Lompat ke isi

Baiat Ridhwan: Perbedaan antara revisi

50 bita ditambahkan ,  12 Maret 2017
tidak ada ringkasan suntingan
imported>M.hazer
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>E.amini
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
'''Baiat Ridhwan''' (Bahasa Arab: {{ia|بيعة الرضوان }}) atau '''Baiat Syajarah''' adalah perjanjian setia sekelompok [[Sahabat|sahabat]] kepada [[Nabi Saw]] yang terjadi pada tahun ke-6 H di dekat [[Mekah]] dan sebelum [[Perdamaian Hudaibiyah]]. Ayat 18 surah al-Fath menegaskan perstiwa ini dan nama [[Baiat]] Ridhwan dan Baiat Syajarah diambil dari ayat ini.
'''Baiat Ridhwan''' (Bahasa Arab: {{ia|بيعة الرضوان }}) atau '''Baiat Syajarah''' ({{ia|بیعة الشجرة}}) adalah perjanjian setia sekelompok [[sahabat]] kepada [[Nabi Saw]] yang terjadi pada tahun ke-6 H di dekat [[Mekah]] dan sebelum [[Perdamaian Hudaibiyah]]. Ayat 18 surah al-Fath menegaskan perstiwa ini dan nama [[Baiat]] Ridhwan dan Baiat Syajarah diambil dari ayat ini.


[[Ahlusunnah]] memandang bahwa kerelaan [[Allah swt]] dalam ayat ini kepada orang-orang yang berbaiat bersifat mutlak, tanpa syarat dan abadi. Oleh karenanya, mereka memberikan penghormatan khusus pada semua sahabat yang hadir dalam baiat tersebut. Akan tetapi, [[Syi'ah]] memandang bahwa keridaan Allah swt yang disinggung dalam ayat tersebut muncul dari pengorbanan dan baiat pada hari itu yang kekekalannya bergantung kepada komitmen dan istikamah mereka dalam mengikuti Nabi saw.
[[Ahlusunnah]] memandang bahwa kerelaan [[Allah Swt]] dalam ayat ini kepada orang-orang yang berbaiat bersifat mutlak, tanpa syarat dan abadi. Oleh karenanya, mereka memberikan penghormatan khusus pada semua sahabat yang hadir dalam baiat tersebut. Akan tetapi, [[Syi'ah]] memandang bahwa keridaan Allah swt yang disinggung dalam ayat tersebut muncul dari pengorbanan dan baiat pada hari itu yang kekekalannya bergantung kepada komitmen dan istikamah mereka dalam mengikuti Nabi saw.


==Baiat Ridhwan Dalam Al-Quran==
==Baiat Ridhwan Dalam Al-Quran==
Dalam [[Al-Qur'an|al-Quran]], kejadian ini disinyalir dalam ayat 18 surah al-Fath. Dan nama "Baiat Ridhwan" dan "Baiat Syajarah" diambil juga dari ayat ini:
Dalam [[Al-Qur'an|al-Quran]], kejadian ini disinyalir dalam ayat 18 [[surah Al-Fath]]. Dan nama "Baiat Ridhwan" dan "Baiat Syajarah" diambil juga dari ayat ini:
<center> لَقَدْ رَضِیَ اللّهُ عَنِ المؤمِنِینَ اِذْ یُبَایِعُونَکَ تَحتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِی قُلوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّکِیْنَةَ عَلَیْهِمْ وَ اَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِیْبًا
<center> {{ia|لَقَدْ رَضِیَ اللّهُ عَنِ المؤمِنِینَ اِذْ یُبَایِعُونَکَ تَحتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِی قُلوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّکِیْنَةَ عَلَیْهِمْ وَ اَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِیْبًا}}
</center>
</center>
''"Sungguh Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat"''. (Q.S. al-Fath: 18)
''"Sungguh Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat"''. (Q.S. al-Fath: 18)
Baris 23: Baris 23:
Keterlambatan 3 hari Utsman menimbulkan isu keterbunuhannya.<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 111</ref> Karena Nabi saw mendengar isu tersebut saat beliau sedang duduk di bawah sebuah pohon<ref>al-Sirah al-Nabawiyah, jld.3, hlm. 315</ref> sehingga beliau menyeru masyarakat untuk berbaiat,<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 111</ref> maka perjanjian tersebut dinamai juga dengan "Baiat Syajarah".
Keterlambatan 3 hari Utsman menimbulkan isu keterbunuhannya.<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 111</ref> Karena Nabi saw mendengar isu tersebut saat beliau sedang duduk di bawah sebuah pohon<ref>al-Sirah al-Nabawiyah, jld.3, hlm. 315</ref> sehingga beliau menyeru masyarakat untuk berbaiat,<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 111</ref> maka perjanjian tersebut dinamai juga dengan "Baiat Syajarah".


