Lompat ke isi

Abu Bakar bin Abi Quhafah: Perbedaan antara revisi

tidak ada ringkasan suntingan
imported>E.amini
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 83: Baris 83:
Dengan dimulainya permusuhan kaum [[musyrikin]] terhadap kaum muslim, penyiksaan dan penganiayaanpun dimulai sehingga Abu Bakar juga mengalami derita penganiayaan dan penyiksaan tersebut. Dalam sumber-sumber [[Ahlusunah]] telah menceritakan tentang ia terluka di tangan orang-orang musyrik. <ref> Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyah'', jld.1, hlm.310; Ahmad bin Hambal, ''Musnad'', jld.2, hlm.204.</ref> Ketika penyiksaan dan penganiayaan ini semakin parah dengan diusirnnya [[Bani Hasyim]] dari [[Mekah]], dia terpaksa meninggalkan Mekah dengan izin dari Nabi saw untuk [[Hijrah ke Habasyah|berhijrah ke Habasyah]], namun dengan usulan tetangga dan dukungan untuknya dari Ibnu al-Dughunnah (salah seorang dari orang-orang yang berpengaruh Quraisy), dia kembali ke Mekah, dan karena sekali lagi dia melakukan dakwah secara terbuka dan terang-terangan, penganiayaan dan penyiksaan dimulai kembali. <ref> Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyah'', jld.2, hlm.11-13; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.1, hlm.67-69.</ref> Sebagian memberikan kemungkinan bahwa alasan tinggalnya Abu Bakar di Mekah dan tidak menyertai orang-orang berhijrah ke Habasyah karena klan Taim (suku Abu Bakar), seperti anggota kelompok lainnya yang dikenal dengan nama [[Hilf al-Fadhul]], yang telah dikesampingkan dari pengejaran dan siksaan, tetapi ketika Bani Taim tidak menghendaki, atau mereka tidak mampu untuk membela orang-orang muslim dan Abu Bakar secara praktis berada dalam penyiksaan dan terpaksa dia berhijrah keluar dari Mekah.
Dengan dimulainya permusuhan kaum [[musyrikin]] terhadap kaum muslim, penyiksaan dan penganiayaanpun dimulai sehingga Abu Bakar juga mengalami derita penganiayaan dan penyiksaan tersebut. Dalam sumber-sumber [[Ahlusunah]] telah menceritakan tentang ia terluka di tangan orang-orang musyrik. <ref> Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyah'', jld.1, hlm.310; Ahmad bin Hambal, ''Musnad'', jld.2, hlm.204.</ref> Ketika penyiksaan dan penganiayaan ini semakin parah dengan diusirnnya [[Bani Hasyim]] dari [[Mekah]], dia terpaksa meninggalkan Mekah dengan izin dari Nabi saw untuk [[Hijrah ke Habasyah|berhijrah ke Habasyah]], namun dengan usulan tetangga dan dukungan untuknya dari Ibnu al-Dughunnah (salah seorang dari orang-orang yang berpengaruh Quraisy), dia kembali ke Mekah, dan karena sekali lagi dia melakukan dakwah secara terbuka dan terang-terangan, penganiayaan dan penyiksaan dimulai kembali. <ref> Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyah'', jld.2, hlm.11-13; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.1, hlm.67-69.</ref> Sebagian memberikan kemungkinan bahwa alasan tinggalnya Abu Bakar di Mekah dan tidak menyertai orang-orang berhijrah ke Habasyah karena klan Taim (suku Abu Bakar), seperti anggota kelompok lainnya yang dikenal dengan nama [[Hilf al-Fadhul]], yang telah dikesampingkan dari pengejaran dan siksaan, tetapi ketika Bani Taim tidak menghendaki, atau mereka tidak mampu untuk membela orang-orang muslim dan Abu Bakar secara praktis berada dalam penyiksaan dan terpaksa dia berhijrah keluar dari Mekah.


