Lompat ke isi

Kufah: Perbedaan antara revisi

80 bita ditambahkan ,  30 Juli 2018
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 21: Baris 21:
==Sejarah==
==Sejarah==
===Pembangunan Pertama===
===Pembangunan Pertama===
Menurut riwayat, kawasan Kufah pada masa sebelum [[Islam]] adalah tempat yang makmur dan berpenduduk dan setelah itu mengalami kehancuran. Menurut riwayat, [[Nabi Nuh as]] membuat kapalnya di Kufah<ref>Maqdisi, ''Ahsan al-Taqasim'' jld. 1, hlm. 181, 1402 H </ref> dan kaum Nuh di Kufah meletakkan sejumlah berhala-berhala. <ref>Al-Majlisi, ''Hatul Qulub'',jld. 1, hlm. 271, 1426 H. </ref>  
Menurut riwayat, kawasan Kufah pada masa sebelum [[Islam]] adalah tempat yang makmur dan berpenduduk dan setelah itu mengalami kehancuran. Menurut riwayat, [[Nabi Nuh as]] membuat kapalnya di Kufah<ref>Maqdisi, ''Ahsan al-Taqasim'' jld. 1, hlm. 181, 1402 H </ref> dan kaum Nuh di Kufah meletakkan sejumlah berhala-berhala. <ref>Al-Majlisi, ''Hatul Qulub'',jld. 1, hlm. 271, 1426 H. </ref>  


Kota Kufah pada masa Islam kembali dibangun. Kawasan tersebut adalah tempat kamp permanen pasukan muslim dalam penaklukan-penaklukan Islam. [[Umar bin Khattab]] memerintahkan [[Sa'ad bin Abi Waqqash]] pada tahun 15 H atau 17 H atau 19 H agar mengambil sebuah tempat di kawasan tersebut untuk dijadikan sebagai tempat tinggal kaum muslim, yang kompatibel dengan integritas mereka. <ref>Dinawari, ''Akhbār al-Thiwāl'', hlm. 123-124, 1415 H. </ref>  Dengan demikian, Kufah dibangun dengan letak posisi setengah farsakh (3 km) barat Furat dan satu farsakh (6 km) timur laut Hirah (kota makmur di pusat pemerintahan Ali Mandzar), dimana dalam jarak dua farsakh utaranya adalah [[Nukhailah]] dan delapan farsakh barat laut adalah [[Karbala]]. <ref>Safari Furusyani, ''Kufah az Pedayesh ta ‘Asyura'', hlm. 34-35. </ref>  Salah satu kinerja Sa'ad adalah membangun [[Masjid Kufah]] dan Darul Imarah. Dua bangunan tersebut dibangun di bagian tertinggi Kufah. <ref>Baraqi, ''Tarikh al-Kufah'', hlm. 115. </ref>  
Kota Kufah pada masa Islam kembali dibangun. Kawasan tersebut adalah tempat kamp permanen pasukan muslim dalam penaklukan-penaklukan Islam. [[Umar bin Khattab]] memerintahkan [[Sa'ad bin Abi Waqqash]] pada tahun 15 H/636 atau 17 H/638 atau 19 H/640 agar mengambil sebuah tempat di kawasan tersebut untuk dijadikan sebagai tempat tinggal kaum muslim, yang kompatibel dengan integritas mereka. <ref>Dinawari, ''Akhbār al-Thiwāl'', hlm. 123-124, 1415 H. </ref>  Dengan demikian, Kufah dibangun dengan letak posisi setengah farsakh (3 km) barat Furat dan satu farsakh (6 km) timur laut Hirah (kota makmur di pusat pemerintahan Ali Mandzar), dimana dalam jarak dua farsakh utaranya adalah [[Nukhailah]] dan delapan farsakh barat laut adalah [[Karbala]]. <ref>Safari Furusyani, ''Kufah az Pedayesh ta 'Asyura'', hlm. 34-35. </ref>  Salah satu kinerja Sa'ad adalah membangun [[Masjid Kufah]] dan Darul Imarah. Dua bangunan tersebut dibangun di bagian tertinggi Kufah. <ref>Baraqi, ''Tarikh al-Kufah'', hlm. 115. </ref>  
   