Diantara mereka yang hadir, hanya Jadd bin Qais yang sembunyi di belakang untanya dan tidak memberikan janji setianya.<ref> ''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 112; ''al-Takmil wa al-Itmam'', hlm. 389</ref> Terkait siapa orang pertama yang memberikan baiat setianya kepada Nabi Saw dinukil dari [[Jabir Anshari]] bahwa [[Imam Ali As|Ali As]] lah orang pertama yang maju untuk baiat, lalu Abu Sinan Abdullah bin Wahab Asadi, kemudian [[Salman Parisi]].<ref>''Bihar al-Anwar'', jld. 38, hlm. 218; ''Manaqib'', jld. 1, hlm. 303</ref> Sebagian ahli sejarah juga menyebut nama Abdullah bin Umar<ref>''al-Ma'arif'', hlm. 162</ref> atau Abu Sinan<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 112; ''al-Dur al-Mantsur'', jld.7, hlm. 523</ref> atau Sinan bin Wahab Asadi.<ref>''al-Thabaqat'', jld.2, hlm. 77; ''al-Maghazi'', jld. 2, hlm. 603</ref> Dikatakan bahwa dalam kejadian ini [[Umar bin Khattab]] orang terakhir yang memberikan baiatnya.<ref>''Fathu al-Bari'', jld. 7, hlm. 579</ref>
Diantara mereka yang hadir, hanya Jadd bin Qais yang sembunyi di belakang untanya dan tidak memberikan janji setianya.<ref> ''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 112; ''al-Takmil wa al-Itmam'', hlm. 389</ref> Terkait siapa orang pertama yang memberikan baiat setianya kepada Nabi Saw dinukil dari [[Jabir al-Anshari]] bahwa [[Ali As]] lah orang pertama yang maju untuk baiat, lalu Abu Sinan Abdullah bin Wahab Asadi, kemudian [[Salman al-Farisi]].<ref>''Bihar al-Anwar'', jld. 38, hlm. 218; ''Manaqib'', jld. 1, hlm. 303</ref> Sebagian ahli sejarah juga menyebut nama Abdullah bin Umar<ref>''al-Ma'arif'', hlm. 162</ref> atau Abu Sinan<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 112; ''al-Dur al-Mantsur'', jld.7, hlm. 523</ref> atau Sinan bin Wahab Asadi.<ref>''al-Thabaqat'', jld.2, hlm. 77; ''al-Maghazi'', jld. 2, hlm. 603</ref> Dikatakan bahwa dalam kejadian ini [[Umar bin Khattab]] orang terakhir yang memberikan baiatnya.<ref>''Fathu al-Bari'', jld. 7, hlm. 579</ref>


==Isi dan Hasil-hasil Baiat==
==Isi dan Hasil-hasil Baiat==
Baris 33: Baris 33:
Sebagian Ahlusunnah dengan bersandar pada riwayat-riwayat lemah bersikeras mengatakan bahwa kerelaan Allah Swt dalam ayat di atas bersifat abadi dan kekal. Dalam satu penukilan, Nabi Saw memandang mereka sebaik-sebaik penduduk bumi.<ref>''Shahih al-Bukhari'', jld. 5, hlm. 75</ref> Menurut riwayat yang lemah,  orang-orang yang berbaiat dalam bait ini tidak akan masuk neraka jehanam.<ref>Fathu al-Bari, jld.7, hlm. 562; ''al-Dur al-Mantsur'', jld. 7, hlm. 523</ref>
Sebagian Ahlusunnah dengan bersandar pada riwayat-riwayat lemah bersikeras mengatakan bahwa kerelaan Allah Swt dalam ayat di atas bersifat abadi dan kekal. Dalam satu penukilan, Nabi Saw memandang mereka sebaik-sebaik penduduk bumi.<ref>''Shahih al-Bukhari'', jld. 5, hlm. 75</ref> Menurut riwayat yang lemah,  orang-orang yang berbaiat dalam bait ini tidak akan masuk neraka jehanam.<ref>Fathu al-Bari, jld.7, hlm. 562; ''al-Dur al-Mantsur'', jld. 7, hlm. 523</ref>