Sebagian sumber menulis bahwa dia menghabiskan sebagian harta dan kekayaannya untuk membebaskan 7 budak yang telah masuk Islam dari perbudakaan dan siksaan para majikan mereka, atas perbuatannya ini menyebabkan ayahnya Abu Quhafah menjadi bahan celaan. <ref> Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyah'', jld.1, hlm.340-341; Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.230-232.</ref>
Sebagian sumber menulis bahwa dia menghabiskan sebagian harta dan kekayaannya untuk membebaskan 7 budak yang telah masuk Islam dari perbudakaan dan siksaan para majikan mereka, atas perbuatannya ini menyebabkan ia dicerca oleh ayahnya Abu Quhafah. <ref> Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyah'', jld.1, hlm.340-341; Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.230-232.</ref>
==Hijrah ke Madinah==
==Hijrah ke Madinah==
Baris 89: Baris 89:
Kejadian yang paling menonjol dari kehidupan Abu Bakar di [[Mekah]] adalah menjadi pendamping bagi [[Rasulullah saw]] ketika [[hijrah ke Madinah]] dan bersembunyi di [[gua Tsaur]]. <ref>Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.1, hlm.227-228.</ref> Kejadian ini terjadi pada malam Kamis awal bulan [[Rabiul Awal]] pada tahun pertama Hijriah (tahun 14 setelah kenabian, 13 September 622). Masyhur mengatakan bahwa ketika Nabi saw mendapat kabar melalui [[wahyu]] tentang konspirasi  pembunuhan beliau, dia bersama dengan Abu Bakar keluar dari Mekah dan langsung pergi menuju [[Yatsrib]] lewat jalan memutar sehingga mereka sampai ke gua. <ref> Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyah'', jld.2, hlm.126-129; Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.1, hlm.227-229.</ref>
Kejadian yang paling menonjol dari kehidupan Abu Bakar di [[Mekah]] adalah menjadi pendamping bagi [[Rasulullah saw]] ketika [[hijrah ke Madinah]] dan bersembunyi di [[gua Tsaur]]. <ref>Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.1, hlm.227-228.</ref> Kejadian ini terjadi pada malam Kamis awal bulan [[Rabiul Awal]] pada tahun pertama Hijriah (tahun 14 setelah kenabian, 13 September 622). Masyhur mengatakan bahwa ketika Nabi saw mendapat kabar melalui [[wahyu]] tentang konspirasi  pembunuhan beliau, dia bersama dengan Abu Bakar keluar dari Mekah dan langsung pergi menuju [[Yatsrib]] lewat jalan memutar sehingga mereka sampai ke gua. <ref> Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyah'', jld.2, hlm.126-129; Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.1, hlm.227-229.</ref>


Ayat gua mengacu pada cerita tentang tinggalnya Nabi dan Abu Bakar di dalam gua. Para ulama Sunni menganggap bahwa ayat ini sebagai dalil keutamaan Abu Bakar. Adapun bentuk penafsiran ayat ini, tentang dia dan [[Nabi saw]] di gua Tsaur antara para mufassir [[Islam]] terdapat perbedaan. {{enote|Untuk penjelasan dan telaah lebih lanjut silahkan merujuk ke [[ayat La Tahzan]].}}
[[Ayat Laa Tahzan]] mengacu pada cerita tentang tinggalnya Nabi dan Abu Bakar di dalam gua. Para ulama Sunni menganggap bahwa ayat ini sebagai dalil keutamaan Abu Bakar. Adapun bentuk penafsiran ayat ini, tentang dia dan [[Nabi saw]] di gua Tsaur antara para mufassir [[Islam]] terdapat perbedaan. {{enote|Untuk penjelasan dan telaah lebih lanjut silahkan merujuk ke [[ayat Laa Tahzan]].}}


