Lompat ke isi

Baiat Ridhwan: Perbedaan antara revisi

10 bita ditambahkan ,  25 Februari 2017
tidak ada ringkasan suntingan
imported>S.j.mousavi
kTidak ada ringkasan suntingan
imported>M.hazer
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4: Baris 4:


==Baiat Ridhwan Dalam Al-Quran==
==Baiat Ridhwan Dalam Al-Quran==
Dalam [[Al-Qur'an|al-Quran]], kejadian ini disinyalir dalam ayat 18 surah al-Fath. Dan nama ''Baiat Ridhwan'' dan ''Baiat Syajarah'' diambil juga dari ayat ini:
Dalam [[Al-Qur'an|al-Quran]], kejadian ini disinyalir dalam ayat 18 surah al-Fath. Dan nama "Baiat Ridhwan" dan "Baiat Syajarah" diambil juga dari ayat ini:
<center> لَقَدْ رَضِیَ اللّهُ عَنِ المؤمِنِینَ اِذْ یُبَایِعُونَکَ تَحتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِی قُلوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّکِیْنَةَ عَلَیْهِمْ وَ اَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِیْبًا
<center> لَقَدْ رَضِیَ اللّهُ عَنِ المؤمِنِینَ اِذْ یُبَایِعُونَکَ تَحتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِی قُلوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّکِیْنَةَ عَلَیْهِمْ وَ اَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِیْبًا
</center>
</center>
Baris 23: Baris 23:
Keterlambatan 3 hari Utsman menimbulkan isu keterbunuhannya.<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 111</ref> Karena Nabi saw mendengar isu tersebut saat beliau sedang duduk di bawah sebuah pohon<ref>al-Sirah al-Nabawiyah, jld.3, hlm. 315</ref> sehingga beliau menyeru masyarakat untuk berbaiat,<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 111</ref> maka perjanjian tersebut dinamai juga dengan "Baiat Syajarah".
Keterlambatan 3 hari Utsman menimbulkan isu keterbunuhannya.<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 111</ref> Karena Nabi saw mendengar isu tersebut saat beliau sedang duduk di bawah sebuah pohon<ref>al-Sirah al-Nabawiyah, jld.3, hlm. 315</ref> sehingga beliau menyeru masyarakat untuk berbaiat,<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 111</ref> maka perjanjian tersebut dinamai juga dengan "Baiat Syajarah".


Diantara mereka yang hadir, hanya Jadd bin Qais yang sembunyi di belakang untanya dan tidak memberikan janji setianya.<ref> ''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 112; ''al-Takmil wa al-Itmam'', hlm. 389</ref> Terkait siapa orang pertama yang memberikan baiat setianya kepada Nabi Saw dinukil dari [[Jabir Anshari]] bahwa [[Imam Ali As|Ali As]] lah orang pertama yang maju untuk baiat, lalu Abu Sinan Abdullah bin Wahab Asadi, kemudian [[Salman Parisi]].<ref>''Bihar al-Anwar'', jld. 38, hlm. 218; ''Manaqib'', jld. 1, hlm. 303</ref> Sebagain ahli sejarah juga menyebut nama Abdullah bin Umar<ref>''al-Ma'arif'', hlm. 162</ref> atau Abu Sinan<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 112; ''al-Dur al-Mantsur'', jld.7, hlm. 523</ref> atau Sinan bin Wahab Asadi.<ref>''al-Thabaqat'', jld.2, hlm. 77; ''al-Maghazi'', jld. 2, hlm. 603</ref> Dikatakan bahwa dalam kejadian ini [[Umar bin Khattab]] orang terakhir yang memberikan baiatnya.<ref>''Fathu al-Bari'', jld. 7, hlm. 579</ref>
Diantara mereka yang hadir, hanya Jadd bin Qais yang sembunyi di belakang untanya dan tidak memberikan janji setianya.<ref> ''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 112; ''al-Takmil wa al-Itmam'', hlm. 389</ref> Terkait siapa orang pertama yang memberikan baiat setianya kepada Nabi Saw dinukil dari [[Jabir Anshari]] bahwa [[Imam Ali As|Ali As]] lah orang pertama yang maju untuk baiat, lalu Abu Sinan Abdullah bin Wahab Asadi, kemudian [[Salman Parisi]].<ref>''Bihar al-Anwar'', jld. 38, hlm. 218; ''Manaqib'', jld. 1, hlm. 303</ref> Sebagian ahli sejarah juga menyebut nama Abdullah bin Umar<ref>''al-Ma'arif'', hlm. 162</ref> atau Abu Sinan<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 112; ''al-Dur al-Mantsur'', jld.7, hlm. 523</ref> atau Sinan bin Wahab Asadi.<ref>''al-Thabaqat'', jld.2, hlm. 77; ''al-Maghazi'', jld. 2, hlm. 603</ref> Dikatakan bahwa dalam kejadian ini [[Umar bin Khattab]] orang terakhir yang memberikan baiatnya.<ref>''Fathu al-Bari'', jld. 7, hlm. 579</ref>