   
Pendirian kota Kufah termasuk persyaratan strategis yang membantu penaklukan era khalifah kedua. Ketika pasukan militer Arab dengan dipimpin Sa'ad bin Abi Waqqash tiba di kawasan Iran, membutuhkan sebuah barisan penghubung antara [[Madinah]] (pusat pemerintahan Islam) dan medan pertempuran dan sudah semestinya pasukan muslim memiliki sebuah titik sandaran dan kamp militer permanen di dekat medan pertempuran. <ref>Dinawari, ''Akhbar al-Thiwal'', hlm. 124. </ref>  Karenanya, Umar membangun kamp permanen di kawasan umum Kufah dan dengan demikian, lambat laun kota Kufah bertambah luas dan makmur. Mayoritas para pendatang pertama Kufah, baik Arab maupun Persia adalah sekelompok militer, yang mayoritasnya datang tanpa keluarga mereka dan hidup sebagai militer siap tempur. <ref>Ja’fari, ''Tasayyu’ dar Mashir Tarikh'', hlm. 142. </ref>  
Pendirian kota Kufah termasuk persyaratan strategis yang membantu penaklukan era khalifah kedua. Ketika pasukan militer Arab dengan dipimpin Sa'ad bin Abi Waqqash tiba di kawasan Iran, membutuhkan sebuah barisan penghubung antara [[Madinah]] (pusat pemerintahan Islam) dan medan pertempuran dan sudah semestinya pasukan muslim memiliki sebuah titik sandaran dan kamp militer permanen di dekat medan pertempuran. <ref>Dinawari, ''Akhbar al-Thiwal'', hlm. 124. </ref>  Oleh sebab itu, Umar membangun kamp permanen di kawasan umum Kufah dan dengan demikian, lambat laun kota Kufah bertambah luas dan makmur. Mayoritas para pendatang pertama Kufah, baik Arab maupun Persia adalah sekelompok militer, yang mayoritasnya datang tanpa keluarga mereka dan hidup sebagai militer siap tempur. <ref>Ja’fari, ''Tasayyu’ dar Mashir Tarikh'', hlm. 142. </ref>  


'''Susunan Penduduk'''
'''Susunan Penduduk'''
Baris 36: Baris 36:
#Bani Asad, Ghatfan, Muharib, Namr, Dhabi'ah, dan Taghlib
#Bani Asad, Ghatfan, Muharib, Namr, Dhabi'ah, dan Taghlib
#Bani Iyad, 'Ak, Abdul Qais, Ahlul Hijr dan Hamra’
#Bani Iyad, 'Ak, Abdul Qais, Ahlul Hijr dan Hamra’
#Kabilah Yamani Tay. <ref>''Tasayyu’ dar Mashir Tarikh'', hlm. 128-131. </ref>  
#Kabilah Yamani Thay. <ref>''Tasayyu’ dar Mashir Tarikh'', hlm. 128-131. </ref>  


Susunan kabilah ini masih berlanjut sampai pada masa [[Imam Ali as]] dan dia mengganti pengelompokan susunan Kufah dan perubahan terakhir suku-suku Kufah dilakukan oleh [[Ziyad bin Abih]] pada tahun 50 H/670.
Susunan kabilah ini masih berlanjut sampai pada masa [[Imam Ali as]] dan dia mengganti pengelompokan susunan Kufah dan perubahan terakhir suku-suku Kufah dilakukan oleh [[Ziyad bin Abih]] pada tahun 50 H/670.


Mayoritas kabilah Arab yang tinggal pada masa penyebaran Islam di Kufah berasal dari Yaman dan mayoritas kabilah Yamani, khususnya kabilah Hamdan adalah orang-orang Syiah Ali. Massignon mengatakan, kabilah Hamdan adalah kabilah besar, penting, kuat dan mampu dan personalnya adalah orang-orang Syiah setia Ali as<ref>Fayyadh, ''Pedayesy wa Gustaresye Syiah'', hlm.80</ref>  dan demikian juga kabilah Tay termasuk kabilah terkuat pendukung Ali as hadir dalam [[Perang Jamal]] dan [[Perang Shiffin|Shiffin]] di awal pembentukan Kufah. <ref>Ja’fari, ''Tasayyu’ dar Masir Tarikh'', hlm. 130. </ref>
Mayoritas kabilah Arab yang tinggal pada masa penyebaran Islam di Kufah berasal dari Yaman dan mayoritas kabilah Yamani, khususnya kabilah Hamdan adalah orang-orang Syiah Ali. Massignon mengatakan, kabilah Hamdan adalah kabilah besar, penting, kuat dan mampu dan personalnya adalah orang-orang [[Syiah]] yang setia kepada Ali as<ref>Fayyadh, ''Pedayesy wa Gustaresye Syiah'', hlm.80</ref>  dan demikian juga kabilah Thay termasuk kabilah terkuat pendukung Ali as hadir dalam [[Perang Jamal]] dan [[Perang Shiffin|Shiffin]] di awal pembentukan Kufah. <ref>Ja'fari, ''Tasayyu’ dar Masir Tarikh'', hlm. 130. </ref>
   