Apa dan bagaimana pertemanan Abu Bakar dengan Nabi saw selama diperjalanan tersebut masih belum jelas dan sebagian mengatakan bahwa Nabi saw secara kebetulan melihat Abu Bakar di jalan dan kemudian membawanya dalam perjalanan. <ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.2, hlm.374.</ref> Kutipan lainnya mengatakan bahwa Nabi saw pada malam penyerangan, beliau pergi ke rumah Abu Bakar dan dari sana, beliau bersama Abu Bakar pergi ke gua Tsaur. <ref> Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld.1, hlm.260. </ref> Pendapat ketiga menjelaskan bahwa Abu Bakar mendatangi Nabi saw dan [[Ali as]] menunjukkan tempat persembunyiannya. <ref> Ibnu Katsir, ''al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld.3, hlm.179.</ref>
Apa dan bagaimana pertemanan Abu Bakar dengan Nabi saw selama diperjalanan tersebut masih belum jelas dan sebagian mengatakan bahwa Nabi saw secara kebetulan melihat Abu Bakar di jalan dan kemudian membawanya dalam perjalanan. <ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.2, hlm.374.</ref> Kutipan lainnya mengatakan bahwa Nabi saw pada malam penyerangan, beliau pergi ke rumah Abu Bakar dan dari sana, beliau bersama Abu Bakar pergi ke gua Tsaur. <ref> Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld.1, hlm.260. </ref> Pendapat ketiga menjelaskan bahwa Abu Bakar mendatangi Nabi saw dan [[Ali as]] menunjukkan tempat persembunyiannya. <ref> Ibnu Katsir, ''al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld.3, hlm.179.</ref>
Baris 106: Baris 106:
Nabi saw, diakhir-akhir hayatnya, telah menyiapkan pasukan untuk berperang dengan orang-orang [[Romawi]], sementara orang-orang ternama ada di antara tentara-tentara tersebut seperti Abu Bakar, Namun komando pasukan diberikan kepada [[Usamah bin Zaid]]. <ref> Dzahabi, ''Tārikh al-Islām'', jld.2, hlm.412; Ibnu Abi Syaibah, ''al-Kitāb al-Mushannaf fi al-Ahadist wal Atār'', jld.6, hlm.367; Hakim Naisyaburi, ''al-Mustadrak ala al-Shahihain'', jld.3, hlm.39; Iji, ''Kitāb al-Mawāqif'', jld.3, hlm.634.</ref>
Nabi saw, diakhir-akhir hayatnya, telah menyiapkan pasukan untuk berperang dengan orang-orang [[Romawi]], sementara orang-orang ternama ada di antara tentara-tentara tersebut seperti Abu Bakar, Namun komando pasukan diberikan kepada [[Usamah bin Zaid]]. <ref> Dzahabi, ''Tārikh al-Islām'', jld.2, hlm.412; Ibnu Abi Syaibah, ''al-Kitāb al-Mushannaf fi al-Ahadist wal Atār'', jld.6, hlm.367; Hakim Naisyaburi, ''al-Mustadrak ala al-Shahihain'', jld.3, hlm.39; Iji, ''Kitāb al-Mawāqif'', jld.3, hlm.634.</ref>


==Kisah Penyampaian Surah al-Bara'ah==
==Kisah Penyampaian Surah al-Baraāh==
Salah satu misi kontroversial dari Abu Bakar adalah berkaitan dengan urusan [[Haji]] pada tahun ke-9 H/630 dan penyampaian surah al-Bara'ah. Menurut riwayat Ibnu Ishaq, Nabi saw setelah menyelesaikan [[Perang Tabuk]] di bulan [[Dzulhijjah]] pada tahun ke-9 H/630, beliau mengangkat Abu Bakar sebagai Amir al-Hajj dan menyuruhnya pergi ke [[Mekah]]. Karena dia beranjak dari Madinah, tiba-tiba [[Surah Al-Taubah|surah al-Bara'ah]] turun dan Nabi saw dengan menjelaskan sebuah perkataan yang berisikan bahwa "Hanya seorang laki-laki dari keluargaku yang akan menyampaikan pesanku ini", lalu beliau mengirim [[Ali as]] ke Mekah dengan untanya untuk menyampaikan pernyataan tersebut. <ref> Ya'qubi, ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.113.</ref> Di antara para mufassir dan sejarawan, terjadi perselisihan yang sangat tajam tentang jumlah ayat yang dibaca pada musim haji, tempat di mana ayat-ayat itu dibaca, masa penurunannya (sebelum keberangkatan Abu Bakar atau sesudahnya) dan pencopotan Abu Bakar dari kepengurusan Haji dan mendudukkan Ali as ditempatnya. <ref> Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyah'', jld.4, hlm.188-191.</ref>
Salah satu misi kontroversial dari Abu Bakar adalah berkaitan dengan urusan [[Haji]] pada tahun ke-9 H/630 dan penyampaian surah al-Bara'ah. Menurut riwayat Ibnu Ishaq, Nabi saw setelah menyelesaikan [[Perang Tabuk]] di bulan [[Dzulhijjah]] pada tahun ke-9 H/630, beliau mengangkat Abu Bakar sebagai Amir al-Hajj dan menyuruhnya pergi ke [[Mekah]]. Karena dia beranjak dari Madinah, tiba-tiba [[Surah Al-Taubah|surah al-Baraāh]] turun dan Nabi saw dengan menjelaskan sebuah perkataan yang berisikan bahwa "Hanya seorang laki-laki dari keluargaku yang akan menyampaikan pesanku ini", lalu beliau mengirim [[Ali as]] ke Mekah dengan untanya untuk menyampaikan pernyataan tersebut. <ref> Ya'qubi, ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.113.</ref> Di antara para mufassir dan sejarawan, terjadi perselisihan yang sangat tajam tentang jumlah ayat yang dibaca pada musim haji, tempat di mana ayat-ayat itu dibaca, masa penurunannya (sebelum keberangkatan Abu Bakar atau sesudahnya) dan pencopotan Abu Bakar dari kepengurusan Haji dan mendudukkan Ali as ditempatnya. <ref> Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyah'', jld.4, hlm.188-191.</ref>


