.</ref>, yang kesemuanya ini menyatakan bahwa kekhalifahan itu berdasarkan nash dan penentuan. <ref> Muhib Thabari, Dzakhāir al-‘Uqba, hlm.67-68; Ibnu Katsir, ''al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld.5, hlm.208-214; jld.7, hlm.346-351.</ref>


Saad bin Ubadah hingga akhir hidupnya tidak berbaiat dengan Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Dia pada kekhalifahan Umar berpindah ke Syam, dan di pertengahan malam di daerah bernama Horan dia ditemukan terbunuh. <ref> Thabathabai, Syieh dar Islām, hlm.113-114.</ref> Tetapi Baladzuri dengan riwayat Madaini, menuturkan bahwa Abu Mikhnaf dan Kalbi mengatakan bahwa Umar telah mengirim seorang laki-laki ke Horan dan memerintahkan untuk memaksanya bersedia memberikan baiat dan jika dia tidak menerimanya maka mintalah kepada Tuhan untuk membantu melawannya. Laki-laki itu bertemu dengan Saad dan karena dia tidak bisa mengambil baiat darinya, dia membunuhnya dengan anak panah. Balazduri kemudian mengisyaratkan pada satu riwayat yang terkenal, yang mana menurut riwayat tersebut "Saad dibunuh oleh para jin". <ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.10; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.222-223; Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.616-617.</ref>
Sa'ad bin Ubadah hingga akhir hidupnya tidak berbaiat dengan Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Dia pada kekhalifahan Umar berpindah ke Syam, dan di pertengahan malam di daerah bernama Horan dia ditemukan terbunuh. <ref> Thabathabai, Syieh dar Islām, hlm.113-114.</ref> Tetapi Baladzuri dengan riwayat Madaini, menuturkan bahwa Abu Mikhnaf dan Kalbi mengatakan bahwa Umar telah mengirim seorang laki-laki ke Horan dan memerintahkan untuk memaksanya bersedia memberikan baiat dan jika dia tidak menerimanya maka mintalah kepada Tuhan untuk membantu melawannya. Laki-laki itu bertemu dengan Saad dan karena dia tidak bisa mengambil baiat darinya, dia membunuhnya dengan anak panah. Balazduri kemudian mengisyaratkan pada satu riwayat yang terkenal, yang mana menurut riwayat tersebut "Saad dibunuh oleh para jin". <ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.10; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.222-223; Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.616-617.</ref>


==Pengambilan Baiat dari Imam Ali as==
==Pengambilan Baiat dari Imam Ali as==
Baris 173: Baris 193:
 
 
===Sebab Baiat===
===Sebab Baiat===
Tampaknya apa yang memaksa Ali as untuk berbaiat dengan Abu Bakar, penyebaran kemurtadan secara cepat, penyelewengan para suku dan munculnya para pengaku nabi di semenanjung Arab.<ref> Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld.1, hlm.588; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.387; Thabarsi, al-Ihtijāj, jld.1, hlm.95-105.</ref> sebagian dari sumber-sumber juga memberikan kemungkinan suasana penekanan dan takut kehilangan nyawa dalam penerimaan baiat cukup berpengaruh, karena telah diriwayatkan bahwa suatu hari Abu Hanifah bertanya kepada Mu’min Thaq, jika kekhalifahan secara resmi dan syara milik Ali, mengapa dia tidak bangkit untuk mengambil haknya? Dia menjawab: Dia takut dibunuh oleh para Jin sebagaimana Saad bin Ubadah!. <ref> Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld.1, hlm.587; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.208; Thabarsi, al-Ihtijāj, jld.2, hlm.381.</ref>
Tampaknya apa yang memaksa Ali as untuk berbaiat dengan Abu Bakar, penyebaran kemurtadan secara cepat, penyelewengan para suku dan munculnya para pengaku nabi di semenanjung Arab.<ref> Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld.1, hlm.588; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.387; Thabarsi, al-Ihtijāj, jld.1, hlm.95-105.</ref> sebagian dari sumber-sumber juga memberikan kemungkinan suasana penekanan dan takut kehilangan nyawa dalam penerimaan baiat cukup berpengaruh, karena telah diriwayatkan bahwa suatu hari Abu Hanifah bertanya kepada Mu’min Thaq, jika kekhalifahan secara resmi dan syara milik Ali, mengapa dia tidak bangkit untuk mengambil haknya? Dia menjawab: Dia takut dibunuh oleh para Jin sebagaimana Sa'ad bin Ubadah!. <ref> Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld.1, hlm.587; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.208; Thabarsi, al-Ihtijāj, jld.2, hlm.381.</ref>


==Fadak==
==Fadak==
Pengguna anonim