Pengguna anonim
Abdullah bin Zubair: Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono Tidak ada ringkasan suntingan |
imported>Yuwono Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 43: | Baris 43: | ||
==Keturunan== | ==Keturunan== | ||
Abdullah bin Zubair bin Awwam bin Khuwailid berasal dari suku Bani asad. Abu Bakar dan Abu Khubaib adalah julukan Abdullah bin Zubair. Ayahnya, [[Zubair bin Awwam]] adalah [[sahabat]] penting | Abdullah bin Zubair bin Awwam bin Khuwailid berasal dari suku Bani asad. Abu Bakar dan Abu Khubaib adalah julukan Abdullah bin Zubair. Ayahnya, [[Zubair bin Awwam]] adalah [[sahabat]] penting Nabi Muhammad saw dan juga sepupu Nabi saw. Ibunya adalah asma, putri [[Abu Bakar]]. | ||
==Kelahiran== | ==Kelahiran== | ||
Baris 50: | Baris 50: | ||
==Masa Setelah Nabi Muhammad saw== | ==Masa Setelah Nabi Muhammad saw== | ||
Ketika [[Nabi Muhammad saw]] masih hidup saat itu Ibnu Zubair masih kecil. Tidak ada laporan sejarah tentang Ibnu Zubair ikut serta dalam berbagai [[ghazwah|peperangan]] dan kejadian-kejadian penting kemasyarakatan atau politik. Hanya ada satu peristiwa sejarah yang menceritakan bahwa ia ikut ayahnya dalam [[Perang Yarmuk]] (tahun ke 15 H/636) dan usianya ketika itu masih kecil, sehingga pastinya ia tidak ikut berperang. <ref> Silahkan lihat: ''Tārikh Thabari'', jld. 3, hlm. 571; ''Al-Ashablāh'', jld. 3, hlm. 334</ref> | Ketika [[Nabi Muhammad saw]] masih hidup saat itu Ibnu Zubair masih kecil. Tidak ada laporan sejarah tentang Ibnu Zubair ikut serta dalam berbagai [[ghazwah|peperangan]] dan kejadian-kejadian penting kemasyarakatan atau politik. Hanya ada satu peristiwa sejarah yang menceritakan bahwa ia ikut ayahnya dalam [[Perang Yarmuk]] (tahun ke 15 H/636) dan usianya ketika itu masih kecil, sehingga pastinya ia tidak ikut berperang. <ref> Silahkan lihat: ''Tārikh Thabari'', jld. 3, hlm. 571; ''Al-Ashablāh'', jld. 3, hlm. 334</ref> | ||
Nama Abdullah bin Zubair secara perlahan-perlahan namanya disebut dalam sumber-sumber rujukkan pada zaman Khalifah | Nama Abdullah bin Zubair secara perlahan-perlahan namanya disebut dalam sumber-sumber rujukkan pada zaman Khalifah Utsman. Pada masa ini ia memperoleh banyak promosi jabatan. | ||
Menurut nukilan Thabari (310 H/922) ia ikut pada peristiwa penyerangan Iran bagian utara [[Khurasan]] pada tahun 29-30 H/650-651 yang dipimpin oleh Sa'id bin al-Ash. <ref> Silahkan lihat: ''Tārikh'', jld. 4, hlm. 270; Demikian juga ''Dāirah al-Ma’ārif Islām'', jil 1, hlm.55, bagian Abdullah bin Zubair </ref>. Ia termasuk penulis [[Alquran]] dalam peristiwa pengumpulan mushaf Alquran. <ref> ''Ansābul Asyrāf'', jld. 10, hlm. 176; ''Usdul Ghābah'', jld. 3, hlm. 328; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 335. </ref> Ia turut serta dalam penyerangan ke Maroko pada tahun 27 atau 28 H/648 dibawah pimpinan Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarh. Dari ia sendiri dinukilkan bahwa kemenangan kaum [[Muslimin]] diperoleh karena ia berhasil membunuh pimpinan pasukan musuh. <ref> ''Futuh al-Buldān'', hlm. 224; ''Al-Muntadhim'', jld. 4, hlm. 344. </ref> Ibnu Zubair tidak sejalan dengan ayah dan bibinya [[Aisyah]] dalam peristiwa pemberontakan atas [[Usman]]. Ia berada dalam barisan Usman dan membelanya. <ref>''Tārikh Khalifah'', hlm. 102; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 7, hlm. 181. </ref> Ia adalah wakil Usman untuk bernegosiasi melawan musuh-musuhnya, ia juga merupakan imam [[salat jama'ah]] ketika rumah Usman dikepung. Dalam kejadian ini, ia terluka. <ref>''Al-Thabaqāt'', jld. 2, hlm. 36, ''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 564. </ref> | Menurut nukilan Thabari (310 H/922) ia ikut pada peristiwa penyerangan Iran bagian utara [[Khurasan]] pada