==Kisah Tentang Pasukan Usamah==
==Kisah Tentang Pasukan Usamah==
Baris 117: Baris 117:
Dalam sebuah riwayat, Nabi saw pada suatu hari, saat penyakitnya semakin parah, beliau bersabda: "Kirimlah seseorang untuk memanggil [[Ali as|Ali]]." [[Aisyah]] menyarankan untuk mengirim seseorang memanggil Abu Bakar, dan [[Hafsah]] berkata bahwa dia telah mengirim seseorang untuk memanggil [[Umar]] dan semuanya datang menghadap Nabi. Kemudian Nabi saw berkata: Pergilah kalian semua, jika aku membutuhkan kalian, aku akan memanggil kalian. <ref>Lihat: Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.2, hlm.215-224; jld.3, hlm.178; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.197; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.130-132.</ref>
Dalam sebuah riwayat, Nabi saw pada suatu hari, saat penyakitnya semakin parah, beliau bersabda: "Kirimlah seseorang untuk memanggil [[Ali as|Ali]]." [[Aisyah]] menyarankan untuk mengirim seseorang memanggil Abu Bakar, dan [[Hafsah]] berkata bahwa dia telah mengirim seseorang untuk memanggil [[Umar]] dan semuanya datang menghadap Nabi. Kemudian Nabi saw berkata: Pergilah kalian semua, jika aku membutuhkan kalian, aku akan memanggil kalian. <ref>Lihat: Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.2, hlm.215-224; jld.3, hlm.178; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.197; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.130-132.</ref>