   
Asy'ariyyun, kelompok Syiah Imam Ali as keturunan Yaman termasuk kabilah yang hijrah ke Kufah. Kabilah ini pindah ke [[Qom]] karena tekanan yang dilakukan olah [[Hajjaj bin Yusuf]] terhadap orang-orang [[Syiah]] dan memilih Qom sebagai markas untuk tempat tinggal dan publikasi Syiah di Iran. <ref>Baraqi, ''Tarikh Kufah'', hlm. 205. </ref>  
Asy'ariyyun, kelompok Syiah Imam Ali as keturunan Yaman termasuk kabilah yang hijrah ke Kufah. Kabilah ini pindah ke [[Qom]] karena tekanan yang dilakukan olah [[Hajjaj bin Yusuf]] terhadap orang-orang [[Syiah]] dan memilih Qom sebagai markas untuk tempat tinggal dan publikasi Syiah di Iran. <ref>Baraqi, ''Tarikh Kufah'', hlm. 205. </ref>  
Baris 48: Baris 48:
'''Darul Imarah Kufah'''
'''Darul Imarah Kufah'''


Saat [[Sa'ad bin Abi Waqqash]] memerintahkan untuk membangun kota Kufah, dibangun juga sebuah istana untuknya di arah tenggara [[masjid]] dan menamainya dengan istana Thamar (tempat menjulang) dan sepeninggal Sa'ad, merupakan kediaman khusus para khalifah, raja dan para amir. <ref>Kariman, ''Kufah'', jld. 14, hlm. 245. </ref>  
Saat [[Sa'ad bin Abi Waqqash]] memerintahkan untuk membangun kota Kufah, dibangun juga sebuah istana untuknya di arah tenggara [[masjid]] dan menamainya dengan istana Thamar (tempat menjulang) dan sepeninggal Sa'ad tempat tersebut menjadi kediaman khusus para khalifah, raja dan para amir. <ref>Kariman, ''Kufah'', jld. 14, hlm. 245. </ref>  


Atas perintah [[Ubaidillah bin Ziyad]], [[Muslim bin Aqil]] juga dijatuhkan dari atas istana tersebut. <ref>Kariman, ''Kufah'', jld. 14, hlm. 245</ref> [[Para Tawanan Karbala|Para tawanan Karbala]] dan kepala suci Imam Husain as juga dibawa ke Darul Imarah di hadapan Ubaidillah bin Ziyad dan di tempat ini [[Sayidah Zainab sa]] dan [[Imam Sajjad as]] melakukan dialog dengan Ubaidillah. <ref>Sayid ibnu Thawus, ''Luhuf'', hlm. 190-193. </ref> Darul Imarah juga tempat kediaman [[Mukhtar al-Tsaqafi]] dan di tempat ini juga kepala para pembunuh pada [[Peristiwa Karbala]] dibawa ke hadapan Mukhtar.
Atas perintah [[Ubaidillah bin Ziyad]], [[Muslim bin Aqil]] juga dijatuhkan dari atas istana tersebut. <ref>Kariman, ''Kufah'', jld. 14, hlm. 245</ref> [[Para Tawanan Karbala|Para tawanan Karbala]] dan kepala suci [[Imam Husain as]] juga dibawa ke Darul Imarah di hadapan Ubaidillah bin Ziyad dan di tempat ini [[Sayidah Zainab sa]] dan [[Imam Sajjad as]] melakukan dialog dengan Ubaidillah. <ref>Sayid ibnu Thawus, ''Luhuf'', hlm. 190-193. </ref> Darul Imarah juga tempat kediaman [[Mukhtar al-Tsaqafi]] dan di tempat ini juga kepala para pembunuh pada [[Peristiwa Karbala]] dibawa ke hadapan Mukhtar.


Atas perintah Abdul Malik bin Marwan, istana ini dihancurkan pada tahun 71 H/691.<ref>Baraqi, Tarikh Kufah, hlm. 120</ref>.
Atas perintah Abdul Malik bin Marwan, istana ini dihancurkan pada tahun 71 H/691.<ref>Baraqi, Tarikh Kufah, hlm. 120</ref>.