==Isi dan Hasil-hasil Baiat==
==Isi dan Hasil-hasil Baiat==
Sahabat-sahabat Nabi Saw berjanji untuk tidak meningalkan beliau sendirian dalam menghadapi aksi-aski [[Quraisy]] yang dimungkinkan terjadi dan akan berjuang melawan mereka.<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 110</ref> Sebagian orang meyakini bahwa isi  perjanjian ini adalah "perlawanan sampai akhir nafas",<ref>''Majma' al-Bayan'', jld.9, hlm.176; ''al-Dur al-Mantsur'', jld.7, hlm. 522; ''Ansab al-Asyraf'', jld 1, hlm. 441 </ref> sebagian yang lain membatasi perlawanan ini pada batas kemampuan.<ref>''al-Sirah al-Nabawiyah'', jld.3, hlm. 315; ''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 112</ref> kemungkinan alasan Nabi Saw dalam baiat ini adalah supaya pengalaman sebagaian Muhajirin yang pernah lari dari [[Perang Uhud|perang Uhud]] tidak terulang kembali. Dinukil dari Bukair bin Asyajj bahwa mereka berbaiat untuk mati. Namun Nabi Saw bersabda: "Berjanjilah sesuai kemampuan kalian".<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm.112</ref>
Sahabat-sahabat Nabi Saw berjanji untuk tidak meningalkan beliau sendirian dalam menghadapi aksi-aski [[Quraisy]] yang dimungkinkan terjadi dan akan berjuang melawan mereka.<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 110</ref> Sebagian orang meyakini bahwa isi  perjanjian ini adalah "perlawanan sampai akhir nafas",<ref>''Majma' al-Bayan'', jld.9, hlm.176; ''al-Dur al-Mantsur'', jld.7, hlm. 522; ''Ansab al-Asyraf'', jld 1, hlm. 441 </ref> sebagian yang lain membatasi perlawanan ini pada batas kemampuan.<ref>''al-Sirah al-Nabawiyah'', jld.3, hlm. 315; ''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 112</ref> Alasan Nabi Saw dalam pengambilan baiat ini mungkin supaya pengalaman sebagian Muhajirin yang pernah lari dari [[Perang Uhud|perang Uhud]] tidak terulang kembali. Dinukil dari Bukair bin Asy'ajj bahwa mereka berbaiat untuk mati. Namun Nabi Saw bersabda: "Berjanjilah sesuai kemampuan kalian".<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm.112</ref>