Dengan banyaknya perbedaan yang terdapat dalam riwayat, dinukil bahwa Abu Bakar berdiri di masjid menggantikan kedudukan Nabi menjadi imam salat jamaah. Tetapi reaksi Nabi saw terhadap salat ini diriwayatkan dengan banyak perbedaan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Aisyah, ketika Abu Bakar berdiri untuk melakukan salat, keadaan Nabi saw pulih dan beliau bangkit dan datang ke masjid sambil bersandar pada dua orang yang memapahnya sementara kedua kakinya terseret di atas tanah. Ketika Abu Bakar melihat kedatangan Nabi, diapun menyingkirkan dirinya, namun Nabi memberi isyarat untuk tetap berada di tempatnya. Kemudian Nabi datang dan duduk di sebelah kiri Abu Bakar. Kemudian Nabi melaksanakan salat sambil duduk dan Abu Bakar berdiri. Abu Bakar mengikuti salat Nabi dan orang-orang mengikuti salat Abu Bakar. <ref>Lihat: Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.196; Bandingkan: Ahmad bin Hambal, ''Musnad'', jld.1, hlm.356; Mufid, ''al-Irsyād'', hlm.99.</ref> Sebagian dari ulama [[Sunni]] dalam menonjolkan dan mengutamakan kepemimpinan salat jamaah Abu Bakar dalam menggantikan kedudukan Nabi, menjadikannya sebagai salah satu dalil keprioritasan Abu Bakar dalam [[Imamah]] dan kepemimpinan umum, yaitu kekhalifahan, mereka berpendapat sampai sejauh ini dan mengatakan bahwa Nabi saw telah bermakmum dengan Abu Bakar. <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.2, hlm.215-224; jld.3, hlm.179; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.130-132.</ref> Bahkan ucapan semacam ini bagi beberapa ulama besar Sunni sangat membuat heran dan mencengangkan dan sampai Abul Faraj Abdur Rahman Ibnu Jauzi, mufassir, [[fakih]] besar mazhab [[Hambali]] (511-597 H/1117-1201) melakukan sebuah tindakan untuk membuat sebuah tulisan buku berjudul ''Afāt Ashāb al-Hadits'' sebagai sebuah penolakan akan hal ini. <ref>Bukhari, ''Sahih Bukhari'', jld.1, hlm. 174, 175, 183; Ahmad bin Hambal, ''Musnad'', jld.6, hlm.234.</ref>
Dengan banyaknya perbedaan yang terdapat dalam riwayat, dinukil bahwa Abu Bakar berdiri di masjid menggantikan kedudukan Nabi menjadi imam salat jamaah. Tetapi banyak perbedaan riwayat tentang reaksi Nabi saw terhadap salat ini. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Aisyah, ketika Abu Bakar berdiri untuk melakukan salat, keadaan Nabi saw pulih dan beliau bangkit dan datang ke masjid sambil bersandar pada dua orang yang memapahnya sementara kedua kakinya terseret di atas tanah. Ketika Abu Bakar melihat kedatangan Nabi, diapun menyingkirkan dirinya, namun Nabi memberi isyarat untuk tetap berada di tempatnya. Kemudian Nabi saw datang dan duduk di sebelah kiri Abu Bakar. Kemudian Nabi melaksanakan salat sambil duduk dan Abu Bakar berdiri. Abu Bakar mengikuti salat Nabi dan orang-orang mengikuti salat Abu Bakar. <ref>Lihat: Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.196; Bandingkan: Ahmad bin Hambal, ''Musnad'', jld.1, hlm.356; Mufid, ''al-Irsyād'', hlm.99.</ref> Sebagian dari ulama [[Sunni]] dalam menonjolkan dan mengutamakan kepemimpinan salat jamaah Abu Bakar dalam menggantikan kedudukan Nabi, menjadikannya sebagai salah satu dalil keprioritasan Abu Bakar dalam [[Imamah]] dan kepemimpinan umum, yaitu kekhalifahan, mereka berpendapat sampai sejauh ini dan mengatakan bahwa Nabi saw telah bermakmum dengan Abu Bakar. <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.2, hlm.215-224; jld.3, hlm.179; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.130-132.</ref> Bahkan ucapan semacam ini bagi beberapa ulama besar Sunni sangat membuat heran dan mencengangkan dan sampai Abul Faraj Abdur Rahman Ibnu Jauzi, mufassir, [[fakih]] besar mazhab [[Hambali]] (511-597 H/1117-1201) melakukan sebuah tindakan untuk membuat sebuah tulisan buku berjudul ''Afāt Ashāb al-Hadits'' sebagai sebuah penolakan akan hal ini. <ref>Bukhari, ''Sahih Bukhari'', jld.1, hlm. 174, 175, 183; Ahmad bin Hambal, ''Musnad'', jld.6, hlm.234.</ref>
===Pandangan Syiah===
===Pandangan Syiah===
Para ulama [[Syiah]] telah menentang cerita tentang salatnya Abu Bakar di hari-hari Nabi saw terbaring sakit dengan beberapa cara:
Para ulama [[Syiah]] telah menentang cerita tentang salatnya Abu Bakar di hari-hari Nabi saw terbaring sakit dengan beberapa cara:
1. Meskipun hadis yang dinukil oleh [[Aisyah]] hampir bersifat insidentil terhadap hal ini, namun hadis ini tidak sampai batas mutawatir dan ini tidak dapat dijadikan sebagai sebuah sandaran dan berdalil dengannya. Di sisi lain, ada kemungkinan Aisyah dalam riwayat ini berbicara untuk memberikan keuntungan baginya.
 