===Masa Kekhilafahan Amirul Mukminin===
===Masa Kekhilafahan Amirul Mukminin===
Kufah setelah didirikan, karena air dan cuaca yang bagus serta dekat dengan sungai Furat dan kondisi ekonomi yang bagus yang didapat dari ghanimah dan hasil sejumlah tanah yang telah ditaklukkan menerima gelombang imigrasi pelbagai etnis dan kelompok wilayah seluruh Islam pada waktu itu. Imigrasi ini khususnya pada tahun 36 Hijriah, Amirul Mukmin Ali as untuk menjadikan kota ini sebagai ibukota negara Islam semakin meningkat, sampai-sampai jumlah pasukannya yang datang dari Kufah saja dalam [[perang Shiffin]] mencapai 65 ribu pasukan,<ref>Thabari, ''Tarikh al-Umam wa al-Muluk'', jld. 5, hlm. 80. </ref> apalagi dengan mengkalkulasi keluarga mereka dan juga orang-orang yang tidak ikut serta dalam peperangan, maka dengan gampang dapat diprediksikan jumlahnya mencapai 150 ribu orang. Selain itu, sebagian riwayat menunjukkan bahwa pasukannya dalam perang Shiffin berjumlah 90 ribu orang. <ref>Mas’udi, ''Muruj al-Dzahab'', jld. 2, hlm. 371. </ref>  
Kufah setelah didirikan, karena memiliki air dan cuaca yang bagus serta dekat dengan [[Sungai Furat]] serta kondisi ekonomi yang bagus yang didapat dari ghanimah dan hasil sejumlah tanah yang telah ditaklukkan, menerima gelombang imigrasi dari pelbagai etnis dan kelompok wilayah seluruh Islam pada waktu itu. Imigrasi ini khususnya pada tahun 36 H/657, Amirul Mukmin Ali as untuk menjadikan kota ini sebagai ibukota negara Islam semakin meningkat, sampai-sampai jumlah pasukannya yang datang dari Kufah saja dalam [[Perang Shiffin]] mencapai 65 ribu pasukan,<ref>Thabari, ''Tarikh al-Umam wa al-Muluk'', jld. 5, hlm. 80. </ref> apalagi dengan mengkalkulasi keluarga mereka dan juga orang-orang yang tidak ikut serta dalam peperangan, maka dengan gampang dapat diprediksikan jumlahnya mencapai 150 ribu orang. Selain itu, sebagian riwayat menunjukkan bahwa pasukannya dalam Perang Shiffin berjumlah 90 ribu orang. <ref>Mas’udi, ''Muruj al-Dzahab'', jld. 2, hlm. 371. </ref>  


Fenomena terpenting pada masa ini adalah perpindahan ibukota Islam dari Madinah ke Kufah. Setelah para pengingkar janji (pasukan Jamal) bergerak menuju Basra, Imam Ali as pada tahun 36 H bergerak menuju Irak dengan seribu pasukan perang penduduk Madinah. Sepuluh atau duabelas ribu orang penduduk Kufah juga ikut bergabung dengan pasukan Imam Ali untuk melawan para pengingkar janji. <ref>Baladzuri, ''Ansab al-Asyraf'', jld. 2, hlm. 235. </ref>  Setelah kemenangan di hadapan perang Jamal, Imam pergi ke Kufah<ref>Al-Mufid, ''al-Jumal'', hlm. 422; Ja’fari, ''Tasayyu’ dar Masir Tarikh'', hlm. 107. </ref>  dan menjadikannya sebagai pusat kekhilafahan Islam.
Fenomena terpenting pada masa ini adalah perpindahan ibukota Islam dari [[Madinah]] ke Kufah. Setelah para pengingkar janji (pasukan Jamal) bergerak menuju Basrah, Imam Ali as pada tahun 36 H/657 bergerak menuju Irak dengan seribu pasukan perang penduduk Madinah. Sepuluh atau duabelas ribu orang penduduk Kufah juga ikut bergabung dengan pasukan Imam Ali as untuk melawan para pengingkar janji. <ref>Baladzuri, ''Ansab al-Asyraf'', jld. 2, hlm. 235. </ref>  Setelah kemenangan di hadapan perang Jamal, Imam pergi ke Kufah<ref>Al-Mufid, ''al-Jumal'', hlm. 422; Ja’fari, ''Tasayyu’ dar Masir Tarikh'', hlm. 107. </ref>  dan menjadikannya sebagai pusat kekhilafahan Islam.