tahun 29-30 H/650-651 yang dipimpin oleh Sa'id bin al-Ash. <ref> Silahkan lihat: ''Tārikh'', jld. 4, hlm. 270; Demikian juga ''Dāirah al-Ma’ārif Islām'', jil 1, hlm.55, bagian Abdullah bin Zubair </ref>. Ia termasuk penulis [[Alquran]] dalam peristiwa pengumpulan mushaf Alquran. <ref> ''Ansābul Asyrāf'', jld. 10, hlm. 176; ''Usdul Ghābah'', jld. 3, hlm. 328; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 335. </ref> Ia turut serta dalam penyerangan ke Maroko pada tahun 27 atau 28 H/648 dibawah pimpinan Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarh. Dari ia sendiri dinukilkan bahwa kemenangan kaum [[Muslimin]] diperoleh karena ia berhasil membunuh pimpinan pasukan musuh. <ref> ''Futuh al-Buldān'', hlm. 224; ''Al-Muntadhim'', jld. 4, hlm. 344. </ref> Ibnu Zubair tidak sejalan dengan ayah dan bibinya [[Aisyah]] dalam peristiwa pemberontakan atas [[Usman]]. Ia berada dalam barisan Usman dan membelanya. <ref>''Tārikh Khalifah'', hlm. 102; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 7, hlm. 181. </ref> Ia adalah wakil Usman untuk bernegosiasi melawan musuh-musuhnya, ia juga merupakan imam [[salat jama'ah]] ketika rumah Usman dikepung. Dalam kejadian ini, ia terluka. <ref>''Al-Thabaqāt'', jld. 2, hlm. 36, ''Ansābul Asyrāf'', jld. 5, hlm. 564. </ref> | ||
Baris 101: | Baris 101: | ||
Marwan berhasil mengacaukan pasukan musuh di Perang Marj Rahith pada bulan [[Dzulhijjah]] tahun 64 H/684 . <ref>''Al-Thabaqāt al-Kubra'', jil 5, hlm. 31; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 241. </ref> dan membunuh Dhahak bin Qais. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 6, hlm. 273; ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 38. </ref> Dalam waktu yang singkat kekuatan Ibnu Zubair di Suriah berakhir. Mesir juga menjadi daerah kekuasaan Marwan dan tidak lagi menjadi kekuasaan Zubair. <ref>''Al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld. 2, hlm. 22, ''Murūj al-Dzahab'', jld. 3, hlm. 88. </ref> | Marwan berhasil mengacaukan pasukan musuh di Perang Marj Rahith pada bulan [[Dzulhijjah]] tahun 64 H/684 . <ref>''Al-Thabaqāt al-Kubra'', jil 5, hlm. 31; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 241. </ref> dan membunuh Dhahak bin Qais. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 6, hlm. 273; ''Tārikh al-Islām'', jld. 5, hlm. 38. </ref> Dalam waktu yang singkat kekuatan Ibnu Zubair di Suriah berakhir. Mesir juga menjadi daerah kekuasaan Marwan dan tidak lagi menjadi kekuasaan Zubair. <ref>''Al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld. 2, hlm. 22, ''Murūj al-Dzahab'', jld. 3, hlm. 88. </ref> | ||
Saat Abdul Malik bin Marwan berkuasa di Suriah pada tahun 65 H/685 Ibnu Zubair mulai berceramah pada musim [[haji]] tentang keburukan Abdul Malik bin Marwan sehingga masyarakat akan memberikan sumpah setia kepadanya. Dalam pidatonya di [[hari Arafah]] dia mengingatkan orang tentang kutukan [[Nabi Muhammad saw]] atas Hakam bin seperti nenek moyang Abdul Malik dan keluarganya dan dia mencoba mempengaruhi orang-orang Suriah untuk mendukungnya. <ref>''Akhbār Makkah'', Fakihi, jld. 1, hlm. 356; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 280. </ref> Di sisi lain, Abdul Malik mencoba mencegah masyarakat supaya tidak menghadiri ibadah haji, dia juga menggunakan [[fatwa]] dari Al-Zuhri, seorang ulama pemerintah, bahwa umat [[Islam]] dapat melakukan ritual haji dan [[tawaf]] di [[Baitul Maqdis]]. Masyarakat Suriah pada musim haji bertawaf dan melaksanakan ibadah haji pada hari Arafah dan [[Idul Kurban]] di sana. <ref>''Akhbar Makkah'', Fakihi, jld. 1, hlm. 356; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 280. </ref> | Saat Abdul Malik bin Marwan berkuasa di Suriah pada tahun 65 H/685 Ibnu Zubair mulai