2. Dengan ijmak para sejarawan <ref> Ibnu Jauzi, ''Afāt Ashāb al-Hadits'', hlm.49-50; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.132.</ref>, Abu Bakar di hari-hari ini seharusnya berada di kamp Jurf dan pasukan yang dikomandani oleh [[Usamah bin Zaid]], bukan di [[Madinah]]. Oleh karena itu, jika dia mendirikan [[salat]] dengan penduduk Madinah, itu bukan atas perintah Nabi. Ada beberapa hal tanda bukti yang menetapkan pernyataan ini:
:1. Meskipun hadis yang dinukil oleh [[Aisyah]] hampir bersifat insidentil terhadap hal ini, namun hadis ini tidak sampai batas mutawatir dan ini tidak dapat dijadikan sebagai sebuah sandaran dan berdalil dengannya. Di sisi lain menurut pendapat [[Sayid Jakfar Murtadha al-Amili]], ada kemungkinan Aisyah dalam riwayat ini berbicara untuk memberikan keuntungan baginya.<ref>Jakfar Murtadha, jld. 32, hal. 315-316.</ref>
A) Sebuah hadis yang berdasarkan hadis tersebut Nabi saw memberi perintah untuk memanggil [[Ali as]], tetapi orang yang mendengar perintah itu tidak mementingkan hal itu dan menggantinya dengan menghadirkan Abu Bakar, Umar dan [[Abbas bin Abdul Muthalib|Abbas]]. <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.2, hlm.189-190; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.184-186; Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahjul Balāghah'', jld.1, hlm.159-160; Mufid, ''al-Irsyād'', hlm.98.</ref> B) Kehadiran Nabi saw di masjid dengan ketidakmampuan berdirinya dengan bantuan dua orang (Ali as dan [[Fadhl bin Abbas]]) dan mendirikan salat dengan sendirinya bersama mereka. <ref>Ahmad bin Hambal, ''Musnad'', jld.1, hlm.356; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.196.</ref>  
 
:2. Dengan ijmak para sejarawan <ref> Ibnu Jauzi, ''Afāt Ashāb al-Hadits'', hlm.49-50; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.132.</ref>, Abu Bakar seharusnya pada saat itu berada di kamp Jurf dan pasukan yang dikomandani oleh [[Usamah bin Zaid]], bukan di [[Madinah]]. Oleh karena itu, jika dia mendirikan [[salat]] dengan penduduk Madinah, itu bukan atas perintah Nabi saw. Ada beberapa hal tanda bukti yang menetapkan pernyataan ini:
A) Sebuah hadis yang berdasarkan hadis tersebut Nabi saw memberi perintah untuk memanggil [[Ali as]], tetapi orang yang mendengar perintah tersebut tidak mementingkannya dan menggantinya dengan menghadirkan Abu Bakar, [[Umar]] dan [[Abbas bin Abdul Muthalib|Abbas]]. <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.2, hlm.189-190; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.184-186; Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahjul Balāghah'', jld.1, hlm.159-160; Mufid, ''al-Irsyād'', hlm.98.</ref> B) Nabi saw dalam keadaan lemah datang ke [[masjid]] dengan dibantu oleh dua orang (Ali as dan [[Fadhl bin Abbas]]) dan mengimami salat jamaah.<ref>Ahmad bin Hambal, ''Musnad'', jld.1, hlm.356; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.196.</ref>  


Dengan ini semua, menurut pandangan para ulama Syiah mengatakan jika dengan berasumsikan keabsahan riwayat yang terkait dengan salat Abu Bakar di zaman terbaringnya Nabi saw, hal ini tidak akan membuat alasan untuk mendahulukan atau mengutamakan Abu Bakar dalam kekhilafahan. Karena Nabi saw sebelum hari-hari ini, telah berulang kali memberikan perintah kepada sahabat-sahabat lainnya untuk melakukan salat jamaah bersama orang-orang seperti [[Abu Ubaidah al-Jarrah, [[Amr bin Ash]], [[Khalid bin Walid]], Usamah bin Zaid, [[Ali as]] dan bahkan sekali lagi menyuruh Abu Bakar untuk melakukan hal itu. <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.179; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.131; Mufid, ''al-Irsyād'', hlm.98.</ref>
Dengan ini semua, menurut pandangan para ulama Syiah mengatakan jika dengan berasumsikan keabsahan riwayat yang terkait dengan salat Abu Bakar di zaman terbaringnya Nabi saw, hal ini tidak akan membuat alasan untuk mendahulukan atau mengutamakan Abu Bakar dalam kekhilafahan. Karena Nabi saw sebelum hari-hari ini, telah berulang kali memberikan perintah kepada sahabat-sahabat lainnya untuk melakukan salat jamaah bersama orang-orang seperti [[Abu Ubaidah al-Jarrah, [[Amr bin Ash]], [[Khalid bin Walid]], Usamah bin Zaid, [[Ali as]] dan bahkan sekali lagi menyuruh Abu Bakar untuk melakukan hal itu. <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.179; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.131; Mufid, ''al-Irsyād'', hlm.98.</ref>
Pengguna anonim