'''Alasan Dipilih Kufah Sebagai Ibukota'''
'''Alasan Dipilih Kufah Sebagai Ibukota'''
Baris 97: Baris 97:
   
   
====Peran Kufah dalam Peristiwa Karbala====
====Peran Kufah dalam Peristiwa Karbala====
Setelah kematian Muawiyah pada tahun 60 H, banyak sekali masyarakat dan pemuka Kufah menulis surat untuk [[Imam Husain as]] dan mengundangnya ke Kufah guna memegang pemerintahan kota tersebut. <ref>Syaikh Mufid, ''al-Irsyad'', jld. 2, hlm. 37-39. </ref>  Dengan bertambahnya jumlah surat yang ada, Imam Husain as bergerak menuju Kufah, namun [[Ibnu Ziyad]] yang menjadi gubernur Kufah, dengan ancaman dan suap, membubarkan masyarakat untuk mendukung Muslim bin Aqil, wakil Imam Husain<ref>Baladzuri, jld. 2, hlm. 80-81. </ref>  dan dari sisi lain ia mengirim pasukan Kufah dengan dipimpin oleh [[Umar bin Sa’ad]] untuk melawan Imam. Dengan demikian terjadilah peristiwa Karbala.
Setelah kematian Muawiyah pada tahun 60 H/680, banyak sekali masyarakat dan pemuka Kufah menulis surat untuk [[Imam Husain as]] dan mengundangnya ke Kufah guna memegang pemerintahan kota tersebut. <ref>Syaikh Mufid, ''al-Irsyad'', jld. 2, hlm. 37-39. </ref>  Dengan bertambahnya jumlah surat yang ada, Imam Husain as bergerak menuju Kufah, namun [[Ibnu Ziyad]] yang menjadi gubernur Kufah, dengan ancaman dan suap, membubarkan masyarakat untuk mendukung Muslim bin Aqil, wakil Imam Husain<ref>Baladzuri, jld. 2, hlm. 80-81. </ref>  dan dari sisi lain ia mengirim pasukan Kufah dengan dipimpin oleh [[Umar bin Sa’ad]] untuk melawan Imam. Dengan demikian terjadilah peristiwa Karbala.


'''Susunan Penduduk Kufah pada Masa Kebangkitan Imam Husain:'''
'''Susunan Penduduk Kufah pada Masa Kebangkitan Imam Husain:'''
Baris 231: Baris 231:
Masjid Sha'sha'ah bin Shauhan adalah salah satu masjid yang berada di kota Kufah yang berdekatan dengan [[Masjid Sahlah]]. Masjid ini merupakan tempat ibadah Sha'sha'ah bin Shauhan. Sekelompok orang pernah menyaksikan [[imam Zaman afs]] sedang beribadah di masjid tersebut. [[Sayid Ibnu Thawus]] dan [[Syahid Awal]] menulis berbagai amalan khusus masjid tersebut dalam berbagai kitab-kitab mereka.
Masjid Sha'sha'ah bin Shauhan adalah salah satu masjid yang berada di kota Kufah yang berdekatan dengan [[Masjid Sahlah]]. Masjid ini merupakan tempat ibadah Sha'sha'ah bin Shauhan. Sekelompok orang pernah menyaksikan [[imam Zaman afs]] sedang beribadah di masjid tersebut. [[Sayid Ibnu Thawus]] dan [[Syahid Awal]] menulis berbagai amalan khusus masjid tersebut dalam berbagai kitab-kitab mereka.


===Masjid Mal’unah===
===Masjid Mal'unah===
sejumlah masjid yang dibangun untuk melawan Imam Ali as dan dalam bentuk [[masjid Dhirar]]. Dalam sebuah riwayat dari [[Imam Baqir]] dikemukakan empat masjid juga, empat masjid juga pasca syahadah [[Imam Husain]] dibangun dalam rangka mensyukuri kemenangan pasukan Kufah terhadap beliau, karenanya masjid-masjid tersebut mendapatkan laknat berlipat ganda. Masjid-masjid mal’unah tersebut sekarang ini tidak tersisa sama sekali. <ref>Safari Furusyani, ''Kufah az Pedayesh ta ‘Asyura'', hlm. 137-144. </ref>  
sejumlah masjid yang dibangun untuk melawan Imam Ali as dan dalam bentuk [[masjid Dhirar]]. Dalam sebuah riwayat dari [[Imam Baqir]] dikemukakan empat masjid juga, empat masjid juga pasca syahadah [[Imam Husain]] dibangun dalam rangka mensyukuri kemenangan pasukan Kufah terhadap beliau, karenanya masjid-masjid tersebut mendapatkan laknat berlipat ganda. Masjid-masjid mal’unah tersebut sekarang ini tidak tersisa sama sekali. <ref>Safari Furusyani, ''Kufah az Pedayesh ta ‘Asyura'', hlm. 137-144. </ref>  
#Masjid Asy’ats bin Qais Kindi
#Masjid Asy’ats bin Qais Kindi
Pengguna anonim