Syi'ah dengan bersanadar pada ayat di atas dan sebagian literatur Ahlusunnah meyakini bahwa kerelaan Allah Swt dalam ayat (لَقَدْ رَضِیَ اللّهُ عَنِ المؤمِنِینَ); ''"Sungguh Allah telah meridai orang-orang mukmin"'' muncul dari pengorbanan dan baiat pada hari itu. Oleh sebab itu, setelahnya langsung dijelaskan sebab kerelaan Allah pada mereka (اِذْ یُبَایِعُونَکَ تَحتَ الشَّجَرَةِ);''"ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon"'' dan kekekalannya itu disyarati dengan istikamah mereka dalam mengikuti Nabi Saw. Sementara sejarah memberikan hukum lain terhadap sebagian mereka.
Syi'ah dengan bersanadar pada ayat di atas dan sebagian literatur Ahlusunnah meyakini bahwa kerelaan Allah Swt dalam ayat ({{ia|لَقَدْ رَضِیَ اللّهُ عَنِ المؤمِنِینَ}}); ''"Sungguh Allah telah meridai orang-orang mukmin"'' muncul dari pengorbanan dan baiat pada hari itu. Oleh sebab itu, setelahnya langsung dijelaskan sebab kerelaan Allah pada mereka ({{ia|اِذْ یُبَایِعُونَکَ تَحتَ الشَّجَرَةِ}});''"ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon"'' dan kekekalannya itu disyarati dengan istikamah mereka dalam mengikuti Nabi Saw. Sementara sejarah memberikan hukum lain terhadap sebagian mereka.


[[Syaikh Thusi]] menulis: "Allah swt meridai orang-orang yang berjaji setia pada Nabi Saw di bawah pohon yang disaat berbait dalam keadaan beriman,<ref>''al-Tibyan'', jld.9, hlm. 328</ref> akan tetapi mereka yang di belakangan hari ingkar janji dan memilih jalan lain jelas tidak akan tercakupi kerelaan Allah".<ref>''Bihar al-Anwar'', jld. 38, hlm. 218-220</ref> Ayat 10 surah al-Fath menerangkan bahwa berbaiat kepada Nabi Saw adalah berbaiat kepada Allah Swt. Namun, dengan tegas ia memberitakan akan kerugian orang-orang yang merusak janjinya pada Nabi Saw, dan memandang bahwa pahala yang besar hanya diperuntukkan kepada orang-orang yang tetap setia pada janji mereka kepada Nabi Saw. Allah Swt berfirman:
[[Syaikh Thusi]] menulis: "Allah swt meridai orang-orang yang berjaji setia pada Nabi Saw di bawah pohon yang disaat berbait dalam keadaan beriman,<ref>''al-Tibyan'', jld.9, hlm. 328</ref> akan tetapi mereka yang di belakangan hari ingkar janji dan memilih jalan lain jelas tidak akan tercakupi kerelaan Allah".<ref>''Bihar al-Anwar'', jld. 38, hlm. 218-220</ref> Ayat 10 surah al-Fath menerangkan bahwa berbaiat kepada Nabi Saw adalah berbaiat kepada Allah Swt. Namun, dengan tegas ia memberitakan akan kerugian orang-orang yang merusak janjinya pada Nabi Saw, dan memandang bahwa pahala yang besar hanya diperuntukkan kepada orang-orang yang tetap setia pada janji mereka kepada Nabi Saw. Allah Swt berfirman:
<center> اِنَّ الَّذینَ یبایعُونَکَ اِنَّما یبایعونَ اللّهَ یدُ اللّهِ فَوقَ اَیدیهِم فَمَن نَکَثَ فَاِنَّما ینکُثُ عَلی نَفسِهِ ومَن اَوفی بِما عهَدَ عَلَیهُ اللّهَ فَسَیؤتیهِ اَجرًا عَظیماً</center>
<center>{{ia| اِنَّ الَّذینَ یبایعُونَکَ اِنَّما یبایعونَ اللّهَ یدُ اللّهِ فَوقَ اَیدیهِم فَمَن نَکَثَ فَاِنَّما ینکُثُ عَلی نَفسِهِ ومَن اَوفی بِما عهَدَ عَلَیهُ اللّهَ فَسَیؤتیهِ اَجرًا عَظیماً}}</center>
''"Bahwa orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka hanya berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa melanggar janji, maka sesungguhnya dia melanggar atas (janji) sendiri; dan barang siapa menepati janjiinya kepada Allah, maka Dia akan memberinya pahala yang besar"''.(Q.S. al-Fath: 10)
''"Bahwa orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka hanya berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa melanggar janji, maka sesungguhnya dia melanggar atas (janji) sendiri; dan barang siapa menepati janjiinya kepada Allah, maka Dia akan memberinya pahala yang besar"''.(Q.S. al-Fath: 10)