berceramah pada musim [[haji]] tentang keburukan [[Abdul Malik bin Marwan]] sehingga masyarakat akan memberikan sumpah setia kepadanya. Dalam pidatonya di [[hari Arafah]] dia mengingatkan orang tentang kutukan [[Nabi Muhammad saw]] atas Hakam bin al-Ash seperti nenek moyang Abdul Malik dan keluarganya dan dia mencoba mempengaruhi orang-orang Suriah untuk mendukungnya. <ref>''Akhbār Makkah'', Fakihi, jld. 1, hlm. 356; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 280. </ref> Di sisi lain, Abdul Malik mencoba mencegah masyarakat supaya tidak menghadiri ibadah haji, dia juga menggunakan [[fatwa]] dari Al-Zuhri, seorang ulama pemerintah, bahwa umat [[Islam]] dapat melakukan ritual haji dan [[tawaf]] di [[Baitul Maqdis]]. Masyarakat Suriah pada musim haji bertawaf dan melaksanakan ibadah haji pada hari Arafah dan [[Idul Kurban]] di sana. <ref>''Akhbar Makkah'', Fakihi, jld. 1, hlm. 356; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 280. </ref> | ||
Perselisihan internal di antara Bani Umayyah dan ancaman dari [[Khawarij]] | Perselisihan internal di antara Bani Umayyah dan ancaman dari [[Khawarij]] serta Roma, mencegah kelompok Marwan untuk secara serius menghadapi pertentangan dari Ibnu Zubair. <ref>''Al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld. 2,hlm. 37, ''Daulat Umawiyan'', jld. 8, hlm. 280; ''Hayah al-Haiwan'', jld. 2, hlm. 58. </ref> Hingga pada tahun 72 H/691 saat Abdul Malik berhasil mengalahkan Mus'ab bin Zubair dan menduduki Irak dia mengirim [[Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi]] untuk menekan Ibnu Zubair di [[Hijaz]]. <ref>''Ansābul Asyrāf'', jld. 7, hlm. 95; ''Al-Bidāyah wa al-Nihāyah'', jld. 8, hlm. 315. </ref> Hajjaj karena telah mengetahui kelemahan pasukan Ibnu Zubair dan mengetahui bantuan pasukan 5000 orang telah memasuki Madinah, ia mengusir Ibnu Zubair dari Madinah. <ref>''Tārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 175; ''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 350. </ref> Kemudian ia bergerak menuju [[Mekah]] dan mengepung Ibnu Zubair di [[Masjidil Haram]]. Pengepungan ini dimulai pada bulan [[Dzulhijjah]] tahun 72 H/692 dan setelah enam bulan dan 17 hari berakhir dengan kematian Ibnu Zubair pada hari Selasa, tanggal 17 [[Jumadil Awal]] tahun 73 H/693. | ||
Beberapa laporan menyebutkan pengepungan tersebut berlangsung selama delapan bulan dan 17 hari. <ref> ''Thārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 175; ''Al-Muntadzam'', jld. 6, hlm. 124. </ref> Berdasarkan satu hal, pada awalnya, Abdul Malik melarang Hajjaj untuk melakukan tindakan militer ke Mekah dan mendorongnya untuk menaklukkan Ibnu Zubair melalui pemboikotan ekonomi. <ref>''Al-Futuh'', jld. 6, hlm. 338. </ref> Pada musim haji tahun 72 H/692, Ibnu Zubair terkepung di Masjidil Haram dan karena tercegah untuk melakukan wukuf di Arafah dan juga tidak bisa melempar jumrah, maka ia tidak bisa melaksanakan ibadah hajinya. <ref> ''Al-Isti’āb'', jld. 3, hlm. 907; ''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 350. </ref> | Beberapa laporan menyebutkan pengepungan tersebut berlangsung selama delapan bulan dan 17 hari. <ref> ''Thārikh Thabari'', jld. 6, hlm. 175; ''Al-Muntadzam'', jld. 6, hlm. 124. </ref> Berdasarkan satu hal, pada awalnya, Abdul Malik melarang Hajjaj untuk melakukan tindakan militer ke Mekah dan mendorongnya untuk menaklukkan Ibnu Zubair melalui pemboikotan ekonomi. <ref>''Al-Futuh'', jld. 6, hlm. 338. </ref> Pada musim haji tahun 72 H/692, Ibnu Zubair terkepung di Masjidil Haram dan karena tercegah untuk melakukan wukuf di Arafah dan juga tidak bisa melempar jumrah, maka ia tidak bisa melaksanakan ibadah hajinya. <ref> ''Al-Isti’āb'', jld. 3, hlm. 907; ''Al-Kāmil'', jld. 4, hlm. 350. </ref> |