Pengaturan tepat waktu Nabi Saw dalam mengatur sahabat-sahabatnya menghadapai bahaya Quraisy yang dimungkinkan terjadi dan juga mencegah pengulangan pengalaman pahit pelarian sebagain orang-orang Muhajir dalam perang Uhud membawa kebeshasilan besar dimana dengan menyebarnya berita pembaiatan, orang-orang musyrik ketakutan, dan dengan kembalinya [[Utsman bin Affan|Usman]] dan sejumlah kaum muslimin<ref>''Ruh al-Ma'ani'', jld.26, hlm. 162</ref> dan pengutusan para delegasi, mereka bersedia mengadakan perdamaian sehingga berakhir dengan perjanjian Hudaibiyah.<ref>''al-Maghazi'', jld.2, hlm. 604</ref>
Pengaturan tepat waktu Nabi Saw dalam mengatur sahabat-sahabatnya menghadapai bahaya Quraisy yang dimungkinkan terjadi dan juga dalam mencegah terjadinya kembali pengalaman pahit pelarian sebagian orang-orang Muhajir dalam perang Uhud membawa keberhasilan besar dimana dengan menyebarnya berita pembaiatan, orang-orang musyrik ketakutan, dan dengan kembalinya [[Utsman bin Affan|Usman]] dan sejumlah kaum muslimin<ref>''Ruh al-Ma'ani'', jld.26, hlm. 162</ref> dan pengutusan para delegasi, mereka bersedia mengadakan perdamaian sehingga berakhir dengan perjanjian Hudaibiyah.<ref>''al-Maghazi'', jld.2, hlm. 604</ref>


==Beragam Pandangan tentang Para Pemberi Baiat==
==Beragam Pandangan tentang Para Pemberi Baiat==
Sebagain Ahlusunnah dengan bersandar pada riwayat-riwayat lemah bersikeras mengatakan bahwa kerelaan Allah Swt dalam ayat di atas bersifat abadi dan kekal. Dalam satu penukilan, Nabi Saw memandang mereka sebaik-sebaik penduduk bumi.<ref>''Shahih al-Bukhari'', jld. 5, hlm. 75</ref> Menurut riwayat yang lemah,  orang-orang yang berbaiat dalam bait ini tidak akan masuk neraka jehanam.<ref>Fathu al-Bari, jld.7, hlm. 562; ''al-Dur al-Mantsur'', jld. 7, hlm. 523</ref>
Sebagian Ahlusunnah dengan bersandar pada riwayat-riwayat lemah bersikeras mengatakan bahwa kerelaan Allah Swt dalam ayat di atas bersifat abadi dan kekal. Dalam satu penukilan, Nabi Saw memandang mereka sebaik-sebaik penduduk bumi.<ref>''Shahih al-Bukhari'', jld. 5, hlm. 75</ref> Menurut riwayat yang lemah,  orang-orang yang berbaiat dalam bait ini tidak akan masuk neraka jehanam.<ref>Fathu al-Bari, jld.7, hlm. 562; ''al-Dur al-Mantsur'', jld. 7, hlm. 523</ref>


Syi'ah dengan bersanadar pada ayat di atas dan sebagain literatur Ahlusunnah meyakini bahwa kerelaan Allah Swt dalam ayat (لَقَدْ رَضِیَ اللّهُ عَنِ المؤمِنِینَ); ''"Sungguh Allah telah meridai orang-orang mukmin"'' muncul dari pengorbanan dan baiat pada hari itu. Oleh sebab itu, setelahnya langsung dijelaskan sebab kerelaan Allah pada mereka (اِذْ یُبَایِعُونَکَ تَحتَ الشَّجَرَةِ);''"ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon"'' dan kekekalannya itu disyarati dengan istikamah mereka dalam mengikuti Nabi Saw. Sementara sejarah memberikan hukum lain terhadap sebagian mereka.
Syi'ah dengan bersanadar pada ayat di atas dan sebagian literatur Ahlusunnah meyakini bahwa kerelaan Allah Swt dalam ayat (لَقَدْ رَضِیَ اللّهُ عَنِ المؤمِنِینَ); ''"Sungguh Allah telah meridai orang-orang mukmin"'' muncul dari pengorbanan dan baiat pada hari itu. Oleh sebab itu, setelahnya langsung dijelaskan sebab kerelaan Allah pada mereka (اِذْ یُبَایِعُونَکَ تَحتَ الشَّجَرَةِ);''"ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon"'' dan kekekalannya itu disyarati dengan istikamah mereka dalam mengikuti Nabi Saw. Sementara sejarah memberikan hukum lain terhadap sebagian mereka.