Ibnu Hajar menukil dari Ala' bin Musayyid, dari ayahnya bahwa Aku bertemu dengan Barra' bin 'Azib dan aku berkata padanya: "Bahagilah kamu, kamu bersama Nabi dan berjanji setia kepadanya di bawah pohon", ia menjawab: "Hai putra saudaraku, kamu tidak tahu apa yang kami lakukan setelah itu".<ref>''Fathu al-Bari'', jld.7, hlm. 571</ref>
Ibnu Hajar menukil dari Ala' bin Musayyid, dari ayahnya bahwa Aku bertemu dengan Barra' bin 'Azib dan aku berkata padanya: "Bahagilah kamu, kamu bersama Nabi dan berjanji setia kepadanya di bawah pohon", ia menjawab: "Hai putra saudaraku, kamu tidak tahu apa yang kami lakukan setelah itu".<ref>''Fathu al-Bari'', jld.7, hlm. 571</ref>
[[Berkas: مسجد بیعت رضوان.png |250px|thumbnail|<center>Puing-puing Masjid Baiat Ridhwan di sebelah masjid Syumaisi</center>]]
[[Berkas: مسجد بیعت رضوان.png |250px|thumbnail|<center>Puing-puing Masjid Baiat Ridhwan di sebelah masjid Syumaisi</center>]]
==Pembangunan Masjid==
==Pembangunan Masjid==
[[Umar bin Khattab|Khalifah kedua]] pada masa kekhalifahannya memerintahkan supaya pohon ini ditebang. Sebagian orang memandang bahwa penebangan pohon itu dimaksudkan supaya masyarakat tidak jatuh ke jurang kesesatan dengan menghormati dan mengenang pohon tersebut.<ref>Salihi Dimasyqi, ''Subul al-Huda wa al-Rasyad'', jld.5, hlm. 76</ref> di belakangan hari dibangunlah sebuah masjid di tempat baiat Ridhwan<ref>Ibnu Sa'ad, jld.2, hlm.99-101</ref> yang mana bangunan dan jejaknya masih ada sampai saat ini.
[[Umar bin Khattab|Khalifah kedua]] pada masa kekhalifahannya memerintahkan supaya pohon ini ditebang. Sebagian orang memandang bahwa penebangan pohon itu dimaksudkan supaya masyarakat tidak jatuh ke jurang kesesatan dengan menghormati dan mengenang pohon tersebut.<ref>Salihi Dimasyqi, ''Subul al-Huda wa al-Rasyad'', jld.5, hlm. 76</ref> di belakangan hari dibangunlah sebuah masjid di tempat baiat Ridhwan<ref>Ibnu Sa'ad, jld.2, hlm.99-101</ref> yang mana bangunan dan jejaknya masih ada sampai saat ini.
Pengguna anonim