[[Syaikh Thusi]] menulis: "Allah swt meridai orang-orang yang berjaji setia pada Nabi Saw di bawah pohon yang disaat berbait dalam keadaan beriman,<ref>''al-Tibyan'', jld.9, hlm. 328</ref> akan tetapi mereka yang di belakangan hari ingkar janji dan memilih jalan lain jelas tidak akan tercakupi kerelaan Allah".<ref>''Bihar al-Anwar'', jld. 38, hlm. 218-220</ref> Ayat 10 surah al-Fath menerangkan bahwa berbaiat kepada Nabi Saw adalah berbaiat kepada Allah Swt. Namun, dengan tegas ia memberitakan akan kerugian orang-orang yang merusak janjinya pada Nabi Saw, dan memandang bahwa pahala yang besar hanya diperuntukkan kepada orang-orang yang tetap setia pada janji mereka kepada Nabi Saw. Allah Swt berfirman:
[[Syaikh Thusi]] menulis: "Allah swt meridai orang-orang yang berjaji setia pada Nabi Saw di bawah pohon yang disaat berbait dalam keadaan beriman,<ref>''al-Tibyan'', jld.9, hlm. 328</ref> akan tetapi mereka yang di belakangan hari ingkar janji dan memilih jalan lain jelas tidak akan tercakupi kerelaan Allah".<ref>''Bihar al-Anwar'', jld. 38, hlm. 218-220</ref> Ayat 10 surah al-Fath menerangkan bahwa berbaiat kepada Nabi Saw adalah berbaiat kepada Allah Swt. Namun, dengan tegas ia memberitakan akan kerugian orang-orang yang merusak janjinya pada Nabi Saw, dan memandang bahwa pahala yang besar hanya diperuntukkan kepada orang-orang yang tetap setia pada janji mereka kepada Nabi Saw. Allah Swt berfirman:
Baris 42: Baris 42:
[[Berkas: مسجد بیعت رضوان.png |250px|thumbnail|<center>Puing-puing Masjid Baiat Ridhwan di sebelah masjid Syumaisi</center>]]
[[Berkas: مسجد بیعت رضوان.png |250px|thumbnail|<center>Puing-puing Masjid Baiat Ridhwan di sebelah masjid Syumaisi</center>]]
==Pembangunan Masjid==
==Pembangunan Masjid==
[[Umar bin Khattab|Khalifah kedua]] pada masa kekhalifahannya memerintahkan supaya pohon ini ditebang. Sebagain orang memandang bahwa penebangan pohon itu dimaksudkan supaya masyarakat tidak jatuh ke jurang kesesatan dengan menghormati dan mengenang pohon tersebut.<ref>Salihi Dimasyqi, ''Subul al-Huda wa al-Rasyad'', jld.5, hlm. 76</ref> di belakangan hari dibangunlah sebuah masjid di tempat baiat Ridhwan<ref>Ibnu Sa'ad, jld.2, hlm.99-101</ref> yang mana bangunan dan jejaknya masih ada sampai saat ini.
[[Umar bin Khattab|Khalifah kedua]] pada masa kekhalifahannya memerintahkan supaya pohon ini ditebang. Sebagian orang memandang bahwa penebangan pohon itu dimaksudkan supaya masyarakat tidak jatuh ke jurang kesesatan dengan menghormati dan mengenang pohon tersebut.<ref>Salihi Dimasyqi, ''Subul al-Huda wa al-Rasyad'', jld.5, hlm. 76</ref> di belakangan hari dibangunlah sebuah masjid di tempat baiat Ridhwan<ref>Ibnu Sa'ad, jld.2, hlm.99-101</ref> yang mana bangunan dan jejaknya masih ada sampai saat ini.


==Catatan Kaki==
==Catatan Kaki==
Pengguna anonim